OLEH :
YELSTRIA ULINA TARIGAN
2010.C.02a.0141
Disusun Oleh
NIM. 2010.C.02a.0141
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.1 Definisi
Autisme diartikan oleh Leo Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943
adalah suatu gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kelainan pada
seseorang sehingga secara tak langsung individu tersebut dapat dikatakan “ hidup
dalam dunianya sendiri “ (Yatim, 2003. Hal: 5).
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti
aliran. Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri
(Purwati, 2007; Hal :8 ).
Menurut Devision dalam buku karya Yupi, Autis adalah gangguan
perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi
sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum
usia 2,5 tahun (Yupi. 2004. Hal; 73).
1.1.2 Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya
yaitu:
1.1.2.1 Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile-x (ditemukan pada 5-20% penyandang
autis).
1.1.2.2 Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
4
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak yang
berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun setelah
persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex
Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.
1.1.2.3 Faktor Kelahiran dan Persalinan 1
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Seperti
adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang bercampur feces,
dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya keracunan seperti logam
berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air
bahkan makanan.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.
1.1.3 Manisfestasi Klinik
1.1.3.1 Pada Tahap Pertumbuhan
Umumnya penderita Autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang
wajar dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan, merangkak, dan
berdiri), kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak
dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarakannya atau dapat
menggunakan panca indranya dengan normal dan secara luas ketika mengeksplorasi
lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada
anak penderita Autis didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya, misalnya:
1) Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran
bicara pada usia 12- 14 bulan.
2) Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
3) Sulit menggerakkan otot (Athaxia).
4) Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
5) Mengalami kesulitan membaca (Dyslexia).
5
6) Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit
(Dysphasia).
7) Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan
tangan (Spastic) atau kelemasan otot kaki dan tangan (Hypotonic) sehingga tak
mampu untuk mengembangkan kemampuan duduk, berdiri, dan berjalan secara
mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri sendiri
dan berjalan pada usia 6-18 bulan .
8) Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga
anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
9) Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya
juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan intelektual.
Anak Autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun dan setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastis.
1.1.3.2 Pada Tahap Perkembangan
Pada tahap ini penderita autis memperlihatkan keterbelakangan dan gangguan
dalam hal psikologis dan intelektual. Selain itu, kemampuan untuk berkomunikasi
dan berprilaku juga mengalami penyimpangan. Dalam usia 5 tahun, komunikasi anak
dan ibu terganggu dengan adanya sikap anak yang tidak mau menatap ibunya ketika
ditimang, hal ini menunjukkan kesan tidak mengenal.Tidak dapat bercakap-cakap
dengan orang lain di sekitar secara mandiri, adanya gangguan praverbal yang
ditunjukkan dengan berteriak dan ekolia (bicara yang mengulang kata atau
ungkapan), padahal anak normal pada usia 6- 18 bulan sudah dapat melakukannya
(dalam kemampuan berbahasa sesuai batas usia). Dalam berperilaku, anak biasanya
duduk dalam jangka waktu yang lama, sibuk dengan tangannya (dengan
mengepakkannya, memainkan jarinya atau bertepuk tangan), tercengang dan
menatap terus pada objek tertentu (mengkilap dan bersifat mekanis) seolah tak dapat
dipisahkan dan sangat terikat daripadanya. Gambaran lain adalah adanya sikap
rirualistik dan konvulsif dimana anak menekankan suatu rutinitas kehidupan harian
tertentu dan menolak suatu perubahan, dan adanya gerakan yang tidak biasa
6
ditemukan pada anak normal yaitu sering mengedipkan mata secara berulang, wajah
sering menyeringai, sikap melompat dan berjingkat. Pada segi psikologis didapati
adanya perubahan suasana hati yang tiba-tiba, tertawa dengan sebab yang tidak jelas
dan sering diselingi dengan kemarahan yang bersifat destruktif. Anak sering
ketakutan dengan suara tertentu dan tercengang dengan suara yang lain. Hal ini juga
akan mengarahkan anak untuk mengalami gangguan mental psikotik paranoid (takut
dan curiga sehingga memperlihatkan sikap tidak mempercayai orang lain),
schizotypal (menyendiri dan asik dengan dunianya sendiri), dan histionik (selalu ingin
diperhatikan, diutamakan, dan dituruti seluruh keinginannya). Sisi intelektual anak
dengan autis akan dihadapkan dengan adanya retardasi, tetapi ada kecenderungan
untuk membaik jika anak dapat lepas dari sikap menarik diri. Kemampuan olah bicara
anak autis sering terhambat pada hal intonasi dan hal lain yang mengalami gangguan
adalah kemampuan untuk menentukan waktu.
Tanda dan gejala diberbagai bidang yaitu:
1) Di bidang komunikasi:
(1) Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak
nampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian
hilang kemampuan bicara.
(2) Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
(3) Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang dengan bahasa yang tidak
dimengerti orang lain.
(4) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo
(Echolalia).
(5) Bila senang meniru dapat menghafal kata-kata atau nyanyian yang didengar
tanpa mengerti artinya.
(6) Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata-kata) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
(7) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia
inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2) Di bidang interaksi sosial:
7
6) Di bidang emosi:
(1) Anak autis sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa.
(2) Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya.
(3) Kadang agresif dan merusak.
(4) Kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri.
(5) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada
disekitarnya atau didekatnya.
1.1.4 Patofisiologi
Autisme adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh mutasi berkumpul di
beberapa jalur molekuler umum, atau adalah (seperti cacat intelektual) set besar
gangguan dengan berbagai mekanisme. autism tampaknya timbul akibat dari
perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi banyak atau semua fungsi sistem
otak, dan mengganggu perkembangan otak waktu lebih dari produk akhir.
Neuroanatomical penelitian dan asosiasi-asosiasi dengan teratogen sangat
menyarankan bahwa mekanisme autisme itu meliputi perubahan dari perkembangan
otak segera setelah pembuahan. anomali ini muncul untuk memulai kaskade patologis
peristiwa dalam otak yang secara signifikan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan. Hanya setelah lahir, otak anak-anak autistik cenderung tumbuh lebih
cepat dari biasanya, diikuti dengan normal atau relatif lebih lambat pertumbuhan di
masa kanak-kanak. Tidak diketahui apakah awal pertumbuhan yang berlebihan terjadi
pada semua anak-anak autistik. Tampaknya menjadi yang paling menonjol di
wilayah-wilayah otak yang mendasari perkembangan kognitif yang lebih tinggi
spesialisasi.
Hipotesis untuk seluler dan molekuler dasar patologis berlebih awal meliputi:
1) Kelebihan neuron yang menyebabkan overconnectivity lokal di daerah otak kunci.
2) Terganggu saraf migrasi selama awal kehamilan.
Interaksi antara sistem kekebalan dan sistem saraf mulai awal selama tahap
embrionik kehidupan dan sukses neurodevelopment tergantung pada respon imun
9
besar dan gangguan neurologI/saraf: trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan
otot.
1.1.7 Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autism:
1.1.7.1 Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian
dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang
paling banyak dipakai di Indonesia.
1.1.7.2 Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic
yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang
bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya
untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan
berbahasa akan sangat menolong.
1.1.7.3 Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang
pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot halusnya dengan benar.
1.1.7.4 Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
13
tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak
menolong untuk menguatkan ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
1.1.7.5 Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada
mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari caranya.
1.1.7.6 Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk
belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa
membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
1.1.7.7 Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila
mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki
perilakunya.
1.1.7.8 Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi
perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
1.1.7.9 Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
14
6) Psikososial
(1) Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
(2) Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
(3) Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
(4) Perilaku menstimulasi diri
(5) Pola tidur tidak teratur
(6) Permainan stereotip
(7) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
(8) Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
(9) Kemampuan bertutur kata menurun
(10) Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
7) Neurologis
(1) Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
(2) Refleks mengisap buruk
(3) Tidak mampu menangis ketika lapar
8) Gastrointestinal
(1) Penurunan nafsu makan
(2) Penurunan berat badan
2) Diagnosa II: Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang
berhubungan dengan rawat inap di RS.
Hasil yang diharapkan:
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau
perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap
agresi atau destruktif bekurang, serta peningkatan kemampuan mengatasi
frustasi
Intervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan kondusif dan 1. Anak yang austik dapat berkembang
sebanyak mungkin rutinitas melalui lingkungan yang kondusif dan
sepanjang periode perawatan di RS rutinitas, dan biasanya tidak dapat
beradaptasi terhadap perubahan dalam
hidup mereka. Mempertahankan
program yang teratur dapat mencegah
perasaan frustasi, yang dapat
menuntun pada ledakan kekerasan
2. Lakukan intervensi keperawatan 2. Sesi yang singkat dan sering
dalam sesingkat dan sering. Dekati memungkinkan anak mudah
anak dengan sikap lembut, mengenal perawat serta lingkungan
bersahabat dan jelaskan apa yang rumah sakit. Mempertahankan sikap
anda akan lakukan dengan kalimat tenang, ramah dan mendemontrasikan
yang jelas, dan sederhana. Apabila prosedur pada orang tua, dapat
dibutuhkan, demontrasikan prosedur membantu anak menerima intervensi
kepada orang tua. sebagai tindakan yang tidak
mengancam, dapat mencegah perilaku
destruktif
3. Gunakan restrain fisik selama 3. Restrain fisik dapat mencegah anak
prosedur ketika membutuhkannya, dari tindakan mencederai diri sendiri.
untuk memastikan keamanan anak Biarkan anak terlibat dalam perilaku
dan untuk mengalihkan amarah dan yang tidak terlalu membahayakan,
frustasinya, misalnya untuk misalnya membanding bantal,
mencagah anak dari membenturkan perilaku semacam ini memungkinkan
kepalanya ke dinding berulang- menyalurkan amarahnya, serta
19
3) Diagnosa III: Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan
gangguan.
Hasil yang diharapkan:
Orang tua mendemontrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang
tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak
dan mencari nasihat serta bantuan
Intervensi Rasional
1. Anjurkan orang tua untuk 1. Membiarkan orang tua
mengekpresikan perasaan dan mengekpresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang kondisi
kronis anak membantu mereka
beradaptasi terhadap frustasi dengan
lebih baik, suatu kondisi yang
tampaknya cenderung meningkat
2. Rujuk orang tua ke kelompok 2. Kelompok pendukung
pendukung autisme setempat dan memperbolehkan orang tua menemui
kesekolah khusus jika diperlukan orang tua dari anak yang menderita
autisme untuk berbagi informasi dan
memberikan dukungan emosioanl
3. Anjurkan orang tua untuk 3. Kontak dengan kelompok swabantu
20
Intervensi Rasional
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : An.I
TTL : Palembang, 12 Juli 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku :Jawa
Pendidikan :-
Alamat : Panti Bhakti Luhur Wisma Paul Bawah
Diagnosa medis : Autism
2.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny.
TTL :-
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Katolik
Suku : Jawa
24
Pendidikan : Sarjana
21
Pekerjaan : Arsitek
Alamat : Surabaya
Hubungan keluarga : Ibu
2.1.3 Keluhan utama
Suster Pengasuh klien mengatakan sekarang An.I tidak terlalu bisa berbicara
dan lambat dalam bicara dan An.I kadang berteriak-berteriak apabila ada yang dia
inginkan, apatis terhadap lingkungan.
Suster Pengasuh klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak ada yang sakit,
dan kakak kandung klien tumbuh normal.
2.1.4.4 Susunan genogram 3 (tiga) generasi
Belum didapat data tentang silsilah keluarga klien karena saat dikaji keluarga
klien sedang tidak ada berkunjung . Hanya diketahui bahwa An. I merupakan anak
kedua dari 2 bersaudara.
Bentuk perut simetris. Tidak ada benjolan atau massa pada abdomen
2.1.5.7 Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot dapat mengikuti perintah. Keadaan kulit/turgor elastic.
2.1.5.8 Genetalia
Keadaan genetalia bersih dan tidak terdapat lesi. Pengeluaran urine normal ±5
kali/hari, urine berwarna kuning bening.
2.1.6 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Sulit dievaluasi
2.1.6.1 Gizi
Selera makan An.I baik, dapat menghabiskan 1-2 porsi makanan yang
diberikan dengan reflex menelan baik.
2.1.6.2 Kemandirian dalam bergaul
An.I mampu melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan melempar
mainan.
2.1.6.3 Motorik halus
An.I mampu menggengam dengan baik ketika diberikan suatu benda didekat
tangannya.
2.1.6.4 Motor ik kasar
An.I mampu melakukan aktifitas seperti, , melempar, berdiri dan berjalan.
2.1.6.5 Kognitif dan bahasa
An.I mampu berbicara lambat.
2.1.6.6 Psikososial
An.I tidak mampu berinteraksi dengan orang lain hanya fokus dengan
kegiatannya sendiri.
2.1.7 Pola Aktifitas sehari-hari Tabel 2.4
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi Suster Pengasuh Suster Pengasuh klien
a. Frekuensi klien mengatakan mengatakan nafsu
27
Mahasiswa,
lainnya. dengan penguatan yang positif pada kontak pada pasien yang tidak terbiasa.
mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur
dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan.
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada 5. Kehadiran seorang yang telah terbentuk
pasien yang berusaha keras untuk hubungan saling percaya dapat
membentuk hubungan dengan orang lain memberikan rasa aman
dilingkungannya.
37
2.4 IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN
P: Lanjutkan Intervensi.
I: -
E:-
R:-
42
DAFTAR PUSTAKA