KELAINAN PAYUDARA
Pembimbing:
Disusun oleh:
Christianti (2015-061-080)
Payudara mendapat vaskularisasi dari tiga cabang utama arteri yaitu a. Mamaria interna,
cabang lateral dari a. Intercostal posterior dan cabang dari a. Axilaris, termasuk di antaranya
a. Thoracic lateral dan cabang pektoral dari a. thoracoacromial. Arteri thoracic lateral juga
memperdarahi m. serratus anterior, m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor dan m.
subscapularis. Vaskularisasi vena juga memiliki tiga cabang utama yaitu cabang v.
Thoracica interna, cabang v. Intercostal posterior dan v. Axilaris.
75% drainase limfe payudara menuju ke daerah axilla dengan pembagian tiga level grup
limfonodi berdasarkan hubungan letak anatomis dengan m. pectoralis minor. Level I berada
pada sisi lateral atau inferior dari m. pectoralis minor, meliputi grup vena axilaris, mamaria
eksterna dan grup scapular. Level II berada pada sisi superficial dan profunda dari m.
pectoralis minor, meliputi sentral dan interpectoral grup. Level III berada pada sisi medial
atau superior dari m. pectoralis mayor, meliputi grup subclavicular.
Gynecomastia
Gynecomastia didefinisikan sebagai pembesaran payudara pada laki-laki. Gynecomastia
dapat terjadi unilateral atau bilateral dan biasanya terjadi pada fase adolescence dan
senescence. Hal ini dapat terjadi akibat hormon estrogen yang terlalu banyak atau hormon
androgen yang terlalu sedikit. Pada fase pubertas, ginekomastia biasanya terjadi unilateral
dan paling sering berkisar pada usia 12 -15 tahun, sedangkan pada fase senescence biasanya
terjadi bilateral dengan usia berkisar 50–70 tahun. Pembesaran jaringan payudara dengan
diameter minimal 2 cm pada pasien non-obese perlu dicurigai sebagai ginekomastia.
Grading ginekomastia berdasarkan derajat pembesaran payudara, posisi nipple terhadap
inframammary fold dan derajat breast ptosis.
3. INFEKSI PADA PAYUDARA
Mastitis
Mastitis merupakan inflamasi pada jaringan
payudara. Mastitis biasanya terjadi pada
wanita yang sedang menyusui. Mastitis
dapat terjadi akibat stasis air susu atau
overproduksi air susu yang disertai dengan
masuknya bakteri patogen (Staphylococcus
aureus, Streptococcus sp.). Manifestasi
klinis mastitis adalah nyeri, edema dan
eritema pada jaringan payudara, disertai
demam dan leukositosis. Infeksi yang terus
berlanjut dapat berkembang menjadi abses.
Tatalaksana mastitis memerlukan antibiotik
dan pengosongan payudara berkala, apabila
terjadi abses dapat dilakukan drainase dengan needle aspiration. Insisi surgikal dapat
dipertimbangkan apabila tidak terjadi perbaikan dengan pemberian antibiotik dan needle
aspiration. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan penisilin atau
sephalosporin.
Duct Ectasia
Duct ectasia adalah inflamasi pada ductus
subareolar payudara biasanya disebabkan oleh flora
kulit aerob dan anaerob. Duct ectasia sering terjadi
pada usia 40 – 50 tahun. Hal ini terjadi akibat
pelebaran ductus dan penebalan dinding ductus
sehingga terjadi sumbatan dan menyebabkan
terjadinya penumpukan cairan. Duct ectasia dapat
ditandai dengan keluarnya cairan kental berwarna
kuning atau kehijauan (sticky green, cheesy nipple
discharge) disertai kemerahan dan nyeri pada sekitar nipple-areolar complex. Kadang
pembentukan jaringan fibrosis pada jaringan sekitar ductus yang terinfeksi dapat
membentuk benjolan yang sulit dibedakan dengan kanker payudara.
Tatalaksana duct ectasia di antaranya pemberian antibiotik dan kompres hangat. Antibiotik
yang diberikan harus dapat mencakup bakteri aerob dan anaerob. Aspirasi dapat dilakukan
apabila terbentuk abses dan insisi surgikal dipertimbangkan bila tidak terjadi perbaikan
dengan terapi konservatif.
Galactocele
Galactocele merupakan kista yang berisi air susu, berbentuk bulat, batas tegas, dan mobile.
Galactocele biasanya terjadi 6 sampai 10 bulan setelah penghentian laktasi. Patogenesis
belum diketahui, namun beberapa hipotesis mengatakan hal ini terjadi akibat pengentalan
air susu. Galactocele biasanya berloksasi pada area sentral atau daerah di bawah areola. Pada
aspirasi dapat didapatkan cairan kental berwarna coklat atau kehijauan. Tatalaksana
galactocele yaitu dengan aspirasi. Eksisi dapat dipertimbangkan apabila kista tidak dapat
diaspirasi atau terinfeksi.
Intraductal Papillomas
Intraductal papilloma merupakan polip yang berasal dari sel epitel ductus jaringan payudara.
Intraductal papilloma biasanya ditemukan di sekitar areola, dengan ukuran sekitar 1 cm
namun dapat bertumbuh hingga 4 - 5 cm. Intraductal papilloma dapat bersifat soliter atau
multiple dan memiliki manifestasi klinis keluarnya cairan darah dari nipple, kadang disertai
benjolan pada daerah di bawah areola. Tatalaksana intraductal papilloma adalah insisi
sirkumareolar.
Fat Necrosis
Fat nekrosis dapat menyerupai kanker payudara pada pemeriksaan mamografi dengan
memberikan gambaran massa disertai kalsifikasi. Hal ini dapat terjadi setelah mengalami
trauma pada daerah payudara, tindakan operatif atau terapi radiasi. Pada gambaran
histologis ditemukan kumpulan lemak dengan makrofag, jaringan fibrosis, dan sel inflamasi
kronis.
Phyllodes Tumor
Phyllodes tumor merupakan tumor yang terdiri dari campuran dari jaringan ikat dan epitel.
Phyllodes tumor merupakan massa padat berlobus dengan ukuran yang sekitar 5 cm atau
lebih. Gambaran histologis serupa dengan fibroadenoma, namun gambaran stroma tampak
bergelung dan dipisahkan dengan epitel yang lebih besar sehingga membentuk struktur
seperti daun. Pada mammografi dan USG didapatkan gambaran yang mirip dengan
fibroadenoma. Diagnosis ditentukan dari ukuran yang lebih besar, kecepatan pertumbuhan,
dan kejadian yang lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua. Pemeriksaan core needle
biopsy atau biopsi eksisi perlu dilakukan untuk membedakan dengan keganasan.
Tatalaksana phyllodes tumor dengan eksisi dengan margin minimal 1 cm untuk mengurangi
rekurensi.
Staging dari kanker payudara ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis, pencitraan dan
pemeriksaan histopatologis. Staging digunakan untuk menentukan tatalaksana dan
prognosis pada pasien dengan kanker payudara. Klasifikasi staging kanker payudara
ditentukan dengan sistem TNM berdasarkan ukuran tumor primer, keterlibatan kelenjar
getah bening regional dan metastasis jauh.
6. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada sebagian besar kasus wanita datang dengan keluhan adanya benjolan pada
payudara. Beberapa kasus menunjukkan tanda dan gejala dari kanker payudara,
berupa : (a) pembesaran payudara atau asimetris; (b) perubahan bentuk nipple, retraksi
atau discharge; (c) perubahan kulit berupa ulserasi atau eritema; (d) benjolan pada
ketiak dan (e) gangguan muskuloskeletal. Nyeri pada payudara sering kali
menunjukkan tumor jinak.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai usia, riwayat reproduksi (menarche,
menopause, riwayat kehamilan dan laktasi), penggunaan kontrasepsi hormonal, dan
riwayat penyakit keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan posisi lengan pasien berada di sisi tubuh,
posisi lengan terangkat dan dengan posisi lengan memegang pinggang (dengan atau
tanpa kontraksi otot pectoralis. Perhatikan simetris, ukuran dan bentuk kedua
payudara, kemudian lihat apakah ada edema, peaud’orange, retraksi nipple atau
eritema.
Palpasi
Palpasi dapat dilakukan dengan posisi supine dengan memeriksa seluruh kuadran
kedua payudara. Palpasi dapat dilakukan secara vertikal, memutar, atau irisan dengan
area palmar. Kemudian, carilah ada tidaknya keterlibatan KGB axilla. Apabila
ditemukan massa, identifikasi lokasi, ukuran, konsistensi, bentuk, mobilitas, fiksasi
dan karakteristik lainnya.
c. Pencitraan
Mammografi
Mammografi merupakan skrining yang dilakukan untuk mendeteksi massa pada
payudara. Mammogarfi dilakukan dengan dua posisi yaitu kraniokaudal (CC) dan
mediolateral-oblique (MLO). Mammografi lebih disarankan pada wanita dengan usia
lanjut karena jaringan kolagen yang lebih longgar sehingga memberikan gambaran
yang lebih baik. Pada wanita dengan usia muda, jaringan kolagen yang dimiliki masih
padat sehingga gambaran massa dan kalsifikasi dapat tersamarkan. Gambaran spesifik
kanker payudara pada mammografi adalah ditemukan massa solid dengan atau tanpa
stellate, penebalan asimetris jaringan payudara dan microkalsifikasi. Mammografi
memberikan angka true-positive mencapai 90% dan dipakai untuk pemeriksaan
skrining deteksi dini. Berdasarkan National Comprehensive Cancer Network,
rekomendasi skrining mammografi pada wanita > dari 20 tahun dilakukan setiap 3
tahun dan pada wanita > 50 tahun dilakukan setiap tahun.
Duktografi
Indikasi primer duktografi adalah nipple discharge, terutama apabila cairan yang
keluar mengandung darah. Media kontras radioopaque (0,1 – 0,2 mL) diinjeksikan
melalui nipple, lalu dilakukan mammografi tanpa kompresi dengan posisi CC dan
MLO. Intraductal papilla tampak sebagai filling defect yang dikelilingi dengan media
kontras.
Ultrasonografi
USG merupakan pencitraan yang baik untuk mendeteksi adanya massa kistik dan
menunjukkan kualitas ekogenik pada massa spesifik. Pada pemeriksaan USG, kista
mammae memiliki gambaran massa dengan batas tegas, tepi rata dengan echo-free
center. Pada tumor mammae jinak menunjukkan gambaran massa berbentuk bulat
sampai oval, berbatas tegas, tepi rata dengan ekogenisitas lemah pada bagian tengah.
Pada tumor mammae ganas dapat ditemukan gambaran tepi iregular dengan acoustic
enhancement. USG juga dapat dilakukan untuk membantu pelaksanaan FNAB, dan
CNAB. Keterlibatan kelenjar getah bening axilla menunjukkan gambaran penebalan
kortikal, perubahan bentuk limfonodi menjadi lebih sirkular, dan ukuran lebih dari 10
mm, hilangnya gambaran fatty hilum dan hypoechoic.
MRI
Pada sekarang ini, MRI lebih dipakai untuk mendeteksi wanita dengan risiko tinggi
atau wanita yang baru terdiagnosa dengan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena
pemeriksaan mamografi kurang sensitif pada wanita muda akibat densitas payudara
yang lebih padat. MRI juga dapat untuk memberikan gambaran penyebaran dan
infiltrasi tumor yang lebih akurat serta memperlihatkan kelainan lain yang mungkin
tidak terdeteksi dengan pemeriksaan rutin payudara. Beberapa klinisi menggunakan
MRI sebagai evaluasi pasien dengan metastasis KGB tanpa ditemukan tumor primer,
untuk menilai respon terapi sistemik neoadjuvan, dan evaluasi terjadinya rekurensi
tumor.
d. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan fine-needle aspiration dan core-needle aspiration pada
massa yang dapat teraba. Apabila massa tidak teraba, biopsi dapat dibantu dengan
ultrasonografi. Walaupun angka false-negative pada core-needle aspiration sangat
rendah, namun hasil negatif tidak sepenuhnya menyingkirkan diagnosis kanker
payudara akibat kesalahan sampling. Apabila terjadi ketidakcocokan gambaran klinis,
radiologis dan histopatologis perlu dipertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan
biopsi eksisi untuk mendapatkan sample yang adekuat.
7. TATALAKSANA
Konservasi Mammae (Breast Conserving Surgery)
Tindakan Konservasi mammae meliputi reseksi tumor atau keganasan mammae primer
dengan margin atau tepi yang terlihat seperti jaringan mammae normal. Reseksi tumor atau
keganasan mammae primer biasanya disebut sebagai “segmental mastectomy”,
“lumpectomy”, “partial mastectomy”, “wide local excision” dan “tylectomy”. Bagi
beberapa pasien dengan kanker mammae stadium 1 atau 2, terapi konservasi mammae
(BCT) lebih sering dipilih dibandingkan mastektomi total karena BCT memiliki tingkat
kelangsungan hidup yang sama dengan pasien post mastektomi total sembari
mempertahankan mammae normal. Enam studi prospektif acak telah menunjukkan bahwa
secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup pasien dengan BCT sama dengan pasien
yang melakukan mastektomi. Tetapi 3 dari studi tersebut menunjukan angka kegagalan yang
lebih tinggi pada mammae tingkat lokal dan regional pada pasien dengan BCT. Namun
informasi secara keseluruhan, BCT dianggap setara secara onkologis apabila dibandingkan
dengan mastektomi. BCT juga memberikan keuntungan lainnya dibandingkan mastektomi,
terutama dalam aspek kualitas hidup dan hasil yang lebih estetis. BCT lebih memungkinkan
bagi operator untuk menjaga bentuk dan kulit normal pada mammae setelah tindakan, dan
memberikan keuntungan bagi psikologis pasien secara keseluruhan.
Operasi konservasi mammae saat ini merupakan tatalaksana standar pada wanita dengan
kanker mamme invasif stadium 0,1 atau 2. Wanita dengan DCIS (ductal carcinoma in citu)
hanya membutuhkan reseksi tumor mamme primer dan dibantu dengan terapi radiasi tanpa
penilaian kelenjar getah bening regional. Saat melalukan BCT atau lumpectomy, sebuah
insisi berbentuk melengkung yang berada konsentris dari kompleks putting-areola dibuat
pada kulit diatas tumor mammae, apabila tumor tersebut berada di bagian atas dari mammae.
Insisi radikal lebih dipilih apabila tumor berada di bagian bawah mammae. Eksisi pada kulit
biasanya tidak dibutuhkan kecuali ditemukan adanya penyebaran ke daerah kulit pada diatas
atau sekeliling tumor primer. Tumor mammae tersebut kemudian diambil dengan dibungkus
oleh jaringan mammae yang sehat dan dengan tepi atau margin yang terbebas dari
keganasan dan penyebarannya.
Operator memiliki tanggung jawab dalam memastikan keganasan mammae tersebut telah
diangkat sepenuhnya. Memastikan tepi atau margin operasi terbebas dari infiltrasi
keganasan dapat mengurangi kemungkinan rekurensi lokal dari keganasan dan
meningkatkan angka keberhasilan terapi. Rekurensi lokal keganasan mammae setelah BCT
ditentukan sebagian besar pada baik atau tidaknya tepi atau margin operasi. Ukuran tumor
dan eksisi kulit bukan merupakan faktor yang penting dalam rekurensi lokal keganasan.
Apabila tepi atau margin operasi yang bersih dari keganasan mammae tidak dapat diperoleh
setelah eksisi ulang, maka dibutuhkan mastektomi. Diseksi Sentinel Lymph Node diakukan
sebelum mengangkat tumor mammae primer. Apabila dibutuhkan, penilaian nodus sentinel
intraoperatif dapat dilakukan pada saat BCT pada mammae sedang dikerjakan.
Indikasi Mastektomi simple atau total diindikasikan pada pasien yang bukan merupakan
kandidat untuk dilakukan operasi lumpectomy atau BCT. Indikasi utama tindakan ini adalah
untuk tumor atau kanker besar yang tetap ada meskipun setelah terapi ajuvan, khususnya
pada payudara yang lebih kecil dan pada pasien yang lebih tua dan beresiko tinggi dengan
lesi yang dapat dilokalisir.
Persiapan Preoperatif Kulit diatas area yang mau diangkat harus diinspeksi untuk melihat
tanda-tanda infeksi. Kulit kemudian dicukur dan pencukur rambut elektrik boleh digunakan
pada area axillae. Beberapa operator juga memberikan antibiotik parenteral dosis tunggal
perioperatif, khususnya apabila telah dilakukan biopsi mammae regional sebelumnya.
Anestesi Anestesi umum diberikan pada pasien menggunakan endotracheal tube. Agen
depolarisasi otot diberikan pada pasien untuk dilakukan intubasi.
Posisi Pasien kemudian ditempatkan pada posisi berbaring dan nyaman. Lengan pasien yang
berada pada sisi mammae yang akan dioperasi diabduksi sekitar 90 derajat agar dapat
memberikan lapangan operasi yang maksimal pada area tersebut.
Insisi Insisi elips horizontal ditandai terlebih dahulu dan mencakup seluruh kompleks
areolar. Kedua tepi kulit harus memiliki panjang yang sama sehingga kedua tepi insisi dapat
menyambung tanpa adanya tarikan.
Prosedur Insisi pada kulit dibuat secara tajam oleh scalpel dengan kedalaman kurang lebih
1 cm. Pembuluh darah yang terlibat saat insisi harus diamankan dengan cara ligasi. Flap
kulit diangkat secara vertikal menggunakan hak sehingga dapat menyediakan
countertraction saat operator menarik spesimen menjauhi flap kulit. Diseksi kemudian
dilanjutkan ke atas hingga clavicula, kemudian ke tengah yaitu tepi sternum dan kebawah
menuju tepi costae dekat masuknya rectus sheath. Diseksi ini seharusnya sudah meliputi
seluruh jaringan glandular mammae. Diseksi flap lateral dilanjutkan hingga batas otot
pectoralis mayor, meninggalkan lemak pada aksila dan kelenjar getah bening untuk prosedur
diseksi yang terpisah.
Diseksi subfascia dilakukan, mengangkat jaringan mammae dari otot pectoralis mayor.
Lebih mudah untuk dimulai dari bagian atas. Saat diseksi dilanjutkan dari atas menuju ke
tengah, cabang pembuluh darah mammae yang terpotong harus dikontrol pendarahannya
dengan kauter listrik atau dilakukan ligasi dengan benang silk. Terakhir, flap pada aksila
dibentuk sehingga jaringan mammae dapat diangkat dari dinding dada lateral. Spesimen
kemudian diberikan pada ahli patologi. Luka kemudian di irigasi dan dilakukan hemostasis
secara hati-hati, dan luka kemudian ditutup selapis demi selapis.
Radical Mastectomy
Radical Mastectomy mengangkat seluruh jaringan mammmae, kompleks putting-areola,
kulit, kelenjar getah bening aksila level I,II dan III, otot pectoralis mayor dan minor. Radical
Mastectomy juga disebut sebagai “Halsted Radical Mastectomy”. Radical Mastectomy
sudah tidak lagi digunakan. Penggunaan kemoterapi sistemik dan terapi hormonal dan juga
terapi radiasi ajuvan untuk keganasan mammae telah menggantikan peran dari radical
mastectomy.