Anda di halaman 1dari 7

TEORI AGENSI (AGENCY THEORY)

Definisi Teori Agensi


Konsep Agency Theory menurut Scott (1997:305) adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agent, dimana principal adalah pihak yang mempekerjakan agent agar
melakukan tugas untuk kepentingan principal, sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan
kepentingan principal.

Pendelegasian wewenang prinsipal pada agen

Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan adalah sebagai kontrak, dimana
satu atau beberapa orang (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk melaksanakan
sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada agen tersebut.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa definisi dari teori agensi adalah hubungan
antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent(manajer). Dan di dalam hubungan
keagenan tersebut terdapat suatu kontrak dimana pihak principal memberi wewenang
kepada agent untuk mengelola usahanya dan membuat keputusan yang terbaik bagi principal.

Menurut Eisenhard (1980), teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu:
1. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri
sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality) dan tidak menyukai
resiko (risk aversion)
2. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisien sebagai kriteria
produktivitas, dan adanya Asymmetric Information antara principal dan agent
3. Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang
diperjual belikan.

Menurut Meisser, et al., (2006:7) hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan, yaitu:
a. Terjadinya informasi asimetris (information asymmetry) , dimana manajemen secara umum
memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi
entitas dari pemilik,
b. Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana
manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.

ASIMETRI INFORMASI (ASYMMETRY INFORMATION)


Asimetri informasi (assymmetry information) yaitu dimana manajer sebagai pengelola perusahaan
lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaaa di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu
1. Adverse Selection
Adverse selection terjadi karena manajer atau beberapa orang yang ada di dalam perusahaan
mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor dari
pihak luar. Manajemen memilih-milih informasi yang akan dibagikan pada investor. Dapat dengan
memilih-milih informasi yang di share, atau menahan informasi penting perusahaan dan atau
mempercepat informasi disampaikan pada investor tertentu yang mempunyai hubungan istimewa.
2. Moral Hazard
Moral Hazard terjadi karena kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya
diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman, sehingga manajer dapat melakukan
tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara
etika atau norma mungkin tidak layak untuk dilakukan.

KONFLIK KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST)


Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam hubungan
keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara principal(pemilik) dan agent (manajer) karena
kemungkinan agent bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal. Teori agensi mampu
menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-
masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingannya terhadap perusahaan (Ibrahim, 2007).
Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal), namun demikian manajer juga menginginkan untuk selalu memperoleh
kompensasi sesuai dengan kontrak.

AGENCY COST (BIAYA AGENSI)


Dengan adanya masalah agensi yag disebabkan karena konflik kepentingan dan asimetri
informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost). Jensen dan
Meckling (1976) membagi biaya keagenan menjadi tiga, yaitu:
1. Monitoring Cost
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principaluntuk memonitor
perilaku agent.
2. Bonding Cost
Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal.
3. Residual Loss
Residual loss adalah nilai kerugian yang dialami principal akibat keputusan yang diambil
oleh agent yang menyimpang dari keputusan yang dibuat olehprincipal.

GAME THEORY
Game theory berusaha untuk membuat model dan memprediksi outcome konflik antara
individu secara rasional. Pentingnya konsekuensi ekonomi di karakteristikan sebagai konflik. Ada
dua kontrak penting yaitu: kontrak pegawai ( antara perusahaan dengan manajemen) dan leading
kontrak ( antara perusahaan dengan lenders) kedua tipe kontrak tersebut sering tergantung pada
net income yang dilaporkan. Kontrak pegawai sering memberikan bonus dengan berdasarkan pada
net income.
Game theory dapat membantu mereka memahami bagaimana manajer, investor dan lainnya
yang dipengaruhi oleh konsekuensi ekonomi dari pelaporan keuangan. Game theory membantu
mereka untuk melihat mengapa kontrak sering bergantung pada laporan keuangan.
Game theory ini, seorang pemain selain memperhitungkan ketidakpastian situasi yang akan
terjadi juga akan memperhitungkan tindakan yang dilakukan oleh pemain lainnya. Terdapat
berbagai jenis games yang dapat diklasifikasikan sebagai cooperative dan non-cooperative games.
1. Cooperative Games : para pemainnya terlibat dalam suatu kesepakatan yamg mengikat
2. Non cooperative Games : para pemainnya tidak ada kesepakatan

NON COOPERATIVE GAME MODEL DARI KONFLIK MANAJER – INVESTOR


 Investor menginginkan informasi laporan keuangan yang relevan dan reliabel
 Manajer mungkin tidak akan bersedia untuk mengungkapkan semua informasi yang diperlukan
investor
 Manajer menyajikan laporan keuangan yang bisa, atau bahkan memanipulasi laporan keuangan
dengan tujuan oportunistik maupun memperoleh kontrak yang efisien
 Investor tentunya akan waspada terhadap kemungkinan manajer akan menyajikan laporan
keuanganyang bias sehingga hal ini akan diperhitungkan ketika membuat keputusan investasi. Dan
begitu pula manajer ketika menyusun laporan keuangan akan memperhitungkan tindakan yang
akan dilakukan oleh investor.
 Situasi ini merupakan bentuk dari non cooperative game karena sulit untuk mewujudkan suatu
kesepakatan yang mengikat antara manajemen dari investor.

BEBERAPA MODEL COOPERATIVE GAME THEORY


 Substansi dari cooperative games adalah adanya kesepakatan yang mengikat para pemain.
Kesepakatan tersebut sering kali di sebut kontrak
 Pricipal - Agent
 Agency theory merupakan cabang dari game theory yang mempelajari bentuk (desain) kontrak yang
dapat memotivasi agent untuk bertindak demi kepentingan principal meskipun kepentingan agent
bertentangan dengan kepentingan principal.
Agency Theory: An Employment Contract Between Firm Ownner and Manager
 Misalkan sebuah perusahaan dimiliki oleh satu orang (principal) dan dikelola oleh seorang
manajer ( agent)
 Manajer memiliki dua pilihan yaitu: bekerja keras (work hard) dan melalaikan tugas (shirk)
 Apabila manajer bekerja keras maka hasil usaha ( payoff), yang dalam hal ini adalah laba, akan
lebih tinggi.
 Pemilik perusahaan tentunya menginnginkan agar manajer bekerja keras karena laba yang akan
diperoleh lebih besar. Namun di sisi lain, manajer belum tentu akan begitu saja menuruti keinginan
pemilik.
 Tindakan manajer untuk melakukan tugas sangat mungkin terjadi terutama apabila manajer adalah
seseorang yang effort-overse
 Pemilik perusahaan tentunya harus mengendalikan moral hazard manajer

Pemilik hendaknya mempertimbangkan alternatif lain seperti:


 Tetap memperkerjakan manajer bersangkutan dan puas dengan laba yang tidak maksimal.
Alternatif ini mungkin sebaiknya tidak dipilih karena masih ada alternatif lain yang lebih baik
 Pengawasan langsung. Apabila pemilik bisa mengawasi langsung tindakan manajer tanpa biaya
yang besar, maka masalah akan dapat diselesaikan. Kontrak antara pemilik dan manajer dapat
direvisi, misalnya manajer akan memperoleh gaji yang lebih rendah apabila pemilik mendapati
manajer telah melalaikan tugas. Tipe kontrak seperti ini disebut dengan first-best contract. Namun
dalam kenyataannya, first-best contract sering kali tidak diperoleh. Hal ini disebabkan karena
sangat sulit bagi pemilik untuk mengawasi secara langsung pekerjaan manajer yang sangat
kompleks
 Pengawasan tidak langsung. Karena pekerjaan manajer tidak dapat diawasi secara langsung, maka
pekerjaan manajer dapat diatributkan dengan hal lain. Misalnya apabila laba perusahaan lebih
rendah daripada yang diharapkan pemilik, maka pemilik dapat menganggap manajer telah
melalaikan tugas, sehingga pemilik akan memberikan gaji yang lebih rendah kepada manajer.
Dengan demikian manajer tentunya akan memilih untuk bekerja keras. Namun demikian,
pengawasan tidak langsung tidak akan menghasilkan first-best contract, karena: 1) apabila
perusahaan mengalami kerugian (laba negatif), maka tidak jelas apakah kerugian ini disebabkan
oleh manajer yang lalai ataukah situasi yang buruk, 2) pemerintah mungkin menetapkan aturan
mengenai gaji minimum yang harus diterima manajer
 Pemilik menyewakan perusahaan kepada manajer. Jika alternatif ini dipilih, maka pemilik akan
meminta pembayaran hasil usaha (seperti sewa) dari manajer dalam jumlah yang tetap setiap
periode. Dengan demikian pemilik tidak lagi memperdulikan tindakan apa yang akan dilakukan
manajer karena risiko pengelolaan perusahaan akan dipikul oleh manajer. Tetapi karena manajer
diminta untuk menaggung risiko, maka besarnya sewa yang bersedia dibayar manajer akan lebih
rendah daripada manfaat yang harusnya diperoleh pemilik apabila first-best contract dapat
terwujud. Selisih antara besarnya manfaat yang seharusnya diperoleh pemilik dan besarnya sewa
yang ditetapkan disebut dengan agency cost
 Memberikan bagian laba kepada manajer. Dengan memberikan bagian laba kepada manajer, maka
manajer akan memiliki motivasi untuk bekerja keras. Aspek kontrak seperti ini disebut
dengan incentive-compatibility karena manajer memiliki insentif untuk bekerja keras, sejalan
dengan keinginan pemilik. Namun karena pemilik memberikan bagian laba kepada manajer maka
manfaat yang diterima pemilik akan lebih rendah dibandingkan dengan first-best contract. Dengan
demikian agency cost tetap ada meskipun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan apabila
pemilik menyewakan perusahaan kepada manajer. Kontrak yang memberikan manajer bagian laba
dikenal dengansecond-best contract.

MANAGER’S INFORMATION ADVANTAGE


 Ketika net income digunakan sebagai pengukuran kinerja, manager akan memiliki informasi
yang lebih disbanding informasi yang dimilikiowner. Hal ini disebabkan manager mengendalikan
system akuntansi perusahaan, sedangkan owner hanya dapat mengamati perusahaan
berdasarkan net income yang dihasilkan oleh manager sehingga memicu
terjadinya earnings management.
 Berdasarkan teori, kontrak kompensasi untuk manager bias saja didesign untuk memotivasi
manager agar melaporkan earningsesungguhnya (mengeliminasi earnings management) tetapi
tidak dilakukan dalam prakteknya karena biayanya sangat mahal.
 GAAP dapat digunakan untuk membatasi range sejauhmana earning dapat dimanage, accountants
dapat memberikan incentive bagi manager untuk bekerja keras.

AGENCY THEORY: A BONDHOLDER – MANAGER LENDING CONTRACT


Dalam hubungan kontraktual antara manajer dan pemegang surat utang (bondholder),
pemegang surat utang dapat dilihat sebagai principal dan manajer merupakan agent. Dalam
memberikan pinjaman kepada perusahaan, pemegang surat utang (kreditor) akan menentukan
suatu tingkat bunga. Kreditor juga memperhitungkan potensi moral hazard, yaitu manajer
bertindak tidak sesuai dengan keinginan kreditor. Karena itu kreditor akan memberikan tingkat
bunga yang lebih tinggi atas pinjaman yang diajukan manajer perusahaan. Bunga yang terlalu
tinggi tentunya akan menyebabkan expected utility bagi manajer akan lebih rendah sehingga
manajer berusaha untuk memperoleh kesepakatan kontraktual yang dapat menurunkan tingkat
bunga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan perjanjian (covenant) ke dalam kontrak,
misalnya manajer berjanji bahwa perusahaan tidak akan membagikan deviden apabilainterest
coverage ratio lebih rendah dari tingkat tertentu. Contoh lainnya adalah perusahaan tidak akan
mencari pinjaman lain sebelum pinjaman saat ini dilunasi. Dengan cara ini maka perusahaan akan
dapat memperoleh pinjaman dengan bunga yang lebih rendah.

IMPLICATIONS OF AGENCY THEORY FOR ACCOUNTING


Model Agency Holmstrom
Holmstrom mengasumsikan bahwa usaha dari agen tidak dapat diamati oleh principal
tetapi payoff nya dapat diamati pada akhir periode tertentu. Di lain pihak, Feltham dan Xi (1994)
menunjukan bahwa model Holmstrom atas kasuspayoff tidak dapat diamati, jika sekumpulan
manejer mungkin melakukan aksi yang konstan.
Holmstrom menunjukan secara formal bahwa sebuah kontrak yang didasarkan pada sebuah
pengukuran performa seperti net incomekurang efisien daripada first-best, sumber dari
kerugian efisiensi adalah kebutuhan agen yang risk averse untuk mentoleransi risiko dalam
rangka menghasilkan kecenderungan untuk menolak. Hal ini mengakibatkan munculnya sebuah
pertanyaan apakah second-best contract dapat dibuat
lebih efisien dengan mendasarkan nya pada pengukuran second performancedalam penambahan
nya pada net income. Sebagai contoh, harga saham juga merupakan informasi mengenai
performa manajer.
Holmstrom menyatakan bahwa menyediakan pengukuran yang kedua (harga saham) juga
dapat diobservasi dan memberikan beberapa informasi mengenai usaha manejer yan terkandung
dalam pengukuran yang pertama. Sebagai efeknya, net income dan harga saham bersama-sama
akan memberikan refleksi yang lebih baik mengenai usaha manajer sekaran daripada hanya salah
satu saja. Tentu saja, harga saham cenderung tidak stabil, dan dipengaruhi oleh kejadian ekonomi
secara luas. Namun, analisa Holmstrom menunjukan bahwa tidak peduli seberapa mengganggunya
variable kedua, variable tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
efisiensi dari secondbest contract jika variable tersebut mengandung
paling sedikit beberapa tambahan informasi usaha.
Pertanyaan yang kemudian muncul menjadi satu dari proporsi relative dari kompensasi
yang didasarkan pada net income, versus didasarkan pada harga saham, dalam compensation
contracts. Sehingga, implikasi yang menarik dari model Holmstrom adalah bahwa seiring
dengan net income bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk investor dalam teori pasar
modal yang efisien,net income juga bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk memotivasi
manajer dalam agency theory.
Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai apa karakteristik yang harus dimiliki sebuah
pengukuran performa jika pengukuran tersebut digunakan untuk kontribusi pada efficient
compensation contracts. Salah satu dari karakteristik penting adalah sensitivitas. Sensitivitas
adalah rate dimana nilai ekspektasi dari sebuah pengukuran performa meningkat seiring dengan
kerja keras manajer, atau menurun jika yang terjadi sebaliknya. Karakteristik penting lainnya
adalah keakuratan dalam memprediksi payoff dari usaha manajer sekarang.
Karakteristik yang diperlukan oleh net income jika digunakan untuk mengukur performa
tidak sama dengan jika digunakan sebagai input yang berguna dalam keputusan investasi. Dapat
disimpulkan bahwa tantangan untuk akuntan adalah untuk memelihara/maintain dan
meningkatkan peran dari net income sebagai pengukuran performa seorang manajer adalah
menghasilkan angka net income yang merepresentasikan tradeoff terbaik yang mungkin antara
sensitivitas dan keakuratan

Rigidity of Contracts
Contract cenderung untuk “rigid” (kaku) pada waktu ditandatangani. Alasan untuk
kekakuan ini perlu didiskusikan. Dilain pihak, kita mungkin bertanya, jika konsekuensi ekonomi
mempunyai tempat dalam contract yang diikuti oleh manejer, mengapa tidak menegosiasi
ulang contracts yang mengikuti perubahan dalam GAAP atau keadaan tidak terduga lainnya.
Kontak yang tidak mengantisipasi semua kemungkinan realisasi keadaan, adalah tidak
lengkap. Membangun sebuah komitmen formal untuk menenegosiasikan kembali contract
dibawah tangan adalah mungkin, namun jika negosiasi kembali tersebut adalah baik untuk
manejer, prospek dari negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha insentif manejer, yang tidak
termasuk dalam ketertarikan investor.
Akibatnya, konsekuensi dari memasuki contracts hanya karena itu adalah sebuah contracts.
Keadaan yang tidak terduga sebelumnya menyebabkan biaya untuk perusahan dan/atau manejer
tersebut. Manejer yang kurang beruntungdipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan-
peraturan akuntansi dipertengahan jalan yang mungkin ditekan untuk menghilangkan
ketidaksukaan mereka pada akuntan-akuntan yang memperkenalkan perubahan peraturan daripada
pihak lainnya

REKONSILIASI TEORI PASAR MODAL YANG EFISIEN DENGAN KONSEKUENSI


EKONOMI
Agency theory mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling baik
biasanya mensuport kompensasi manejer pada satu atau lebih kepada pengukuran
performa/kinerja. Kemudian, manajer memiliki motivasi untuk memaksimalkan performa mereka.
Sejak performa yang lebih tinggi membawa pada ekspektasi payoff yang lebih tinggi, ini juga
merupakan goals yang diharapkan oleh shareholders.
Alignment ini menjelaskan mengapa peraturan akuntansi mempunyai
konsekuensi ekonomi, disamping implikasi dari teori pasar sekuritas yang efisien. Kadang, itu
merupakan rigiditas yang diproduksi oleh the signing of binding, contracts yang tidak lengkap
yang menciptakan managers’ concern, dan yang membawa pada intervensi mereka dalam
proses standard setting. Rigiditas tersebut tidak dapat berbuat apa-apa dengan apakah perubahan
peraturan akuntansi mempengaruhi arus kas.
Sehingga,konsekuensi ekonomi dan pasar sekuritas efisien tidak selalu tidak konsisten.
Kadang, mereka dapat di gabungkan dengan positive accountuing theory, dengan
dukungan normative dari agency theory yang menyarankan mengapa perusahan
memasuki employment and debt contractsyang bergantung pada informasi akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Eisenhardt, K. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review,
14, hal 57-74.

Jensen, M dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm; Managerial Behaviour, Agency Cost, and
Ownership Structure, Jurnal of Financial Economics, p 305-360.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada : Prentice-Hall Canada
Inc.

(Tugas Teori Akuntansi - Magister Ilmu Akuntansi - Universitas Brawijaya - 2012)

Anda mungkin juga menyukai