Utilitas
Utilitas
Pada bab ini akan diuraikan penjelasan teori sistem informasi utilitas secara
umum berikut istilah yang ada dalam sistem utilitas serta tahapan pekerjaan dari
utilitas, sistem distribusi jaringan listrik beserta elemen-elemen dari jaringan listrik,
dan kaitan informasi spasial dalam distribusi jaringan listrik tertutama dalam kaitan
informasi topografi dan skala peta.
Gambar 2.1 Sketsa Jenis-Jenis Utilitas disuatu kota (Sumber : Hakim, 2006)
Karakteristik umum dari utilitas itu sendiri berbentuk suatu jaringan (network)
yang terhubung kepada pelanggan. Adapun lokasi jaringan utilitas terletak disekitar
area badan jalan dalam artian posisi realtifnya berada di tepi jalan (pinggir jalan) atau
terletak di dalam badan jalan.
Pada gambar 2.1 diperlihatkan secara umum gambaran letak dari masing-
masing utilitas di bawah permukaan tanah, di suatu kota dimana terdapat kabel
telepon (TEL) yang letaknya selalu berada diatas pipa air minum (AM), pipa gas
(GAS), dan kabel listrik (PLN), serta letak saluran buangan (Drainage) yang selalu
berada paling bawah dan agak jauh diantara utilitas yang lain. Hal ini dikarenakan
untuk mencegah terkontaminasinya saluran air minum apabila terjadi kebocoran.
Metoda distribusi listrik dari pembangkit hingga ke konsumen adalah sebagai berikut:
1. Daya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit sebesar 6 KV dinaikkan
tegangannya oleh gardu pembangkit yang memiliki trafo step up menjadi
sebesar 500 KV.
2. Daya listrik sebesar 500 KV didistribusikan ke banyak gardu induk, kemudian
di gardu induk tegangan sebesar 500 KV diturunkan menjadi 150 KV dan
diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan trafo step down yang dimiliki oleh
gardu induk.
3. Daya listrik sebesar 20 KV didistribusikan ke banyak gardu distribusi,
kemudian di gardu distribusi tegangan sebesar 20 KV diturunkan menjadi
380 V dengan trafo step down yang dimiliki oleh gardu distribusi.
4. Daya listrik sebesar 220/380 V ada sebagian yang langsung didistribusikan ke
industri-industri dan perumahan yang memerlukan daya listrik sebesar
220/380 V.
Menurut [Setiawan, 2005], secara umum sistem distribusi listrik yang dikenal
berasal dari pembangkit hingga kepelanggan dibagi atas tiga jenis sistem distribusi
yaitu:
1. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi
2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah
3. Sistem Distribusi Tegangan Rendah
1. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi (TT)
Sistem Distribusi ini menghubungkan Pembangkit, Gardu Pembangkit dan
Gardu Induk. Pada Distribusi Listrik Tegangan Tinggi, tegangan 6 KV yang
dihasilkan Pembangkit dinaikan oleh Gardu Pembangkit menjadi 500 KV yang
kemudian diturunkan oleh Gardu induk menjadi 150 KV dan 20 KV untuk kemudian
didistribusikan ke Gardu Distribusi.
Ada 3 macam sistem distribusi listrik tegangan tinggi yaitu:
1. Sistem Transmisi Radial
1. Pembangkit *
2. Gardu Pembangkit *
3. Gardu Induk * *
4. Gardu Distribusi * *
5. Gardu Hubung *
6. Tiang * * *
7. Jointer * *
8. Trafo * * *
9. PMT * * *
10. Jaringan Kabel Udara * * *
11. Jaringan Kabel Tanah * *
12. KwhMeter *
13. Lampu Umum *
Keterangan:
SDTT = Sistem Distribusi Tegangan Tinggi
SDTM = Sistem Distribusi Tegangan Menengah
SDTR = Sistem Distribusi Tegangan Rendah
* = Elemen yang ada
2.3 Kaitan Informasi Spasial Dalam Distribusi Jaringan Listrik
Keterangan:
P = Perencanaan
DK = Desain Konstruksi
PP = Pemeliharaan Perbaikan
* = Informasi yang ada
2.3.2 Kaitan Skala Peta Pada Sistem Jaringan Listrik.
Untuk membantu dalam memberikan gambaran mengenai posisi dari elemen
sistem jaringan listrik dan informasi topografi dapat dilakukan dengan
menvisualisasikan atau menggambarkannya dalam suatu peta. Artinya sebuah peta
memegang peranan yang sangat penting dalam membantu pekerjaan terkait jaringan
listrik.
Setiap tahap pekerjaan memerlukan data mengenai elemen jaringan listrik dan
informasi topografi dengan standar ketelitian yang berbeda-beda. Dimana ketelitian
data akan sangat terkait dengan skala peta yang akan digunakan, berikut ini
penjelasan dari masing-masing tahap:
1. Tahap Perencanaan
Untuk tahap perencanaan umumnya skala peta yang digunakan merupakan peta
skala kecil yakni antara peta skala 1:5000, 1:10000, 1:25000 atau bahkan
1:50000, karena umumnya informasi spasial yang diperlukan merupakan
informasi yang bersifat umum dan tidak memerlukan informasi dengan ketelitian
yang tinggi. Selain itu setiap pekerjaan perencanaan dari masing-masing sistem
distribusi listrik memerlukan data spasial peta pada skala yang berbeda-beda, hal
ini dikarenakan setiap sistem distribusi listrik memiliki elemen-elemen jaringan
listrik masing-masing, dimana jarak antar elemen-elemen pada masing-masing
sistem distribusi berbeda-beda.
2. Tahap Desain dan Konstruksi
Tahap desain dan konstruksi terkait dengan implementasi pekerjaan di lapangan
seperti pemasangan kabel-kabel bawah tanah dan kabel-kabel saluran udara,
pemasangan elemen-elemen listrik seperti tiang, jointer dan sebagainya. Seperti
kita ketahui bahwa dalam implementasi pekerjaan di lapangan dibutuhkan
informasi yang sangat akurat dan teliti khususnya informasi yang terkait dengan
posisi dan lokasi. Ketelitian posisi dan lokasi yang diperlukan pada pekerjaan
desain dan konstruksi hingga satuan meter bahkan bisa hingga di bawah satuan
meter.
Sebagai contoh ketika akan menentukan posisi relatif dari kabel-kabel bawah
tanah terhadap tepi jalan maka diperlukan ketelitian data jarak hingga satuan
meter. Oleh karena itu pada tahap desain dan konstruksi ini diperlukan peta yang
sangat teliti. Skala peta yang dapat digunakan diantaranya adalah peta pada skala
1:1000. Bahkan untuk pekerjaan desain dan konstruksi tertentu memerlukan peta
dengan skala yang lebih besar dari 1:1000 seperti peta skala 1:500, 1:250, atau
lebih besar dari 1:250.
3. Tahap Pemeliharaan dan Perbaikan
Sama halnya dengan tahap konstruksi, tahap pemeliharaan dan perbaikan sangat
memerlukan data dan informasi yang akurat dan teliti karena terkait dengan
implementasi pekerjaan di lapangan, apalagi untuk pekerjaan yang membutuhkan
informasi mengenai posisi dan lokasi yang akurat.
Sebagai contoh ketika akan dilakukan perbaikan terhadap kabel bawah tanah yang
mengalami kerusakan, maka diperlukan ketelitian data jarak hingga satuan meter
agar sewaktu akan dilakukan penggalian tanah untuk memperbaiki kabel, posisi
dari kabel dapat ditentukan secara tepat. Oleh karena itu skala peta yang
digunakan umumnya merupakan peta pada skala besar, sama seperti halnya
dengan ukuran skala peta yang digunakan pada tahap desain dan konstruksi yaitu
1:1000 atau lebih.
Setiap pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan semuanya memerlukan peta
pada skala yang sangat besar. Sistem distribusi listrik tidak lagi menjadi
pertimbangan yang utama dalam menentukan skala peta. Semuanya tergantung dari
ketelitian dan keakuratan dari informasi spasial yang diperlukan dalam setiap
pekerjaannya.
Tabel 2.3 Skala Peta Dalam Pekerjaan Sistem Jaringan Listrik