Anda di halaman 1dari 18

TOPIC LIST

KELAINAN PAYUDARA

Pembimbing:

dr. Nangti Komarudin, Sp.B, FInaCS

Disusun oleh:

Christianti (2015-061-080)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R. SYAMSUDIN,SH. SUKABUMI
PERIODE 20 NOVEMBER 2017– 30 DESEMBER 2017
1. ANATOMI
Payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dan setiap lobus terdiri dari beberapa lobulus.
Cooper’s suspensory ligament adalah struktur fibrotik yang melewati payudara berjalan
tegak lurus menuju dermis dan memberikan bentuk struktural pada payudara. Payudara
matur terletak pada tulang iga 2 atau 3 sampai tulang iga 6 atau 7, kemudian melebar secara
lateral ke pinggir sternum dan linea axilaris anterior. Pada batas posterior terdapat fascia
pectoralis mayor, seratus anterior dan m. obliqus externus abdominis serta aponeurosis
rectus abdomins bagian atas. Payudara memiliki struktur kerucut yang menonjol pada
bagian areola dengan dasar berbentuk sirkular yang memiliki diameter 10 – 12 cm.
Secara mikroskopis, payudara matur memiliki tiga tipe jaringan utama yaitu (1) epitel
glandular, (2) fibrous stroma and supporting structures dan (3) jaringan adiposa. Pada usia
muda jaringan payudara predominan adalah epitel dan stroma, sedangkan pada usia post
menopause struktur glandular banyak digantikan dengan jaringan adiposa. Jaringan
glandular payudara memiliki sistem yang bercabang – cabang sehingga membentuk duktus
yang akan bermuara pada nipple–areolar complex. Lobus terminalis terdiri dari banyak
ductus terminalis dan akan membentuk kelenjar (acini) yang akan memproduksi air susu
saat fase laktasi.

Payudara mendapat vaskularisasi dari tiga cabang utama arteri yaitu a. Mamaria interna,
cabang lateral dari a. Intercostal posterior dan cabang dari a. Axilaris, termasuk di antaranya
a. Thoracic lateral dan cabang pektoral dari a. thoracoacromial. Arteri thoracic lateral juga
memperdarahi m. serratus anterior, m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor dan m.
subscapularis. Vaskularisasi vena juga memiliki tiga cabang utama yaitu cabang v.
Thoracica interna, cabang v. Intercostal posterior dan v. Axilaris.
75% drainase limfe payudara menuju ke daerah axilla dengan pembagian tiga level grup
limfonodi berdasarkan hubungan letak anatomis dengan m. pectoralis minor. Level I berada
pada sisi lateral atau inferior dari m. pectoralis minor, meliputi grup vena axilaris, mamaria
eksterna dan grup scapular. Level II berada pada sisi superficial dan profunda dari m.
pectoralis minor, meliputi sentral dan interpectoral grup. Level III berada pada sisi medial
atau superior dari m. pectoralis mayor, meliputi grup subclavicular.

2. KELAINAN KONGENITAL PAYUDARA


Pada usia gestasi 5-6 minggu, terbentuk dua garis pada bagian tubuh bagian depan yang
merupakan penebalan dari ektoderm yang disebut mammary ridge atau milk line. Garis ini
berjalan dari axilla sampai ke daerah inguinal, pada
perkembangannya garis ini akan menghilang. Kelainan
kongenital dapat terjadi pada garis ini dan pada umumnya
disertai kelainan organ lain.
 Polimastia  terbentuknya jaringan payudara tambahan
 Polithelia  terbentuknya nipple/papilla tambahan
 Amastia  tidak terbentuknya jaringan payudara
 Athelia  tidak terbentuknya nipple

Gynecomastia
Gynecomastia didefinisikan sebagai pembesaran payudara pada laki-laki. Gynecomastia
dapat terjadi unilateral atau bilateral dan biasanya terjadi pada fase adolescence dan
senescence. Hal ini dapat terjadi akibat hormon estrogen yang terlalu banyak atau hormon
androgen yang terlalu sedikit. Pada fase pubertas, ginekomastia biasanya terjadi unilateral
dan paling sering berkisar pada usia 12 -15 tahun, sedangkan pada fase senescence biasanya
terjadi bilateral dengan usia berkisar 50–70 tahun. Pembesaran jaringan payudara dengan
diameter minimal 2 cm pada pasien non-obese perlu dicurigai sebagai ginekomastia.
Grading ginekomastia berdasarkan derajat pembesaran payudara, posisi nipple terhadap
inframammary fold dan derajat breast ptosis.
3. INFEKSI PADA PAYUDARA
Mastitis
Mastitis merupakan inflamasi pada jaringan
payudara. Mastitis biasanya terjadi pada
wanita yang sedang menyusui. Mastitis
dapat terjadi akibat stasis air susu atau
overproduksi air susu yang disertai dengan
masuknya bakteri patogen (Staphylococcus
aureus, Streptococcus sp.). Manifestasi
klinis mastitis adalah nyeri, edema dan
eritema pada jaringan payudara, disertai
demam dan leukositosis. Infeksi yang terus
berlanjut dapat berkembang menjadi abses.
Tatalaksana mastitis memerlukan antibiotik
dan pengosongan payudara berkala, apabila
terjadi abses dapat dilakukan drainase dengan needle aspiration. Insisi surgikal dapat
dipertimbangkan apabila tidak terjadi perbaikan dengan pemberian antibiotik dan needle
aspiration. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan penisilin atau
sephalosporin.

Duct Ectasia
Duct ectasia adalah inflamasi pada ductus
subareolar payudara biasanya disebabkan oleh flora
kulit aerob dan anaerob. Duct ectasia sering terjadi
pada usia 40 – 50 tahun. Hal ini terjadi akibat
pelebaran ductus dan penebalan dinding ductus
sehingga terjadi sumbatan dan menyebabkan
terjadinya penumpukan cairan. Duct ectasia dapat
ditandai dengan keluarnya cairan kental berwarna
kuning atau kehijauan (sticky green, cheesy nipple
discharge) disertai kemerahan dan nyeri pada sekitar nipple-areolar complex. Kadang
pembentukan jaringan fibrosis pada jaringan sekitar ductus yang terinfeksi dapat
membentuk benjolan yang sulit dibedakan dengan kanker payudara.
Tatalaksana duct ectasia di antaranya pemberian antibiotik dan kompres hangat. Antibiotik
yang diberikan harus dapat mencakup bakteri aerob dan anaerob. Aspirasi dapat dilakukan
apabila terbentuk abses dan insisi surgikal dipertimbangkan bila tidak terjadi perbaikan
dengan terapi konservatif.

4. TUMOR JINAK PAYUDARA


Breast Cysts
Kista payudara merupakan massa kavitas berdinding epitel berisi cairan 20-30 mL yang
berada pada parenkim payudara. Patogenesis pembentukan kista tidak sepenuhnya dapat
dipahami, kista timbul dari destruksi dan dilatasi lobulus dan ductus terminal. Kista
dipengaruhi oleh hormon ovarian. Biasanya terjadi pada wanita usia lebih dari 35 tahun,
meningkat sampai menopause dan menurun setelahnya. Massa dapat dikonfirmasi sebagai
kista dengan aspirasi atau ultrasonografi. Dapat dilakukan eksisi pada kondisi kista berulang
atau pada biopsi ditemukan gambaran atipia.

Fibroadenoma mammae (FAM)


Fibroadenoma mammae merupakan tumor jinak padat yang terdiri dari elemen stroma dan
epitel. FAM merupakan kasus tumor payudara tersering kedua setelah karsinoma, dan
paling sering ditemukan pada wanita dibawah 30 tahun. Pada pemeriksaan klinis dapat
ditemukan massa padat mobile, berbatas tegas dan dapat membesar dalam beberapa bulan.
Pada eksisi ditemukan massa berkapsul yang mudah dipisahkan dari jaringan payudara di
sekitarnya. Pemeriksaan FAM dapat dilakukan dengan mammografi atau USG untuk
membedakan dengan kista.

Galactocele
Galactocele merupakan kista yang berisi air susu, berbentuk bulat, batas tegas, dan mobile.
Galactocele biasanya terjadi 6 sampai 10 bulan setelah penghentian laktasi. Patogenesis
belum diketahui, namun beberapa hipotesis mengatakan hal ini terjadi akibat pengentalan
air susu. Galactocele biasanya berloksasi pada area sentral atau daerah di bawah areola. Pada
aspirasi dapat didapatkan cairan kental berwarna coklat atau kehijauan. Tatalaksana
galactocele yaitu dengan aspirasi. Eksisi dapat dipertimbangkan apabila kista tidak dapat
diaspirasi atau terinfeksi.

Intraductal Papillomas
Intraductal papilloma merupakan polip yang berasal dari sel epitel ductus jaringan payudara.
Intraductal papilloma biasanya ditemukan di sekitar areola, dengan ukuran sekitar 1 cm
namun dapat bertumbuh hingga 4 - 5 cm. Intraductal papilloma dapat bersifat soliter atau
multiple dan memiliki manifestasi klinis keluarnya cairan darah dari nipple, kadang disertai
benjolan pada daerah di bawah areola. Tatalaksana intraductal papilloma adalah insisi
sirkumareolar.

Fat Necrosis
Fat nekrosis dapat menyerupai kanker payudara pada pemeriksaan mamografi dengan
memberikan gambaran massa disertai kalsifikasi. Hal ini dapat terjadi setelah mengalami
trauma pada daerah payudara, tindakan operatif atau terapi radiasi. Pada gambaran
histologis ditemukan kumpulan lemak dengan makrofag, jaringan fibrosis, dan sel inflamasi
kronis.

Phyllodes Tumor
Phyllodes tumor merupakan tumor yang terdiri dari campuran dari jaringan ikat dan epitel.
Phyllodes tumor merupakan massa padat berlobus dengan ukuran yang sekitar 5 cm atau
lebih. Gambaran histologis serupa dengan fibroadenoma, namun gambaran stroma tampak
bergelung dan dipisahkan dengan epitel yang lebih besar sehingga membentuk struktur
seperti daun. Pada mammografi dan USG didapatkan gambaran yang mirip dengan
fibroadenoma. Diagnosis ditentukan dari ukuran yang lebih besar, kecepatan pertumbuhan,
dan kejadian yang lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua. Pemeriksaan core needle
biopsy atau biopsi eksisi perlu dilakukan untuk membedakan dengan keganasan.
Tatalaksana phyllodes tumor dengan eksisi dengan margin minimal 1 cm untuk mengurangi
rekurensi.

5. TUMOR GANAS PAYUDARA


Kanker payudara merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua terbesar setelah
kanker paru, dan menyebabkan kematian sebesar 400.000 jiwa setiap tahun. Terdapat
beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara di antaranya, usia, wanita,
paparan hormon estrogen, nutrisi, dan
genetik.

Secara umum, kanker payudara


dibagi menjadi noninvasive epithelial
breast cancer, invasive epithelial
breast cancer dan mixed connective
and epithelial tumor.

Noninvasive epithelial breast


cancer
Neoplasma non invasif payudara
dibagi menjadi dua tipe mayor yaitu
LCIS (Lobular carcinoma in situ) dan
DCIS (Ductal carcinoma in situ).
LCIS merupakan faktor risiko untuk
terjadinya kanker payudara. LCIS
merupakan perubahan sel abnormal
dari lobulus atau kelenjar payudara.
LCIS memiliki gambaran dengan
batas lobus normal dengan pelebaran
dan pengisian asinus. Sedangkan,
DCIS merupakan perubahan sel
abnormal dari permukaan ductus
payudara. Pada DCIS biasanya
memiliki gambaran yang lebih
heterogen ditandai dengan rongga
dengan batas tegas yang terisi sel
malignan.
Invasive epithelial breast cancer
Invasive epithelial breast cancer merupakan sel abnormal jaringan payudara yang menyebar
ke jaringan sekitarnya. Neoplasma jaringan payudara invasif terdiri dari dua kelompok besar
yaitu IDC (Invasive ductal carsinoma) dan ILC (Invasive lobular carsinoma). IDC
merupakan kanker payudara yang paling sering (50 – 70%). IDC berasal dari sel epitel
duktus payudara dan menembus dinding duktus dan tumbuh ke jaringan sekitar. Kemudian
menyebar ke jaringan tubuh lain melalui aliran darah atau pembuluh limfe.

Staging dari kanker payudara ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis, pencitraan dan
pemeriksaan histopatologis. Staging digunakan untuk menentukan tatalaksana dan
prognosis pada pasien dengan kanker payudara. Klasifikasi staging kanker payudara
ditentukan dengan sistem TNM berdasarkan ukuran tumor primer, keterlibatan kelenjar
getah bening regional dan metastasis jauh.
6. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada sebagian besar kasus wanita datang dengan keluhan adanya benjolan pada
payudara. Beberapa kasus menunjukkan tanda dan gejala dari kanker payudara,
berupa : (a) pembesaran payudara atau asimetris; (b) perubahan bentuk nipple, retraksi
atau discharge; (c) perubahan kulit berupa ulserasi atau eritema; (d) benjolan pada
ketiak dan (e) gangguan muskuloskeletal. Nyeri pada payudara sering kali
menunjukkan tumor jinak.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai usia, riwayat reproduksi (menarche,
menopause, riwayat kehamilan dan laktasi), penggunaan kontrasepsi hormonal, dan
riwayat penyakit keluarga.

b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan posisi lengan pasien berada di sisi tubuh,
posisi lengan terangkat dan dengan posisi lengan memegang pinggang (dengan atau
tanpa kontraksi otot pectoralis. Perhatikan simetris, ukuran dan bentuk kedua
payudara, kemudian lihat apakah ada edema, peaud’orange, retraksi nipple atau
eritema.
Palpasi
Palpasi dapat dilakukan dengan posisi supine dengan memeriksa seluruh kuadran
kedua payudara. Palpasi dapat dilakukan secara vertikal, memutar, atau irisan dengan
area palmar. Kemudian, carilah ada tidaknya keterlibatan KGB axilla. Apabila
ditemukan massa, identifikasi lokasi, ukuran, konsistensi, bentuk, mobilitas, fiksasi
dan karakteristik lainnya.
c. Pencitraan
Mammografi
Mammografi merupakan skrining yang dilakukan untuk mendeteksi massa pada
payudara. Mammogarfi dilakukan dengan dua posisi yaitu kraniokaudal (CC) dan
mediolateral-oblique (MLO). Mammografi lebih disarankan pada wanita dengan usia
lanjut karena jaringan kolagen yang lebih longgar sehingga memberikan gambaran
yang lebih baik. Pada wanita dengan usia muda, jaringan kolagen yang dimiliki masih
padat sehingga gambaran massa dan kalsifikasi dapat tersamarkan. Gambaran spesifik
kanker payudara pada mammografi adalah ditemukan massa solid dengan atau tanpa
stellate, penebalan asimetris jaringan payudara dan microkalsifikasi. Mammografi
memberikan angka true-positive mencapai 90% dan dipakai untuk pemeriksaan
skrining deteksi dini. Berdasarkan National Comprehensive Cancer Network,
rekomendasi skrining mammografi pada wanita > dari 20 tahun dilakukan setiap 3
tahun dan pada wanita > 50 tahun dilakukan setiap tahun.

Duktografi
Indikasi primer duktografi adalah nipple discharge, terutama apabila cairan yang
keluar mengandung darah. Media kontras radioopaque (0,1 – 0,2 mL) diinjeksikan
melalui nipple, lalu dilakukan mammografi tanpa kompresi dengan posisi CC dan
MLO. Intraductal papilla tampak sebagai filling defect yang dikelilingi dengan media
kontras.
Ultrasonografi
USG merupakan pencitraan yang baik untuk mendeteksi adanya massa kistik dan
menunjukkan kualitas ekogenik pada massa spesifik. Pada pemeriksaan USG, kista
mammae memiliki gambaran massa dengan batas tegas, tepi rata dengan echo-free
center. Pada tumor mammae jinak menunjukkan gambaran massa berbentuk bulat
sampai oval, berbatas tegas, tepi rata dengan ekogenisitas lemah pada bagian tengah.
Pada tumor mammae ganas dapat ditemukan gambaran tepi iregular dengan acoustic
enhancement. USG juga dapat dilakukan untuk membantu pelaksanaan FNAB, dan
CNAB. Keterlibatan kelenjar getah bening axilla menunjukkan gambaran penebalan
kortikal, perubahan bentuk limfonodi menjadi lebih sirkular, dan ukuran lebih dari 10
mm, hilangnya gambaran fatty hilum dan hypoechoic.
MRI
Pada sekarang ini, MRI lebih dipakai untuk mendeteksi wanita dengan risiko tinggi
atau wanita yang baru terdiagnosa dengan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena
pemeriksaan mamografi kurang sensitif pada wanita muda akibat densitas payudara
yang lebih padat. MRI juga dapat untuk memberikan gambaran penyebaran dan
infiltrasi tumor yang lebih akurat serta memperlihatkan kelainan lain yang mungkin
tidak terdeteksi dengan pemeriksaan rutin payudara. Beberapa klinisi menggunakan
MRI sebagai evaluasi pasien dengan metastasis KGB tanpa ditemukan tumor primer,
untuk menilai respon terapi sistemik neoadjuvan, dan evaluasi terjadinya rekurensi
tumor.

d. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan fine-needle aspiration dan core-needle aspiration pada
massa yang dapat teraba. Apabila massa tidak teraba, biopsi dapat dibantu dengan
ultrasonografi. Walaupun angka false-negative pada core-needle aspiration sangat
rendah, namun hasil negatif tidak sepenuhnya menyingkirkan diagnosis kanker
payudara akibat kesalahan sampling. Apabila terjadi ketidakcocokan gambaran klinis,
radiologis dan histopatologis perlu dipertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan
biopsi eksisi untuk mendapatkan sample yang adekuat.

7. TATALAKSANA
Konservasi Mammae (Breast Conserving Surgery)

Tindakan Konservasi mammae meliputi reseksi tumor atau keganasan mammae primer
dengan margin atau tepi yang terlihat seperti jaringan mammae normal. Reseksi tumor atau
keganasan mammae primer biasanya disebut sebagai “segmental mastectomy”,
“lumpectomy”, “partial mastectomy”, “wide local excision” dan “tylectomy”. Bagi
beberapa pasien dengan kanker mammae stadium 1 atau 2, terapi konservasi mammae
(BCT) lebih sering dipilih dibandingkan mastektomi total karena BCT memiliki tingkat
kelangsungan hidup yang sama dengan pasien post mastektomi total sembari
mempertahankan mammae normal. Enam studi prospektif acak telah menunjukkan bahwa
secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup pasien dengan BCT sama dengan pasien
yang melakukan mastektomi. Tetapi 3 dari studi tersebut menunjukan angka kegagalan yang
lebih tinggi pada mammae tingkat lokal dan regional pada pasien dengan BCT. Namun
informasi secara keseluruhan, BCT dianggap setara secara onkologis apabila dibandingkan
dengan mastektomi. BCT juga memberikan keuntungan lainnya dibandingkan mastektomi,
terutama dalam aspek kualitas hidup dan hasil yang lebih estetis. BCT lebih memungkinkan
bagi operator untuk menjaga bentuk dan kulit normal pada mammae setelah tindakan, dan
memberikan keuntungan bagi psikologis pasien secara keseluruhan.

Operasi konservasi mammae saat ini merupakan tatalaksana standar pada wanita dengan
kanker mamme invasif stadium 0,1 atau 2. Wanita dengan DCIS (ductal carcinoma in citu)
hanya membutuhkan reseksi tumor mamme primer dan dibantu dengan terapi radiasi tanpa
penilaian kelenjar getah bening regional. Saat melalukan BCT atau lumpectomy, sebuah
insisi berbentuk melengkung yang berada konsentris dari kompleks putting-areola dibuat
pada kulit diatas tumor mammae, apabila tumor tersebut berada di bagian atas dari mammae.
Insisi radikal lebih dipilih apabila tumor berada di bagian bawah mammae. Eksisi pada kulit
biasanya tidak dibutuhkan kecuali ditemukan adanya penyebaran ke daerah kulit pada diatas
atau sekeliling tumor primer. Tumor mammae tersebut kemudian diambil dengan dibungkus
oleh jaringan mammae yang sehat dan dengan tepi atau margin yang terbebas dari
keganasan dan penyebarannya.
Operator memiliki tanggung jawab dalam memastikan keganasan mammae tersebut telah
diangkat sepenuhnya. Memastikan tepi atau margin operasi terbebas dari infiltrasi
keganasan dapat mengurangi kemungkinan rekurensi lokal dari keganasan dan
meningkatkan angka keberhasilan terapi. Rekurensi lokal keganasan mammae setelah BCT
ditentukan sebagian besar pada baik atau tidaknya tepi atau margin operasi. Ukuran tumor
dan eksisi kulit bukan merupakan faktor yang penting dalam rekurensi lokal keganasan.
Apabila tepi atau margin operasi yang bersih dari keganasan mammae tidak dapat diperoleh
setelah eksisi ulang, maka dibutuhkan mastektomi. Diseksi Sentinel Lymph Node diakukan
sebelum mengangkat tumor mammae primer. Apabila dibutuhkan, penilaian nodus sentinel
intraoperatif dapat dilakukan pada saat BCT pada mammae sedang dikerjakan.

Simple atau Total Mastektomi

Indikasi Mastektomi simple atau total diindikasikan pada pasien yang bukan merupakan
kandidat untuk dilakukan operasi lumpectomy atau BCT. Indikasi utama tindakan ini adalah
untuk tumor atau kanker besar yang tetap ada meskipun setelah terapi ajuvan, khususnya
pada payudara yang lebih kecil dan pada pasien yang lebih tua dan beresiko tinggi dengan
lesi yang dapat dilokalisir.

Persiapan Preoperatif Kulit diatas area yang mau diangkat harus diinspeksi untuk melihat
tanda-tanda infeksi. Kulit kemudian dicukur dan pencukur rambut elektrik boleh digunakan
pada area axillae. Beberapa operator juga memberikan antibiotik parenteral dosis tunggal
perioperatif, khususnya apabila telah dilakukan biopsi mammae regional sebelumnya.

Anestesi Anestesi umum diberikan pada pasien menggunakan endotracheal tube. Agen
depolarisasi otot diberikan pada pasien untuk dilakukan intubasi.

Posisi Pasien kemudian ditempatkan pada posisi berbaring dan nyaman. Lengan pasien yang
berada pada sisi mammae yang akan dioperasi diabduksi sekitar 90 derajat agar dapat
memberikan lapangan operasi yang maksimal pada area tersebut.

Insisi Insisi elips horizontal ditandai terlebih dahulu dan mencakup seluruh kompleks
areolar. Kedua tepi kulit harus memiliki panjang yang sama sehingga kedua tepi insisi dapat
menyambung tanpa adanya tarikan.

Prosedur Insisi pada kulit dibuat secara tajam oleh scalpel dengan kedalaman kurang lebih
1 cm. Pembuluh darah yang terlibat saat insisi harus diamankan dengan cara ligasi. Flap
kulit diangkat secara vertikal menggunakan hak sehingga dapat menyediakan
countertraction saat operator menarik spesimen menjauhi flap kulit. Diseksi kemudian
dilanjutkan ke atas hingga clavicula, kemudian ke tengah yaitu tepi sternum dan kebawah
menuju tepi costae dekat masuknya rectus sheath. Diseksi ini seharusnya sudah meliputi
seluruh jaringan glandular mammae. Diseksi flap lateral dilanjutkan hingga batas otot
pectoralis mayor, meninggalkan lemak pada aksila dan kelenjar getah bening untuk prosedur
diseksi yang terpisah.

Diseksi subfascia dilakukan, mengangkat jaringan mammae dari otot pectoralis mayor.
Lebih mudah untuk dimulai dari bagian atas. Saat diseksi dilanjutkan dari atas menuju ke
tengah, cabang pembuluh darah mammae yang terpotong harus dikontrol pendarahannya
dengan kauter listrik atau dilakukan ligasi dengan benang silk. Terakhir, flap pada aksila
dibentuk sehingga jaringan mammae dapat diangkat dari dinding dada lateral. Spesimen
kemudian diberikan pada ahli patologi. Luka kemudian di irigasi dan dilakukan hemostasis
secara hati-hati, dan luka kemudian ditutup selapis demi selapis.

Modified Radical Mastectomy

Modified Radical Mastectomy (MRM) mempertahankan otot pectoralis mayor dengan


mengangkat kelenjar getah bening aksila level I,II dan III. Operasi ini pertama kali
dideskripsikan oleh David Patey, seorang operator dari St. Bartholomew’s Hospital London,
yang melaporkan beberapa kasus dimana beliau melakukan pengangkatan otot pectoralis
minor sehingga memungkinkan untuk melakukan diseksi kelenjar getah bening aksila level
III sembari mempertahankan otot pectoralis mayor dan nervus pectoralis lateral. MRM juga
disebut sebagai “Patey Mastectomy”. MRM juga dapat mempertahankan nervus pectoral
medial, yang berasal dari neurovaskular aksila lateral dan biasanya menembus otot
pectoralis minor untuk menginervasi batas lateral dari otot pectoralis. Berikut ini adalah
batas insisi anatomis dari MRM:

 Lateral: batas anterior otot latissimus dorsi


 Superior: Otot subklavia
 Medial : Midline sternum
 Ekstensi kaudal Mammae: 2 hingga 3 cm dibawah dari lipatan inframammae

Radical Mastectomy
Radical Mastectomy mengangkat seluruh jaringan mammmae, kompleks putting-areola,
kulit, kelenjar getah bening aksila level I,II dan III, otot pectoralis mayor dan minor. Radical
Mastectomy juga disebut sebagai “Halsted Radical Mastectomy”. Radical Mastectomy
sudah tidak lagi digunakan. Penggunaan kemoterapi sistemik dan terapi hormonal dan juga
terapi radiasi ajuvan untuk keganasan mammae telah menggantikan peran dari radical
mastectomy.

Staging Keterangan Pilihan Terapi


Stage 0 ( In Situ Breast - Ukuran > 4 cm atau multiple tumor lebih - Mastektomi
Cancer) dari satu kuadran
- Ukuran < 4 cm - BCT + radiasi
Stage I, IIa atau IIb - Pada unifocal disease dan diketahui - BCT
(Early Invasive Breast bahwa tidak memiliki mutasi gen BRCA - Mastektomi
Cancer)  BCT - Dengan terapi radiasi
Stage IIIa atau IIIb - Sebelum dilakukan terapi surgikal - Mastektomi dengan
(Advanced Local- dapat diberikan terapi sistemik radiasi dan kemoterapi
Regional Breast neoadjuvan atau terapi endokrin
Cancer)
Stage IV (Distant - Tatalakasana tidak kuratif namun dapat - Kemoterapi
Metastases) memperpanjang survival dan kualitas
hidup  paliatif

Anda mungkin juga menyukai