Anda di halaman 1dari 29

Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS

A. PRELIMINARIES

1. Air Kerja.

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, alat-alat dan peralatan

serta perlengkapan yang dibutuhkan pengadaan air kerja / bersih selama dan

setelah selesainya pelaksanaan pekerjaan berikut instalasi dan pengujiannya.

Pemasangan instalasi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Pedoman Plumbing Indonesia 1979

Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987

Peraturan dari instansi yang berwenang seperti PDAM.

Kontraktor harus menyediakan / mengusahakan peralatan penunjang

misalnya, ground tank, menara air, dan mesin pompa untuk pengadaan air

bersih tersebut, karena air yang akan dipakai untuk pengecoran harus bersih

sesuai dengan persyaratan dalam NI – 2 Bab 3.6.

Sebelum air untuk pengecoran dipergunakan, harus terlebih dahulu diperiksa

pada Laboratorium Penelitian Masalah Air.

2. Listrik Kerja.

Kontraktor harus menyediakan bahan, tenaga kerja, peralatan dan

perlengkapan yang dibutuhkan untuk pemasangan jaringan listrik dan

kelengkapannya yang akan dipergunakan selama pelaksanaan pekerjaan.

1
Spesifikasi Teknis

3. Pengukuran Kembali

Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan pengukuran

kembali dengan teliti mengenai elevasi permukaan tanah, jalan, tembok

penahan atau elevasi lainnya sesuai dengan permintaan Pemberi Tugas.

Semua hasil pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap bench mark yang

terdekat.

Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan dapat berfungsi

dengan baik dan sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan

dipakai harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas, baik dari jenis maupun

kondisinya.

Alat-alat ukur yang dipergunakan antara lain waterpass / theodolite lengkap

dengan statif dan rambu-rambunya.

Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar

dengan hasil pengukuran kembali, maka Pemberi Tugas berkewajiban

memutuskan hal tersebut. Tetapi apabila terdapat kesalahan dalam

pengukuran kembali (taking out), maka kontraktor harus mengadakan

pengukuran kembali dan semua menjadi tanggung jawab kontraktor.

4. Barak Kerja dan Pemberi Tugas Keet.

Kontraktor harus membangun Pemberi Tugas Keet, Barak Kerja dan Gudang

untuk menyimpan bahan dan peralatan, yang lokasinya akan ditentukan

Pemberi Tugas. Besar dan luas Pemberi Tugas keet, barak kerja dan gudang

harus memenuhi persyaratan umum sesuai kebutuhannya termasuk

pemasangan instalasi penyambungan listrik dan air bersih. Syarat-syarat

2
Spesifikasi Teknis

minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan Pemberi Tugas keet adalah

menyediakan sarana sanitasi, air bersih, sambungan listrik, alat pemadam

kebakaran, obat-obatan, meja dan kursi, papan tulis, alat-alat gambar dan 1

(satu) set meubel untuk tamu. Lahan kosong untuk parkir kendaraan proyek

harus disediakan di sekitar Pemberi Tugas keet. Pekerjaan pembuatan

Pemberi Tugas keet sementara ini diperkenaankan menyewa / mengontrak

bangunan penduduk setempat dengan sepengetahuan pihak Pemberi Tugas.

5. Test Material

Kecuali ditentukan lain Kontraktor harus sudah memperhitungkan semua

biaya sehubungan dengan pekerjaan kontrol kualitas bahan / pemeriksaan

bahan kepada Pihak Ketiga atau laboratorium dan memberikan data hasil test

tersebut kepada pengawas / pemimpin proyek.

Kontraktor harus menyediakan alat-alat praktis untuk memeriksa bahan /

material (misalnya : tabung pemeriksaan pasir, kubus beton dan lain-lain yang

bersifat praktis)

B. SITE WORK

1. BETON

a. Umum

Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam

beton biasa, beton bertulang dengan penulangannya, bekisting,

3
Spesifikasi Teknis

finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan gambar-gambar

dan persyaratan. Mutu Beton yang digunakan adalah K225.

b. Referensi

Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti

ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam :

NI – 2 (1971) Peraturan beton bertulang indonesia

NI – 3 (1970) Peraturan umum bahan bangunan di indonesia

NI – 5 (1961)

NI – 8 (1972) Peraturan semen portland Indonesia

c. Material

Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari :

Agregat

Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang terhalus sampai kasar

dan harus sesuai dengan persyaratan di dalam NI – 2 Bab 3.3, Bab

3.4 dan Bab 3.5.

Agregat harus disimpan sedemikian rupa sehingga bebas dari

kontaminasi oleh bahan-bahan yang dapat merusak. Agregat halus

(pasir) dan agregat kasar (koral atau split) harus disimpan dalam

tempat-tempat yang terpisah.

Semen

Semen yang dipakai harus dari mutu terbaik seperti disyaratkan dalam

NI – 8 Bab 3.2.

Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang

dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.

4
Spesifikasi Teknis

Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup

oleh pabrik dan terlindung.

Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat yang tidak

terkena air (dengan lantai terangkat) dan ditumpuk dalam urutan

pengiriman.

Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 m. Semen yang rusak atau

tercampur apapun tidak boleh dipakai.

Pembesian

Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian

rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab

maupun basah, aspal, oli/minyak gemuk (fat).

Juga besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan

ukuran masing-masing.

Besi penulangan harus sesuai dengan persyaratan dalam NI – 2 Bab

3.7 yang dinyatakan sebagai U – 32, untuk diameter diatas 13 mm

sedangkan untuk dibawah 13 mm adalah U-24, sesuai dengan

keterangan pada gambar perencanaan.

Kawat pengikat harus berukuran minimal garis tengah 1 mm seperti

yang disyaratkan dalam NI – 2 Bab 3.7.

Air

Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih sesuai dengan

persyaratan dalam NI – 2 Bab 3.6.

Sebelum air untuk pengecoran dipergunakan, harus terlebih dahulu

diperiksa pada Laboratorium Penelitian Masalah Air.

5
Spesifikasi Teknis

d. Pelaksanaan

1. Proporsi

Kecuali disebutkan lain, maka campuran beton harus sedemikian

rupa sehingga mencapai kekuatan beton karakteristik K 225

kecuali disebutkan lain pada gambar.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan

trial test yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang

disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil trial test tersebut ditentukan

oleh Pemberi Tugas Pengawas “Deviasi Standard” yang akan

dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan,

sesuai dengan syarat-syarat PBI – 71 Pasal 4.6 dan 4.7.

2. Pengecoran Beton

Kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain harus dibuang dari dalam

bekisting. Alat-alat pengaduk (beton molen) dan alat pembawa

harus bersih.

Penulangan harus dimatikan pada posisinya dan diperiksa

sebelum pengecoran dilakukan.

Pemberi Tugas Pengawas harus menerima pemberitahuan

minimal 2 x 24 jam sebelum pengecoran dilakukan, agar

pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktunya.

Pelaksanaan Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan

dalam PBI 1971 kecuali dipersyaratkan lain.

6
Spesifikasi Teknis

Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 meter

dan segera sesudah pengecoran, lapisan-lapisan beton ini harus

dipadatkan dengan penggetar (internal concrete vibrator). Tidak

diperbolehkan melakukan pengetokan untuk hal ini. Kecepatan

vibrator dalam adukan harus tetap dan lebih besar dari 7000

impuls per menit. Penggunaan alat penggetar tidak boleh

mengenai besi penulangan. Pemadatan dengan penggetaran ini

harus dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 6.4.

3. Penyambungan Beton

Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah

mengeras, permukaan yang lama dibersihkan dan dikasarkan,

bekisting harus dikencangkan kembali dan penyambungannya

dengan menggunakan air semen, jika umur beton lebih dari 3 hari

penyambungannya harus menggunakan Bonding Agent yang

disetujui oleh Pemberi Tugas Pengawas.

4. Slump

Slump yang diizinkan untuk beton dalam keadaan mix yang

normal adalah sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.4.

Pemakaian nilai slump harus teratur dan disesuaikan dengan

kebutuhannya , misalnya : untuk daerah-daerah yang

pembesiannya rapat menggunakan slump yang tinggi.

7
Spesifikasi Teknis

5. Lantai Kerja

Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya,

harus diberikan pasir dan lantai kerja 5 cm. Mutu Kualitas lantai

Kerja yang dipersyaratkan adalah Beton K 100.

Sebelum pengecoran lantai kerja dilakukan, lapisan pasir tersebut

harus dipadatkan terlebih dahulu.

6. Kolom dan Balok Praktis

Kontraktor harus memberikan/merencanakan kolom-kolom praktis

untuk pemasangan dinding seluas 12 m2 atau dimana dianggap

perlu harus dipasang kolom praktis.

7. Pemeliharaan Beton

Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar selalu

lembab dengan jalan menutup beton dengan karung basah atau

menyiram dengan air secara rutin, sehingga beton berumur satu

minggu. Pada umur 24 jam harus dijaga dari air hujan yang deras,

air mengalir, getaran-getaran dan sinar matahari.

8. Masa Pelaksanaan

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara

kontinyu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit

setiap 5 m3 beton harus dibuat benda uji untuk ditest di

laboratorium.

Penyerahan dan pengambilan benda uji harus disertai Pemberi

Tugas Pengawas. Jumlah benda uji yang dibuat sesuai dengan

permintaan Pemberi Tugas Pengawas. Setelah berumur 7 (tujuh)

8
Spesifikasi Teknis

hari, benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium.

Ketentuan-ketentuan lainnya sesuai PBI 1971 Bab 4.7 harus

dipenuhi.

9. Pemeriksaan Lanjutan

Apabila hasil pemeriksaan pada Bab 4.7 PBI 1971 masih

meragukan, maka pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan

menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling

untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang sudah

ada, sesuai pasal 4.8 PBI 1971.

Biaya pekerjaan dalam pasal-pasal ini menjadi tanggungan

Kontraktor. Hal-hal yang bersangkutan dengan mutu beton

hendaknya mengikuti NI – 2 pasal yang bersangkutan.

e. Bahan Additive

Pemakaian bahan additive harus disertai percobaan laboratorium

guna mendapatkan hasil yang baik yang disetujui Pemberi Tugas

Pengawas. Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM

atau JIS.

f. Bekisting

1. Umum

Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan

sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan

pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-

gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran-

ukuran, ketinggian-ketinggian serta posisi daripada beton yang

9
Spesifikasi Teknis

dicor. Perencanaan pelaksanaan, serta pembongkaran bekisting

harus sesuai dengan cara-cara yang disarankan dan kriteria di

dalam NI – 2 Bab 5.8.

Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus

benar-benar bersih sebelum digunakan.

Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat

mencegah defleksi bahan-bahan bekisting. Bekisting beserta

sambungan-sambungannya harus rapat sehingga dapat

mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.

Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan di dalam

bekisting untuk memungkinkan pembersihan bekisting.

2. Referensi

Seluruh bekisting harus mengikuti persyaratan-persyaratan

dalam normalisasi NI – 2 dan NI – 3.

3. Material

Bekisting untuk Beton.

Seluruh bekisting untuk beton harus terbuat dari Multiplex 6 mm

dan balok ukuran 5/10 digunakan pada rangka utama dan kaso

5/7 untuk rangka pengisi, kecuali dipersyaratkan lain oleh

Pemberi Tugas Pengawas.

Sebelum pemasangan bekisting, kontraktor harus memberikan

gambar perencanaan bekisting secara lengkap untuk disetujui

Pemberi Tugas Pengawas.

10
Spesifikasi Teknis

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakaian bekisting

beton adalah sebagai berikut :

a. Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus

cukup tebal dan terikat kuat.

b. Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah secara

mekanis atau dengan bahan kimia.

c. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam

bekisting.

d. Permukaan bekisting harus rata dan licin serta diberi releasing

agent yang disetujui oleh Pemberi Tugas Pengawas.

e. Ukuran jarak harus disesuaikan dengan rencana dalam

gambar.

4. Pembongkaran Bekisting

Bekisting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa

sehingga dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-

struktur yang dicetak dengan memperhatikan persyaratan-

persyaratan minimum sebagai berikut : Bagian struktur beton

vertikal boleh dibongkar bekistingnya setelah 7 hari, dengan

syarat bahwa betonnya telah cukup keras dan tidak cacat karena

pembongkaran tersebut.

Bagian struktur beton yang disangga dengan penumpu tidak

boleh dibongkar, sebelum betonnya mencapai kekuatan yang

cukup untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban

11
Spesifikasi Teknis

pelaksanaan atau beban-beban lain yang akan menimpa bagian

struktur beton tersebut.

Dalam hal apapun bekisting pada jenis struktur ini tidak boleh

dibongkar sebelum berumur 14 hari, demikian juga bekisting-

bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton tidak

boleh dibongkar sebelum beton ditentukan matang.

5. Contoh-contoh

Sebelum pelaksanaan pemasangan, lebih dahulu Kontraktor

harus memberikan contoh-contoh material yang akan dipakai

guna mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas Pengawas.

6. Koordinasi dengan Pemasangan Instalasi

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah

mengkoordinasikan pemasangan letak-letak instalasi listrik,

plumbing dan lain-lain.

1. Dinding & Kolom

Lingkup Pekerjaan.

Bagian ini meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dan semua

pekerjaan pasangan bata seperti yang tertera pada gambar-gambar.

Pelaksanaan pemasangan harus benar-benar mengikuti garis-garis

ketinggian, bentuk-bentuk seperti yang terlihat pada gambar-gambar dan

seperti yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi ini.

12
Spesifikasi Teknis

Kontraktor akan menyediakan bahan, tenaga kerja, peralatan dan

perlengkapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pasangan

batu bata, binding partisi.

Penyelesaian dinding

Ketentuan Umum.

Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas Lapangan/

Konsultan Pengawas untuk memperoleh persetujuannya mengenai antara

lain :

Persyaratan-persyaratan standard mengenai pekerjaan ini tertera pada

P.U.B.I., NI – 3 1970 dan NI – 10 1973

Contoh bahan / material untuk peenyelesaian yang mencermikan mutu,

ukuran, kerataan permukaan / texture, warna dan kekuatannya.

Gambar pelaksanaan (shop-drawing) yang menunjukkan pola

pemasangan dan kemiringan.

Pemasangan pelapis lantai hanya boleh dilakukan oleh pekerja yang telah

berpengalaman / ahli. Kontraktor akan diperintahkan untuk membongkar

dan mengulangi pemasangan pelapis dinding bila permukaannya tidak

rata atau terjadi rongga di bawah pemasangan pelapis akhir.

Bahan.

Bahan-bahan yang dipergunakan seperti yang diuraikan dalam gambar

rencana.

13
Spesifikasi Teknis

Perekat bahan pasangan yang digunakan adalah spesi (adukan) dan atau

tile adhesive sesuai dengan ketentuan yang dicantumkan atau sesuai

dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

Bahan pelapis harus Keramik atau Marmer Lokal sesuai petunjuk dalam

Gambar Rencana mutu kelas I, tanpa retak / pecah dan tepat ukurannya,

berasal dari satu produsen dengan jenis yang telah ditentukan dan

disetujui pemberi tugas.

Anker-anker dan pengikat-pengikat harus dibuat berdasarkan

perencanaan yang disetujui Pemberi Tugas Pengawas dan kecuali tidak

disebutkan lain maka terbuat dari baja.

Bata harus baru, terbakar keras dan dipasang dengan adukan 1 pc : 4

pasir. Untuk daerah toilet dan daerah yang harus menggunakan kedap air,

digunakan adukan 1 pc : 2 pasir.

Ukuran bata adalah 5,5 cm x 11 cm x 22 cm dengan toleransi ukuran 0,5

cm.

Bahan-bahan untuk pengerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-

cara yang disetujui Pemberi Tugas Pengawas, untuk menghindarkan dari

segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan bahan tersebut.

Pemasangan Batu Bata

Spesi.

Spesi biasa (1 pc : 4 pasir) untuk pemasangan dinding pada umumnya.

14
Spesifikasi Teknis

Pemasangan dinding harus dilaksanakan sesuai dengan ketebalan,

ketinggian dan ukuran yang tercantum didalam gambar rencana.

Pemasangan Batu Bata.

Pemborong tidak diperkenankan untuk memulai pemasangan sebelum

pengukuran serta pemeriksaan ketepatan kesikuan diperiksa.

Batu bata yang akan dipergunakan harus padat, keras , tanpa retak /

pecah. Batu bata harus tepat ukuran, ketebalan, dinding batu bata

setelah diplester tidak boleh melebih 150 mm untuk dinding ½ batu dan

240 mm untuk dinding 1 batu.

Sekurang-kurangnya 6 jam sebelum digunakan, batu bata harus direndam

hingga buihnya habis, dan dibasahkan lagi sampai menjadi jenuh sebelum

pemasangan dilakukan.

Setiap lapis batu bata harus terpasang tegak lurus dengan bantuan

bentangan benang yang sipat datar.

Pasangan dinding batu bata harus tegak lurus pada permukaan lantai.

Jika batu bata tidak terpasang dengan baik dalam spesi, lepaskan dan

bersihkan batu bata dari spesi dan pasanglah dengan spesi yang baru.

Penggunaan spesi bekas tidak akan pernah diperkenankan.

Pembuatan lubang pada pasangan batu bata untuk duduknya perancah

sama sekali tidak diperkenankan.

Batu bata yang terbelah dua yang akan digunakan tidak boleh melebih 5

% dari jumlahnya yang dipergunakan. Batu bata yang terpecah lebih dari

2 bagian tidak boleh dipakai.

15
Spesifikasi Teknis

Siar.

Siar tegak pasangan tidak diperkenankan membentuk satu garis lurus

antara dua lapisan pasangan. Siar pasangan batu bata harus dibersihkan

dari adukan sedalam 1 cm pada waktu adukan masih basah. Alur yang

terbentuk adalah untuk penguat ikatan plesteran.

Pengkaku Dinding.

Dinding ½ batu yang berdiri bebas dan melebihi panjang 6 m atau

ketinggian 3 m, harus diberi kolom atau balok penguat. Dinding 1 batu

yang berdiri bebas dan melebihi panjang 8 m atau ketinggian 4,5 m juga

harus diberi penguat.

Kolom dan balok penguat harus memenuhi ketentuan seperti yang

tercantum dalam gambar rencana.

Angker 8 mm dengan panjang minimal 30 (tiga puluh) cm ditanam

kedalam dinding dengan jarak setiap 60 (enam puluh) cm.

Pemasangan batu bata harus dilakukan secara bertahap dengan tidak

melebihi 1 (satu) meter tinggi, setiap tahap harus segera diikuti dengan

pengecoran kolom penguat. Basahi pasangan sebelum pekerjaan

pemasangan selanjutnya dilakukan.

16
Spesifikasi Teknis

Pengakhiran Dinding.

Semua dinding batu bata harus diakhiri dengan balok / kolom penguat

seperti yang disyaratkan diatas (pengkaku dinding) terkecuali

pemasangan yang berakhir pada balok struktur.

Pada pertemuan dengan kolom beton / baja, harus diikat dengan angker

besi beton dengan panjang minimal 30 (tiga puluh) cm, ditanam dalam

dinding dengan jarak setiap 60 (enam puluh) cm.

Selain ketentuan yang telah disebutkan mengenai pemasangan dinding

batu bata, pemasangan batu bata polos (exposed) harus mengikuti

ketentuan dibawah ini.

Susunan ikatan pemasangan batu bata polos harus dilaksanakan sesuai

dengan gambar, bilamana susunan ikatan tidak ditentukan, kontraktor

harus mengajukannya kepada Pemberi Tugas pengawas untuk disetujui.

Pemasangan batu bata polos harus dilakukan dengan meratakan sisi

bagian yang polos.

Bilamana kedua sisi dinding dibuat polos, maka pemasangan batu bata

harus dipasang pada as dinding.

Batu bata yang harus dipasang sebagian (tidak utuh) harus dipotong

dengan menggunakan mesin pemotong.

Siar harus rata dan dibersihkan dari adukan pada saat adukan masih

basah.

Lebar siar adalah selebar 1 (satu) cm.

Permukaan siar harus diratakan dengan permukaan batu bata.

17
Spesifikasi Teknis

Plesteran

Angker, pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan ditanam dalam

dinding, harus dipasang pada saat pekerjaan pemasangan dinding batu

bata dipasang. Permukaan yang akan diplester yang licin harus dibuat

kasar dan diberi perekat calbon atau yang setara.

Permukaan yang akan diplester harus dibersihkan dari kotoran sertaa

bagian yang terlepas, dan kemudian dibasahi. Pekerjaan plesteran pada

suatu bagian dinding harus dilakukan dengan memperhitungkan kesikuan

dinding yang diplester dengan dinding yang berbatasan.

Ketebalan plesteran pada bidang dinding adalah 15 mm dengan

campuran 1 : 4 jika tidak ditentukan lain oleh pemberi tugas / pengawas.

Permukaan harus diberi ”kepala” sebagai patokan / acuan ketebalan

plesteran. Kelurusan permukaan setelah diplester harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut :

Mencembung atau mencekungnya permukaan tidak boleh melebihi 2 mm

dari sebuah garis sepanjang 1 m pada permukaan plesteran.

Pada bidang vertikal maupun horizontal tidak boleh terdapat lebih dari

1 (satu) kali pencembungan dan pecekungan permukaan sepanjang 3 m.

2 (dua) kali pencembungan atau pecekungan permukaan sepanjang 5 m.

Proyeksi bidang vertikal harus diukur dengan ”Lot” (Plimb) dan tidak boleh

melebihi :

10 mm untuk bidang sampai ketinggian 4 mm

12 mm untuk bidang sampai ketinggian 6 mm

18
Spesifikasi Teknis

15 mm untuk bidang lebih tinggi dari 6 m

Pengacian

Bidang-bidang yang tidak akan dilapisi dengan bahan lain harus dibuat

licin dengan pasta semen yang dicampur dengan bahan yang mengurangi

penyusutan untuk batu.

Permukaan plesteran harus terlebih dahulu dibasahi sebelum proses

pengacian dimulai.

Pekerjaan pembobokan untuk pemasangan saluran-saluran, pipa dan

lain-lain harus diselesaikan sebelum pengacian dimulai.

2. Pengecatan

Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, alat-alat dan

perlengkapan yang dibuthkan untuk melaksanakan :

Pengecatan dinding dan besi.

Ketentuan Umum.

Bila mana tidak ditentukan lain, pekerjaan pengecatan harus memenuhi

persyaratan sesuai dengan :

NI – 3 tahun 1970

NI – 4 tahun 1972

BS 729

ASTM A 123 atau ASTM A 153 atau,

JIS H 8641

19
Spesifikasi Teknis

Standar Industri Indonesia

Standard dari pabrik pembuat.

Bahan dan Peralatan.

Bahan yang diperlukan adalah cat dasar, filler dan permukaan. Cat dasar

maupun cat akhir yang akan digunakan adalah seperti yang tertera dalam

gambar rencana ataupun rencana anggaran biaya.

Cat epoxy yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut ini :

Kekuatan tekan 700 kg/cm2, serta kekuatan lentur (tarik) 250 kg/cm2.

Daya modulus elastisitas 100.000 kg/cm2

Ketebalan minimum 500 mikron.

Warna transparant untuk beton, berwarna untuk bidang lainnya.

Pengecatan dengan sistem semprot harus menggunakan peralatan

semprot udara (air sprayer) atau tanpa udara (airless sprayer) yang

memenuhi syarat.

Kwas, roller yang digunakan harus halus, tidak boleh menunjukkan serat-

serat atau garis-garis pada hasil pengecatan ; penggunaan jenis kwas

harus disetujui Pemberi Tugas pengawas.

Pelaksanaan Pengecatan.

Cara Pengecatan.

Semua benda yang melekat pada bidang yang akan dicat (seperti

schakelaar, stopkontak, fiiting, armatur lampu dan lain-lain) harus

20
Spesifikasi Teknis

dilepaskan dahulu sebelum pengecatan dilakukan dan dipasang kembali

setelah pengecatan selesai.

Pembungkus pelindung terhadap kotoran harus selalu tersedia untuk

melindungi pekerjaan yang dilaksanakan. Pelindung ini juga digunakan

untuk melindungi terhadap bagian lain yang tidak dicat.

Permukaan yang retak-retak atau bergelombang harus diratakan dengan

filler / plamiir. Pengecatan hanya boleh dilakukan jika permukaan bidang

yang akan dicat dalam keadaan bersih dan kering.

Pekerjaan pengecatan di bagian luar bangunan tidak diperkenankan untuk

dilaksanakan jika keadaan cuaca mendung / hujan. Cara pelaksanaan

pelapisan dengan cat harus mengikuti petunjuk pabrik pembuat.

Semua cat hanya dipergunakan untuk diencerkan dengan bahan yang

dianjurkan oleh pabrik pembuat dan pengenceran harus disetujui oleh

Pemberi Tugas pengawas.

Pengecatan setiap lapisan hanya boleh dilaksanakan bilamana lapisan

sebelumnya telah kering dengan sempurna. Waktu kering sempurna

adalah sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat.

Sebelum pengecatan ulang dilakukan, bagian yang akan dicat harus

dicuci dengan air sabun, dibilas dengan air bersih dan diamplas dengan

amplas kedap air. Semua lubang-lubang bekas dempul dan kerak cat

yang mengelupas harus di isi dengan filler (plamuur).

21
Spesifikasi Teknis

Permukaan akhir setelah cat kering harus tampak rata dan licin, tidak

menunjukkan garis-garis kwas serta tidak menunjukkan adanya debu yang

menempel. Sebelum pengecatan lapisan akhir dimulai, contoh

kesesuaian warna harus dibuat untuk dimintakan persetujuan Pemberi

Tugas pengawas / pemberi tugas.

Pengecatan akhir hanya boleh dilakukan bilamana Pemberi Tugas

pengawas / pemberi tugas telah memeriksa lapisan-lapisan dasarnya.

Bilamana terdapat butiran debu yang menempel atau garis-garis kuas,

kontraktor akan mengulangi pengecatan lapisan akhir.

Pengecatan Dinding

Pengecatan dinding hanya boleh dilaksanakan setelah pengacian dinding

sekurang-kurangnya berumur 14 (empat belas) hari.

Pengecatan permukaan dinding dengan cat emulsi vynil acrilic harus

dilaksanakan sebagai berikut :

Lapisan dasar menggunaan alkali resisting primer sebanyak 1 (satu)

lapisan.

Pengisiaan cacat dan celah-celah dan perataan permukaan dengan acrilic

wall filler.

22
Spesifikasi Teknis

Lapisan atas sebanyak 2 (dua) lapisan dengan acrilic emulsi untuk dinding

dalam, dan untuk dinding luar 2 (dua) lapisan dengan wheathershield

acrilic emulsi.

Pengecatan Baja dan Besi.

Pengecatan baja dan besi dengan menggunakan emulsi enamel sintetis

harus dilakukan dengan susunan lapisan sebagai berikut :

Permukaan dibersihkan dengan melakukan penyikatan (wire brushing).

Lapisan dasar dilakukan dengan 2 (dua) lapisan zinc-chromate primer

sekurang-kurangnya setebal 80 mikron dft (dry film thickness, ketebalan

kering).

Undercoat 1 (satu) lapis dengan ketebalan 40 mikron dft.

Lapisan akhir sebanyak 2 (dua) lapis cat sinthetic enamel dengan

ketebalan 50 mikron dft.

Pengecatan baja dan besi dengan menggunakan cat epoxy harus

dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut :

Permukaan baja / besi harus dibersihkan dengan sand blasting sampai SA

2.

Lapisan cat dasar epoxy emine red lead.

Lapisan akhir cat epoxy 2 komponen setebal 40 mikron dft.

Permukaan baja atau besi harus dibersihkan dari karat, kerak-kerak karat

dan kotoran lain dengan penyikatan kawat secara mekanis (mechanical

23
Spesifikasi Teknis

wire brushing) atau listrik atau dengan proses penyemprotan dengan pasir

(sand blasting) sesuai dengan ketentuan yang diberikan sampai

permukaan baja atau besi asli terlihat. Permukaan baja ataua besi harus

dibersihkan dari lapisan minyak atau gemuk dengan menggunakan

degreaser. Permukaan baja atau besi yang tidak rata, sisa pengelasan

yang kasar diratakan dengan menggunakan gurinda. Penghalusan

permukaan dengan gurinda tidak boleh menimbulkan cacat pada

permukaan baja atau besi.

Permukaan baja atau besi yang telah dibersihkan harus segera dilapis

dengan cat dasar. Bilamana lapisan dasar tertunda leebih dari 8

(delapan) jam, maka permukaan harus dibersihkan kembali dengan cara

yang tersebut diatas. Pekerjaan pengecatan yang sudah dimulai dengan

lapisan cat dasar tidak boleh ditinggalkan tanpa diselesaikan tersebit

dahulu. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kwas tangan yang

telah disetujui oleh Pemberi Tugas pengawas. Pengecatan sendiri tidak

boleh dilakukan pada keadaan cuaca lembab dan tidak boleh berdebu.

Permukaan akhir setelah cat kering harus tampak rata dan licin, tidak

menunjukkan adanya debu yang menempel.

Setiap bagin yang tidak sesuai dengan syarat-syarat spesifikasi dan

gambar-gambar harus segera diganti, tanpa membebankan tambahan

biaya pada Pemberi Tugas.

24
Spesifikasi Teknis

Sistim Instalasi Hidran

Umum

Pekerjaan yang dimaksud disini adalah penyediaan bahan-bahan,

tenaga, peralatan-peralatan yang perlu agar seluruh instalasi

penyediaan air dapat dipasang, diuji dan siap untuk digunakan.

Kualitas bahan dan kualitas pekerjaan pemasangan harus baik,

sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi yang ditentukan

dalam perencanaan ini.

Lingkup Pekerjaan

 Sistem Pemipaan Hidran

Sistem pemipaan air dimulai dari sumber air, yakni dari bak air

yang sudah ada di lokasi dan bak air baru yang akan dibangun

didistribusikan ke seluruh plumbing fixtures secara gravitasi dan

sebagian dengan pompa air.

Peraturan-peraturan, izin & Standard

 Cara dan teknis pemasangan dalam instalasi harus mengikuti

persyaratan yang tercantum pada Pedoman Plumbing

Indonesia 1979, syarat-syarat dari PDAM setempat dan syarat-

syarat lain yang dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi

material yang dipasang.

25
Spesifikasi Teknis

 Kontraktor harus meminta izin-izin yang mungkin diperlukan

untuk menjalankan instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi

ini atas tanggungan sendiri.

 Selama pekerjaan berlangsung, kontraktor harus menempatkan

petugas yang ahli untuk mempertanggung jawabkan

pekerjaannya di lapangan.

 Sebelum pemasangan dan pemesanan semua peralatan yang

akan dipasang, harus dibuat gambar kerja terlebih dahulu untuk

disetujui.

 Kontraktor harus melengkapi semua material pembantu untuk

kesempurnaan instalasi yang akan dipasang.

 Kontraktor harus menyediakan peralatan, alat-alat pengatur

dan alat-alat pengaman tambahan yang diwajibkan oleh

ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku di

Indonesia.

Gambar-gambar dan Spesifikasi

 Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan, atau

peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja

dengan baik, dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar

perencanaan atau spesifikasi perencanaan baja, kontraktor

harus tetap melaksanakannya tanpa ada biaya tambahan.

26
Spesifikasi Teknis

Lokasi yang tepat dari pipa-pipa utama dan pipa-pipa cabang

harus diperiksa dalam gambar-gambar perencanaan mekanikal

dan arsitektur dan disesuaikan dengan ukuran-ukuran yang

diberikan oleh pabrik pembuat alat-alat tersebut.

 Hidran pillar

Untuk hidran menggunakan hidran 2 ways Ø 2”

 Hose Rack

Ukuran hose rack 70 x 80

 Hose

Hose Ø 2” Panjang 30 m

 Pompa

Pompa diesel outlet 4”, pressure 0,75 mpa/50M

Material

 Pipa Air Instalasi Hidran

1). Untuk penyediaan air digunakan pipa Galvanis Ø 4”

Medium B.

Pelaksanaan dan Pemasangan

 Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi plumbing,

kontraktor diwajibkan membuat gambar kerja yang diperlukan

dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Gambar-gambar tersebut antara lain :

27
Spesifikasi Teknis

Penembusan pipa/sleeves pada pondasi, pelat beton dan lain-

lain.

 Pemasangan Pipa

Pipa-pipa yang dipasang di dalam tanah harus mempunyai

jarak dan kedalaman sesuai dengan gambar bestek.

Bila pipa-pipa tersebut menembus pondasi atau dinding, maka

pipa harus diberi perlindungan/sleeves yang dibuat dari pipa

besi tuang atau pipa baja.

Antara pipa dengan sleeves tersebut harus diisi dengan

flexible sealing material.

Pemasangan saringan-saringan bahan-bahan logam yang

tahan karat disesuaikan dengan kebutuhan dan mendapat

persetujuan Pemberi Tugas Pengawas.

Pemadatan/penimbunan pipa harus dilakukan tanpa merusak

pipa.

Pemadatan dilakukan sebagai berikut :

Sekeliling pipa ditimbun dengan pasir setebal 30 cm.

Dipadatkan.

Kemudian ditimbun dengan tanah yang bebas dari batu

puing dan sampah-sampah.

Dipadatkan hati-hati setiap lapisan sampai mencapai

permukaan tanah semula.

28
Spesifikasi Teknis

Pembersihan dan Pengecatan

Semua bagian terlindung dinding harus bebas dari lemak dan

kotoran-kotoran lainnya.

Semua bagian yang dilapisi chromium atau nikel harus digosok

bersih/mengkilat setelah pemasangan instalasi.

Semua bagian pipa, katup-katup dan alat-alat lainnya harus

dibersihkan dahulu dari lemak, lumpur dan kotoran-kotoran

lainnya yang telah terbawa masuk.

Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau

finishing arsitektural atau timbulnya kerusakan lainnya yang

semuanya atas kelalaian kontraktor karena tidak membersihkan

sistem pemipaan dengan baik, maka semua perbaikan adalah

menjadi tanggung jawab kontraktor.

Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam

lainnya harus dilapisi dengan pencegah karat.

29

Anda mungkin juga menyukai