Anda di halaman 1dari 8

Bu Ani Anggriani M.Si.

, Apt (smt 5)
Evidence Based Medicine

a/ suatu pendekatan medik yg didasarkan pd bukti2 ilmiah pusat2 penelitian dgn desain yg sama (meta
terkini u/ kepentingan pelayanan kesehatan penderita analisis dan multicenter)
(Sackett at al, 2002). • Level II merup. hasil penelitian dgn metode
a/ proses yg digunakan secara sistematik u/ menemukan, eksperimental, Randomiced Control Trial (RCT) yg
menelaah atau mereview dan memanfaatkan hasil2 studi diperoleh dari suatu pusat penelitian saja
sbg dasar dari pengambilan keputusan klinik (Hall et • Level III merup. hasil penelitian dgn metode
al,1999) observasional, kohort, desain penelitianyg baik
• Level IV merup. hasil penelitian dgn metode
tujuan observasional, case control, desain penelitian yg
Untuk membantu proses pengambilan keputusan2 klinik, baik
baik utk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapeutik • Level V merup. Hasil penelitian tanpa kelompok
maupun rehabilitatif yg didasarkan pd bukti2 ilmiah terkini kontrol atau kelompok kontol yg kurang, dgn
yg terpercaya dan dpt dipertanggungjawabkan. (Sackett et desain penelitian yg baik
al, 2002) • Level VI merup. EBM yg memiliki byk pertentangan
dikalangan medis, tetapi cenderung difavoritkan
Langkah langkah sbg EBM
a. Memformulasikan pertanyaan ttg masalah • Level VII pendapat atau opini Ahli
pengobatan yg dihadapi.
b. Menelusuri bukti2 terbaik yg tersedia u/ mengatasi Langkah2 Implementasi EBM
1. Menciptakan suatu pertanyaan klinis
masalah tsb
Ciptakan pertanyaan klinis yg mempresentasikan keadaan
c. Mengkaji bukti, validitas dan kessesuaian dgn pasien yg sesungguhnya. Pertanyaan tsb meliputi PICO
kondisi praktik (Patient, Intervention, Comparation, Outcome)
d. Menerapkan hasil kajian 1. Pencarian EMB
e. Menevaluasi penerapannya (kinerjanya) (Sackett Lakukan penelusuran sumber informasi berdasarkan
et al, 2000) pertanyaan klinis yg dibuat. Sumber informasi dpt diperoleh
melalui :
Ciri2 Publikasi Ilmiah yg Accountable a. Sumber informasi non-elektronik, spt
1. Menggambarkan struktur dr tujuan, metode, hasil literatur primer (printed journal),
dan signifikasinya sekunder (kumpulan abstrak) sekunder
2. Jernih, konsisten dan logis, diakhiri dgn hasil nstudi (text book) opini ahli.
yg rasional b. Sumber informasi elektronik, spt website, artikel
3. Cukup jelas bagi pembaca yg mengulang studi tsb ilmiah dan lain2
dan mengerti bagaimana hasilnya dibuat 3. Evaluasi hasil EBM
4. Narasi dan angka2nya menyatu secara logis, setrelah didapat EBM melalui penelusuran EBM,
meliputi 95% convidens interval dgn gambar dan maka prl dilakukan evaluasi thd hasil EBM yg diperluka.
tabel yg menyokong Diperlukan keahlian dlm critical appraisal evidence dgn
5. Meletakan hasil akhir sesuai konteks, ditunjang melihat validitas dan keterpakaiannya pd permasalahan yg
dgn review dan literatur, mendiskusikan kita temui. Krn tidak smua sumber informasi menunjukan
kelemahan dan kekurangan validitas yg baik serta nilai baik thd permasalahan yg kita
6. Menunjukan hasil kerja orang lain telah hadapi.
dipertimbangkan scr sistematis; mengutamakan 4 Implementasi EBM
hasil penelitian dr jurnal yg sudah direview oleh stelah didapat EBM yg telah dievaluasi, gabungkan
orang lain (Hamzah, 2008) keahlian klinik dgn hasil evidence u/ melakukan intervensi
klinik
Evidence Based Medicine didefinisikan sebagai suatu 5 Evaluasi Outcome Klinis
pendekatan pd praktek medis yg mernggunakan hasil lakukan monitoring thd intervensi klinik yg kita
penelitaian mengenai patient care dan bukti objektif lakukan. Jk hasilnya kurang baik maka lakukan nevaluasi
lainnya yg diperoleh sbg komponen dlm membuat baik thd EBM maupun thd problem medis yg ada.
keputusan klinis.
Evidence Based Medicine harus menjadi dasar
7 level Evidence Based Medicine (EBM) farmasi/apoteker dalam mengambil keputusan klinis, oleh
• Level I merup. hasil penelitian dgn metode karena itu pemahaman thd EBM mutlak diperlukan dlm
eksperimental, Randomiced Control Trial (RCT), praktek farmasi klinik
dgn sampel yg besar yg diperoleh dr gabungan
Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)

KEPATUHAN PASIEN
DEFINISI : Dalam konteks ini, kepatuhan dpt didefinisikan Efek Merugikan : survei onkologis, lbih dr 60%
sebagai tingkat ketepatan perilaku seorang individu dgn ktidakpatuhan yg diidentifikasi sbg suatu masalah.
nasihat medis atau kesehatan. Efek merugikan (yaitu, mual, muntah, dan rambut
rontok) yg disebabkan byk obat antineoplastik
Jenis ketidakpatuhan adalah cukup menyusahkan pd sejumlah pasien.
 Kegagalan menebus resep Pasien Asimtomatik (Tidak Ada Gejala) atau
 Melalaikan dosis Gejala Sudah Reda : sulit meyakinkan seorang
pasien ttg nilai terapi obat, apabila pasien tidak
 Kesalahan dosis
mengalami gejala sebelum memulai terapi. Sering
 Kesalahan dalam waktu pemberian/konsumsi obat terjadi pada kasus hipertensi, tdk ada gejala
 Penghentian obat sebelum waktunya sbelumnya bersamaan dgn kemungkinan tdk ada
a. Penghentian obat sebelum waktunya, pada munculnya gejala, jk terapi dihentikan, memberi
umunya terjadi dgn penggunaan antibiotik. kontribusi pd laju tinggi ketidakpatuhan pd pasien
Pasien hrs dibertahu pentingnya penggunaan ini.
antibiotik yg ditulis sampai habis selama Harga Obat Tinggi : walaupun ketidak patuhan
terapi. Bahkan walaupun gejala telah reda terjadi dgn penggunaan obat yg relatif tdk mahal,
segera setelah permulaan terapi dpt diantisipasi bhw pasien bahkan akan lbh
b. Masalah kepatuhan juga sering terjadi diantara enggan mematuhi instruksi penggunaan obt yg lbh
pasien lanjut usia, sebab banyak dari mereka mahal
memperoleh regimen terapi yang rumit. Pemberian Konsumsi Obat : walau seorang
c. Ketidakpatuhan ini juga terjadi pada pasien pasien scr penuh utk patuh pd instruksi, ia mungkin
pediatrik. Orang tua memberikan obat kurang kurang hati2 menerima kuantitas obt yg salah
dari dosis yg tertulis dan penghentian obat disebabkan pengukuran obt yg tdk benar atau
belum waktunya penggunaan alat ukur yg tdk tepat.
d. Faktor lain yg berkontribusi pd ketidakpatuhan Rasa Obat : masalah rasa obat-obatan a/ yg paling
mencakup pengetiketan yg tidak benar dan umum dihadapi dgn penggunaan cairan oral o/
penggunaan “sendok teh” yg mumpunyai anak2
berbagai volume berbeda • Interaksi Pasien dgn Profesional Kesehatan
a. Menunggu Dokter atau Apoteker
Akibat ketidakpatuhan b. Sikap dan Keterampilan Profesional Kesehatan
• Penggunaan obat yg kurang, sebenarnya c. Gagal Mengerti Pentingnya Terapi
mengakibatkan respon berlebihan terhadap zat lain d. Pengertian yg Buruk Pd Intruksi
yg diberikan bersamaan e. Pasien Takut Bertanya
• Ketidakpatuhan jg dapat berakibat dlm penggunaan f. Ketidakcukupan Waktu Konsultasi
suatu obt berlebih. Apabila dosis berlebih g. Ketersediaan Informasi Tercetak
digunakan atau obat diberikan lebih sering drpd yg
dimaksudkan, akan ada resiko reaksi merugikan yg Peningkatan kepatuhan
meningkat • Identifikasi Faktor Resiko
semua pasien hrs dianggap sbg seorang yg
Faktor ketidakpatuhan mungkin tidak patuh
• Penyakit • Pengembangan Rencana Pengobatan
Sifat kesakitan pasien dlm beberapa keadaan, dpt • Alat Bantu Kepatuhan
berkontribusi pd ketidakpatuhan. Pasien dgn 1. Pengetiketan/Pemberian Label
gangguan psikiatrik, kemampuan utk bekerjasama, 2. Kalender Pengobatan dan Kartu Pengingat Obat
dmikian jg sikap thd pengobatan mungkin dirusak • Pemantauan Terapi
o/ kesakitan, dan individu2 ini lbh mungkin tdk 1. Pemantauan Sendiri : pasien prlu diberitahu
patuh drpd pasien lain. Berbagai studi dr pasien pentingnya pemantauan sendiri regimen
dgn kondisi sperti sizoprenia tlh menunjukan suatu pengobatan dan dalam beberapa situasi, memantau
kejadian ketidakpatuhan yg tinggi. parameter respons. Dalam menggunakan kalender
• Regimen Terapi obat tetentu dan kartu pengingat obt yg diuraikan
Terapi Multi Obat : Makin byk jenis dan jmlh terdahulu, pasien mempertahankan perekaman
obat yg digunakan pasien, smakin tinggi resiko kelanjutan dr penggunaan obt yg ditulis
ketidakpatuhan 2. Pemantauan Apoteker : Peranan apoteker dlm
Frekuensi Pemberian : pemberian obt pd jangka meminalkan ketidakpatuhan tdk berakhir apabila
waktu yg sering, mebuat ketikpatuhan lebih resep telah didispensing.
mungkin krn jadwal rutin normal atau jdwal kerja 3. Komunikasi Apoteker dengan Pasien
pasien akan terganggu utk pengambilan satu dosis keputusan hrs dibuat ttg informasi apa akan
obat dan dalam banyak kasus pasien akan lupa, diberikan kpd pasien, berhubungan dgn status penyakit dan
tidak mau susah atau malu berbuat demikian. terapi obat mereka pentingnya mengadakan peryimbangan
Durasi dari Terapi : berbagai studi menunjukan yg teliti dlm membuat keputusan itu perlu diketahui. Hal ini
bahwa tingkat ketidakpatuhan menjadi lbih besar, tlh menjadi pertentangan besar, berkaitan dgn
apabila periode pengobatan lama. perkembangan sisipan informasi dlm kemasan obat pasien.
Krn sebagian org merasa bahwa pemberian informasi yg
Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)
sangat luas dan sangat spesifik berkenaan dgn efek mengingat mengenai rincian yg berkaitan dgn penggunaan
merugikan dan lain2. sebenarnya dpt mengecilkan hati obat. No/ krn itu rincian ditulis pd etiket wadah obat resep.
(menakutkan) pasien menggunakan obatnya. Namun hrs • Bahan Audioisual
diketahui bahwa informasi tertulis dan luas, merupakan penggunaan audiovisual mgkin penting dlm situasi
suatu suplemen dan itu tidak menggantikan konsultasi tertentu krn pasien mungkin lbh baik kemampuannya, utk
dokter serta apoteker dgn pasien. menvisualisasikan sifat kesakitannya atau cara obatnya
• Komunikasi Verbal/Konseling bekerja atau cara menggunakannya (misalnya, pemberian
komunikasi antara apoteker dan pasien ttg insulin)
penggunaan obat, dpt dilakukan baik verbal atau tertulis. • Terapi Terkendali
Walaupun itu dpt ditambah dan diperkuat dgn intruksi Disarankan agar pasien rawat tinggal (PRT) diberi
tertulis, komunikasi verbal adalah aspek paling penting dari tanggung jawab melakukan pengobatan sendiri sebelum
edukasi pasien. dibebaskan
• Komunikasi Tertulis • Motivasi Pasien
penekanan pd komunikasi verbal, hendaknya tdk diharapkan o/ byk orang bhw pasien yg
diinterpretasikan bhw komunikasi tertulis tdk pnting. berpengetahuan ttg kesakitan dan regimen terapinya lebih
Walaupun wktu kunjungan dokter atau apoteker, pasien dpt mungkin patuh.
mengerti cara menggunakan obat, kmudian ia tdk dpt
KONSELING
DEFINI Konseling merup. proses interaktif antara apoteker • Memaksimalkan efek terapi
dgn pasien/kluarga utk meningkatkan pengetahuan, • Memaksimalkan resiko ROM
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi • Meningkatkan cost effectiveness
perubahan prilaku dlm penggunaan obat dan • Menghormati pilihan pasien dlm menjalankan
menyelesaikan masalah yg dihadapi pasien terapi

• COUNSEL TUJUAN KHUSUS


Memberikan saran, melakukan diskusi dan • Meningkatkan kepatuhan pasien dlm menjalani
pertukaran pendapat pengobatan
• GLOSSARY • Meningkatkan hubungan kpercayaan antara
Kegiatan aktif apoteker dlm memberikan apoteker dan pasien
penjelasan kpd pasien ttg sgla sesuatu yg berhub. • Menunjukan perhatian dan kepedulian thd pasien
dgn obat dan proses pengobatan • Membantu pasien utk mengatur dan terbiasa dgn
• UMUM obatnya
Merup. salah satu metode edukasi pasien scara • Mencegah dan meminimalkan DRP
tatap muka/wawancara, merup salah satu bntuk • Meningkatkan kemampuan pasien utk mengerti
pelayanan kefarmasian dalam usaha utk dan memecahkan masalahnya sendiri dlm terapi
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman obat
pasien dlm penggunaan obat • Membimbing dan mendidik pasien dlm
penggunaan obat shg mencapai tujuan
6 Kriteria Pasien/Kluarga Pasien yg Perlu diberikan pengobatan dan meningkatkan mutu kehidupan
Konseling pasien
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan Kegiatan Konseling Obat
fungsi hatidan/gagal ginjal, ibu hamil dan • PERENCANAAN & PERSIAPAN
menyusui • Pemilihan pasien
2. Pasien dgn terapi jangka panjang/penyakit kronis • Siapkan data pasien dan waktu konseling
(miss:TB,DM, AIDS, epilepsi obat
3. Pasien yg menggunakan obat dgn intruksi khusus • Pelaksanaan Konseling
• EVALUASI
(penggunaan kortikosteroiddgn tappering
• Tindak lanjut
down/off • Komuinikasi
4. Pasien yg menggunakan obat dgn indeks terapi
sempit (digoksin, fenitoin, teofilin)
5. Pasien dgn polifarmasi; pasien menerima •Upaya pengobatan diri sendiri oleh masyarakan
beberapa obat utk indikasi penyakit yg sama. Dlm dgn menggunakan obat2an non resep atas inisiatif
kelompok ini jg termasuk pemberian obat utk sendiri utk mengobati penyakit2 ringan/gejala yg
dikenali sendiri
penyakit yg diketahui dpt disembuhkan dgn satu
• SWAMEDIKASI
jenis obat • PENGOBATAN MANDIRI
6. Pasien dgn tingkat kepatuhan rendah • SELF MEDICATION
• UPAYA PENGOBATAN DIRI SENDIRI
Tujuan Konseling FAKTOR YG MENDORONG SWAMEDIKASI

• Meningkatkan keberhasilan terapi


Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)
• Meningkatnya pengetahuan masyarakat ttg • Penyakit yg Diobati dgn SwamedikasiBatuk
penyakit ringan dan berbagai gejala penyakit serta - konstipasi
pengobatannya
• Demam - nyeri arthitis
• Motivasi masyarakat utk mencegah atau • Influenza - sakit kepala
mengobati penyakit ringan yg mampu dikenali • Dermatitis/eksim - sariawan
sendiri • Diare - alergi
• Ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat2 • Infeksi bakteri topikal - gasttritis
yg dpt dibeli bebas tanpa resep dokter (OTC) • Jerawat - dll
secara luas • konjungtivitis
• Gencarnya promosi obat2an pd berbagai media yg
memudahkan masyarakat dlm mendapatkan Pelaksanaan konseling
informasi dan memilih obat yg akan digunakan • Menyapa pasien
• Terbatas atau sulitnya sarana pelayanan kesehatan • Memperkenalkan diri
yg dpt dijangkau • Meminta waktu u/ memberi konseling
• Menghemat waktu dan biaya utk mengunjungi • Menyampaikan tujuan dari konseling
dokter • Menanyakan informasi yg sudah di dapat dr dokter
(three prime question) :
JENIS OBAT SWAMEDIKASIOBAT BEBAS
1. Apakah dokter sudah menjeskan kegunaan obat?
OBAT BEBAS TERBATAS 2. Apa dokter sdh menjelaskan mengenai cara
SUPLEMEN MAKANAN penggunaan obat?
OBAT WAJIB APOTEKER 3. Apa dokter sdh menjelaskan mengenai harapn
setelah konsumsi obat?
Keuntungan Swamedikasi  Menanyakan riwayat alergi
• Aman jika digunakan sesuai petunjuk  Menayakan kebiasaaan hidup, kondisi khusus
• Obat dpt dipecaya pasien
• Efisien  Pemberian informasi :
• Obat mdh diperoleh 1. nama obat
• Murah/ ekonomis 2. indikasi
• Praktis & mudah 3. cara pemakaian (rute, dosis, frekuensi, dan lama
Kerugian Swamedikasi terapi)
• Kesalahan mendiagnosis 4. Buat jdwl mnm obat, sesuaikan dgn kegiatan
• Kesalahan memilih terapi pasien
• Dapat menimbulkan efek samping 5. Efek samping yg umum
• Kegagalan mengetahui kontraindikasi, interaksi 6. hal-hal yg perlu dihindari selama mnm obat
obat, peringatan & perhatian 7. Jika lupa minum obat
• Kesalahan dalam dosis & cara penggunaan 8. Interaksi obat yg relevan
• Kesalahan penyimpanan obat/penggunaan obat yg 9. Cara penyimpanan
telah kadaluwarsa 10. Informasi pengulangan resep
11. Informasi nonfarmakologis
• Meringkas &mengevaluasi informasi dari pasien
• Mengakhiri konseling
Parameter Farmakokinetik & Farmakodinamik Obat serta Parameter Penggunaan Obat
 Farmakodinamik: Mempelajari efek obat terhadap
tubuh
misalnya parasetamol cara kerja ? mekanisme  cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of
analgetiknya ? action), lamanya obat bekerja (duration of action),
 Farmakokinetik : Mempelajari kinetika obat
(absorbsi, distribusi, metabolisme, eksresi) atau  Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami
ada referensi yg menyebut pengaruh tubuh disolusi di lambung. Setelah itu zat aktif akan
terhadap obat melewati dinding lambung / usus dan masuk ke
misalnya berapa waktu paruh parasetamol di
pembuluh darah, proses inilah yang dinamakan
dalam tubuh? berapa konstanta absorbsi dan
eliminasinya? absorpsi.
Farmakodinamik dan Farmakokinetik sangat saling
berhubungan  Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya
pH obat. Obat yang bersifat asam lemah akan
Farmakokineti Farmakodinam diabsorpsi di lambung karena di pH lambung
k ik adalah asam sehingga obat tersebut akan banyak
Regimen Obat ditempat Efek dalam bentuk molekul yang mudah untuk di
Dosis kerja
Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)
absorpsi oleh dinding lambung. Untuk obat basa Jika t1/2 (waktu dimana obat tereliminasi
lemah diabsorpsinya di usus. 1/2nya) lebih kecil (cepat). berati
eliminasinya lebih cepat
 Distribusi :Setelah obat melewati dinding
usus/lambung, masuk ke aliran darah. Di aliran Ikatan Protein
darah masuk ke organ2
Merupakan ikatan obat dengan protein plasma, jaringan,
 Metabolisme obat bisa: atau makromolekular lain seperti melanin atau DNA
membentuk suatu kompleks obat-makromolekul bersifat
1. Merubah obat yang semula aktif menjadi bentuk reversible (ikatan kimia lemah: ikatan dipol-dipol, ikatan
tidak aktif hidrogen “gaya Van der Waals”

2. Merubah obat tidak aktif (prodrug) menjadi Faktor-faktor yang berpengaruh pada ikatan protein obat
bentuk aktifnya 1. Sifat fisikokimia obat
2. Konsentrasi obat dalam tubuh
3. Tidak merubah sifat obat (aktif tetap aktif) 3. Protein
4. Jumlah protein yang tersedia untuk ikatan obat
4. Merubah senyawa menjadi lebih polar. Supaya protein
5. Kualitas atau sifat fisikokimia protein yang
mudah larut dalam urin untuk dikeluarkan
disintesa
6. Afinitas antara obat dan protein meliputi besarnya
tetapan asosiasi
7. Interaksi obat
8. Kompetisi obat dengan zat lain pada tempat ikatan
protein
9. Perubahan protein oleh substansi yang
memodifikasi afinitas obat terhadap protein,
sebagai contoh aspirin mengasetilasi residu lisin
dari albumin
10. Kondisi patofisiologik dari pasien, Sebagai contoh:
Beberapa parameter yang harus kita perhatikan ikatan obat protein dapat menurun pada penderita
uremia dan penderita penyakit hepatik
1. MEC atau Minimum Effect Concentration
merupakan kadar minimal yang harus dicapai obat  Indikasi : dari suatu khasiat a/ penggunaan dari
agar berefek. Jika konsentrasi obat masih dibawa suatu obat
MEC maka obat belum berefek  Kontraindikasi : tidak diberikan pada keadaan
2. MTC atau Minimum Toxic Concentration tertentu/penggunaan obat yang tidak
merupakan kadar dimana obat mulai bersifat diperbolehkan
toksis bagi tubuh.  c/ paracetamol diindikasikan sebagai analgetik dan
3. Therapeutic Range merupakan konsentrasi dimana antipiretik, dikontraindikasikan gangguan fungsi
obat berefek dalam batas yang aman dan tidak hati
toksik. beberapa obat seperti digoksin memiliki  Perhatian/peringatan : Daftar W waarschuwing
therapeutic range yang sempit sehingga dalam (peringatan)
pengobatan harus berhati-hati karena jika
berlebihan dapat menyebabkan toksisitas
4. Onset merupakan waktu dimana obat mulai
berefek atau memasuki MEC
5. t max merupakan waktu dimana kadar obat dalam
plasma sampai pada puncaknya
6. Cmax merupakan kadar maksimum yang dapat
dicapai obat pada plasma
7. AUC atau Area Under Curve menunjukkan jumlah
obat di dalam plasma
8. Duration of Action menunjukkan rentang waktu
dimana obat berefek (memasuki MEC) sampai
tidak berefek (turun dari MEC)

Jika frekuensi pemberian kecil berarti


 P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan
eliminasi obat lebih lambat
Pemakaiannya
Jika kadar/waktu lebih besar, berarti
eliminasi lebih cepat
Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)
Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek (Ex : Neozep, Sediaan suppositoria untuk wasir/ambeien
Ultraflu, Procold)
Sediaan Obat Batuk (Ex : OBH, Woods, Komix, DOSIS OBAT
Actifed) Jumlah/takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam
 P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, satuan berat (gram, miligram,mikrogram) atau satuan isi
jangan ditelan (milimiter, liter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional)
Contoh : Sediaan obat kumur mengandung
Povidone Iodine (Ex : Betadine) Sediaan obat kumur yang • Dosis Lazim/dosis terapi : sejumlah obat yang
mengandung Hexetidine (Ex : Hexadol) memberikan efek terapeutik pd prndrits
 P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dewasa/anak
dari badan • Dosis maksimum : dosis optimum yang msh dapat
Betadine, Kalpanax, Albothyl diberikan kpd seorang manusia dewasa sehat
Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak tanpa menimbulkan efek keracunan Jika
mengandung antibiotik • Dosis Toxic : bila dosis obat yg diberikan melebihi
penyesuaian
Sediaan tetes mata yang tidak mengandung dosis maksimum, terutama obat yg tergolong dosisi
antibiotik (Insto, Braito) racun, ada kemungkinan terjadi keracunan diperlukan
 P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar • Dosis letalis :
Sediaan untuk obat asma (berbentuk rokok) à • Dosis toxix ini dilewati maka dapat mengakibatkan
sudah tidak ada kematian
 P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan
Sediaan obat Sulfanilamid puyer 5 g steril à Proses ubtuk mencapai keputusan dosis dengan
antibiotik untuk infeksi topikal/kulit termasuk untuk infeksi pemantauan obat terapi
vagina. Sediaan ovula
 P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan
ditelan

PELAYANAN INFORMASI OBAT

• JUMLAH JENIS OBAT DAN SEDIAAN BERTAMBAH Dokter penulis resep, apoteker,perawat,dan pasien
BANYAK memerlukan informasi yg objektif.
• PUSTAKA BERKAITAN DENGAN OBAT BANYAK • Informasi obat
Semua informasi hrs dievaluasi Setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan
• UNIT baru secara ilmiah dan terdokumentasikan mencakup
SIO farmakologi ,toksikologi,dan farmakoterapi obat
Staf apoteker spesialis IO • Informasi obat mencakup
Komputer Nama kimia, struktur dan
peralatan=c/ e-book sifat2,identifikasi,indikasi,mekanisme kerja,waktu
Pustaka mutakhir pemberian,dosis,ADME,efek samping,reaksi
merugikan,kontraindikasi,interaksi,
• Dasar penggunaan obat yang tepat harga,keuntungan,toksisitas, data klini, data
Akses kepada informasi yg relevan secara klinik, penggunaan obat, pengobatan pasien
mutakhir,khas pd
pengguna,independen,objektif,unbiased
Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)
• perlengkapan
DEFINISI PIO
1. Pengumpulan, Sasaran informasi obat
pengkajian,pengevaluasian,pengindeksan,pengorg 1. DOKTER :
anisasian,penyimpanan,  Menetapkan sasaran terapi dan titik akhir dari
terapi obat
peringkasan,pendistribusian,penyebaran serta
 Pemilihan ZA terapi yg paling tepat u/terapi
penyampiaan informasi ttg obat dalam berbagai
obat yg bergantung pd variabel penderita dan
btrk dan berbagai metode kpd pengguna nyata
ZA
dan yg mungkin (charles)
 Penulisan regimen obat yg palin tepat
2. Kegiatan yg dilakukan o/apoteker untuk
 Pemantauan efek dari terapi obat didasarkan
memberikan informasi secara akurat,jelas,dan
pd indeks dari efek
terkini kpd dokter , apoteker,profesi,ke lainnya
 Pemilihan metode u/pemberian obat
dan pasien (permenkes no 30 thn 2014)
2. PERAWAT
3. Kegiatan pelayanan yg dilakukan oleh apoteker  Informasi yg dibutuhkan perawat pd umumnya hrs
untuk memberi informasi secara akurat,tidak bias segera dan ringkas adalah yg plg penting
dan terkini kepada  c/ bahan pengencer suatu rekonstitusi sediaan
dokter,apoteker,perawat,profesi kesehatan obat,kedalaman injeksi yg diberikan,gejala efek
lainnya dan pasien (Menkes 1197,2004) samping,masalah ikompatibilitas,penaganan gejala
efek samping
Permenkes no 30 thn 2014
1. TUJUAN 3. Penderita
a. Dalam tahap pengambilan sejarah
 Menyediakan informasi mengenai obat kpd tenaga oba&tahap pemantauan efek obat serta
kes lai di ligkugan puskesmas,pasien dan tahap edukasi dan konseling dlm
masyarakat rangkaian proses pengguaan obat data yg
 Menyediakan informasi u/membuat kebijakan yg
kurang ilmiah, kebutuhannya mendesak
berhubungan dgn obat
 Menunjang penggunaan obat yg rasional b. c/penggunaan obat bebas, obar resep
2. KEGIATAN
 Memberikan dan menyebarkan informasi kpd 4. APOTEKER
konsumen secara pro aktif dan pasif Apoteker mampu menjawab prtanyaan sendiri dan
 Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga bertindak sbg sumber utama dr informasi obat
kes mll telepon,surat atau tatap muka bagi prof lain,dan
 Membuat buletin,leaflet,label obat,poster,majalah mempunyai pustaka acuan yg memadai dan
dinding,dll pengetahuan ttg sumber alternatif dr IO
3. LANJUTAN KEGIATAN 5. SEKELOMPOK ORANG / TIM
 Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat c/ klpmk peneliti klinik,tim investigasi
jalan ,rawat inap serta masyarakat obat,PFT,panitia EPO,memerlukan pelayanan
 Melakukan pendidikan/atau pelatihan bagi tenaga informasi data paling mutakhir
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainya terkait
RUANG LINGKUP PIO
dengan obat dan bahan medis habis pakai
• PIO UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN
 Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan • PIO UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN PFT (Panitia
kegiatan pelayanan kefarmasian Farmasi Terapi)
• PIO DALAM BENTUK PUBLIKASI
Faktor2 yg diperhatikan : • PIO UNTUK EDUKASI
• PIO UNTUK EPO
• Sumber informasi obat • PIO DALAM STUDI OBAT INVESTIGASI
• Tempat
• Tenaga
Bu Ani Anggriani M.Si., Apt (smt 5)

KATEGORI CONTOH PERTANYAAN PUSTAKA


PERTANYAAN

REAKSI EFEK SAMPING Ahfs,textbook of adverse


MERUGIKAN RIFAMPISIN drug reactions,dll

dosis Fenitoin untuk epilepsi Drug fact and


comparison

Interaksi obat asetosal dan warfarin dpt Drug interaction facts


diberikan bersamaan

PUSTAKA SEBAGAI SUMBER INFORMASI OBAT


• PUSTAKA PRIMER
Karya orisinil yg dipublikasikan atau tidak dipublikasikan, memperkenalkan pengetahuan baru atau peningkatan
pengetahuan yg sudah ada tentang subjek paling mutakhir
c/ - hasil penelitian
- laporan kasus
- studi evaluatif
- laporan deskriptif
Karya orisinil sering dikomunikasikan mm majalah berkala, prosiding temu ilmiah,konferensi,seminar,dan simposium
Diperlukan pengalaman melalui praktik berkelanjutan
• PUSTAKA SEKUNDER
Berbagai abstrak dari sumber pustaka primer
Jarang digunakan u/ keputusan klinik

• PUSTAKA TERSIER
Memuat informasi yg diambil dari pustaka primer
Pustaka acuan yg sering digunakan,mudah,dapt memenuhi permntaan informasi
c/- buku teks
- artikel kaji ulang
- kompendia
- pedoman

• SUMBER LAIN
C/ komunikasi dengan tenaga ahli
- brosur peneliti

Anda mungkin juga menyukai