Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangkit listrik tenaga uap merupakan salah satu penyuplai kebutuhan


listrik saat ini. Sebagian besar PLTU menggunakan bahan bakar fosil sebagai
sumber energi pembangkitan. Bahan bakar fosil tersebut bersifat tidak terbarukan
atau terbatas serta menghasilkan emisi gas rumah kaca sehingga rekayasa
pengoperasian sistem pembangkit menjadi penting. Keharusan untuk mengontrol
emisi-emisi gas rumah kaca, gas-gas polutan dan zat-zat lainya di atmosfir akan
menyebabkan sorotan pada efisiensi semua proses konversi energi dan aplikasinya
semakin bertambah, khususnya pada sistem pembangkit tenaga. Di sisi lain, saat
ini beberapa sumber energi yang diketahui persediannya semakin menipis. Oleh
karena itu, isu-isu yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam
secara efisien, termasuk energi, menjadi sangat penting. Untuk alasan ini, pada
tahun belakangan ini analisis eksergi banyak menarik perhatian para ilmuan dan
perancang sistem. Ada beberapa yang mencurahkan studi-studinya pada analisis
eksergi komponen dan peningkatan efisiensi.

Pada umumnya PLTU yang merupakan sistem pembangkit termal yang


didesain dengan kriteria unjuk kerja yang dievaluasi berdasarkan hukum
termodinamika pertama saja. Energi berguna yang hilang dari sistem tidak dapat
ditentukan dengan hukum termodinamika pertama karena hukum ini tidak
memandang perbedaan antara kualitas dan kuantitas energi sekaligus. Evaluasi
unjuk kerja eksergi berdasarkan hukum termodinamika kedua merupakan metode
yang dapat dimanfaatkan dalam desain, evaluasi, optimasi, dan pengembangan
sistem pembangkit termal. Analisis eksergi bukan hanya dapat menentukan besar,
lokasi, dan penyebab irreversibilitas pada sistem pembangkit melainkan juga
mengetahui efisiensi komponen pembangkit. Eksergi merupakan piranti yang

1
menarik untuk mengidentifikasi lokasi irreversibilitas atau kerugian eksergi
dan tingkat ketidakefisienan dari sistem pembangkit daya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja data-data yang diperlukan dalam analisis eksergi ?


2. Berapa besar eksergi setiap komponen pada PLTU?
3. Bagaimana efisiensi eksergi pada komponen pada PLTU?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui data-data yang diperlukan dalam analisis eksergi.
2. Mengetahui besarnya eksergi setiap komponen pada PLTU.
3. Menghitung exergy fisik pada setiap komponen pada PLTU.
4. Menghitung efisiensi eksergi pada komponen pada PLTU.

2
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 EKSERGI

2.1.1 Pengertian Eksergi

Eksergi adalah kata lain yang digunakan untuk menggambarkan energi


yang dapat dimanfaatkan (available energy) atau ukuran kertersediaan energi
untuk melakukan kerja. Eksergi menyajikan standar kualitas energi yang paling
mendasar dan dapat diterima secara universal dengan menggunakan parameter-
parameter lingkungan sebagai keadaan-keadaan referensi. Eksergi suatu sumber
daya memberikan indikasi seberapa besar kerja yang dapat dilakukan oleh
sumber daya tersebut pada suatu lingkungan tertentu. Konsep eksergi secara
eksplisit memperlihatkan kegunaan (kualitas) suatu energi dan zat sebagai
tambahan selain apa yang dikonsumsi dalam tahapan-tahapan pengkonversian
atau transfer energi. Kapan eksergi mengalami kehilangan kualitasnya, sebagai
akibat adanya eksergi yang dimusnahkan. Istilah-istilah lain yang biasa
digunakan untuk eksergi meliputi energi yang dapat dimanfaatkan (available
energy) dan availabilitas.

Kotas menyatakan bahwa eksergi suatu arus/aliran (stream) stedi dari


suatu zat adalah sama dengan jumlah kerja maksimum yang dapat diperoleh bila
arus tersebut dibawa dari keadaan awalnya ke keadaan mati (dead state) melalui
suatu proses yang mana arus tersebut hanya berinteraksi dengan lingkungan. Jadi
eksergi suatu arus adalah sifat dari keadaan arus tersebut dan keadaan
lingkungan tersebut. Sekalipun suatu sistem berada dalam kesetimbangan
dengan lingkungannya, maka sistem tersebut tidak mungkin lagi untuk
menggunakan energi dalam sistem tersebut untuk menghasilkan kerja. Pada
kondisi ini, eksergi dari suatu sistem telah dimusnahkan sepenuhnya.

3
2.1.2 Lingkungan Referensi Eksergi

Eksergi sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan dan keadaan


sekeliling sistem. Keadaan sekeliling itu sendiri porsinya juga lebih kecil
daripada lingkungan. Pada lingkungan yang cakupannya lebih luas, sifat intensif
tidak terpengaruh akan proses yang melibatkan sistem dan keadaan sekeliling.
Lingkungan tidak berubah, dan irreversibilitas, walaupun sifat intensif,
lingkungan tidak berubah,tetapi sifat ekstensifnya dapat berubah karena interaksi
dengan sistem lain. Perubahannya meliputi: usaha dalam Ue, entropi S, dan
volume Ve dari lingkungan. Berdasar persamaan:

2.1.3 Dead State

Jika suatu sistem berubah menuju ke keadaan lingkungan, maka


kesempatan untuk munculnya kerja semakin berkurang, dan akhirnya akan
didapati suatu keadaan dimana 2 keadaan setimbang dengan yang lain, ini
disebut dead state (keadaan mati). Dalam keadaan mati sistem dan lingkungan
memliki energi, sedangkan eksergi adalah nol sebab tidak ada perubahan
spontan dalam sistem maupun lingkungan,dan juga tidak timbul interaksi dengan
sistem lain.

2.1.4 Analisis Eksergi

Metode analisis eksergi (analisis kemanfaatan) sangat tepat digunakan


untuk mendorong tercapainya penggunaan sumber daya energi dengan lebih
efektif, karena eksergi memungkinkan untuk menentukan lokasi, penyebab, dan
besar sebenarnya dari kerugian dan pemborosan suatu sistem termal. Dengan
demikian eksergi dapat digunakan dalam sistem baru yang lebih efeisien dan
dapat meningkatkan efisiensi dari sistem yang sudah ada.

4
2.1.4.1 Eksergi Fisik

Eksergi fisik sebuah sistem tertutup pada keadaan tertentu


diekspresikan sebagai:

dimana U, V, s masing-masing adalah notasi untuk energi dalam, volume


dan entropi sistem pada keadaan tertentu, U0, V0, s0 adalah nilai dari
besaran yang sama pada saat sistem berada pada batas titik mati (dead
state). Total eksergi yang ditransfer berhubungan dengan aliran zat
berdasarkan unit massa dinyatakan dengan:

Eksergi fisik berhubungan dengan tekanan dan temperatur aliran zat.

2.1.4.2 Eksergi Kimia Bahan Bakar

Untuk sebuah bahan bakar hidrokarbon CaHb pada T0, P0 yang bereaksi
dengan oksigen menghasilkan karbondioksida dan air, dengan
mengasumsi tidak terjadi irreversibilitas, penyelesaian untuk eksergi
kimia bahan bakar adalah :

5
2.1.4.3 Pemusnahan Eksergi dan Kehilangan Eksergi
2.1.4.3.1 Pemusnahan Eksergi melalui perpindahan panas
Pada keadaan steady, laju eksergi volume kontrol diberikan oleh
persamaan:

Dari kesetimbangan laju energi, , maka laju pemusnahan eksergi


menjadi:

dimana Tha adalah temperatur termodinamika rata-rata.

2.1.4.3.2 Rasio Pemusnahan Eksergi dan Kehilangan Eksergi

Nilai laju pemusnahan eksergi dan kehilangan eksergi melengkapi


pengukuran inefisiensi sistem termodinamika. Hubungan masing-masing
dengan pengukuran ini adalah rasio pemusnahan eksergi dan serta rasio
kehilangan eksergi . Laju pemusnahan eksergi dalam sebuah komponen
sistem dapat dibandingkan terhadap laju eksergi bahan bakar terhadap
keseluruhan sistem, yang memberikan rasio pemusnahan eksergi:

Kemungkinan lain, komponen laju pemusnahan eksergi dapat


dibandingkan terhadap total laju pemusnahan eksergi dalam sistem,
yang memberikan rasio:

6
Rasio kehilangan eksergi yaitu dengan membandingkan kehilangan
eksergi bahan bakar yang diberikan terhadap keseluruhan sistem:

Kedua rasio pemusnahan eksergi berguna unuk membandingkan


berbagai komponen pada sistem yang sama. Rasio pemusnahan eksergi,
yD juga digunakan untuk membandingkan komponen serupa pada sistem
yang berbeda dengan menggunakan bahan bakar yang sama.

2.1.4.4 Efisiensi Eksergeik

Sebuah sistem pada keadaan stedi, laju eksergi dimana bahan bakar disuplai dan
produk dihasilkan masing-masing dan , kesetimbangan laju eksergi sistem
tersebut adalah:

Efisiensi eksergetik adalah rasio antara eksergi produk dan bahan bakar:

Efisiensi eksergetik menunjukkan persentase eksergi bahan bakar yang diberikan


terhadap sistem yang didapatkan dalam eksergi produk. Kegunaan penting
efisiensi eksergeik adalah untuk mengakses performa termodinamika sebuah

7
komponen, pembangkit atau industri relatif terhadap performa komponen,
pembangkit atau industri serupa.

2.2 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

2.2.1 Pengertian PLTU

PLTU adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk
menghasilkan energi listrik. proses konversi energy pada PLTU berlangsung
melalui 3 tahapan, yaitu :

 Energi kimia bahan bakar diubah menjadi energy panas dalam bentuk uap
bertekanan dan temperature tinggi.
 Energi panas diubah menjadi energy mekanik dalam bentuk putaran.
 Energi mekanik diubah menjadi energy listrik.

2.2.2 Prinsip Kerja PLTU

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang – ulang, utrutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut:

 Air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah
panas.
 Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan
untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
 Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energy
listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehingga
ketika turbin berputar dihasilkan energy listrik dari terminal output generator.
 Uap bekas keluar turbin masuk ke condenser untuk didinginkan dengan
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat. air
kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi
boiler.

8
2.2.3 Komponen PLTU
2.2.3.1 Boiler

Gambar 1. Boiler

Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air
dengan menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil
pembakaran selanjutnya panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga
menghasilkan steam (uap air yang memiliki temperatur tinggi). Boiler
berfungsi untuk memproduksi steam (uap) yang dapat digunakan untuk
proses/kebutuhan selanjutnya.

2.2.3.2 Turbin

Gambar 2. Turbin

9
Turbin adalah suatu perangkat yang mengkonversikan energi uap yang
bertemperatur tinggi dan tekanan tinggi menjadi energi mekanik (putaran).
Ekspansi uap yang dihasilkan tergantung dari sudu-sudu (nozzle) pengarah dan
sudu-sudu putar. Ukuran nozzle pengarah dan nozzle putar adalah sebagai
pengatur distribusi tekanan dan kecepatan uap yang masuk ke Turbin. Turbin
uap berkapasitas besar memiliki lebih dari satu silinder cashing.

2.3.3.3 Kondenser

Gambar 3. Kondenser

Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger)
yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja. Pada sistem tenaga uap,
fungsi utama kondensor adalah untuk mengembalikan exhaust steam dari turbin
ke fase cairnya agar dapat dipompakan kembali ke boiler dan digunakan
kembali. Selain itu, kondensor juga berfungsi untuk menciptakan back pressure
yang rendah (vacuum) pada exhaust turbin . Dengan back pressure yang rendah,
maka efisiensi siklus dan kerja turbin akan meningkat.

10
2.3.3.4 Feed Water Heater

Gambar 4. Feed Water Heater

Feedwater heater adalah sejenis heat exchanger yang dapat dibedakan


menjadi dua macam yaitu closed dan open feedwater heater. Closed feedwater
heater merupakan shell and tube heat exchager yang diklasifikasikan menjadi
dua macam yaitu LPH (Low Pressure Heater) dan HPH (High Pressure Heater).
LPH dan HPH memiliki fungsi utama yang sama yaitu memanaskan air sebelum
masuk boiler agar kerja boiler tidak terlalu berat sehingga tidak membutuhkan
bahan bakar lebih banyak atau dengan kata lain akan meningkatkan efisiensi
siklus secara keseluruhan. Yang membedakan antara LPH dengan HPH adalah
ekstraksi uapnya. Ekstraksi uap pada LPH berasal dari LP (Low Pressure)
turbin sedangkan pada HPH ekstraksi uapnya berasal dari HP (High Pressure)
turbin dan IP (Intermediate Pressure) turbin. Sedangkan open feedwater heater
atau yang disebut deaerator merupakan heat exchanger direct contact type yang
berfungsi untuk memanaskan air setelah dari LPH dan memisahkan antara
oksigen dengan air.

11
2.3.3.5 Deaerator

Gambar 5. Daerator

Deaerator adalah alat yang bekerja untuk membuang gas-gas yang


terkandung dalam air umpan boiler, setelah melalui proses pemurnian air (Water
treatment). Selain itu juga Deaerator berfungsi sebagai pemanas awal air pengisi
ketel sebelum disalurkan ke dalam boiler. Deaerator ini bekerja berdasarkan sifat
dari oksigen yang kelarutanya pada air akan berkurang dengan adanya kenaikan
suhu.

Deaerator terdiri dari dua drum dimana drum yang lebih kecil merupakan
tempat pemanasan pendahuluan yang berfungsi membuang gas-gas dari bahan
air ketel sedangkan drum yang lebih besar merupakan tempat penampungan
bahan air ketel yang jatuh dalam drum yang lebih kecil di atasnya. Pada drum
yang lebih kecil terdapat spray nozle yang berfungsi untuk menyemprotkan
bahan air ketel menjadi butiran-butiran halus agar proses pemanasan dan
pembuangan gas-gas dari bahan air ketel lebih sempurna. Selain itu pada drum
yang lebih kecil disediakan satu saluran vent agar gas-gas dapat terbuang
(bersama steam) ke atmosfir.

12
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Power Plant

Pembangkit listrik ini memiliki kapasitas daya total 256 MW. Terletak
700 m di atas permukaan laut kota Iranshahr, sebelah tenggara Iran, 1500 m dari
Taheran. mulai beroperasi pada pertengahan tahun Sembilan puluhan. Power house
terdiri dari empat unit turbin uap (4X64) MW dengan beban 10%. Bahan bakar yang
digunakan pada pembangkit ini ialah minyak berat, yang diperoleh dari kilang
minyak dekat pembangkit. komsumsi beban pada tahun 2010 sekitar 560.000 ton.

Gambar 6. Diagram Alir PLTU Iranshahr

13
3.2 Parameter

Adapun Parameter analisis dari sistem power plant ditunjukkan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 1. Sifat bahan bakar yang digunakan pada PLTU Iranshahr

Tabel 2. Kondisi Operasi PLTU Iranshahr

14
3.3 Perhitungan

Tabel 3. Analisis Eksergi Power Plant pada T0 = 33 K, P0 = 101.3 kPa

3.3.1 Perhitungan Eksergi

Eksergi = ṁ x Ψ

Dimana ṁ = Aliran massa (kg/s) dan Ψ = Eksergi spesifik (kJ/kg)

Eksergi Spesifik = (h-h0) – T0(s-s0)

Point 1

X = ṁ1 x Ψ1

= (4.8kg/s x 1077.5kJ./Kg) = 51720 kW x (1000 MW/1KW) = 5.1720 MW

15
Point 2

X = ṁ2 x Ψ2

= (4.02kg/s x 896.673 kJ./Kg) = 3604.6255 kW x (1000 MW/1KW)

= 3.6046 MW

Point 3

X = ṁ3 x Ψ3

= (4.42 kg/s x 691.547 kJ./Kg) = 3056.6377 kW x (1000 MW/1KW)

= 3.0566 MW

Point 4

X = ṁ4 x Ψ4

= (3.76 kg/s x 625.631kJ./Kg) = 2352.3726 kW x (1000 MW/1KW)

= 2.3524 MW

Point 5

X = ṁ5 x Ψ5

= (1.74 kg/s x 475.472kJ./Kg) = 827.3213 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.8273 MW

Point 6

X = ṁ6 x Ψ6

16
= (55.43 kg/s x 291.333 kJ./Kg) = 16148. 5882 kW x (1000 MW/1KW)

= 16.1457 MW

Point 7

X = ṁ7 x Ψ7

= (55.43 kg/s x 10.932 kJ./Kg) = 605.9608 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.6060 MW

Point 8

X = ṁ8 x Ψ8

= (60.94 kg/s x 10.621 kJ./Kg) = 647.2437 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.6472 MW

Point 9

X = ṁ9 x Ψ9

= (60.94 kg/s x 13.553 kJ./Kg) = 825.9198 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.8259 MW

Point 10

X = ṁ10 x Ψ10

= (5.51 kg/s x 19.243 kJ./Kg) = 106.0289 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.1060 MW

17
Point 11

X = ṁ11 x Ψ11

= (60.94 kg/s x 25.471 kJ./Kg) = 1552.2027 kW x (1000 MW/1KW)

= 1.5522 MW

Point 12

X = ṁ12 x Ψ12

= (3.77 kg/s x 30.978 kJ./Kg) = 116.7871 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.1168 MW

Point 13

X = ṁ13 x Ψ13

= (60.94 kg/s x 50.392 kJ./Kg) = 3070.885 kW x (1000 MW/1KW)

= 3.0709 MW

Point 14

X = ṁ14 x Ψ14

= (74.17 kg/s x 88.723 kJ./Kg) = 6580.5843kW x (1000 MW/1KW)

= 6.5806 MW

Point 15

X = ṁ15 x Ψ15

18
= (74.17 kg/s x 106.131 kJ./Kg) = 7671.7363 kW x (1000 MW/1KW)

= 7.8717 MW

Point 16

X = ṁ16 x Ψ16

= (8.82 kg/s x 97.269 kJ./Kg) = 857.9126 kW x (1000 MW/1KW)

= 8.8579MW

Point 17

X = ṁ17 x Ψ17

= (74.17 kg/s x 148.838 kJ./Kg) = 11039.3145 kW x (1000 MW/1KW)

= 11.0309 MW

Point 18

X = ṁ18 x Ψ18

= (4.8 kg/s x 160.268 kJ./Kg) = 769.2864 kW x (1000 MW/1KW)

= 0.7693 MW

Point 19

X = ṁ19 x Ψ19

= (74.17 kg/s x 204.902 kJ./Kg) = 15197.5813 kW x (1000 MW/1KW)

19
= 15.1976 MW

Point 20

X = ṁ20 x Ψ20

= (74.17 kg/s x 1431 kJ./Kg) = 106137.2700 kW x (1000 MW/1KW)

= 106.1373 MW

Point of Input Air

X = ṁIA x ΨIA

= (6000 kg/s x 0 kJ./Kg) = 0

Point of Output Air

X = ṁOA x ΨOA

= (6000 kg/s x 0.615 kJ./Kg) = 3690 kW x (1000 MW/1KW)

= 3.6900 MW

Point of Dead Steate

X = ṁDS x ΨDS = -

20
3.3.2 Efesiensi

Boiler

ŋBoiler = (Xout – Xin) / Xfuel x 100%

Xfuel = LHV x ζ x ṁ

Diketahui LHV = 40518.12 kJ/kg , ζ = 1.06, ṁ = 4.8 kg/s, sehingga :

Xfuel = LHV x ζ x ṁ = 40518.12 kJ/kg x 1.06 x 4.8 kg/s = 42949.2072 kJ/s

= 42949.2072 kW x (1000 MW/1kw) = 206.1562 MW

jadi :

ŋBoiler = (106.1373-15.1976) MW/ 206.1562 MW x 100%

= 44.1120% = 44.11%

Turbine

ŋturbine = WT/(Xin – Xout)

dimana WT = 54 MW, Xin = X20, Xout = X1+X2+X3+X4+X5+X6.

jadi

ŋturbine = 54 MW/(106.1373-(5.1720+3.6046+3.0566+0.8273+16.1457))MW
x100%

ŋturbine = 54 MW/74.9786MW x 100% = 72.0205% = 72.02%

Condenser

ŋCondenser = Xout/Xin x 100%

21
Xout = X7 + Xoutput air sedangkan Xin = X6

jadi

ŋCondenser = (0.6060+3.6900)MW/16.1457MW x 100% = 4.2960/16.1457 x100%

ŋCondenser = 26.6075% = 26.60%

Boiler Feed Pump

ŋBFpump = 1 – (IBFpump/WBFpump)

WBFpump = (m (hout – hin))/ŋcombine = (74.17 kg/s x (692.769-675.575) kJ/kg)) / 0.95

WBFpump = 1342.3989 KW x ( 1 MW/1000 KW) = 1.3424 MW

IBFpump = Xin-Xout + WBFpump = (6.5806 – 7.8717 + 1.3424) MW = 0.0512 MW

Jadi

ŋBFpump = 1 – (0.0512 MW/1.3424 MW) x 100 % = 96.1824 % = 96.18%

hin = h15, hout = h14, Xin = X14, Xout = X15.

LP Pump

ŋLPpump = 1 – (ILPpump/WLPpump)

WLPpump = (m (hout – hin))/ŋcombine = (60.94 kg/s x (321.717-311.039) kJ/kg)) / 0.95

WLPpump = 684.9656 KW x ( 1 MW/1000 KW) = 0.6850 MW

ILPpump = Xin-Xout + Wpump = (0.6472– 0.8259 +0.6850) MW = 0.5063MW

jadi

22
ŋLPpump = 1 – (0.5063MW/0.6850 MW) x 100 % = 26.0854% = 26.09%

hin = h8, hout = h9, Xin = X8 dan Xout = X9

HPH1

ŋHPH1 = Xout/Xin x 100 %

Xout = X16+X17, Xin = X2+X15+X18

ŋHPH1 = (11.8972/12.2456) MW x 100% = 97.1547 % = 97.15%

HPH2

ŋHPH2 = Xout/Xin x 100 %

Xout = X18+X19, Xin = X1+X17

ŋHPH1 = (1.6582/1.7700) MW x 100% = 98.4921 % = 98.49%

Daerator

ŋDaerator = Xout/Xin x 100 %

Xout =X14, Xin = X3+X13+X16

ŋDaerator = (6.5806/6.9854) MW x 100% = 94.2043 % = 94.20%

LPH1

ŋLPH1 = Xout/Xin x 100 %

Xout = X11+X10, Xin = X5+X9+X12

ŋLPH1 = (1.6582/1.7700) MW x 100% = 93.6839 % = 93.68%

23
LPH2

ŋLPH2 = Xout/Xin x 100 %

Xout = X12+X13, Xin = X4+X11

ŋLPH1 = (3.1877/3.9046) MW x 100% = 81.6395 % = 81.64%

CRT

ŋCRT = Xout/Xin x 100 %

Xout = X8, Xin = X7+X10

ŋCRT = (0.6472/0.7120) MW x 100% = 90.9063 % = 90.91%

Power Cycle

ŋPowerCycle = WTurbine - Wpump/Xfuel x 100 %

ŋPowerCycle = (54/2.0274) MW x 100% = 25.2103 % = 25.21%

24
Tabel 4. Perbandingan Perhitungan Eksergi

POINT Eksergi Jurnal Eksergi Perhitungan


(MW) (MW)
1 5.172 5.1720
2 3.605 3.6046
3 3.057 3.0566
4 2.352 2.3524
5 0.827 0.8273
6 16.149 16.1457
7 0.606 0.6060
8 0.647 0.6472
9 0.826 0.8259
10 0.106 0.1060
11 1.552 1.5522
12 0.117 0.1168
13 3.071 3.0709
14 6.581 6.5806
15 7.872 7.8717
16 0.858 0.8579
17 11.039 11.0393
18 0.769 0.7693
19 15.198 15.1976
20 106.140 106.140
Input air 0 0
Output air 3.691 3.6900
Dead state - -

25
Tabel 5. Perbandingan Perhitungan Efesiensi

KOMPONEN % Efisiensi Jurnal % Efisiensi Perhitungan


BOILER 44.11 44.11
TURBIN 72.02 72.02
CONDENSER 20.93 26.60
LP BOILER FEED PUMP 96.18 96.18
LP LPHPUMP 26.09 26.09
HPH1 97.15 97.15
HPH2 98.48 98.49
DAERATOR 94.20 94.20
LPH1 93.68 93.68
LPH2 81.64 81.64
CRT 90.91 90.91
POWER CYCLE 25.22 25.21

26
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam makalah ini, system pembangkit tenaga uap dieksplorasi oleh


analisi energy dan eksergi dengan variasi suhu lingkungan. energi maksimum
hilang sebesar 66% pada kondesnser. Kerusakan eksergi di kondensor adalah 9%.
Efisiensi eksergi siklus daya yang diperoleh adalah 25%, lebih rendah dari
pembangkit listrik modern. Karena reaksi kimia selama proses pembakaran sistem
boiler termasuk nilai tertinggi maka penghancuran eksergi berkaitan dengan fraksi
udara berlebih dan suhu udara di inlet., boiler adalah sumber utama irriversibilities
dalam sistem, meskipun persen eksergi kehancuran dan efisiensi eksergi setiap
komponen dalam sistem berubah sesuai suhu lingkungan referensi.

27
28

Anda mungkin juga menyukai