Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Lansia


1.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. (Setianto, 2004). Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Pudjiastuti, 2003 dalam Efendi & Makhfudli, 2009: 243). Lansia adalah keadaan
dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan kondisi seimbang dari
stress lingkungan. Ketidakmampuan itu berhubungan dengan menurunnya daya
kemampuan hidup dan terjadi peningkatan sensitifitas secara individual (Hawari,
2001 dalam Efendi & Makhfudli, 2009: 246).
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya
ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman
bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan
kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan
orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi
yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).
1.1.2 Batasan Lansia
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:
1.1.2.1 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59
tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua (Old)
yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia diatas 90
tahun.

1.1.2.2 Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998


Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
1
2

1.1.2.3 Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia


sebagai berikut :
Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa
penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (Geriatric
Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih
dari 80 tahun (Very Old).
1.1.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000)
yaitu :
1.1.3.1 Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh
terjadinya proses degeneratif yang meliputi :
1. Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar
ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
intraseluler.
2. Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam
respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera
yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya.
3. Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan
pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang
seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan
berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk
dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan
fungsional.
4. Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar,
kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak
yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
3

kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap,


menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas.
5. Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun,
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas
pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah feriver
untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk keberdiri
bisa mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmHg yang
mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan
oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.
1.1.3.2 Perubahan mental
Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori
cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung
disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif
berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering
dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia,
keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional
didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan
memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient)
tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya
membayangkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu.
1.1.3.3 Perubahan-perubahan psikososial
Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya
dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension
(purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman dan
pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka
menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih
mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini
benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin
memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk
berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan
4

seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih
muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dank arena itu mereka
kurang memikirkan kematian.
1.1.3.4 Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai
sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain
penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal
ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan
diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya
dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja.
Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru.
Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya
reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang
menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai
pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang
telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.
1.2 Konsep Dasar Rheumatoid Arthritis
1.2.1 Pengertian Reumatoid
Menurut Junaidi (2006) rematik adalah penyakit yang menyerang sendi
dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Golongan penyakit ini
merupakan penyakit autoimun yang banyak diderita oleh kaum lanjut usia (usia
50 tahun keatas).
Menurut Syamsumin Kurnia Dewi (2009) Reumatoid Arthritis atau
rematik adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan adanya kerusakan atau
gangguan pada kartilago artikuler, tulang subkodral, permukaan sendi, sinovium,
dan jaringan paraartikuler, dengan karakteristik menipisnya kartilago secara
progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada tepi sendi.
Menurut Arif Muttaqin (2008) penyakit rematik lebih sering terjadi pada
perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun.
Rematik sering menyerang sendi-sendi, otot, tulang, legamentum, tendon dan
persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia. Rematik dapat
menghambat produktifitas serta menurunkan kualitas hidup seseorang, dan yang
sangat di sayangkan hingga saat ini masyarakat belum menyikapi secara tepat.
Pengetahuan masyarakat tentang penyakit rematik pun masih belum cukup baik
5

sehingga perlu pemberian sebuah pengetahuan yang baik agar pengetahuan


penderita rematik juga baik.
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit
rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga
terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan
dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas
tetapi menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah
seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi
terjadi cedera Kisworo(2008: 31)
1.2.2 Etiologi Remautoid
Menurut Syamsumin kurnia dewi (2009: 29) Reumatoid Arthritis primer,
baik yang lokal maupun generalisasi, pada umumnya mempunyai etiologi yang
tidak diketahui (idiopatik). Kecuali pada beberapa kasus yang jarang ditemukan
dimana suatu gen yang defektif ditemukan menjadi penyebab terjadinya suatu
Reumatoid Arthritis tipe familiar. Reumatoid Arthritis sekunder, penyebabnya
bisa karena gangguan hormon, metabolik, trauma, inflamasi, atau kelainan
anatomis Syamsumin kurnia dewi (2009: 29).
1.2.3 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan dapat
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebabkan osteroporosis setempat.
1.2.4 Faktor Risiko Reumatoid Arthritis
Menurut Syamsumin kurnia dewi (2009) berikut ini adalah beberapa faktor
risiko terkait Reumatoid Arthritis.
6

1.2.4.1 Jenis kelamin


Jenis kelamin, baik pria maupun wanita bisa menderita penyakit ini. Usia
yang kurang dari 45 tahun, lebih banyak pria dari pada wanita yang menderita
Reumatoid Arthritis. Pada usia 45-55 tahun prevalensi Reumatoid Arthritis pada
keduanya setara. Namun, setelah usia 55 tahun Reumatoid Arthritis lebih sering
diderita oleh wanita. Perbedaan utama insiden antara pria dengan wanita tersebut
terkait dengan area yang dipengaruhi oleh Reumatoid Arthritis. Pada wanita sendi
yang sering terkena Reumatoid Arthritis adalah sendi interphalangeal distal, sendi
interphalangeal proksimal, sendi carpometacarpal pertama, sendi
metatarsophalangeal, pinggul (pada usia 55-64 tahun), dan lutut (pada usia 65-74
tahun). Sedangkan pada pria yang berusia 65-74 tahun, pinggul dan lutut lebih
sering terkena Reumatoid Arthritis daripada wanita. Pada wanita terdapat hormon
estrogen yang dapat memberi pengaruh terhadap kondisi autoimun. Hormon
estrogen dapat merangsang sistem imun aktif, khususnya autoimun.
1.2.4.2 Usia
Usia merupakan determinan utama pada Reumatoid Arthritis. Reumatoid
Arthritis lebih sering diderita oleh orang usia lanjut, meskipun orang yang lebih
muda juga dapat menderita hal yang sama. Pada pria yang berusia kurang dari 45
tahun, Reumatoid Arthritis yang terjadi terutama terkait dengan riwayat trauma
yang dimiliki. Berdasarkan bukti-bukti radiografi, pada individu yang berusia 45-
65 tahun terdapat 30% kasus Reumatoid Arthritis, dan pada usia di atas80 tahun
terdapat lebih dari 80% kasus.
1.2.4.3 Ras
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
Reumatoid Arthritis lutut tampak lebih sering terjadi pada wanita dengan ras
amerika sedangkan menurut Shiddiqui bila dibandingkan dengan ras kulit putih,
orang kulit hitam seperti afrika selatan, orang cina, india timur, dan penduduk asli
amerika memiliki prevalensi Reumatoid Arthritis pinggul yang rendah.
1.2.4.4 Riwayat trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasanya
mengakibatkan jejas atau malformasi sendi yang akan meningkatkan risiko
terjadinya Reumatoid Arthritis. Trauma berpengaruh terhadap kartilago artikular,
ligament, atau meniscus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal
dan memicu terjadinya degenerasi prematur.
7

1.2.4.5 Genetik
Defek genetik pada gen pengatur kartilago sendi akan meningkat risiko
terjadinya Reumatoid Arthritis pada seseorang.
1.2.4.6 Obesitas
Reumatoid Arthritis lebih sering terjadi pada orang-orang yang mengalami
obesitas daripada mereka yang kurus karena terkait dengan besarnya stress
mekanis pada sendi penopang tubuh. Sendi-sendi pada tungkai bawah, khususnya
lutut dan pinggul, setiap hari menerima beban yang cukup berat dari aktivitas fisik
harian manusia. Contohnya pada saat manusia berdiri pada kedua tungkainya,
sendi lutut menerima beban sebesar 2 kali berat badan manusia (bukan setengah
berat badan seperti yang kita perkirakan berdasarkan perhitungan matematis yang
logis) sedangkan pada saat manusia berdiri dengan satu tungkai, beban yang
diterima oleh sendi lutut sebesar 4 kali berat badan (bukan satu kali berat badan)
dan pada saat mendarat kembali setelah meloncat, lutut menanggung beban
sebesar 8 kali berat badan manusia, oleh karena itu berat badan yang melebihi
berat badan ideal, akan menambah berat yang diterima oleh sendi lutut dan
pinggul.
1.2.4.7 Pekerjaan
Reumatoid Arthritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaanya
memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi, mana yang cenderung terkena Reumatoid Arthritis. Contoh
pada tukang jahit, Reumatoid Arthritis lebih sering terjadi di daerah lutut,
sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi di daerah pinggang.
1.2.5 Tanda Dan Gejala Reumatoid Arthritis
Menurut Syamsumin kurnia dewi (2009) biasanya Reumatoid Arthritis
berjalan lambat. Pada tahap awal penyakit ini, sendi-sendi akan terasa sakit
sesudah aktivitas fisik atau berolah raga. Nyeri sendi selanjutnya menjadi lebih
menetap. Kemungkinan penderita juga mengalami kekakuan sendi, terutama
ketika bangun pagi atau setelah berada dalam satu posisi dalam waktu lama.
Reumatoid Arthritis dapat terjadi pada beberapa sendi, namun paling
sering mempengaruhi sendi-sendi tangan, lutut, pinggul, dan tulang belakang
(pada leher atau pinggang). Karakteristik yang berbeda dari penyakit ini
tergantung dari sendi tertentu yang mempengaruhi. Sendi-sendi yang paling sering
dipengaruhi oleh Reumatoid Arthritis, adalah sebagai berikut.
8

1.2.5.1 Tangan: Reumatoid Arthritis pada tangan tampak memiliki karakteristik


herediter, yaitu diturunkan dalam keluarga. Contoh jika ibu atau nenek seorang
yang menderita Reumatoid Arthritis ditangannya, maka ia memiliki resiko lebih
tinggi daripada orang lain untuk menderitanya juga. Keterlibatan Reumatoid
Arthritis pada sendi tangan lebih tinggi pada wanita daripada pria dan
kebanyakan meningkat setelah menopause.
1.2.5.2 Lutut: diantara seluruh sendi, lutut merupakan sendi yang paling sering
terkena Reumatoid Arthritis. Gejala dari Reumatoid Arthritis lutut meliputi
kekakuan, bengkak, dan nyeri yang membuat penderita sulit berjalan, mendaki,
duduk dan bangkit dri kursi dan bath-tub. Reumatoid Arthritis pada lutut dapat
menyebabkan kecacatan.
1.2.5.3 Pinggul: pinggul juga merupakan tempat yang sering terkena Reumatoid
Arthritis. Seperti halnya Reumatoid Arthritis lutut, gejala Reumatoid Arthritis
pinggul meliputi nyeri dan kekakuan pada sendi pinggul itu sendiri. Kadang-
kadang nyeri dapat terasa diselangkangan, paha bagian dalam, pantat, atau bahkan
lutut. Reumatoid Arthritis pinggul membatasi pergerakan dan pembungkukan,
menyebabkan aktivitas sehari-hari seperti memakai sepatu menjadi sebuah
tantangan.
1.2.5.4 Tulang belakang: Reumatoid Arthritis pada tulang belakang dapat muncul
sebagai kekakuan dan nyeri pada leher atau pinggang. Pada beberapa kasus,
perubahan-perubahan yang terkait dengan arthritis pada tulang belakang dapat
menyebabkan tekanan saraf-saraf yang keluar dari kolumma vertebralis,
menyebabkan kelemahan atau kebas pada lengan dan tungkai.
1.2.5.5 Tanda-tanda peringatan Reumatoid Arthritis
1. Kekakuan pada sebuah sendi sesudah bangun tidur atau duduk dalam
waktu lama.
2. Pembengkakan pada satu sendi atau lebih.
3. Perasaan berderak-derak (krek-krek) atau suara tulang bergesekan dengan
tulang (krepitasi).
1.2.6 Pemeriksaan Fisik
Menurut Syamsumin Kurnia Dewi (2009) Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan mengecek refleks dan kesehatan umum Klien, termasuk kekuatan ototnya,
memeriksa sendi yang terganggu dan mengamati kemampuan Klien dalam
berjalan, membungkuk, dan melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
9

Seorang Klien secara klinis disebut positif menderita Reumatoid Arthritis


bila memenuhi minimal 3 dari 6 kriteria menurut American college of
rheumatology (ACR) yaitu sebagai berikut:
1.2.6.1 Usia > 50 tahun.
1.2.6.2 Kekakuan pada pagi hari < 30 menit.
1.2.6.3 Krepitasi.
1.2.6.4 Nyeri tekan pada tulang.
1.2.6.5 Pembesaran tulang.
1.2.6.6 Pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat.
1.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Reumatoid Arthritis antara lain :
1.2.7.1 Struktur muskuluskeletal : Dapat menyebabkan otot menciut (atropi),
kerusakan tendon dan tulang, dan dapat mencetus Oteoarthritis.
1.2.7.2 Jantung : Dapat terjadi kerusakan dijantung karena adanya tumpukan
cairan disekitar jantung sebagai hasil dari adanya peradangan didalam tubuh.
1.2.7.3 Kulit : Terbentuk nodul-nodul kecil dibawah kulit pada sekitar sendi yang
disebut rheumatoid nodules.
1.2.8 Klasifikasi
Menurut patogenensisnya, Reumatoid Arthritis diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
1.2.8.1 Reumatoid Arthritis primer atau idiopatik, yaitu Reumatoid Arthritis yang
tidak diketahui sebabnya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal dalam sendi. Reumatoid Arthritis primer lebih
sering ditemukan daripada Reumatoid Arthritis sekunder.
1.2.8.2 Reumatoid Arthritis sekunder, yaitu Reumatoid Arthritis yang didasari
oleh adnya kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, pertumbuhan, jejas mikro dan
makro serta imobilisasi yang lama. (Mubarak, 2012 Hal: 156).
1.2.9 Dampak Reumatoid Arthritis Terhadap Penderita
Para penderita Reumatoid Arthritis biasanya mengalami nyeri dan
kekakuan sendi. Sendi-sendi yang paling umum dipengaruhi adalah sendi-sendi
diujung jari (dekat kuku), ibu jari, leher, pinggang, lutut, dan pinggul. Reumatoid
Arthritis mempengaruhi orang yang berbeda secara berbeda pula. Meskipun pada
beberapa orang Reumatoid Arthritis berkembang dengan cepat, pada kebanyakan
individu kerusakan sendi berkembang secara bertahap selam bertahun-tahun. Pada
beberapa orang, Reumatoid Arthritis relatif ringan dan hanya sedikit berpengaruh
terhadap kehidupan sehari-hari, pada yang lainnya Reumatoid Arthritis
menyebabkan nyeri dan kecacatan yang signifikan. (Mubarak, 2012 Hal: 156).
1.2.10 Penatalaksanaan Reumatoid Arthritis
10

Penatalaksanaan Reumatoid Arthritis memiliki 4 tujuan yang meliputi


mengontrol nyeri, memperbaiki fungsi sendi, mempertahankan berat badan
normal dan mencapai suatu gaya hidup yang sehat. Tujuan tersebut dicapai
dengan dilakukan pendekatan melalui: latihan, pengontrolan berat badan,
mengistirahatkan dan mengurangi tekanan pada sendi, teknik-teknik meredakan
nyeri tanpa obat, pengobatan untuk mengontrol nyeri, pembedahan, terapi
komplementer dan alternatif (Syamsumin kurnia dewi (2009)).
1.2.10.1 Latihan
Latihan dapat memperbaiki suasana hati dan harapan, menurunkan nyeri,
meningkatkan fleksibelitas, memperkuat jantung, dan memperbaiki aliran darah,
mempertahankan berat badan, dan meningkatkan kesehatan jasmani secara umum.
Jumlah dan bentuk latihan yang dianjurkan akan tergantung dari sendi-sendi yang
terlibat, seberapa stabil sendi-sendi tersebut, dan apakah suatu penggantian sendi
telah siap dilakukan. Jalan-jalan den berenang adalah beberapa jenis latihan yang
popular untuk penderita Reumatoid Arthritis. Tipe-tipe latihan berikut ini
merupakan bagian dari suatu rangkaian yang baik dari rencana penanganan
arthritis.
1. Latihan penguatan (strengthening exercises): latihan ini memperkuat otot-
otot yang menyokong sendi yang terkena arthritis. Latihan-latihan tersebut
dapat dilakukan dengan tahanan atau dengan pita latihan, perlengkapan yang
tidak mahal yang menambah daya tahan.
2. Latihan aerobik: latihan aerobik merupakan latihan-latihan seperti jalan-
jalan atau aerobik dengan dampak yang rendah, yang memacu pemompaan
jantung penderita dan dapat menjaga kondisi paru dan sistem sirkulasi.
3. Latihan lingkup gerak sendi: latihan ini menjaga sendi penderita tetap lentur.
4. Latihan ketangkasan: latihan ini membantu penderita mempertahankan
keterampilan hidup sehari-hari.
1.2.10.2 Pengontrolan berat badan
Penderita Reumatoid Arthritis yang overweight atau obese sebaiknya
diedukasi untuk berusaha mengurangi berat badannya. Penurunan berat badan
dapat mengurangi tekanan pada sendi penumpu berat badan, mebatasi cedera lebih
lanjut, dan meningkatkan mobilitas. Ahli diet dapat membantu penderita dalam
mengatur kebiasaan makan yang sehat. Diet yang sehat dan lahitan yang teratur
akan membantu menurunkan berat badan.
1.2.10.3 Mengistirahatkan dan membebaskan tekanan pada sendi
11

Rencana penanganan meliputi istirahat yang terjadwal secara teratur.


Penderita harus belajar untuk mengenali tanda-tanda tubuh, dan tahu yang harus
berhenti atau mengurangi kegiatannya. Hal ini akan mencegah nyeri yang
disebabkan karena penggunaan berlebihan. Nyeri bisa membuat sulit tidur yang
nyenyak penting untuk penatalaksanaan nyeri arthritis. Penderita yang mengalami
masalah tidur dapat dibantu dengan teknik relaksasi, pengurangan stress, dan
biofeedback, serta mengatur jadwal pengobatan agar dapat meredakan nyeri
secara maksimum sepanjang malam. Penderita terkadang menggunakan kruk
untuk mengurangi tekanan pada sendi yang nyeri. Mereka bisa menggunakan
spalk atau penyangga untuk memberikan sokongan ekstra pada sendi dan
menjaganya pada posisi yang tepat selama tidur atau beraktivitas. Spalk
hendaknya digunakan hanya untuk periode waktu tertentu karena sendi dan otot
perlu dilatih untuk mencegah kekakuan dan kelemahan. Jika penderita
memerlukan spalk, seorang fisioterapis, terapis okupasional, atau dokter berperan
untuk membantunya untuk mendapatkan yang benar-benar cocok.
1.2.10.4 Pereda nyeri non obat
Penderita Reumatoid Arthritis dapat menentukan beberapa metode non
obat untuk meredakan nyeri. Berikut ini beberapa contohnya:
1. Terapi panas dan dingin (atau kombinasi keduanya) dapat berguna untuk
nyeri sendi. Panas dapat diaplikasikan pada sejumlah cara yang berbeda,
dengan handuk hangat, kompres hangat, atau dengan mandi air hangat untuk
meningkatkan aliran darah dan meredakan nyeri dan kekakuan. Pada
beberapa kasus, kompres dingin, dimana mengurangi peradangan, dapat
meredakan nyeri atau kebas pada area yang sakit.
2. Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu teknik
yang menggunakan sebuah alat elektronik untuk menghantarkan pulsus
elektrik ringan ke akhiran saraf yang terletak dibawah kulit di area yang
sakit. TENS juga dapat meredakan beberapa nyeri arthritis. Cara kerjanya
dengan memblokir pesan nyeri yang menuju otak dan dengan memodifikasi
persepsi nyeri.
3. Pijat (massage). Seseorang fisioterapis akan menggosok ringan atau
menekan otot-otot yang nyeri dengan gerakan-gerakan yang sesuai. Hal ini
akan meningkatkan aliran darah dan membawa kehangatan ke area yang
tertekan. Perlu diingat bahwa arthritis akibat sendi-sendi yang tertekan
12

adalah sensitive, sehingga seorang fisioterapis harus mengenali


permasalahan dari penyakit ini.
1.2.10.5 Pengobatan untuk mengontrol nyeri
Obat-obatan diresepkan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri dan
memperbaiki fungsi sendi. Perlu pertimbangan sejumlah faktor ketika hendak
memilih obat-obatan untuk mereka yang menderita Reumatoid Arthritis.
Golongan obat berikut ini sering digunakan dalam penanganan Reumatoid
Arthritis :
1. Asetaminofen sebagai pengobatan yang umum digunakan untuk
meredakan nyeri, asetaminofen tersedia tanpa resep. Golongan ini sering
direkomendasikan para dokter sebagai pengobatan pertama pada Klien
Reumatoid Arthritis karena relatif aman dibandingkan obat-obatan lainnya
serta keefektifannya dalam melawan nyeri.
2. AINS (anti inflamasi non steroid) sebagai golongan obat luas yang
berguna dalam melawan nyeri maupun inflamasi (peradangan), AINS
merupakan obat pokok dalam penanganan arthritis. Sejumlah AINS seperti
ibuprofen, sodium naproxen dan ketoprofen tersedia secara bebas. Lebih
dari sedosin lainnya, termasuk subkelas AINS yang bernama inhibitor
COX-2 tersedia dengan resep.
3. Krim, obat gosok dan obat sprai pereda nyeri topikal. Produk-produk ini,
dimana diaplikasikan secara langsung ke kulit di atas sendi yang nyeri,
mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan salah satu dari tiga cara
yang berbeda yaitu dengan menstimulasi akhiran saraf untuk mengalihkan
perhatian otak dari sendinya, dengan meniadakan sejumlah
neurotransmitter yang disebut substansi P yang mengirimkan pesan nyeri
ke otak, atau dengan memblokir substansi kimiawi yang disebut
prostaglandin yang menyebabkan nyeri dan inflamasi.
4. Tramadol merupakan pereda nyeri dengan resep yang kadang-kadang
diresepkan ketika berbagai pengobatan yang beredar bebas tidak bisa
meredakan nyeri. Obat ini memiliki efek samping yang lebih tinggi,
sehingga tidak diberikan bersama-sama dengan asetaminofen dan AINS
termasuk potensial terhadap adikasi.
5. Pereda nyeri narkotika ringan. Pengobatan yang mengandung analgetika
narkotik seperti kodein atai hidrokodone sering efektif melawan nyeri
Reumatoid Arthritis. Tetapi karena potensial terhadap ketergantungan fisik
13

dan psikologis terhadap obat ini, para dokter umumnya memberikan untuk
penggunaan jangka pendek.
6. Kortikosteroid merupakan hormone anti inflamasi yang dibuat secara
alami di dalam tubuh atau dibuat manusia untuk digunakan sebagai obat.
Obat ini dapat disuntikan ke dalam sendi yang terkena untuk meredakan
nyeri secara temporer. Penggunaan tersebut merupakan tindakan jangka
pendek, pada umumnya tidak direkomendasikan untuk lebih dari dua atau
empat penanganan per tahun. Kortikosteroid oral tidak digunakan secara
rutin untuk menangani Reumatoid Arthritis. Sediaan obat ini adakalanya
digunakan untuk mengurangi peradangan yang hebat.
7. Pengganti asam hialuronat atau kadang disebut juga viskosuplemen,
produk ini didesain untuk menggantikan suatu komponen normal dari
sendi yang terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi. Pengobatan ini akan
diberikan satu seri yang terdiri dari tiga atau lima suntikan, tergantung
dari jenis produk yang diresepkan dokter.
1.2.10.6 Pembedahan
Pembedahan dapat membantu mengurangi nyeri dan kecacatan akibat
Reumatoid Arthritis bagi sebagian orang. Pembedahan dilakukan untuk mencapai
satu atau lebih hal berikut :
1. Pengambilan serpihan tulang yang lepas dan kartilago dari sendi jika
mereka menyebabkan gejala menekuk atau mengunci.
2. Reposisi tulang.
3. Membuat ulang permukaan (menghaluskan) tulang.
1.2.10.7 Terapi komplementer dan alternatif
Penangan medis konvesional tidak cukup mampu meredakan nyeri, para
penderita dimungkinkan untuk mencoba terapi komplementer. Terapi
komplementer adalah cara menanggulangi penyakit atau sebagai pengobatan
pilihan lain yang dilakukan sebagai pendukung dalam menjalani pengobatan
konvensional diluar pengobatan medis. Berikut ini adalah beberapa terapi yang
digunakan untuk menangani Reumatoid Arthritis :
1. Akupuntur, beberapa penderita reda nyerinya dengan menggunakan
akupuntur, suatu praktik dengan menggunakan jarum halus yang
diinsersikan oleh seseorang terapis akupuntur yang berlisensi pada titik-titik
tertentu di atas kulit. Riset terdahulu menunjukan bahwa akupuntur
merupakan suatu komponen yang berguna dalam rencana penanganan
Reumatoid Arthritis pada beberapa Klien.
14

2. Pengobatan tradisional, pengobatan ini meliputi penggunaan gelang


tembaga atau minum the herbal. Berbahaya atau tidak namun tidak ada riset
ilmiah yang benar-benar menunjukan bahwa praktik ini membantu dalam
penanganan Reumatoid Arthritis. Cara ini juga sangat mahal dan
menggunakannya dapat menyebabkan penderita menunda atau bahkan
meninggalkan penanganan medis yang berguna.
1.2.10.8 Suplemen nutrisional, nutrisi seperti glukosamin dan kondroitin sulfat
telah dilaporkan mampu memperbaiki gejala penderita Reumatoid Arthritis,
sebagaimana beberapa vitamin tertentu. (Mubarak, 2012 Hal: 157).
15

Web Of Caution (WOC)


Rheumatoid Arthritis
Idiopatik, kelainan endokrin,
inflamasi, imobilitas yang lama

Rheumatoid Arthritis

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Reaksi
Tidak ada Proses Tidak ada Tidak ada Mobilitas Autoimun
Kelainan Inflamasi kelainan kelainan

Fungsi Sinovium

Mengaktifan Bengkak Peristaltik


Autoimun
Terbentuk Inflamasi
Konsumsi Pannus
Nyeri Konstipasi Permukaan
Suhu tubuh obat
sendi tidak Spasme Otot
meningkat Menginvasi rata
Ggn. jaringan
Koping Mual, Eliminasi Alvi kolagen
tidak muntah Kerusakan Resiko
Hipertermia efektif rawan sendi Cidera
Gangguan
Intake stabilitas Deformitas
Cemas
sendi
Ggn. Citra
Ggn. Ggn. Tubuh
Kebubtuhan Mobilitas
Nutrisi Fisik
16

1.3 Konsep Manajemen Keperawatan


1.3.1 Pengkajian
Data dasar pengkajian Klien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.
1.3.1.1 Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
1.3.1.2 Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
1.3.1.3 Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
( situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
1.3.1.4 Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
1.3.1.5 Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
1.3.1.6 Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris
1.3.1.7 Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
1.3.1.8 Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
17

Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa. Interaksi
social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran: isolasi.
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
1.3.2.1 Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
1.3.2.2 Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
1.3.2.3 Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
1.3.2.4 Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
1.3.2.5 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/
mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
1.3.3 Intervensi Keperawatan
1.3.3.1 Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
3. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non-verbal
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
R/ Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada
sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada
sendi yang terinflamasi/nyeri.
18

c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter,


bebat.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi.
d. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
e. Anjurkan klien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
f. Berikan masase yang lembut
R/ Meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri.
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas.
R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis : asetil salisilat)
R/ Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
k. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut.
1.3.3.2 Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, menurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
19

1. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan


kontraktur.
2. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/
atau konpensasi bagian tubuh.
3. Mendemonstrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi dan Rasional :
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari
proses inflamasi.
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganmggu.
R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan
kekuatan.
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan.
R/ Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan
sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian Klien. Tehnik
pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.
R/ Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan
memertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor.
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
R/ Mencegah fleksi leher.
g. Dorong Klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan.
R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh
20

i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.


R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan
alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
1.3.3.3 Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
2. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung.
b. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada klien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi Klien dalam memfungsikan
gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap
intervensi/ konseling lebih lanjut
c. Diskusikan persepsi Klienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana Klien memandang dirinya sendiri
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
21

R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,


membutuhkan intervensi lebih lanjut
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu Klien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
R/ Membantu Klien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri
g. Ikut sertakan Klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas.
R/ Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi.
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
R/ Memungkinkan Klien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
R/ Klien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan
obat-obatan peningkat alam perasaan.
R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai Klien
mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif.
1.3.3.4 Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
1. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
2. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
3. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional :
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
22

R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional.


c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
/rencana untuk modifikasi lingkungan.
R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri.
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis : memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.
R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat kemampuan aktual.
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis : pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.
1.3.3.5 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/
mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
2. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya
hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional :
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana Klien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
b. Diskusikan kebiasaan Klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi
sendiri/jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,
istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stres.
R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks.
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
23

R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis.


e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada
waktu tidur.
R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri akan meningkatkan tidur
dan mengurangi kekakuan di pagi hari.
f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis : tinitus,
perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
terapeutik darah yang tinggi.
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan
obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya.
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan.
i. Dorong Klien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.
j. Berikan informasi mengenai alat bantu
R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis : duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi.
R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian.
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi
tetap meregang , tidak fleksi, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh
selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika
memungkinkan.
R/ Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup Klien
untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
24

m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang
tepat.
R/ Mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium,
mis : LED, Kadar salisilat, PT.
R/Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek
samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
R/ Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan
lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan
pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.
p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: Yayasan Arthritis ( bila ada).
R/ Bantuan/dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan
maksimal.
1.3.3.6 Gangguan Eliminasi Alvi berhubungan dengan menurunnya peristaltik
usus akibat imobilitas.
Kriteria Hasil :
1. Pola eliminasi alvi normal (minimal 1x sehari)
2. Tidak terjadi konstipasi
Intervensi dan Rasional :
a. Anjurkan klien untuk banyak minum
R/ Banyak minum dapat membantu melunakkan feses.
b. Anjurkan klien untuk meningkatkan ambulasi
R/ Ambulasi yang baik dapat membantu meningkatkan peristaltik usus
c. Anjurkan klien untuk lebih banyak makan serat (sayuran)
R/ Mengkonsumsi serat dapat membantu menurunkan resiko konstipasi
1.3.4 Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhinya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri.
2. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
3. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
4. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
5. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah penyakit
degeneratif jangka panjang.
6. Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.
25

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Data Biografi
Nama : Ny. M
Tempat & Tanggal Lahir : Kediri, 23 Juni 1946
Pendidikan : Tidak Sekolah
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
TB/BB : -/-
Penampilan : Klien tampak rapi, bersih, rambut beruban.
Alamat : Panti Bakti Luhur Sidoarjo
Orang Dekat Yang Dihubungi : Ny.N
Hubungan dengan Lansia : Mantan majikan
Alamat : Jn. Nginden, Surabaya

2.1.2 Riwayat keluarga


2.1.2.1 Susunan Anggota Keluarga
Hubungan
No Nama JK Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Keluarga
1. Tn. M (Alm) L Suami - Tdk bekerja -
2. Ny. M P Istri Tidak Sekolah Tdk bekerja -

2.1.2.2 Genogram
Data tentang keluarga Ny. M tidak dapat dikaji karena keterbatasan data
karena Ny. M tidak bisa mengingat keluarga kandungnya dia hanya dapat
mengingat suami dan mantan majikannya.
2.1.2.3 Tipe/Bentuk Keluarga : Lansia Mandiri
2.1.3 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja karena tinggal dipanti.
Alamat Pekerjaan : Jl. Kapuas No. 22 FI Wisma Tropodo

28
26

Berapa jarak dari rumah : 0 meter


Alat Transportasi : Jalan Kaki
Pekerjaan Sebelumnya : Pembantu
Sumber Pendapatan dan Kecukupan : Setiap bulan Ny. N (mantan
majikannya) datang berkunjung dan memberikan uang yang mencukupi
biaya Ny. M perbulan.
2.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tipe tempat tinggal Ny. M permanen dan berjumlah 4 kamar di bagian
wisma bawah. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih, pencahayaan baik,
ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 14 orang. Tetangga
terdekat klien adalah penghuni panti.
2.1.5 Riwayat Rekreasi
Klien tidak mengikuti senam pagi yang di adakan di aula, karena pasien
mengatakan nyeri ketika berjalan,dan semenjak pasien datang di panti dari bulan
Januari 2014 pasien tidak pernah keluar panti atau berekreasi.
2.1.6 Sistem Pendukung
Tim medis dari Rumah Sakit RKZ datang setiap 2 minggu sekali untuk
memeriksa kesehatan para lansia yang ada dipanti. Jarak dari RS RKZ ke Panti ±
3 km. Rumah Sakit Terdekat ± 1 km, Klinik Terdekat ± 0,3 km. Makanan yang
tersedia berupa nasi, lauk dan sayuran yang beraneka ragam.perawatan yang
dilakukan para lansia dip anti rutin senam pagi di halaman panti.
2.1.7 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan dipanti selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan
sesudah makan selalu berdoa.
2.1.8 Status kesehatan
2.1.8.1 Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan tidak
pernah dirawat di rumah sakit.
2.1.8.2 Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah
mengeluh sakit.
27

2.1.8.3 Keluhan utama


Ny. M mengeluh nyeri di lutut sebelah kanan dan sebelah kiri namun yang
paling terasa nyeri itu sebelah kanan. Nyeri akan lebih hebat saat klien berusaha
berdiri setelah duduk lama.
2.1.8.4 Status Imunisasi : (catat tanggal terbaru)
Tetanus, difteri: tidak ada, Influenza: tidak ada, Pneumothoraks: tidak ada
2.1.8.5 Alergi : ( catat agen dan reaksi spesifik)
1. Obat-obatan: tidak ada alergi
2. Makanan: tidak ada
3. Faktor lingkungan: tidak ada
2.1.8.6 Penyakit yang diderita :
Rheumatoid Arthritis
2.1.9 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)
Indeks Katz Ny. M adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi).
2.1.10 Data penunjang
Tidak ada data penunjang
2.1.11 Keadaan Umum :
Keadaan Umum baik, kesadaran compos mentis, pupil isokor, TTV : TD :
120/80 mm Hg, Nadi : 90 x/mnt, Suhu : 36 5C, RR 20 x/mnt. Akral : hangat,
merah, lembab. Terdapat nyeri di area lutut sebelah kanan, ekspresi wajah tampak
menyeringai kesakitan saat mencoba berdiri saat duduk terlalu lama, Saat di kaji
klien tampak memegangi lutut sebelah kanannya , sesekali klien tampak mengurut
pelan lututnya.
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : Nadi : 90x/mnt, RR : 20x/menit, TD : 120/80 mmHg.
Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 120/80 mmHg
Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris, tidak ada
bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit sawo matang.
Sistem Perkemihan : BAK 3x sehari, warna kuning jernih, lancar dan
tidak ada nyeri saat berkemih.
Sistem : Nyeri saat berjalan dan berdiri setelah duduk dalam
28

Muskuluskeletal waktu lama.


Sistem Endokrin : Tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes dan
gondok.
Sistem Gastrointestinal : Ada riwayat gastritis, tidak ada mual atau muntah,
bising usus 8x/menit.
Sistem reproduksi : Menopause.
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang.
Sistem Penglihatan : Klien tidak menggunkan kacamata
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada OMA,
tidak ada keluaran cairan.
Sistem Pengecapan : Dapat mengecap rasa dengan baik.
Sistem Penciuman : Dapat mencium bebauan dengan baik.

2.1.12 Status Kognitif/Afektif/Sosial


Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Ny. Y yaitu: fungsi
intelektual masih utuh. Mini Mental State Exam (MMSE): 26, Inventaris Depresi
Beck : 0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 9.
29

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Ny. M Tanggal :23 Januari 2015


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : -/-
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat : Panti Bakti Luhur
Nama pewawancara : Wahyudi Qorahman
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
lain klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
30

Nama klien : Ny. M Tanggal :23 Januari 2015


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : -/-
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat : Panti Bakti Luhur
Nama pewawancara : Wahyudi Qorahman
SKORE NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini? -
√ 2 Hari apa sekarang ini? Jumat
√ 3 Apa nama tempat ini? Panti Bakti Luhur
√ 4 Berapa nomor telepon anda? -
√ 5 Berapa umur anda? 68
√ 6 Kapan anda lahir? -
7 Siapa presiden Indonesia -

sekarang?
√ 8 Siapa presiden sebelumnya? -
√ 9 Siapa nama kecil ibu anda? -
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
penggurangan 3 dari setiap
√ -
angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total : 6

Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh

Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan

Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang

Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat


31

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 2 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 2 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-
masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang
benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaab dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
berganti eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari
belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk kebenaran.
BAHASA
9 7 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1
point.
30 Nilai total 15

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
Nilai maksimum 30 (nilai 21/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
tindak lanjut)
Nilai maksimum 30 (nilai 21/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif)
32

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)
Nama klien : Ny. M Tanggal :23 Januari 2015
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : -/-
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat : Panti Bakti Luhur, Sidoarjo
Nama pewawancara : Wahyudi Qorahman

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
33

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
34

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
35

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia

Nama klien : Ny. M Tanggal : 23 Januari 2015


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : -/-
Agama : Islam Gol darah:
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat : Panti Bakti Luhur Sidoarjo
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara kelaurga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
36

2.2 ANALISA DATA


Obyektif dan Data Subyektif
No (Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)
1 DS : Nyeri Akut
- Ny. T mengatakan, “nyeri Proses Inflamasi
di bagian lutut kanan”.
- Ny. T mengatakan, “nyeri
Bengkak
semakin bertambah jika
berusaha berdiri setelah
duduk lama dan saat
beraktivitas”.
Nyeri
DO :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi 90x/menit
- RR : 20x/menit
- Ny. T tampak memegangi
lututnya
- Ny. T tampak perlahan jika
berdiri dari duduk yang
lama.
- P : Nyeri dirasakan
bertambah berusaha berdiri
setelah duduk lama dan saat
aktivitas
- Q : nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
- R : nyeri dirasakan didaerah
lutut bagian kanan
- S : nyeri dirasakan dengan
skala 4 (0-4) selama ± 10
menit
- T : nyeri dirasakan pada
waktu aktivitas seperti
mencuci
-
2 DS: Nyeri Gangguan
- Ny. T mengatakan, ”Kalau Mobilitas
berjalan terlalu lama, lutut Fisik
jadi nyeri”. Penurunan
- Ny. T mengatakan, kekuatan otot
“terganggu dengan
nyerinya”.
intoleransi
DO : terhadap aktivas.
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi 90x/menit
- RR : 20x/menit
37

- Ny. T tampak memegangi


lututnya
- Ny. T tampak perlahan jika
berdiri dari duduk yang
lama.
- Ny. T tampak berjalan
dengan perlahan.

2.3 PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses menua, proses inflamasi,
permukaan sendi tidak licin, tulang mengalami gesekan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, proses inflamasi,
penurunan kekuatan otot, intoleransi terhadap aktivitas.
38

2.4 RENCANA TINDAKAN


Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
Keperawatan (Kriteria Hasil)
1 Nyeri Akut b.d Proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri 1. Membantu dalam menentukan
menua, proses keperawatan selama 1 x 4 kebutuhan manajemen nyeri dan
inflamasi, permukaan nyeri hilang dengan kriteria keefektifan program.
sendi tidak licin, tulang hasil : 2. Anjurkan klien untuk mandi 2. Panas meningkatkan relaksasi
mengalami gesekan. 1. Skala nyeri berkurang air hangat, kompres sendi- otot dan mobilitas serta
bahkan hilang sendi yang sakit dengan menurunkan rasa sakit.
2. Klien dapat beraktifitas kompres hangat.
tanpa rasa nyeri 3. Berikan massase yang 4. Meningkatkan
3. Klien tampak rileks lembut relaksasi/menurunkan
ketegangan otot.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan 3. Meningkatkan relaksasi,
distraksi memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
kemampuan koping.
5. Kolaborasi dalam pemberian 4. Terapi medis dapat membantu
obat sesuai indikasi mengurangi nyeri, tegangan
otot/spasme.
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pemantauan tingkat 4. Tingkatkan aktivitas atau latihan
fisik berhubungan keperawatan selama 1 x 4 inflamasi/rasa sakit pada tergantung dari perkembangan
dengan nyeri, proses hari klien dapat sendi. proses inflamasi.
inflamasi, penurunan melaksanakan aktivitas atau
kekuatan otot, peningkatan kekuatan otot 2. Pertahankan tirah 5. Istirahat sistemik dianjurkan
intoleransi terhadap dengan kriteria hasil : baring/duduk. Jadwal selama eksaserbasi akut dan
aktivitas. 1. Klien dapat ikut serta aktivitas untuk memberikan seluruh fase penyakit untuk
dalam program latihan periode istirahat terus- mencegah kelelahan,
fisik menerus dan tidur malam mempertahankan kekuatan.
hari.
2. Tidak terjadi kontraktur 3. Bantu rentang gerak 6. Meningkatkan fungsi sendi,
39

sendi aktif/pasif. kekuatan otot dan stamina.


3. Bertambahnya kekuatan
otot. 7. Memaksimalkan fungsi sendi,
4. Klien menunjukkan 4. Motivasi klien mempertahankan mobilitas.
tindakan untuk mempertahankan postur
meningkatkan mobilitas, tegak dan duduk tinggi,
mempertahankan berdiri serta berjalan
koordinasi mobilitas 5. Memformulasi program latihan
sesuai tingkat optimal. 5. Kolaborasi dengan ahli terapi berdasarkan kebutuhan
fisik atau okupasi. individual dan mengidentifikasi
bantuan mobilitas.
40

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No DX Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi TTD


1 I Sabtu, 1. Mengkaji skala nyeri dengan S:
24 Januari 2015 cara menuliskan angka dari 0 – - Ny. M mengatakan, “nyeri di bagian
10, jelaskan maksud dari lutut kanan”.
- Ny. M mengatakan, “nyeri semakin
masing-masing angka lalu minta
bertambah jika berusaha berdiri
klien untuk menyebutkan pada setelah duduk lama”.
angka berapa skala nyeri nya. - Ny. M mengatakan nyerinya
2. Memberikan massase yang berkurang
lembut dengan cara memassase O:
bagian lutut klien yang bengkak - TD : 120/80 mmHg
- Nadi 90x/menit
dengan lembut menggunakan
- RR : 20x/menit
lotion. - Ny. M tampak memegangi lututnya
3. Mengajarkan teknik relaksasi - Ny. M tampak mempraktekkan
dan distraksi dengan cara massase pada lututnya
meminta klien untuk duduk atau - Ny. M tampak mempraktekkan teknik
berbaring dengan relaks lalu relaksasi dan distraksi.
A : Masalah teratasi sebagian
menutup mata dengan pelan dan
P : Lanjutkan Intervensi
mengatur napas dengan - Anjurkan klien untuk mandi air
perlahan. Setelah itu tuntun klien hangat, kompres sendi-sendi yang
untuk mulai melakukan sakit dengan kompres hangat
relaksasi.
41

2 II Senin, 1. Mengkaji pemantauan tingkat S :


24 Januari 2015 inflamasi/rasa sakit pada sendi. - Ny. M mengatakan, “nyeri di bagian
2. Memotivasi klien lutut kanan”.
mempertahankan postur tegak - Ny. M mengatakan, “nyeri semakin
dan duduk tinggi, berdiri serta bertambah jika berusaha berdiri
berjalan. setelah duduk lama”.
- Ny. M mengatakan nyerinya
berkurang
O:
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi 90x/menit
- RR : 20x/menit
- Ny. Y tampak memegangi lututnya
- Ny. Y tampak mempraktekkan
kompres hangat pada lutut yang sakit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

CATATAN PERKEMBANGAN
42

No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/


Nama
1 Senin, 26 Januari 2015/ Nyeri Akut b.d Proses 1. Memberikan massase S:
yang lembut dengan cara - Ny. M mengatakan,
08.30 WIB menua, proses inflamasi,
memassase bagian lutut “nyeri di bagian lutut
permukaan sendi tidak kanan”.
klien yang bengkak
- Ny. M mengatakan,
licin, tulang mengalami dengan lembut “nyeri semakin
gesekan. menggunakan lotion. bertambah jika berusaha
2. Mengajarkan teknik berdiri setelah duduk
relaksasi dan distraksi lama”.
dengan cara meminta klien - Ny. M mengatakan
nyerinya berkurang
untuk duduk atau
O:
berbaring dengan relaks - TD : 110/80 mmHg
lalu menutup mata dengan - Nadi 90x/menit
pelan dan mengatur napas - RR : 20x/menit
dengan perlahan. Setelah - Ny. M tampak
itu tuntun klien untuk memegangi lututnya
mulai melakukan relaksasi. - Ny. M tampak
mempraktekkan massase
3. Menganjurkan klien pada lututnya
untuk mandi air hangat, A : Masalah teratasi
kompres sendi-sendi yang Sebagian
sakit dengan kompres P : Lanjutkan Intervensi
hangat - Anjurkan klien untuk
mandi air hangat,
kompres sendi-sendi
yang sakit dengan
kompres hangat
I : Anjurkan pasien untuk
teknik napas dalam ketika
43

nyeri
E : Ny. M mengatakan akan
mengompres dan narik
napas dalam ketika nyeri
R : Motivasi pasien untuk
kesembuhannya.
Mengobservasi K/U

CATATAN PERKEMBANGAN
44

No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/


Nama
1 Selasa, 27 Januari 2015/ Nyeri Akut b.d Proses 1. Memberikan massase S:
yang lembut dengan cara - Ny. M mengatakan,
08.30 WIB menua, proses inflamasi,
memassase bagian lutut “nyeri di bagian lutut
permukaan sendi tidak kanan”.
klien yang bengkak
- Ny. M mengatakan
licin, tulang mengalami dengan lembut nyerinya berkurang
gesekan. menggunakan lotion. - Ny. M mengatakan bila
2. Mengajarkan teknik nyerinya terasa dia
mengompres lututnya
relaksasi dan distraksi
O:
dengan cara meminta klien
- TD : 120/80 mmHg
untuk duduk atau - Nadi 88x/menit
berbaring dengan relaks - RR : 20x/menit
lalu menutup mata dengan A : Masalah teratasi
pelan dan mengatur napas Sebagian
dengan perlahan. Setelah P : Lanjutkan Intervensi
itu tuntun klien untuk - 1 dan 2
I : Anjurkan pasien untuk
mulai melakukan relaksasi.
teknik napas dalam ketika
3. Menganjurkan klien nyeri
untuk mandi air hangat, E : Ny. M mengatakan akan
kompres sendi-sendi yang mengompres dan narik
sakit dengan kompres napas dalam ketika nyeri
hangat R : Motivasi pasien untuk
kesembuhannya.
Mengobservasi K/U
45

CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/
Nama
1 Rabu, 28 Januari 2015/ Nyeri Akut b.d Proses 1. Memberikan massase S:
yang lembut dengan cara - Ny. M mengatakan,
08.30 WIB menua, proses inflamasi,
memassase bagian lutut “nyeri di bagian lutut
permukaan sendi tidak kanan”.
klien yang bengkak
- Ny. M mengatakan
licin, tulang mengalami dengan lembut nyerinya berkurang
gesekan. menggunakan lotion. O:
2. Mengajarkan teknik - TD : 120/70 mmHg
relaksasi dan distraksi - Nadi 90x/menit
dengan cara meminta klien - RR : 22x/menit
- Ny. M tampak
untuk duduk atau
mempraktekkan massase
berbaring dengan relaks pada lututnya
lalu menutup mata dengan A : Masalah teratasi
pelan dan mengatur napas Sebagian
dengan perlahan. Setelah P : Lanjutkan Intervensi
itu tuntun klien untuk I : Anjurkan pasien untuk
mulai melakukan relaksasi. teknik napas dalam ketika
nyeri
3. Menganjurkan klien E : Ny. M mengatakan akan
untuk mandi air hangat, mengompres dan narik
kompres sendi-sendi yang napas dalam ketika nyeri
sakit dengan kompres R : Motivasi pasien untuk
hangat kesembuhannya.

EVALUASI
No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Evaluasi (SOAP) TTD/ Nama
1 Kamis, 29 Januari 2015/ Nyeri Akut b.d Proses S:
46

08.30 WIB menua, proses inflamasi, - Ny. M mengatakan


nyerinya berkurang
permukaan sendi tidak
O:
licin, tulang mengalami - TD : 120/70 mmHg
- Nadi 82x/menit
gesekan.
- RR : 22x/menit
- Ny. M tampak
mempraktekkan massase
pada lututnya
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan untuk
kompres air hangat
bila nyeri

EVALUASI
No Hari/ tanggal/ jam Dx Kep Evaluasi (SOAP) TTD/ Nama
1 Jumat, 30 Januari 2015/ Nyeri Akut b.d Proses S:
- Ny. M mengatakan
08.30 WIB menua, proses inflamasi,
47

permukaan sendi tidak nyerinya berkurang


O:
licin, tulang mengalami
- TD : 110/60 mmHg
gesekan. - Nadi 80x/menit
- RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan untuk
kompres air hangat
bila nyeri
48

DAFTAR PUSTAKA

Kusharyadi, 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba

Medika.

Lukman Ningsih, nurma. 2009. Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal. Jakarta:

Salemba Medika.

Mutaqin, Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto

Mutaqin, Arif (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Perry potter. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba

Medika

Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3 .Jakarta:

EGC.

Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna

Publishing.

http://nursingbegin.com/askep-artritis-reumatoid/

http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoid-artritis/
49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DENGAN


RHEMATOID ARTHRITIS DI WISMA KARTINI
PANTI BAKTI LUHUR SURABAYA

DISUSUN OLEH:

WAHYUDI QORAHMAN
2010.C.02a.0080

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2014/2015
50

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DENGAN


RHEMATOID ARTHRITIS DI WISMA KARTINI
PANTI BAKTI LUHUR SURABAYA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN PADA


PENDIDIKAN PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH:
WAHYUDI QORAHMAN
2010.C.02a.0080

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM PROFESI NERS
2014/2015

i
51

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawahini:


Nama : Wahyudi Qorahman
NIM : 2010.C.02a.0080
Program Studi : S1 Keperawatan Ners
JudulAsuhanKeperawatan : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. Y
Dengan Rhematoid Arthritis Di Wisma
Kartini Panti Bakti Luhur Surabaya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa asuhan keperawatan gerontik ini


merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan flagiat, begitu pula hal yang terkait di
dalamnya baik mengenai isinya, sumber yang dikutip atau dirujuk, maupun teknik di
dalam pembuatan dan penyunsunan laporan ini.
Pernyataan ini akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya, apabila di
kemudian hari terbukti bahwa asuhan keperawatan ini bukan hasil karya saya atau
flagiat,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut berdasarkan
peraturan yang berlaku.

Dibuat di : Surabaya
Pada Tanggal : 23 Januari 2015

Saya Yang Menyatakan,

Wahyudi Qorahman
Nim 2010.C.02a.0080

LEMBARiiPERSETUJUAN
52

Nama : Wahyudi Qorahman


NIM : 2010.C.02a.0080
JudulAsuhanKeperawatan : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. M
Dengan Rhematoid Arthritis Di Wisma Kartini
Panti Bakti Luhur Surabaya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik Pada Program
Studi S1 Keperawatan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka
Raya.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pembimbing 1,

Ns. Putria Carolina, M.Kep Ns. Meilitha Carolina, M.Kep

KATA PENGANTAR
iii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul

48
53

“ Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. M Dengan Rhematoid Arthritis Di Wisma


Kartini Panti Bakti Luhur Surabaya”
Dalam kesempatan ini dengan tulus hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat dan kasih Nya setiap saat.
2. Pengurus Yayasan Eka Harap P.Raya yang telah memberikan kesempatan
menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi di STIKES Eka Harap P.Raya.
3. Ibu Dra. Mariaty Darmawan,MM selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya yang telah menberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan S1 Keperawatan.
4. Ibu Putria Carolina, S.Kep Ns selaku Program Studi Ners Palangka Raya dan
selaku pembimbing I yang telah membimbing.
5. Ibu Yeria Allen Friskila,S.Kep,Ns selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
6. Ibu Endang selaku pembimbing Ny.M yang telah memberikan masukan untuk
kesempurnaan data ini.
7. Kedua orang tua, suami, kakak dan adik-adikku tercinta yang selama ini telah
memberikan dukungan, kasih sayang dan bantuan baik moril maupun materil
serta doanya.
8. Semua pihak yang turut terlibat dalam penyunsunan laporan ini.
Akhir kata,semoga laporan ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam Ilmu Keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Surabaya, 23 Januari 2015

Penulis

Anda mungkin juga menyukai