Anda di halaman 1dari 42

1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An. I

DENGAN AUTISM DI WISMA PAUL BAWAH

PANTI ASUHAN BAKTI LUHUR SURABAYA

OLEH :
YELSTRIA ULINA TARIGAN
2010.C.02a.0141

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2014/2015
2

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An. I

DENGAN AUTISM DI WISMA PAUL BAWAH

PANTI ASUHAN BAKTI LUHUR SURABAYA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN PADA

PENDIDIKAN PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh

YELSTRIA ULINA TARIGAN

NIM. 2010.C.02a.0141

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2014/2015
3

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. KONSEP DASAR

1.1.1 Definisi
Autisme diartikan oleh Leo Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943
adalah suatu gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kelainan pada
seseorang sehingga secara tak langsung individu tersebut dapat dikatakan “ hidup
dalam dunianya sendiri “ (Yatim, 2003. Hal: 5).
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti
aliran. Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri
(Purwati, 2007; Hal :8 ).
Menurut Devision dalam buku karya Yupi, Autis adalah gangguan
perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi
sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum
usia 2,5 tahun (Yupi. 2004. Hal; 73).

1.1.2 Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya
yaitu:
1.1.2.1 Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile-x (ditemukan pada 5-20% penyandang
autis).
1.1.2.2 Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
4

Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak yang
berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun setelah
persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex
Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.
1.1.2.3 Faktor Kelahiran dan Persalinan 1
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Seperti
adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang bercampur feces,
dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya keracunan seperti logam
berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air
bahkan makanan.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.
1.1.3 Manisfestasi Klinik
1.1.3.1 Pada Tahap Pertumbuhan
Umumnya penderita Autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang
wajar dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan, merangkak, dan
berdiri), kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak
dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarakannya atau dapat
menggunakan panca indranya dengan normal dan secara luas ketika mengeksplorasi
lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada
anak penderita Autis didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya, misalnya:
1) Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran
bicara pada usia 12- 14 bulan.
2) Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
3) Sulit menggerakkan otot (Athaxia).
4) Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
5) Mengalami kesulitan membaca (Dyslexia).
5

6) Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit
(Dysphasia).
7) Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan
tangan (Spastic) atau kelemasan otot kaki dan tangan (Hypotonic) sehingga tak
mampu untuk mengembangkan kemampuan duduk, berdiri, dan berjalan secara
mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri sendiri
dan berjalan pada usia 6-18 bulan .
8) Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga
anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
9) Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya
juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan intelektual.

Anak Autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun dan setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastis.
1.1.3.2 Pada Tahap Perkembangan
Pada tahap ini penderita autis memperlihatkan keterbelakangan dan gangguan
dalam hal psikologis dan intelektual. Selain itu, kemampuan untuk berkomunikasi
dan berprilaku juga mengalami penyimpangan. Dalam usia 5 tahun, komunikasi anak
dan ibu terganggu dengan adanya sikap anak yang tidak mau menatap ibunya ketika
ditimang, hal ini menunjukkan kesan tidak mengenal.Tidak dapat bercakap-cakap
dengan orang lain di sekitar secara mandiri, adanya gangguan praverbal yang
ditunjukkan dengan berteriak dan ekolia (bicara yang mengulang kata atau
ungkapan), padahal anak normal pada usia 6- 18 bulan sudah dapat melakukannya
(dalam kemampuan berbahasa sesuai batas usia). Dalam berperilaku, anak biasanya
duduk dalam jangka waktu yang lama, sibuk dengan tangannya (dengan
mengepakkannya, memainkan jarinya atau bertepuk tangan), tercengang dan
menatap terus pada objek tertentu (mengkilap dan bersifat mekanis) seolah tak dapat
dipisahkan dan sangat terikat daripadanya. Gambaran lain adalah adanya sikap
rirualistik dan konvulsif dimana anak menekankan suatu rutinitas kehidupan harian
tertentu dan menolak suatu perubahan, dan adanya gerakan yang tidak biasa
6

ditemukan pada anak normal yaitu sering mengedipkan mata secara berulang, wajah
sering menyeringai, sikap melompat dan berjingkat. Pada segi psikologis didapati
adanya perubahan suasana hati yang tiba-tiba, tertawa dengan sebab yang tidak jelas
dan sering diselingi dengan kemarahan yang bersifat destruktif. Anak sering
ketakutan dengan suara tertentu dan tercengang dengan suara yang lain. Hal ini juga
akan mengarahkan anak untuk mengalami gangguan mental psikotik paranoid (takut
dan curiga sehingga memperlihatkan sikap tidak mempercayai orang lain),
schizotypal (menyendiri dan asik dengan dunianya sendiri), dan histionik (selalu ingin
diperhatikan, diutamakan, dan dituruti seluruh keinginannya). Sisi intelektual anak
dengan autis akan dihadapkan dengan adanya retardasi, tetapi ada kecenderungan
untuk membaik jika anak dapat lepas dari sikap menarik diri. Kemampuan olah bicara
anak autis sering terhambat pada hal intonasi dan hal lain yang mengalami gangguan
adalah kemampuan untuk menentukan waktu.
Tanda dan gejala diberbagai bidang yaitu:
1) Di bidang komunikasi:
(1) Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak
nampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian
hilang kemampuan bicara.
(2) Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
(3) Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang dengan bahasa yang tidak
dimengerti orang lain.
(4) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo
(Echolalia).
(5) Bila senang meniru dapat menghafal kata-kata atau nyanyian yang didengar
tanpa mengerti artinya.
(6) Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata-kata) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
(7) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia
inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2) Di bidang interaksi sosial:
7

(1) Anak autis lebih suka menyendiri


(2) Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari
tatapan muka atau mata dengan orang lain.
(3) Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya
maupun yang lebih tua dari umurnya.
(4) Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3) Di bidang sensoris:
(1) Anak autis tidak peka terhadap sentuhan seperti tidak suka dipeluk.
(2) Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
(3) Anak autis senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda yang
ada disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4) Di bidang pola bermain:
(1) Anak autis tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
(2)Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
(3) Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
(4)Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-
putar.
(5)Senang terhadap benda-benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda,
dan sejenisnya.
(6)Sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana.
5) Di bidang perilaku:
(1) Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
(2) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti
bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
(3) Berputar-putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan
dengan bolak-balik, dan melakukan gerakan yang diulang-ulang.
(4) Tidak suka terhadap perubahan.
(5) Duduk bengong dengan tatapan kosong.
8

6) Di bidang emosi:
(1) Anak autis sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa.
(2) Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya.
(3) Kadang agresif dan merusak.
(4) Kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri.
(5) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada
disekitarnya atau didekatnya.
1.1.4 Patofisiologi
Autisme adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh mutasi berkumpul di
beberapa jalur molekuler umum, atau adalah (seperti cacat intelektual) set besar
gangguan dengan berbagai mekanisme. autism tampaknya timbul akibat dari
perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi banyak atau semua fungsi sistem
otak, dan mengganggu perkembangan otak waktu lebih dari produk akhir.
Neuroanatomical penelitian dan asosiasi-asosiasi dengan teratogen sangat
menyarankan bahwa mekanisme autisme itu meliputi perubahan dari perkembangan
otak segera setelah pembuahan. anomali ini muncul untuk memulai kaskade patologis
peristiwa dalam otak yang secara signifikan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan. Hanya setelah lahir, otak anak-anak autistik cenderung tumbuh lebih
cepat dari biasanya, diikuti dengan normal atau relatif lebih lambat pertumbuhan di
masa kanak-kanak. Tidak diketahui apakah awal pertumbuhan yang berlebihan terjadi
pada semua anak-anak autistik. Tampaknya menjadi yang paling menonjol di
wilayah-wilayah otak yang mendasari perkembangan kognitif yang lebih tinggi
spesialisasi.
Hipotesis untuk seluler dan molekuler dasar patologis berlebih awal meliputi:
1) Kelebihan neuron yang menyebabkan overconnectivity lokal di daerah otak kunci.
2) Terganggu saraf migrasi selama awal kehamilan.
Interaksi antara sistem kekebalan dan sistem saraf mulai awal selama tahap
embrionik kehidupan dan sukses neurodevelopment tergantung pada respon imun
9

yang seimbang. Ada kemungkinan bahwa aktivitas kekebalan yang menyimpang


selama periode kritis neurodevelopment adalah bagian dari mekanisme dari beberapa
bentuk ASD. Meskipun beberapa kelainan pada sistem kekebalan telah ditemukan
dalam sub-sub kelompok khusus individu autistic tidak diketahui apakah kelainan ini
relevan dengan atau sekunder untuk proses penyakit autisme. Sebagaimana
autoantibodies ditemukan dalam kondisi selain ASD, dan tidak selalu hadir dalam
ASD, hubungan antara gangguan kekebalan dan autisme tetap tidak jelas dan
controversial. Hubungan antara zat kimia saraf dengan autisme belum dipahami
dengan baik; beberapa telah diselidiki, dengan banyak bukti-bukti untuk peran
serotonin dan perbedaan genetis dalam transportasi.
Beberapa data menunjukkan peningkatan beberapa hormon pertumbuhan data
lain berpendapat untuk berkurang faktor pertumbuhan. Beberapa kekeliruan
metabolisme bawaan berhubungan dengan autisme tetapi account mungkin kurang
dari 5% dari kasus. Sistem neuron cermin (MNS) hypothesizes autisme teori bahwa
distorsi dalam perkembangan MNS imitasi mengganggu dan menyebabkan autisme
fitur inti kerusakan sosial dan komunikasi, kesulitan MNS beroperasi ketika binatang
melakukan suatu tindakan atau mengamati binatang lain melakukan tindakan yang
sama. MNS dapat berkontribusi pada pemahaman individu orang lain dengan
mengaktifkan modeling perilaku mereka diwujudkan melalui simulasi dari tindakan
mereka, niat, dan emosi.
Individu autistik cenderung menggunakan berbagai wilayah otak (kuning)
untuk tugas gerakan dibandingkan dengan kelompok kontrol (biru).
ASD-pola yang terkait fungsi dan menyimpang rendah aktivasi di otak berbeda-beda
tergantung pada apakah otak melakukan tugas-tugas sosial atau nonsocial. Di autisme
ada bukti untuk mengurangi konektivitas fungsional dari jaringan standar, skala besar
jaringan otak yang terlibat sosial dan emosional dalam pengolahan, dengan
konektivitas utuh dari tugas-jaringan positif, yang digunakan dalam perhatian
berkesinambungan dan tujuan-diarahkan berpikir. Pada orang dengan autis dua
jaringan tidak berkorelasi negatif pada waktunya, menunjukkan adanya
10

ketidakseimbangan dalam Toggling antara dua jaringan, mungkin mencerminkan


gangguan referensial diri berpikir.
1.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme
menjadi dua yaitu:
1) Autisme sejak bayi (Autisme Infantil) anak sudah menunjukkan perbedaan-
perbedaan dibandingkan dengan anak non autistik, dan biasanya baru bisa
terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2) Autisme regresif ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan
kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat
menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus,
lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa patah kata,
hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati 2007)
mengelompokkan autisme menjadi:
1) Autisme persepsi ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal
karena kelainan sudah timbul sebelum lahir
2) Autisme reaksi ini biasanya mulai terlihat pada anak-anak usia lebih besar (6-7
tahun) sebelum anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak
usia minggu-minggu pertama. Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan-
gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang.
1.1.6 Faktor Resiko
Penyebab autis adalah multifaktorial sehingga banyak faktor yang
mempengaruhi.Sehingga banyak teori penyebab yang telah diajukan oleh banyak ahli.
Hal ini yang menyulitkan untuk memastikan secara tajam faktor resiko gangguan
autis. Faktor resiko disusun oleh para ahli berdasarkan banyak teori penyebab autris
yang telah berkembang. Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat resiko
anak menjadi autis lebih besar. Dengan diketahui resiko tersebut tentunya dapat
dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan intervensi sejak dini pada anak
11

yang beresiko. Adapun beberapa resiko tersebut dapat diikelompokkan dalam


beberapa periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia bayi.

1.1.6.1 Periode Kehamilan


Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang mempengaruhinya.
Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf otak sangat pesat
terjadi pada periode ini, sehingga segala sesuatu gangguan atau gangguan pada ibu
tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak inilah nantinya akan
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko
terjadinya autism
1.1.6.2 Periode Persalinan
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi
selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan
kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang
paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh
bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap
gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak
baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya. Gangguan persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah: pemotongan tali pusat terlalu
cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah
(< 2500 gram).
1.1.6.3 Periode Usia Bayi
Kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang
terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada otak yang akhirnya dapat beresiko untuk
terjadinya gangguan autism. Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya
autisme adalah prematuritas, alergi makanan, kegagalan kenaikan berat badan,
kelainan bawaan: kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
gangguan pencernaan: sering muntah, kolik, sulit buang air besar, sering buang air
12

besar dan gangguan neurologI/saraf: trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan
otot.

1.1.7 Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autism:
1.1.7.1 Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian
dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang
paling banyak dipakai di Indonesia.
1.1.7.2 Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic
yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang
bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya
untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan
berbahasa akan sangat menolong.
1.1.7.3 Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang
pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot halusnya dengan benar.
1.1.7.4 Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
13

tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak
menolong untuk menguatkan ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
1.1.7.5 Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada
mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari caranya.
1.1.7.6 Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk
belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa
membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
1.1.7.7 Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila
mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki
perilakunya.
1.1.7.8 Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi
perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
1.1.7.9 Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
14

komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS (Picture


Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.

1.1.7.10 Terapi Biomedik


Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam
DAN (Defeat Autism Now). Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan
bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang
akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa
secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal
yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata
lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif,
yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
1) Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
(1) Edukasi kepada, keluarga memerankan peran yang penting dalam membantu
perkembangan anak, karena orang tua adalah orang terdekat mereka yang
dapat membantu untuk belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap
lingkungan dan orang sekitar, intinya keluarga adalah jendela bagi penderita
untuk masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal ini bukanlah hal yang mudah.
(2) Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus dibawah pengawasan
dokter. Penggunaan obat-obatan ini diberikan jika dicurigai terdapat
kerusakan di otak yang mengganggu pusat emosi dari penderita, yang
seringkali menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresifitas, hiperaktif
dan stereotipik. Beberapa obat yang diberikan adalah Haloperidol
(antipsikotik), fenfluramin, naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi
kejang dan perilaku agresif)
15

1.2 Manajemen Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
2) Riwayat Kesehatan
3) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin terganggu.
Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan
perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme Gangguan
pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak
kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan persalinan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah: pemotongan tali pusat
terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ),
komplikasi selama persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat
lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram).
4) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain,
tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau
hanya sedikit melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan terhadap
nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk
hubungan pribadi yang terbuka, jarang memainkan permainan khayalan,
memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda
yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita autisme.
16

6) Psikososial
(1) Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
(2) Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
(3) Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
(4) Perilaku menstimulasi diri
(5) Pola tidur tidak teratur
(6) Permainan stereotip
(7) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
(8) Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
(9) Kemampuan bertutur kata menurun
(10) Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
7) Neurologis
(1) Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
(2) Refleks mengisap buruk
(3) Tidak mampu menangis ketika lapar
8) Gastrointestinal
(1) Penurunan nafsu makan
(2) Penurunan berat badan

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Kemungkinan diagnosa yang muncul
1) Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus
2) Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan
rawat inap di panti.
3) Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan
4) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan stimulasi sensorik yang tidak
sesuai.
5) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mempercayai.
17

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1) Diagnosa I: Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan
terhadap stimulus
Hasil yang diharapkan: Anak mengomunikasikan kebutuhannya dengan
menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh yang sederhana dan konkret.
Intervensi Rasional
1. Ketika berkomunikasi dengan 1. Kalimat yang sederhana dan diulang-
anak, bicaralah dengan kalimat ulang mungkin merupakan satu-satunya
singkat yang terdiri atas satu cara berkomunikasi karena anak yang
hingga tiga kata, dan ulangi autistik mungkin tidak mampu
perintah sesuai yang diperlukan. mengembangkan tahap pikiran
Minta anak untuk melihat kepada operasional yang konkret. Kontak mata
anda ketika anda berbicara dan langsung mendorong anak
pantau bahasa tubuhnya dengan berkonsentrasi pada pembicaraan serta
cermat. menghubungkan pembicaraan dengan
bahasa dan komunikasi. Karena
artikulasi anak yang tidak jelas, bahasa
tubuh dapat menjadi satu-satunya cara
baginya untuk mengomunikasikan
pengenalan atau pemahamannya
terhadap isi pembicaraan
2. Gunakan irama, musik, dan 2. Gerakan fisik dan suara membantu
gerakan tubuh untuk membantu anak mengenali integritas tubuh serta
perkembangan komunikasi sampai batasan-batasannya sehingga
anak dapat memahami bahasa mendoronnya terpisah dari objek dan
orang lain
3. Bantu anak mengenali hubungan 3. Memahami konsep penyebab dan efek
antara sebab dan akibat dengan membantu anak membangun
cara menyebutkan perasaannya kemampuan untuk terpisah dari objek
yang khusus dan mengidentifikasi serta orang lain dan mendorongnya
penyebab stimulus bagi mereka mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya melalui kata-kata
4. Ketika berkomunikasi dengan 4. Biasanya anak austik tidak mampu
anak, bedakan kenyataan dengan membedakan antara realitas dan
fantasi, dalam pernyataan yang fantasi, dan gagal untuk mengenali
singkat dan jelas nyeri atau sensasi lain serta peristiwa
hidup dengan cara yang bermakna.
Menekankan perbedaan antara realitas
dan fantasi membantu anak
mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya.
18

2) Diagnosa II: Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang
berhubungan dengan rawat inap di RS.
Hasil yang diharapkan:
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau
perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap
agresi atau destruktif bekurang, serta peningkatan kemampuan mengatasi
frustasi
Intervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan kondusif dan 1. Anak yang austik dapat berkembang
sebanyak mungkin rutinitas melalui lingkungan yang kondusif dan
sepanjang periode perawatan di RS rutinitas, dan biasanya tidak dapat
beradaptasi terhadap perubahan dalam
hidup mereka. Mempertahankan
program yang teratur dapat mencegah
perasaan frustasi, yang dapat
menuntun pada ledakan kekerasan
2. Lakukan intervensi keperawatan 2. Sesi yang singkat dan sering
dalam sesingkat dan sering. Dekati memungkinkan anak mudah
anak dengan sikap lembut, mengenal perawat serta lingkungan
bersahabat dan jelaskan apa yang rumah sakit. Mempertahankan sikap
anda akan lakukan dengan kalimat tenang, ramah dan mendemontrasikan
yang jelas, dan sederhana. Apabila prosedur pada orang tua, dapat
dibutuhkan, demontrasikan prosedur membantu anak menerima intervensi
kepada orang tua. sebagai tindakan yang tidak
mengancam, dapat mencegah perilaku
destruktif
3. Gunakan restrain fisik selama 3. Restrain fisik dapat mencegah anak
prosedur ketika membutuhkannya, dari tindakan mencederai diri sendiri.
untuk memastikan keamanan anak Biarkan anak terlibat dalam perilaku
dan untuk mengalihkan amarah dan yang tidak terlalu membahayakan,
frustasinya, misalnya untuk misalnya membanding bantal,
mencagah anak dari membenturkan perilaku semacam ini memungkinkan
kepalanya ke dinding berulang- menyalurkan amarahnya, serta
19

ulang, restrain badan anak pada mengekpresikan frustasinya dengan


bagian atasnya, tetapi cara yang aman
memperbolehkan anak untuk
memukul bantal
4. Gunakan teknik modifikasi perilaku 4. Pemberian imbalan dan hukuman
yang tepat untuk menghargai dapat membantu mengubah perilaku
perilaku positif dan menghukum anak dan mencegah episode kekerasan
perilaku yang negatif. Misalnya,
hargai perilaku yang positif dengan
cara memberi anak makanan atau
mainan kesukaannya, beri hukuman
untuk perilaku yang negatif dengan
cara mencabut hak istimewanya
5. Ketika anak berperilaku destruktif, 5. Setiap peningkatan perilaku agresif
tanyakan apakah ia mencoba menunjukkan perasaan stres
menyampaikan sesuatu, misalnya meningkat, kemungkinan muncul dari
apakah ia ingin sesuatu untuk kebutuhan untuk mengomunikasikan
dimakan atau diminum atau apakah sesuatu.
ia perlu pergi ke kamar mandi

3) Diagnosa III: Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan
gangguan.
Hasil yang diharapkan:
Orang tua mendemontrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang
tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak
dan mencari nasihat serta bantuan
Intervensi Rasional
1. Anjurkan orang tua untuk 1. Membiarkan orang tua
mengekpresikan perasaan dan mengekpresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang kondisi
kronis anak membantu mereka
beradaptasi terhadap frustasi dengan
lebih baik, suatu kondisi yang
tampaknya cenderung meningkat
2. Rujuk orang tua ke kelompok 2. Kelompok pendukung
pendukung autisme setempat dan memperbolehkan orang tua menemui
kesekolah khusus jika diperlukan orang tua dari anak yang menderita
autisme untuk berbagi informasi dan
memberikan dukungan emosioanl
3. Anjurkan orang tua untuk 3. Kontak dengan kelompok swabantu
20

mengikuti konseling (bila ada) membantu orang tua memperoleh


informasi tentang masa terkini, dan
perkembangan yang berhubungan
dengan autism

Diagnosa 4: Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan stimulasi sensorik


yang tidak sesuai.
Tujuan: Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan Kriteria hasil:
1) Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
2) Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-
perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain.
3) Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain

Intervensi Rasional

1. Jalin hubungan satu-satu dengan 1. Interaksi staf dengan pasien yang


anak untuk meningkatkan konsisten meningkatkan
kepercayaan pembentukan kepercayaan.

2. Berikan benda-benda yang dikenal 2. Benda-benda ini memberikan rasa


(misalnya: mainan kesukaan, aman dalam waktu-waktu aman
selimut) untuk memberikan rasa bila anak merasa distres
aman dalam waktu-waktu tertentu
agar anak tidak mengalami distress.
3. Sampaikan sikap yang hangat, 3. Karakteristik-karakteritik ini
dukungan dan kebersediaan ketika meningkatkan pembentukan dan
anak berusaha untuk memenuhi mempertahankan hubungan saling
kebutuhan-kebutuhan dasarnya percaya
untuk meningkatkan pembentukan
dan mempertahankan hubungan
saling percaya
21

4. Lakukan dengan perlahan-lahan, 4. Pasien autisme dapat merasa


jangan memaksakan interaksi- terncam oleh suatu rangsangan yang
interaksi, mulai dengan penguatan gencar pada pasien yang tidak
yang positif pada kontak mata, terbiasa.
perkenalkan dengan berangsur-
angsur dengan sentuhan, senyuman ,
dan pelukan.

5. Dengan kehadiran anda beri 5. Kehadiran seorang yang telah


dukungan pada pasien yang berusaha terbentuk hubungan saling percaya
keras untuk membentuk hubungan dapat memberikan rasa aman
dengan orang lain dilingkungannya.

Diagnosa 5: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mempercayai.
Tujuan: Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria hasil:
1) Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
2) Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal.
3) Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain
Intervensi Rasional
1. Pertahankan konsistensi tugas staf 1. Hal ini memudahkan kepercayaan
untuk memahami tindakan-tindakan dan kemampuan untuk memahami
dan komunikasi anak. tindakan-tindakan dan komunikasi
pasien

2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan- 2. Pemenuhan kebutuhan pasien akan


kebutuhan anak sampai kepuasan dapat mengurangi kecemasan anak
pola komunikasi terbentuk sehingga anak akan dapat mulai
menjalin komunikasi dengan orang
lain dengan asertif
22

3. Gunakan pendekatan tatap muka 3. Kontak mata mengekspresikan minat


berhadapan untuk menyampaikan yang murni terhadap dan hormat
ekspresi-ekspresi nonverbal yang kepada seseorang.
benar dengan menggunakan contoh

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata
untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua
perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam
implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat
mendelegasikan kepada perawat lain yang dipercaya.
Adapun implementasi yang dilakukan perawat adalah melakukan terapi
wicara dan terapi sosial pada klien dengan cara mengajak klien bergaul dengan anak
lainnya karena Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah
dalam bidang komunikasi dan interaksi.
Uraikan implementasi perpoin sesuai dengan masalah, sehingga lebih aplikatif
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan yang
dibuat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau
pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan
23

BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : An.I
TTL : Palembang, 12 Juli 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku :Jawa
Pendidikan :-
Alamat : Panti Bhakti Luhur Wisma Paul Bawah
Diagnosa medis : Autism
2.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny.
TTL :-
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Katolik
Suku : Jawa
24

Pendidikan : Sarjana
21
Pekerjaan : Arsitek
Alamat : Surabaya
Hubungan keluarga : Ibu
2.1.3 Keluhan utama
Suster Pengasuh klien mengatakan sekarang An.I tidak terlalu bisa berbicara
dan lambat dalam bicara dan An.I kadang berteriak-berteriak apabila ada yang dia
inginkan, apatis terhadap lingkungan.

2.1.4 Riwayat Kesehatan


2.1.4.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian Suster Pengasuh klien mengatakan An.I sejak dahulu
dan sampai sekarang berbicara lambat. Klien hanya fokus dengan kegiatannya
sendiri.
2.1.4.2 Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat prenatal
Sulit di evaluasi
2. Riwayat natal
Sulit di evaluasi
3. Riwayat postnatal
Sulit di evaluasi
4. Penyakit sebelumnya
Keterangan: Saat di lakukan pengkajian tidak ada data tentang riwayat
kesehatan lalu.
5. Tabel 1.2 Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT
Usia - - - - - -

2.1.4.3 Riwayat kesehatan keluarga


25

Suster Pengasuh klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak ada yang sakit,
dan kakak kandung klien tumbuh normal.
2.1.4.4 Susunan genogram 3 (tiga) generasi
Belum didapat data tentang silsilah keluarga klien karena saat dikaji keluarga
klien sedang tidak ada berkunjung . Hanya diketahui bahwa An. I merupakan anak
kedua dari 2 bersaudara.

2.1.5 Pemeriksaan fisik


2.1.5.1 Keadaan umum
Kesadaran compos mentis, An.I tampak aktif bermain sendiri, pergi kesekolah
di jemput oleh terapis dan kadang bermain diatas tempat tidur sendiri.
2.1.5.2 Tanda-tanda vital
TD :-
Nadi : 94x/ m
Suhu : 36,5 o C
Respirasi : 22 x/menit
2.1.5.3 Kepala dan wajah
Rambut berwarna hitam kemerahan , tidak ada benjolan pada kulit kepala.
Keadaan hidung bersih tidak ada sekret. Penglihatan tidak focus (strabismus) dan
pendengaran cukup baik, An.I kadang tampak menoleh ketika dipanggil namanya,
pada leher An. I terjadi penebalan kulit.
2.1.5.4 Leher dan tengorokan
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek
menelan cukup bagus.
2.1.5.5 Dada
Bentuk dada simetris. Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak nafas. Bunyi
nafas vesikuler. Pola nafas teratur dengan frekuensi 22 x/menit.
2.1.5.6 Abdomen
26

Bentuk perut simetris. Tidak ada benjolan atau massa pada abdomen
2.1.5.7 Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot dapat mengikuti perintah. Keadaan kulit/turgor elastic.
2.1.5.8 Genetalia
Keadaan genetalia bersih dan tidak terdapat lesi. Pengeluaran urine normal ±5
kali/hari, urine berwarna kuning bening.
2.1.6 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Sulit dievaluasi

2.1.6.1 Gizi
Selera makan An.I baik, dapat menghabiskan 1-2 porsi makanan yang
diberikan dengan reflex menelan baik.
2.1.6.2 Kemandirian dalam bergaul
An.I mampu melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan melempar
mainan.
2.1.6.3 Motorik halus
An.I mampu menggengam dengan baik ketika diberikan suatu benda didekat
tangannya.
2.1.6.4 Motor ik kasar
An.I mampu melakukan aktifitas seperti, , melempar, berdiri dan berjalan.
2.1.6.5 Kognitif dan bahasa
An.I mampu berbicara lambat.
2.1.6.6 Psikososial
An.I tidak mampu berinteraksi dengan orang lain hanya fokus dengan
kegiatannya sendiri.
2.1.7 Pola Aktifitas sehari-hari Tabel 2.4
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi Suster Pengasuh Suster Pengasuh klien
a. Frekuensi klien mengatakan mengatakan nafsu
27

b. Nafsu nafsu makan baik makan baik dapat


makan/selera dapat menghabiskan menghabiskan makan
c. Jenis makanan makan yang yang disediakan,
disediakan, makan makan sehari 3 kali.
sehari 3 kali. Jenis Jenis makanan semua
makanan semua menu makanan yang
menu makanan yang sudah di sediakan di
sudah di sediakan di panti..
panti.
2 Eliminasi Suster Pengasuh Suster Pengasuh klien
a. BAB klien mengatakan mengatakan bahwa
Frekuensi bahwa An. I BAB An. I BAB terkadang
Konsistensi terkadang 1 kali 1 kali dalam 3 hari.
b. BAK dalam 3 hari. Klien menggunakan
Frekuensi Klien menggunakan popok, Popok penuh
Konsistensi popok, Popok penuh setiap harinya jadi
setiap harinya jadi produksi urine ±500
produksi urine ±500 cc/ hari
cc/ hari
3 Istirahat/tidur Siang, apabila tidak Siang, apabila tidak
a. Siang/ jam ada kegiatan sekolah, ada kegiatan sekolah,
b. Malam/ jam Klien Tidur. Klien Tidur.
Pada Malam Hari Pada Malam Hari
Klien Tidur pada jam Klien Tidur pada jam
07.00 WIB 07.00 WIB.
4 Personal hygiene Suster Pengasuh Suster Pengasuh klien
a. Mandi klien mengatakan mengatakan klien
b. Oral hygiene klien mandi 2 kali mandi 2 kali sehari.
sehari.
28

2.8.1 Data penunjang


An.I tidak di temukan data penunjang seperti pemeriksaan laboratorium ada
yang lain sebagainya.

Surabaya, 23 Januari 2015

Mahasiswa,

(Yelstria Ulina Tarigan)


29

2.2 ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
1. Data Subjektif: Kebingungan Hambatan
 Suster Pengasuh anak terhadap stimulus Komunikasi
mengatakan anaknya tidak suka
bergaul dengan teman-
temannya.
 Orang tua anak mengatakan
anaknya kurang interaksi dengan
lingkungan.
 Suster Pengasuh anak
mengatakan An.I berbicara
lambat.
2. Data Objektif :
 Anak berbicara lambat
 Anak tampak suka menyendiri
 Apatis
 Anak tampak menarik diri dari
kontak fisik dengan orang lain.
30

1. Data Subjektif: Stimulasi sensorik Kerusakan


 Suster Pengasuh anak yang tidak sesuai interaksi sosial
mengatakan anaknya tidak suka
bergaul dengan teman-
temannya.
 Orang tua anak mengatakan
anaknya kurang interaksi dengan
lingkungan.
2. Data Objektif :
 Anak tidak ingin bergaul
dengan anak lainnya.
 Anak sering bermain sendiri
 Pandangan mata tidak fokus
 Saat di panggil anak tidak
menyahut
31

2.3 PRIORITAS MASALAH


1. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap
stimulus.
2. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan Stimulasi sensorik yang
tidak sesuai
32
33

2.4 RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.I


Ruang Rawat : Paul

Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil)
1. Hambatan Setelah dilakukan 1. Ketika berkomunikasi dengan anak, 1. Kalimat yang sederhana dan diulang-
komunikasi verbal tindakan bicaralah dengan kalimat singkat yang ulang mungkin merupakan satu-
berhubungan keperawatan 5 terdiri atas satu hingga tiga kata, dan satunya cara berkomunikasi karena
dengan hari diharapkan ulangi perintah sesuai yang diperlukan. anak yang autistik mungkin tidak
Kebingungan klien dapat Minta anak untuk melihat kepada anda mampu mengembangkan tahap pikiran
terhadap stimulus berkomunikasi ketika anda berbicara dan pantau bahasa operasional yang konkret. Kontak
secara verbal dan tubuhnya dengan cermat. mata langsung mendorong anak
nonverbal dengan berkonsentrasi pada pembicaraan serta
kriteria hasil : menghubungkan pembicaraan dengan
1. Anak bahasa dan komunikasi. Karena
mengomunikas artikulasi anak yang tidak jelas,
ikan bahasa tubuh dapat menjadi satu-
kebutuhannya satunya cara baginya untuk
dengan mengomunikasikan pengenalan atau
menggunakan pemahamannya terhadap isi
kata-kata atau pembicaraan.
gerakan tubuh 2. Gunakan irama, musik, dan gerakan tubuh 2. Gerakan fisik dan suara membantu
yang sederhana untuk membantu perkembangan komunikasi anak mengenali integritas tubuh serta
dan konkret. sampai anak dapat memahami bahasa. batasan-batasannya sehingga
34

mendoronnya terpisah dari objek dan


orang lain.
3. Bantu anak mengenali hubungan antara 3. Memahami konsep penyebab dan efek
sebab dan akibat dengan cara menyebutkan membantu anak membangun
perasaannya yang khusus dan kemampuan untuk terpisah dari objek
mengidentifikasi penyebab stimulus bagi serta orang lain dan mendorongnya
mereka. mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya melalui kata-kata.
4. Ketika berkomunikasi dengan anak, 4. Biasanya anak austik tidak mampu
bedakan kenyataan dengan fantasi, dalam membedakan antara realitas dan
pernyataan yang singkat dan jelas. fantasi, dan gagal untuk mengenali
nyeri atau sensasi lain serta peristiwa
hidup dengan cara yang bermakna.
Menekankan perbedaan antara realitas
dan fantasi membantu anak
mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya.
35

Nama Pasien : An.I


Ruang Rawat : Paul

Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil)
Kerusakan interaksi Setelah dilakukan 1. Jalin hubungan satu-satu dengan anak 1. Interaksi staf dengan pasien yang
social berhubungan tindakan untuk meningkatkan kepercayaan konsisten meningkatkan pembentukan
kepercayaan.
dengan Stimulasi keperawatan 5
sensorik yang tidak hari diharapkan
2. Berikan benda-benda yang dikenal 2. Benda-benda ini memberikan rasa
sesuai klien dapat
(misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk aman dalam waktu-waktu aman bila
berinteraksi memberikan rasa aman dalam waktu-waktu anak merasa distres
dengan orang lain tertentu agar anak tidak mengalami distress.
dan bergaul
dengan orang lain 3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan 3. Karakteristik-karakteritik ini
dan kebersediaan ketika anak berusaha meningkatkan pembentukan dan
dengan kriteria
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mempertahankan hubungan saling
hasil : dasarnya untuk meningkatkan pembentukan percaya
 Klien mau dan mempertahankan hubungan saling
percaya
bermain dengan
perawat dan anak 4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan 4. Pasien autisme dapat merasa terncam
memaksakan interaksi-interaksi, mulai oleh suatu rangsangan yang gencar
36

lainnya. dengan penguatan yang positif pada kontak pada pasien yang tidak terbiasa.
mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur
dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan.

5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada 5. Kehadiran seorang yang telah terbentuk
pasien yang berusaha keras untuk hubungan saling percaya dapat
membentuk hubungan dengan orang lain memberikan rasa aman
dilingkungannya.
37

2.4 IMPLEMENTASI

Sabtu, 24 Januari 2015

No Dx Kep Implementasi Evaluasi


1. Kerusakan interaksi 1. Menjalin hubungan satu -satunya dengan anak S : Klien hanya mengatakan Aaaa dan Maa
social berhubungan untuk menjalin kepercayaan dengan cara O: Klien tampak asik dengan dunianya sendiri.
dengan Stimulasi berkomunikasi dengan anak, menanyakan nama Klien tidak menghiraukan perawat.
sensorik yang tidak dan menanyakan apa yang sedang dikerjakan Pandangan Mata tidak Fokus, Saat di
sesuai oleh An.I panggil klien tidak menatap wajah perawat,
Klien sibuk memainkan tangannya.
A : Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi.
38

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Sabtu, 24 Januari 2015

No Dx Kep Implementasi Evaluasi


1 1. Hambatan 1. Berkomunikasi Dengan Anak, bicaralah dengan S: Klien hanya mengatakan Aaa dan Maa saja
kalimat singkat yang terdiri atas satu hingga tiga
komunikasi O: Klien tidak ingin diajak bicara,
kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan.
berhubungan Minta anak untuk melihat kepada anda ketika Kontak Mata negatif
anda berbicara dan pantau bahasa tubuhnya
dengan Klien hanya fokus dengan dunianya sendiri
dengan cermat.
kebingungan Klien sibuk bermain dengan tangan dan
terhadap lehernya.
stimulus. Klien tidak mampu menjawab dan
memberitahukan namanya kepada perawat.
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi.
39

CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/


Nama
1 Senin, 26 Januari 2015/ 08.30 Kerusakan interaksi social 1. Membawa anak untuk S: -
WIB berhubungan dengan mengikuti terapi O: Klien Tidak ingin diajak
Stimulasi sensorik yang bermain yang bermain.
tidak sesuai dilakukan oleh perawat Klien menangis ingin
dan An.I dengan cara bermain sendiri
Bermain lempar bola Klien tidak menatap
antara An.I dan wajah perawat.
perawat. Saat di tanya nama klien,
klien tidak menjawab.
Perhatian klien tidak
fokus terhadap perawat.
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
I:-
E: -
R: -
40

CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/


Nama
Senin, 26 Januari 2015/ 08.30 2. Hambatan komunikasi 2. Berkomunikasi Dengan S: -
WIB Anak. Menanyakan
berhubungan dengan O: Klien tidak ingin diajak
nama anak dan apa
kebingungan terhadap yang sedang dilakukan bicara,
oleh anak, menayakan
stimulus. Kontak Mata negatif
pada anak apakah anak
senang di ajak bermain. Klien hanya fokus
dengan dunianya sendiri
Klien sibuk bermain
dengan tangan dan
lehernya.
Klien tidak mampu
menjawab dan
memberitahukan
namanya kepada
perawat.
A: Masalah Belum Teratasi
41

P: Lanjutkan Intervensi.
I: -
E:-
R:-
42

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-moyet, Lynda juall. 2007. ”Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi


10”. Jakarta: EGC
Danuatmaja, Bony. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Ngastiyah, 2010. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Purwati. 2007. Buku Panduan untuk Anak Autism. Jakarta : Pustaka Populer
Suryana Agus, Terapi Autisme Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif, Progres.
Jakarta. 2004.
Wijayakusuma H.M. Hembing. Prof, Psikoterapi anak Autisms. Pustaka Populer
Obor. Jakarta. 2004.
Yatim, Faisal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta:
Pustaka Populer Obor
Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai