Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIS

Kegiatan :
LANJUTAN PENATAAN GAPURA DAN LINGKUNGAN BATAS WELAHAN - DEMAK

No. Komponen Pekerjaan Material Spesifikasi

1. Kerangka - Footplat F1 dan F2 Mutu beton K.225 = 1 pc : 2 Sloof, Kolom, Beton mutu
Struktur pasir : 3 split fc=19,3 Mpa(K225), slump
- Sloof 20 x 30
(12 ± 2)cm, w/c= 0,58
- Kolom K1 s/d K19
Pc = produk Semen Gresik,
- Balok B1 & B2 Tiga Roda dan Holcim
- Plat lantai Pasir = Muntilan

Tulangan Besi beton Dia. ≤ O12mm BJTP24


Berat besi tulangan beton Dia. > O12mm BJTD39
Ø8 = 0.37 kg/m’
Ø10 = 0.58 kg/m’
Ø12 = 0.82 kg/m’
D13 = 1 kg/m’
D16 = 1,45 kg/m’

2. Dinding Pasangan dinding Dinding tembok bata ringantebal Bata ringan sekualitas SB
bangunan 10cm CON

Plesteran Dinding tembok Mortar Grand Elephant,


Merapi, MU
Mortar Grand Elephant,
Beton
Merapi, MU

Acian Material semen Mortar Grand Elephant,


Merapi, MU

3. Penangkal Pengadaan dan - batang penangkal petir radius 1. Instalasi penangkal petir
petis pemasangan harus memiliki
- kabel konduktor
penangkal petir + kemampuan
gronding - tempat pembumian (earthing / perlindungan secara
grounding). teknis.
2. Instalasi penangkal petir
harus memiliki ketahanan
mekanis.
3. Instalasi penangkal petir
harus memiliki ketahanan
terhadap korosi.

Fiber resin
4. Sclupture Patung Fiber resin dengan
ketebalan 2- 3 mm,
martial dasar sudah
tercampur dengan warna
perunggu.
No. Komponen Pekerjaan Material Spesifikasi
Rangka pembentuk
scluptur dari bahan besi Ø6
mm.
Rangka utama untuk
mengikat scluptur pipa
galvanis Ø 1,25 “
Glassfiber Reinforce Cement
Ukiran dinding Campuran 1 Pc : 1 Ps
(GRC)
Muntilan dengan di tambah
serat Roofing
Ketebalan GRC 8 mm
A. PENJELASAN Peraturan-peraturan pembangunan yang mengikat dalam pekerjaan ini, adalah
UMUM sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
2. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor:
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 61/KPTS/1981 Tentang
Prosedur Pokok Pengadaan Bangunan Gedung Negara
6. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F
7. Paku dan kawat paku SNI 03-0323-1989
8. Batu alam untuk bahan bangunan SNI 03-0394-1989
9. Agregat beton SNI 03-1750-1990
10. Pasir untuk adukan dan beton SNI 03-1756-1990
11. Pedoman mendirikan bangunan SNI 03-1728-1989
12. Semen Portland NI.8.
13. Bata Ringan sebagai bahan bangunan

B. JENIS PEKERJAAN Jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada pelelangan ini adalah:
Kegiatan : Lanjutan Penataan Gapura dan Lingkungan Batas Welahan -
Demak

C.TEMPAT TITIK Titik duga (0,00) permukaan lantai dari bangunan ditentukan dilapangan oleh
DUGA DAN direksi. Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan
UKURAN -UKURAN dalam gambar-gambar dengan catatan :
1. Jika terdapat perbedaan dalam gambar-gambar, maka yang menentukan
adalah ukuran-ukuran pada gambar dengan skala lebih besar/gambar
detail.
2. Jika terdapat ketidaksesuaian antara gambar dan rencana kerja dan syarat-
syarat (RKS) maka harus dikonsultasikan dengan direksi.
3. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum/selama dan
sesudah pekerjaan dilaksanakan menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya.
4. Penetapan ukuran dan sudut siku tetap dijaga dan diperhatikan
ketelitiannya.

D. PEKERJAAN 1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat membuat Kantor


PERSIAPAN Kontraktor, barak-barak untuk pekerja atau gudang tempat penyimpanan
bahan (Boukeet), yang sebelumnya telah mendapat persetujuan dari
Pihak Direksi/ Pengawas , Tim Teknis berkenaan dengan konstruksi
atau penempatannya.
2. Semua Boukeet perlengkapan Pemborong dan sebagainya, pada waktu
pekerjaan berakhir (serah terima kedua) harus dibongkar.
3. Pengukuran Tapak Kembali.
3.1 Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-
keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak batas-batas tanah
dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
3.2 Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi/
Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
3.3 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat-alat waterpass/Theodolite yang ketepatannya dapat
dipertanggung jawabkan.
3.4 Kontraktor harus menyediakan Theodolith/waterpas beserta
petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi /
Pengawas pelaksanaan proyek.
3.5 Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas
Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas, Tim Teknis/ PTP
3.6 Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk
tanggungan Kontraktor.
a. Pengukuran dan Titik Peil (0.00) Bangunan.
Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan
dengan letak/kedudukan bangunan terhadap titik
patok/pedoman yang telah ditentukan, siku bangunan maupun
datar (waterpas) dan tegak lurus bangunan harus ditentukan
dengan memakai alat waterpas instrument/ theodolith. Hal
tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan tegel, langit-langit
dan sebagainya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik peil harap disesuaikan dengan notasi-
notasi yang tercantum pada gambar rencana (Lay Out), dan bila
terjadi penyimpangan atau tidak sesuainya antara kondisi
lapangan dan gambar Lay Out, Pemborong harus melapor
pada Direksi/ Pengawas.
b. Pemasangan Bouplank.
1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta
kebenaran persiapan bouplank/ pengukuran pekerjaan
sesuai dengan referensi ketinggian, dan benchmark yang
diberikan Direksi secara tertulis, serta bertanggung jawab
atau ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh
bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja
yang diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata
ada kesalahan dalam hal tersebut diatas, maka hal tersebut
merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali
bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari
Direksi / Pengawas.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Direksi atau
wakilnya tidak menyebabkan tanggung jawab Pemborong
menjadi berkurang.Pemborong wajib melindungi semua
bench mark, dan lain-lain atau seluruh referensi dan
realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan
4.1 Tiang bowplank menggunakan kayu kruing ukuran 5/7 dipasang
setiap jarak 2,00 m', sedangkan papan bouplank ukuran 2/20
cm dari kayu meranti diketam halus dan lurus bagian atasnya dan
dipasang datar (waterpas).
4.2 Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak
2,00 m1 dari as tepi bangunan dengan patok-patok yang kuat,
bouplank tidak boleh dilepas/dibongkar dan harus tetap berdiri
tegak pada tempatnya sehingga dapat dimanfaatkan hingga
pekerjaan mencapai tahapan trasram tembok bawah.
5. Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan
perlindungan terhadap pekerjaannya yang dianggap penting selama
6. pelaksanaan, dan sekaligus menempatkan petugas keamanan untuk
mengatur sirkulasi/ arus kendaraan keluar/ masuk proyek.

E. PEKERJAAN 1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur
PENYEDIAAN AIR pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari
DAN DAYA debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
LISTRIK UNTUK merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
BEKERJA Direksi/ Pengawas.
2. Listrik untuk bekerja harus‚ disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau
penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas persetujuan pengawas. Daya listrik juga
disediakan untuk suplai Kantor Direksi Lapangan.
3. Segala biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban
Kontraktor.

F. PEKERJAAN 1. Penjelasan Umum


PASANGAN 1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
TEMBOK peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
masing-masing pekerjaan sehingga mendapatkan hasil yang baik dan
sempurna.
1.2 Penggunaan masing-masing jenis pasangan dapat dilihat pada gambar
rencana ataupun petunjuk/ perintah Direksi/ Pengawas, Tim Teknis.
2. Pasangan Batu Ringan
2.1 Lingkup Pekerjaan.
Pasangan Bata Ringan dilaksanakan untuk dinding/tembok gedung,
pondasi ringan ataupun pasangan Bata Ringan lainnya yang ditunjuk
pada gambar rencana.
2.2 Bahan.
a. Batu bata yang dikehendaki adalah Bata Ringan pabrikan yang
berkualitas baik denagn ketebalan 10 cm tidak boleh terdapat
pecah-pecah (melebihi 20 %) dan tidak diperbolehkan memasang
bata yang pernah dipakai.
b. Sebagai Pengikat untuk pasangan batu bata ini harus
menggunakan mortar perekat khusus bata ringan.
2.3 Pelaksanaan.
a. Dimana diperlukan menurut Direksi, pemborong harus membuat
shop drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang
diperlukan. Adukan dilaksanakan sesuai standart spesifikasi dari
bahan yang digunakan sesuai dengan petunjuk Tim Teknis / Direksi.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
d. Pasangan Bata Ringan harus dipasang tegak lurus, siku, rata dan
tidak boleh terdapat retak-retak, dipasang dengan fungsi, ukuran
ketebalan dan ketinggian yang ditentukan dalam gambar rencana.
e. Perekat harus dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui
atau dicampur dengan tangan pada permukaan yang keras, dilarang
memakai perekat yang sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
f. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi
2 m untuk setiap harinya.
g. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah
sama sekali tidak diperkenankan.
h. Pasangan tembok dipasang seluas 12,00 m2, bila lebih harus
dipasang beton praktis ukuran penampang 11 x 11 cm dengan tulangan
4 Ø10, beugel Ø6-20.
i. Pada semua sambungan-sambungan vertikal dari kolom beton dengan
dinding, Pemborong harus memberi batang tulangan dari baja lunak
yang berdiameter 8 mm panjang 50 cm (15 cm /dibengkok masuk pada
beton dan 35 cm/ lurus masuk pada pasangan. dan dipasang setiap
jarak 50 cm.
j. Syarat-syarat penerimaan :
1 Pasangan Bata Ringan dapat diterima/ diserahkan apabila
deviasi bidang pada arah diagonal dinding seluas 12 m² tidak lebih
dari 0.5 cm (sebelum diaci/diplester).
2 Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm
(sebelum diaci/diplester) .
k. Pasangan bata ringan untuk dinding harus menghasilkan dinding
finish setebal 9.5 cm untuk bata ringan tebal 7,5 cm dan tebal 12 cm
untuk bata ringan tebal 12 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat,
rapi dan benar-benar tegak lurus.

G. PEKERJAAN 1. Semua pekerjaan beton bertulang dengan campuran sesuai dengan


BETON Rencana Anggaran Biaya,
 K.225 campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

2. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang adalah yang tertera pada
gambar konstruksi lazimnya dibuat konstruksi beton bertulang, seperti
kolom dan pengaku dinding, balok latiu dan lain-lain. Pada garis besarnya
konstruksi beton bertulang ini adalah :
 Rangkaian sloof
 Rangkaian kolom tiang/kolom
 Konstruksi pengaku (balok ring dan kolom praktis)
 Plat Lantai
3. Mutu beton yang dipakai sesuai standart PBI 1971 dan khusus untuk
bangunan lantai 2 kualitas mutu beton ditentukan dengan tes kubus per 5
m3, dengan nilai Slump (penurunan) sebesar 1/3.
4. Besi beton dipakai dari mutu U.24 sesuai PBI 1971 penampang tekuk 180,
bila diragukan kemampuannya dan kwalitasnya akibar dari pabrikasi,
angkutan selisih ukuran (dimensi) dan lain-lain. Pemakainnya hanya
diijinkan bila ada sertifikasi dari laboratorium penyelidikan dan ada petunjuk
dari direksi.
5. Bahan-bahan tambahan (admixture) dapat dipergunakan untuk
memudahkan pekerjaan pengecoran dengan mengadakan konsultasi
dengan direksi
6. Permukaan Bekisting dibuat dari bahan multiplex 9 mm, sebelum dicor kayu
begesting dibersihkan dari kotoran-kotoran dan disiram dengan air hingga
basah semua.
7. Tulangan dan sengkangan/beugel tidak boleh melekat pada begesting atau
tumpuan lain, untuk itu harus dibuat ganjal-ganjal beton balok dengan syarat
pemasangan tebal sesuai PBI 1971
8. Sebelum pengecoran dilakukan, pemborong diwajibkan melapor pada
direksi untuk diperiksa penulangan dan mendapatkan persetujuannya.
9. Bahan beton yang digunakan adalah pasir yang bersih dan atau yang tidak
mengandung lumpur.
10. Semua penulangan-penulangan dan ukuran-ukuran beton harus
disesuaikan gambar detail (tidak ada ukuran besi kurus/gemuk/ toleransi)
11. Balok lantiu digunakan diatas kosen pada bentang-bentang yang lebih dari
1,20 m.
12. Penyambungan pengecoran dilakukan apabila diperlukan dan harus
mendapat persetujuan dari direksi. Permukaan yang terdahulu kemudian
disiram dengan air secukupnya beserta semen kental sebelum dilakukan
pengecoran selanjutnya. Panjang sambungan besi beton minimal 15x2 atau
40 cm.
13. Penggunaan vibrator utnuk mendapatkan beton yang kompak dan kedap
maka diperlukan penggunaan vibrator yang kontinyu dan batasan tata cara
penggunaan disesuaikan dengan penggunaan yang berlaku.
14. Perawatan beton dilakukan agar mendapatkan hasil yang baik, beton yang
baru dicor dapat terlindungi dari panas dan suhu yang mendadak, sehingga
pengeringan dan penguapan yang terlalu cepat dari beton dapat diatasi
dengan perawatan dengan dibasahi secara terus menerus selama 14 hari.
15. Penjagaan dan membuat beton basah (curig), disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku (PBI 1971), kerusakan dari pekerjaan beton,
pasangan dan plesteran jika misal ada bagian yang lepas atau retak-retak
sebagai akibat dari tidak/kurang dibasahi.
16. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai sesuatu kekuatan
yang dapat menahan beban 2 x berat beton itu sendiri. Bilamana akibat
pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban yang
tinggi dari beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama
keadaan tersebut berlangsung.
17. Pengadukan Beton
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dan mengaduk sampai
perawatannya hendaknya sesuai dengan yang disyaratkan SKSNI 1991.
 Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton sebaiknya
dilaksanakan pada cuaca yang baik. Bila hari hujan atau panas, maka
harus dilakukan usaha-usaha untuk melindungi alat-alat
pengadukan/pengerjaan pengadukan, pengangkutan sedemikian
sehingga didapat jaminan bahwa nilai air semen tidak akan berubah
karenanya.
 Bila di dalam hal ini Direksi berpendapat usaha-usaha untuk melindungi
pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton itu tidak cukup atau
dalam beberapa hal tidak dapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, Direksi dapat memutuskan untuk menunda pengecoran
sampai pada cuaca yang lebih baik, akibat penundaan ini tidak boleh
dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk menuntut ganti rugi, karena
sudah harus diperhitungkan pada saat mengajukan harga penawaran.
 Beton terutama untuk mutu fc = 25 Mpa, fy = 240 Mpa ke atas harus
dicampur dengan alat pengaduk mekanis (beton molen). Untuk beton
mutu lebih besar dari fc = 25 Mpa, fy = 240 Mpa, peralatan hendaknya
dari tipe yang sesuai guna mengerjakan beton denan nilai air semen
yang rendah.
 Kecuali akan ditentukan oleh Direksi, terutama untuk ketelitian dalam
pengontrolannya, maka beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, harus diaduk di tempat pekerjaan.
 Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara dengan baik.
Terutama container harus tetap bersih dari material-material atau
bekas-bekas beton yang mengeras, dimana untuk itu Direksi akan
melakukan pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu, paling tidak
sebelum / sesudah pekerjaan pengadukan, beton, alat tersebut harus
dibersihkan.
 Beton harus diaduk di lapangan atau pada central mixing plant, dengan
alat-alat yang sesuai dimana akan didapatkan hasil adukan yang
homogen dimana semen ditakar dalam jumlah zaknya maka harus
diusahakan sedemikian agar campuran terdiri dari jumlah semen bulan
dalam zak. Kapasitas maksimum mesin pengaduk hendaknya tidak
dilampaui.
 Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh daari 1 menit, dihitung dari
saat tercampurnya semua bahan-bahan termasuk air. Untuk mixer
dengan kapasitas lebih tinggi dari 1 m 3 waktu minimum itu dapat
diperlama sesuai dengan ketentuan Direksi. Sebelum waktu minimum
itu dapat diperlama sesuai dengan ketentuan Direksi. Sebelum waktu
minimum pengadukan itu berakhir tidak diperbolehkan menghentikan
mesin dan atas mengambil sebagian isinya.
 Putaran mesin itu hendaknya selalu diperiksa agar tetap kontinyu sesuai
dengan rekomendasi dari pabriknya.
 Pada permulaan pengadukan jumlah semen, pasir, dan air dari adukan
itu akan menempel pada dinding container, karena itu hendaknya pada
pengadukan pertama diperhitungkan sedemikian sehingga hasil dari
adukan yang pertama itu jumlahnya semen, pasir, dan air tidak kurang
dari persyaratan yang sebenarnya.
 Sebelum membuat adukan yang baru, adukan yang lama harus
seluruhnya telah dikeluarkan dari container, harus selalu disediakan di
tempat pekerjaan sebuah ayau beberapa mixer yang selalu siap dapat
digunakan bila dibutuhkan antara lain dalam keadaan dimana segera
dibutuhkan antara lain dalam keadaan dimana segera dibutuhkan
adukan beton, untuk mengisi kembali bagian-bagian yang rusak.
 Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras tidak
diperbolehkan beton di dalam keadaan seperti itu, bila dianggap rusak
harus dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan. Dimana kekuatiran
adanya keterlambatan dalam pengecoran beton, pengadukan dapat
dilanjutkan sampai 10 menit kemudian.
 Untuk jangka waktu yang lebih lama yaitu 1,5 jam, beton pada waktu-
waktu tertentu harus dibalik-balik seperti yang diperintahkan oleh
Direksi.
 Pengangkutan adukan dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
khusus dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah segregasi
dan kehilangan bahan-bahan (air, semen, atau butir-butir halus).
 Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah
dicor dan yang akan dicor.
 Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantara talang-talang miring hanya dilakukan
setelah disetujui oleh Direksi.
 Dalam hal ini Direksi mempertimbangkan persetujuan penggunaan
talang miring ini telah mempelajari usul dari Kontraktor mengenai
konstruksi, kemiringan, dan panjang talang itu.
 Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam
setelah pengadukan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan,
apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu itu
dapat diperpanjang sampai dua jam, apabila adukan beton digerakkan
kontinyu secara mekanis.
 Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan
pembantu yang penggunaannya harus seijin Direksi.
18. Pengecoran Beton
 Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah acuan
pada pekerjaan persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini telah
sempurna dikerjakan dan disetujui Direksi.
 Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, material, dan pekerjaan-
pekerjaan harus ada di tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
 Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah dibersihkan dari bahan-
bahan lepas, kotoran-kotoran maupun potongan-potongan kawat besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana dikhawatirkan adanya
pengisapan air oleh kayu, kayu harus dibasahi terlebih dahulu oleh air
sehingga jernih.
 Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin direksi mengenai
penempatannya dan telah cukup diberi beton deking sedemikian
sehingga pengecoran dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu permukaan
tulangan beton.
 Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan
pelepasan acuan setelah beton mengeras telah betul-betul diperiksa
sehingga tidak mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton yang
akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-
bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jernih.
 Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton
lama tersebut harus disapu dengan spesi mortal dengan campuran yang
sesuai dengan betonnya, atau diberi alur pengait beton lama dan beton
baru.
 Bilamana pengecoran yang akan dilakukan diperkirakan sampai malam
hari, perlengkapan-perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan dengan baik
sebelumnya.
 Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan
dan sebelum beton mulai mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton
harus diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit sesudah keluar
dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan
maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton.
 Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan sedemikian
sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregation) dan pengerjaan
kembali beton yang sudah selesai dicor itu.
 Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5 meter, tidak
diperkenankan menimbul beton dalam jumlah banyak dalam suatu
tempat dengan maksud untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
 Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc = 25 Mpa, fy = 240
Mpa, atau beton-beton dengan persyaratan yang lebih tinggi
pengecoran harus dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
 Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara berlapis horisontal
setebal 30 cm, menerus seluruh panjangnya sampai dengan
pengakhiran yang disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada gambar rencana.
 Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol keluar harus
dicegah dari kemungkinan kena sentuh atau getaran yang dapat
membahayakan daya lekatnya beton.
 Slump test harus sering diadakan selama pelaksanaan pekerjaan beton,
untuk menjamin agar nilai semen tetap sesuai dengan beton yang telah
diisyaratkan kecuali ditetapkan lain oleh Direksi dengan mengingat
cuaca pada waktu pengecoran (kering atau lembab).
 Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan SKSNI 1991.
 Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan dengan pemadat
(internal atau external vibrator) mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan
cara pemadatan dengan tenaga manusia.
 Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari memukul-mukul
acuan dari sebelah luar, menjorok dan menusuk-nusuk adukan beton
secara kontinue (hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
 Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar semua sudut-sudut
dapat terisi, sela-sela diantara dan di sekeliling tulangan terpenuhi
tanpa menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat agar
permukaan menjadi rata dan menjadi halus, mengeluarkan gelembung-
gelembung udara dan mengisi semua rongga.
 Harus juga diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat memisahkan bahan-bahan (segregation). Tenaga
yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah banyak dan pekerjaan
harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi. Alat pemadat mekanis yang
digunakan harus mampu memberikan getaran paling tidak 5000 per
menit (RPM).
 External vibrators harus diletakkan sedemikian pada acuan sehingga
akan menghasilkan getaran-getaran mendatar. Bila lebih dari satu alat
yang digunakan jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
 Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari konstruksi yang
disetujui oleh Direksi dan alat penggetar yang dapat memberikan paling
tidak 5000 getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau pelat-pelat
beton pemakaian eksternal vibrator yang diletakkan pada acuan
digunakan seijin Direksi.
 Internal vibrator digunakan dengan cara memasukkan alat-alat
penggetar ke dalam adukan beton yang baru dicor. Alat tersebut harus
paling tidak memberikan 5000 getaran per menit bila dimasukkan ke
dalam adukan beton yang mempunyai nilai slump 2,5 cm, yang akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar pada radius kurang dari 45
cm.
 Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan as
memanjang, sedalam menurut perkiraan bahwa beton secara
keseluruhan tingginya telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar
perlahan-lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
 Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama dari 30 detik,
dan ditempatkan pada posisi yang lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak
diperbolehkan guna mendorong beton ke samping, dan selanjutnya
tidak boleh menumpu pada tulangan.
 Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton
harus cukup dan paling sedikit seperti daftar di bawah ini : Jumlah
minimum internal vibrator
 Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
 4 m3 beton/jam 2
 8 m3 beton/jam 3
 12 m3 beton/jam 4
 16 m3 beton/jam 5
 20 m3 beton/jam 6
 Diharuskan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar
apabila terjadi kerusakan alat pekerjaannya tidak tertunda.
19. Perawatan Beton
 Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap
hujan dan panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang
disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab
dengan cara menutupi dengan karung-karung basah, pasir basah, atau
menggenanginya dengan air.
 Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing surface) selesai dan
sesudah mengeras permukaannya harus segera ditutup dengan karung-
karung basah atau bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan agar
tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya dengan air sampai beton
mengeras dengan sempurna.
 Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling tidak setebal 5 cm
secepatnya hal ini memungkinkan. Pasir ini harus dijaga agar tetap
lembab untuk selama paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian
selama 21 hari.
 Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak memakai bahan
pembantu lainnya harus diusahakan pembersihan untuk selama
minimum 14 hari.
 Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
paling tinggi, atau beton yang menggunakan semen biasa tetapi dengan
bahan-bahan pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum test kubus beton
dari macam-macam yang sama dan berumur 28 hari.
20. Pembongkaran Acuan dan Perancah
 Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk dibuka kecuali dari
direksi telah memberikan persetujuannya. Direksi akan
memperhitungkan kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri dan
dapat ditampung seluruhnya berdasarkan kekuatan kubus test pada
umur yang sama dengan masa mulai selesainya pengecoran sampai
waktu pembongkaran acuan dan perancah.
 Pada umumnya perancah dan acuan dapat dibongkar setelah beton
berumur 3 minggu.
 Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan perancah akan
dilakukan secepatnya maka syarat-syarat minimum di bawah ini harus
dipenuhi.
 Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini, ketentuan yang sama
dalam SKSNI 1991 harus diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam hal ini harus seijin
Direksi.
 Pada pembongkaran acuan dan perancah harus disaksikan oleh Direksi
dan tempat-tempat yang ternyata kropos tidak boleh segera ditutup
semen sebelum diadakan pemeriksaan.
21. Pembesian
 Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya menurut persyaratan
yang disebut dalam bagian II “Material”. Besi-besi tersebut hendaknya
bersih, bebas dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas, gemuk,
minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk ataupun bahan-bahan lain yang
menempel.
 Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat terlindung, ditumpu
agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun
rusak karena cuaca.
 Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan
secara hati-hati, terutama pada besi tulangan dengan sifat yang getas
(hard grade) tidak diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
 Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi menentukan
lain, itupun harus dilaksanakan dengan temperatur yang serendah
mungkin yang dapat dipakai dan dalam daerah yang seminimal
mungkin.
 Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada gambar rencana,
maka pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter
dari batang yang bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi dengan sifat
getas).
 Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan gambar
rencana dipegang teguh posisinya dan didudukkan pada landasan yang
dibuat dari adukan semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran
1 pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan dengan kawat
pipa stainleesteel, atau cara-cara lain yang memenuhi ketentuan
Direksi.
 Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada bahan metal, atau
tulangan duduk langsung pada acuan yang akan menyebabkan bagian
besi nanti langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan juga
tidak boleh duduk pada kayu atau partikel koral/agregat.
 Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi harus diberitahu
dan dibiarkan waktu yang cukup untuk melakukan pemeriksaan besi-
besi tulangan.
 Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh panjang yang
dibutuhkannya. Sambungan yang dilakukan harus sesuai dengan dan
pada tempat yang tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan
pengawasan Direksi.
 Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat dengan tegangan
maksimum dan sedapat mungkin diselang-seling, sehingga sambungan
tidak semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
 Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana batang-batang
saling memulai (over laping), diganjal dengan potongan-potongan
tulangan agar tidak saling menempel, dan kemudian harus diikat kuat
minimum diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus seperti
yang diterangkan dalam gambar rencana.
 Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka panjang sambungan
lewatan (over laping) harus sesuai dengan SKSNI 1991.
 Tulangan dengan kekuatan tinggi (pipa stainleesteel keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin tidak boleh dilas.
Tulangan dengan mutu yang dapat dilas, harus dilas dengan las listrik
dan alat-alat yang sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
 Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari satu las, kecuali
pada tualngan spiral dan tempatnya akan ditentukan oleh Direksi.
 Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar rencana dan tidak atas
kehendak Direksi dan dalam hal kontraktor berpendapat lain, maka
kontraktor harus membuktikan bahwa las tersebut memang diperlukan.
 Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih dari minyak, karat
atau bahan-bahan yang mudah lepas lainnya yang akan mempengaruhi
hasil las. Sebelum dilaksanakan batang-batang harus ditahan kuat agar
setelah pengelasan selesai batang akan terletak pada posisi yang
dikehendaki lurus dan penampungnya tidak menjadi berkurang.
 Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak hendaknya dibuat
sebaik mungkin agar aliran listrik dapat mengalir dengan baik.
 Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli di bawah
pengawasan terus-menerus dari pengawas yang ahli dalam bidang
pengelasan.
 Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan kokoh, tidak
tampak tanda-tanda retakan, lubang-lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa
las, tonjolan yang tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.

H. PEKERJAAN 1. Pada pasangan Bata Ringan plesteran menggunakan mortar khusus


PLESTERAN plesteran tujuan supaya plesteran dapat lebih kokoh menempel pada
pasangan.
2. Semua pekerjaan beton bertulang dimana permukaan kelihatan, harus
diplester dengan Mortar / render khusus dengan tebal tidak boleh lebih dari
1,5 cm kesuali ditentukan lain. Pada permukaan beton yang akan diplester
harus dibuat kasar dengan jalan memahatnya kemudian dilakukan
pemlesteran sesungguhnya.
3. Plesteran harus menghasilkan bidang yang rata serta sponengan harus
menghasilkan garis yang lurus dan tajam.
4. Pekerjaan plesteran baru boleh dikerjakan sesudah bangunan tertutup atap.
5. Semua dinding tembok harus diplester dengan mortar kecuali ditentukan
lain.
6. Pasangan tembok yang tidak tampak juga harus diplester (sesuai RAB)

I. PEKERJAAN Dalam pekerjaan ini termasuk pekerjaan pembersihan tapak bangunan /


HALAMAN sekeliling bangunan dari segala kotoran dan lain-lain.

J. BAHAN BAHAN 1. Ketentuan umum


DAN ALAT a. Semua bahan yang diperlukan harus dengan ketentuan PBI 1971 atau
ketentuan yang sudah dianjurkan dalam bidang pembangunan pada
umumnya.
b. Semua bahan-bahan atau perlengkapan yang dipasang atau dikerjakan
dalam pembangunan ini harus seijin dengan direksi.
c. Bahan alat-alat dan perlengkapan yang telah dibeli oleh pemborong untuk
pekerjaan ini diletakkan pada tempat yang mudah diperiksa oleh direksi.
Untuk pemborong wajib mempersiapkan segalanya agar pemeriksaan
tersebut terlaksana.
2. Air untuk bangunan
Air untuk bangunan, air yang digunakan haruslah air tawar yang bersih dan
bebas dari mineral, zat organik, bebas lumpur, larutan air kali dan lain-lain.
3. Untuk beton struktur dipakai semen sekwalitas Holcim, Tiga Roda atau gresi
(sesuai spesifikasi teknis) yang memenuhi persyaratan NI8.
4. Pasir, split dan bekesting
a. Pasir harus bersih, bebas kotoran, tercuci . Pasir pasang dan pasir cor
cor menggunakan pasir Muntilan
b. Split harus pecahan dan bebas dari kotoran.
c. Kayu bekesting dari kayu, sedemikian rupa sesuai dengan PBI-1971,
kuat dan cukup tebal sehingga gejala melengkung tidak terjadi.
5. Bata Ringan
Menggunakan Bata Ringan persetujuan Direksi.

K. PEMERIKSAAN 1. Sebagai peraturan dalam pelaksanaan ditetapkan bahwa sebelum


BAHAN-BAHAN mengerjakan bahan-bahan yang dimaksud, pemborong harus memberikan
contoh-contoh lebih dulu kepada direksi.
2. Semua bahan-bahan yang ditolak oleh direksi karena menurut pendapatnya
kurang/tidak memenuhi syarat-syarat, maka dalam tempo 24 (dua puluh
empat) jam terhitung mulai saat penolakan, harus telah disingkirkan keluar
dari halaman pekerjaan atas biaya pemborong.
3. Jika pemborong tidak menaati tersebut ayat 2 ini, bahan-bahan yang ditolak
direksi tersebut akan diangkut keluar oleh direksi atas biaya pemborong.
Sedang jika bahan-bahan / barang-barang tersebut ada yang rusak atau
hilang, menjadi resiko pemorong.
4. Pemeriksaan bahan-bahan didasarkan atas pemeriksaan umum untuk
pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan lain dalam
bestek.
5. Untuk bahan-bahan beton bertulang didasarkan atas peraturan beton
bertulang untuk Indonesia 1971.
6. Semua bahan-bahan yang telah ada dalam pekerjaan dan telah diterima
baik dari direksi, tidak boleh dipindah-pindahkan, ditukar atau diangkut
ketempat lain, tanpa ijin tertulis dari direksi.

L. LAIN-LAIN 1. Semua bahan-bahan dan alat perlengkapan yang akan diperoleh atau
dipasang pada bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperikasakan
dan diluluskan oleh direksi.
2. Pemasangan dan penggunaan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
tersebut akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah direksi dengan segala
resiko pemborong.
3. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan maka biaya
pemeriksaan ditanggung pemborong.
4. Meskipun dalam bestek ini Pada uraian pekerjaan dan urutan bahan tidak
dinyatakan tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan (Aanwijzing)
mengenai suatu bagian pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Penyedia
Barang/Jasa, maka bagian pekerjaan tersebut dianggap ada dan dimuat
dalam bestek ini.
5. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian dari pekerjaan bangunan ini. Tetapi
tidak diuraikan dan tidak dimuat dalam bestek ini tetap diselenggarakan dan
diselesaikan oleh Penyedia Barang/Jasa.

Anda mungkin juga menyukai