Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Definisi Biokimia yang paling sederhana adalah ilmu kimia sel hidup. Biokimia
terbagi ke dalam dua komponen yaitu ilmu Biologi dan Ilmu Kimia. Keseluruhan
tujuan biokimia adalah mendeskripsikan proses hidup di tingkat molekul.
Sejarah biokimia dimulai pada awal peradaban Mesir, Cina, India, Roma dan di
tempat lain yang masih belum memahami prinsip dasar biokimia seperti tentang
membakar roti, peragian jus serta perawatan penyakit tumbuhan dan zat-zat dari
hewan. Ketidaktahuan mereka tentang biokimia memancing mereka untuk
mendalami biokimia. Pada abad ke-7 Masehi dokter Cina menemukan bahwa rabun
ayam itu bisa didiagnosa melalui hati. Hal ini senada dengan ahli biokimia modern
bahwa rabun ayam disebabkan oleh kekurangan vitamin A yaitu zat kimia di dalam
hati.
Pengetahuan biokimia merupakan perpaduan dari dua disiplin yang mengikuti
perkembangan masing-masing, satu bidang melakukan pelacakan pada pendekatan
fisik dan cirri structural biomolekul. Dan bidang yang lain pada pendektan biologi
Peran biokimia dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dalam keadaan
normal, tubuh dan dalam keadaan patologis. Dalam keadaan normal biokimia dapat
dipandang melalui aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya suatu unsur-
unsur kimia. Dalam tubuh, peran biokimia sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia, karena disini enzim-enzim , hormone-hormon serta zat-zat lain memainkan
peranan pentingnya dalam sintesa-sintesa suatu biomolekul. Sedangkan dalam
keadaan patologis tertuju pada suatu organ misalkan hati, di hati terdapat berbagai
enzim yang sesuai dengan fungsinya.
Aplikasi biokimia banyak membantu perkembangan di bidang pertanian,
kedokteran, pangan, farmasi, dan lain-lain. Di bidang kedokteran berperan dalam
deteksi penyakit dan diagnosis. Contoh diagnosis penyakit hati dapat di monitor
dengan pengukuran aktivitas enzim transaminasi dan kadar bilirubin. Di bidang
farmasi seperti penggunaan obat-obatan, contoh antibiotic penisilin dapat membunuh
bakteri dengan menghambat enzim yang berperan dalam sintesis polisakarida yang
menyusun dinding sel bakteri. Di bidang pertanian dan pangan seperti pemanfaatan

1
pestisida dan herbisida, senyawa ini bekerja dengan memblok enzim-enzim atau
reseptor-reseptor pada sel target organisme.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dicoba untuk
digali, terkait mata kuliah Biokimia. Rumusan masalah yang akan dicoba untuk
digali diantaranya :
1. Metabolisme protein, Karbohidrat dan lipid.
2. Enzim dan Ko-Enzim.
3. Vitamin, mineral dan asam amino.
4. Pemeriksaan urine (urinalisis).
5. Keseimbangan cairan, elektrolit dan Ph darah.
6. DNA sebagai materi genetik.

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Biokimia dan untuk mengetahui serta
menambah wawasan mengenai :
1. Metabolisme protein, Karbohidrat dan lipid.
2. Enzim dan Ko-Enzim.
3. Vitamin, mineral dan asam amino.
4. Pemeriksaan urine (urinalisis).
5. Keseimbangan cairan, elektrolit dan Ph darah.
6. DNA sebagai materi genetik.

2
BAB II
METABOLISME PROTEIN, KARBOHIDRAT, DAN LIPID

A. METABOLISME PROTEIN
1. Protein Tubuh
a. ¾ zat padat tubuh terdiri dari protein (otot, enzim, protein plasma, antibodi,
hormon).
b. Protein merupakan rangkaian asam amino dengan ikatan peptide.
c. Banyak protein terdiri ikatan komplek dengan fibril → protein fibrosa.
d. Macam protein fibrosa: kolagen (tendon, kartilago, tulang); elastin (arteri);
keratin (rambut, kuku); dan aktin-miosin.
2. Macam Protein
a. Peptide: 2 – 10 asam amino.
b. Polipeptide: 10 – 100 asam amino.
c. Protein: > 100 asam amino.
d. Antara asam amino saling berikatan dengan ikatan peptide.
e. Glikoprotein: gabungan glukose dengan protein.
f. Lipoprotein: gabungan lipid dan protein.
3. Asam Amino
a. Asam amino dibedakan: asam amino esensial dan asam amino non esensial.
b. Asam amino esensial: T2L2V HAMIF (treonin, triptofan, lisin, leusin, valin
→ histidin, arginin, metionin, isoleusin, fenilalanin).
c. Asam amino non esensial: SAGA SATGA (serin, alanin, glisin, asparadin
→ sistein, asam aspartat, tirosin, glutamin, asam glutamat).
4. Transport Protein
a. Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino → masuk darah.
b. Dalam darah asam amino disebar keseluruh sel untuk disimpan
c. Didalam sel asam amino disimpan dalam bentuk protein (dengan
menggunakan enzim).
d. Hati merupakan jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein.
5. Penggunaan Protein Untuk Energi
a. Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam amino
untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak.

3
b. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi
atau transaminasi.
c. Deaminasi: proses pembuangan gugus amino dari asam amino.
d. Transaminasi: proses perubahan asam amino menjadi asam keto
6. Pemecahan Protein
a. Transaminasi:
 alanin + alfa-ketoglutarat → piruvat + glutamat.
b. Diaminasi:
 asam amino + NAD+ → asam keto + 𝑁𝐻3 .
 𝑁𝐻3 → merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh
ginjal → harus diubah dulu jadi urea (di hati) → agar dapat dibuang
oleh ginjal.
7. Ekskresi 𝑵𝑯𝟑
a. 𝑁𝐻3 → tidak dapat diekskresi oleh ginjal
b. 𝑁𝐻3 harus dirubah dulu menjadi urea oleh hati
c. Jika hati ada kelainan (sakit) → proses perubahan 𝑁𝐻3 → urea terganggu
→ penumpukan 𝑁𝐻3 dalam darah → uremia
d. 𝑁𝐻3 bersifat racun → meracuni otak → coma
e. Karena hati yang rusak → disebut Koma hepatikum

8. Pemecahan Protein
a. Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein →
zat yang dapat masuk kedalam siklus Krebs.
b. Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa
ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat

4
9. Singkatan Asam Amino
a. Arg, His, Gln, Pro : Arginin, Histidin, Glutamin, Prolin.
b. Ile, Met, Val : Isoleusin, Metionin, Valin.
c. Tyr, Phe : Tyrosin, Phenilalanin karboksikinase.
d. Ala, Cys, Gly, Hyp, Ser, Thr : Alanin, Cystein, Glysin, Hydroksiprolin,
Serin, Threonin.
e. Leu, Lys, Phe, Trp, Tyr : Leusin, Lysin, Phenilalanin, Triptofan, Tyrosin.
10. Siklus Krebs
a. Proses perubahan asetil ko-A → H + CO2.
b. Proses ini terjadi didalam mitokondria.
c. Pengambilan asetil co-A di sitoplasma dilakukan oleh: oxalo asetat →
proses pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil co-A di sitoplasma
habis.
d. Oksaloasetat berasal dari asam piruvat.
e. Jika asupan nutrisi kekurangan KH → kurang as. Piruvat → kurang
oxaloasetat

5
11. Rantai Respirasi
H → hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi
NADH
H dari NADH ditransfer ke → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b →
sitokrom c → sitokrom aa3 → terus direaksikan dengan O2 → H2O + E

Rangkaian transfer H dari satu carrier ke carrier lainya disebut Rantai


respirasi
Rantai Respirasi terjadi didalam mitokondria → transfer atom H antar carrier
memakai enzim Dehidrogenase → sedangkan reaksi H + O2 memakai enzim
Oksidase. Urutan carrier dalam rantai respirasi adalah: NAD → Flavoprotein →
Quinon → sitokrom b → sitokrom c → sitokrom aa3 → direaksikan dengan O2
→ H2O + E
12. Fosforilasi Oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energi yang tinggi → energi tsb
ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP
Fosforilasi oksidatif adalah proses pengikatan fosfor menjadi ikatan berenergi

6
tinggi dalam proses rantai respirasi Fosforilasi oksidatif → proses merubah ADP
→ ATP

13. Kreatin dan Kreatinin


Kreatin disintesa di hati dari: metionin, glisin dan arginin dalam otot rangka
difosforilasi membentuk fosforilkreatin (simpanan energi) istirahat Kreatin +
ATP ↔Fosforilkreatin→Kreatinin gerak urine.

B. METABOLISME KARBOHIDRAT
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi
sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi
dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.
Glukosa yang diserap dari pencernaan makanan di usus dibawa darah menuju ke
seluruh sel tubuh. Dalam sitoplasma glukosa akan mengalami GLIKOLISIS yaitu
peristiwa pemecahan gula hingga menjadi energi (ATP). Ada dua jalur glikolisis
yaitu jalur biasa untuk aktivitas/kegiatan hidup yang biasa (normal) dengan hasil
ATP terbatas, dan glikolisis jalur cepat yang dikenal dengan jalur EMBDEN
MEYER-HOFF untuk menyediakan ATP cepat pada aktivitas/kegiatan kerja keras,
misalnya lari cepat. Jalur cepat ini memberi hasil asam laktat yang bila terus
bertambah dapat menyebabkan terjadinya ASIDOSIS LAKTAT .
Asidosis ini dapat berakibat fatal terutama bagi orang yang tidak terbiasa
(terlatih) beraktivitas keras. Hasil oksidasi glukosa melalui glikolisis akan
dilanjutkan dalam SIKLUS KREB yang terjadi di bagian matriks mitokondria.
Selanjutnya hasil siklus Kreb akan digunakan dalam SYSTEM COUPLE

7
(FOSFORILASI OKSIDATIF) dengan menggunakan sitokrom dan berakhir dengan
pemanfaatan Oksigen sebagai penangkap ion H.
Kejadian tubuh kemasukan racun menyebabkan system sitokrom di-blokir oleh
senyawa racun sehingga reaksi REDUKSI-OKSIDASI dalam system couple,
terutama oleh Oksigen, tidak dapat berjalan.

C. METABOLISME LIPID
Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut
di dalam pelarut-pelarut organik.
1. Fungsi lipid
Ada beberapa fungsi lipid di antaranya:
a. Sebagai penyusun struktur membran sel (dalam hal ini lipid berperan
sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-material).
b. Sebagai cadangan energi (lipid disimpan sebagai jaringan adipose).
c. Sebagai hormon dan vitamin (hormon mengatur komunikasi antar sel,
sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis).
2. Jenis-jenis lipid
Terdapat beberapa jenis lipid yaitu:
 Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
 Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida.
 Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid.
 Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid dan malam.
a. Asam lemak
Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun
rumus umum dari asam lemak adalah:
CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH
Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24. Ada
dua macam asam lemak yaitu:
1) Asam lemak jenuh (saturated fatty acid),Asam lemak ini tidak memiliki
ikatan rangkap.
2) Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid),Asam lemak ini
memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.

8
Simbol Nama
Struktur Keterangan
numeric Umum
Sering terikat
dengan atom N
terminal dari
Asam
14:0 CH3(CH2)12COOH membran plasma
miristat
bergabung dengan
protein
sitoplasmik
Produk akhir dari
Asam
16:0 CH3(CH2)14COOH sintesis asam
palmitat
lemak mamalia
Asam
16:1D9 CH3(CH2)5C=C(CH2)7COOH
palmitoleat
Asam
18:0 CH3(CH2)16COOH
stearat
18:1D9 Asam oleat CH3(CH2)7C=C(CH2)7COOH
Asam Asam lemak
18:2D9,12 CH3(CH2)4C=CCH2C=C(CH2)7COOH
linoleat esensial
Asam Asam lemak
18:3D9,12,15 CH3CH2C=CCH2C=CCH2C=C(CH2)7COOH
linolenat esensial
Assam Prekursor untuk
20:4D5,8,11,14 CH3(CH2)3(CH2C=C)4(CH2)3COOH
arakhidonat sintesis eikosanoid

b. Gliserida netral (lemak netral)


Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi
dasar dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi (berupa lemak
atau minyak). Setiap gliserol mungkin berikatan dengan 1, 2 atau 3 asam
lemak yang tidak harus sama. Jika gliserol berikatan dengan 1 asam lemak
disebut monogliserida, jika berikatan dengan 2 asam lemak disebut

9
digliserida dan jika berikatan dengan 3 asam lemak dinamakan trigliserida.
Trigliserida merupakan cadangan energi penting dari sumber lipid.
 Struktur trigliserida sebagai lemak netral
Apa yang dimaksud dengan lemak (fat) dan minyak (oil)? Lemak
dan minyak keduanya merupakan trigliserida. Adapun perbedaan sifat
secara umum dari keduanya adalah:
1) Lemak
o Umumnya diperoleh dari hewan
o Berwujud padat pada suhu ruang
o Tersusun dari asam lemak jenuh
2) Minyak
o Umumnya diperoleh dari tumbuhan
o Berwujud cair pada suhu ruang
o Tersusun dari asam lemak tak jenuh
 Fosfogliserida (fosfolipid)
Lipid dapat mengandung gugus fosfat. Lemak termodifikasi ketika
fosfat mengganti salah satu rantai asam lemak. Penggunaan
fosfogliserida adalah:
1) Sebagai komponen penyusun membran sel
2) Sebagi agen emulsi
 Struktur dari fosfolipid
Fosfolipid bilayer (lapisan ganda) sebagai penyusun membran sel
c. Lipid kompleks
Lipid kompleks adalah kombinasi antara lipid dengan molekul lain.
Contoh penting dari lipid kompleks adalah lipoprotein dan glikolipid.
 Lipoprotein
Lipoprotein merupakan gabungan antara lipid dengan protein.
Gabungan lipid dengan protein (lipoprotein) merupakan contoh dari
lipid kompleks. Ada 4 klas mayor dari lipoprotein plasma yang masing-
masing tersusun atas beberapa jenis lipid, yaitu:
1) Kilomikron, Kilomikron berfungsi sebagai alat transportasi
trigliserid dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal.

10
2) VLDL (very low–density lypoproteins), VLDL mengikat trigliserid
di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak.
3) LDL (low–density lypoproteins), LDL berperan mengangkut
kolesterol ke jaringan perifer.
4) HDL (high–density lypoproteins), HDL mengikat kolesterol plasma
dan mengangkut kolesterol ke hati.
Ilustrasi peran masing-masing dari 4 klas besar lipoprotein
d. Lipid non gliserida
Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak bergabung
dengan molekul-molekul non gliserol. Yang termasuk ke dalam jenis ini
adalah sfingolipid, steroid, kolesterol dan malam.
 Sfingolipid
Sifongolipid adalah fosfolipid yang tidak diturunkan dari lemak.
Penggunaan primer dari sfingolipid adalah sebagai penyusun selubung
mielin serabut saraf. Pada manusia, 25% dari lipid merupakan
sfingolipid.
 Struktur kimia sfingomielin (perhatikan 4 komponen
penyusunnya)

3. Kolesterol
Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran
plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon.
Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul
plaque pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah
karena arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan
gumpalan dapat menyebabkan infark miokard dan stroke.
4. Metabolisme lipid
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid
netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara
ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu
ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol
masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai
pendek juga dapat melalui jalur ini.

11
5. Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber
energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat
yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP
membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai
respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur
glikolisis.
Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol :
a. Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses
yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta,
asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan
adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh
enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).
Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA Asam lemak bebas pada
umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai
panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan
senyawa karnitin, dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.
Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui
mekanisme pengangkutan karnitin
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan
sebagai berikut :
 Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan
dikatalisir oleh enzim tiokinase.
 Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim
karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna
mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah
senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.
 Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin
translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam
dan karnitin keluar.
 Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi
dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase

12
II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan
karnitin dibebaskan.
 Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk
dalam proses oksidasi beta.
b. Sintesis asam lemak
Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme
dapat men-sintesis asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan
sebagai penyusun struktur membran. Pada manusia, kelebihan asetil KoA
dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai dengan
degradasinya (oksidasi beta).
Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier
protein) digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis
terjadi di dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH
digunakan untuk sintesis.
c. Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali
Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak
adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:
 Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.
 Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk
disimpan.
 Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus
tersedia dari glukosa.
 Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan
glukosa di dalam tubuh.

13
BAB III
ENZIM DAN KOENZIM

A. PENGERTIAN ENZIM DAN KOENZIM


Enzim merupakan suatu polimer biologik yang mengkatalisis lebih dari satu
proses dinamik yang memungkinkan kehidupan. Enzim dikenal untuk pertama
kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah berhasil
mengisolasi urease dari jack bean.Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea
menjadi CO2 dan NH3. beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat
mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin.
Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata bahwa banyak enzim
mempunyai gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk.Enzim
semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan
protein.Sebagai contoh enzim katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin.Ada
juga enzim yang terdiri dari protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah
protein yang mengikat tembaga.
Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein, ada pula yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada
bagian protein, artinya sukar terurai dalam larutan disebut prostetik, sedangkan yang
tidak begitu kuat ikatannya mudah dipisahkan secara dialisis disebut koenzim.Baik
gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim yang memungkinkan
enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh
enzim.

B. TATA NAMA DAN KEKHASAN ENZIM


Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan
penambahan ‘ase’ di belakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan
bantuan enzim.Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea (substrat) dinamakan
urease. Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut
fungsinya, misalnya hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi
sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping nama trivial (biasa)

14
maka oleh Commisison on Enzymes of the International Union of Biochemistry telah
ditetapkan pula tata nama yang sisitematik, disesuaikan dengan pembagian atau
penggolongan enzim didasarkan pada fungsinya, yaitu :
1. Reaksi dan enzim yang mengkatalisis reaksi tersebut membentuk enam kelas,
masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2. Nama enzim terdiri dari 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama
kedua yang berakhir dengan akhiran ase menyatakan reaksi yang dikatalisis.
3. Informasi tambahan, bila diperlukan utnuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan
dalam tanda kurung pada bagian akhir, misal enzim yang mengkatalisis reaksi L-
malat + NAD+ piruvat + CO2 + NADH + H+ diberi nama 1.1.137 L-malat :
NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
4. Setiap enzim mempunyai nomor kode yang mencirikan tipe reaksi ke dalam
kelas (digit pertama), sub kelas (digit kedua) dan subsubkelas (digit ketiga).
Digit keempat adalah enzim spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan heksokinase
atau ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase, sebuah enzim yang mengatalisis
pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil pada atom karbon keenam
molekul glukosa.
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.Kekhasan inilah
ciri suatu enzim. Ini berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap berbagai
macam reaksi.Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada
juga enzim yang bekrja terhadap lebih dari suatu substrat namun enzim tersebut tetap
mempunyai kekhasan tertentu, misalnya enzim esterase dapa menghidrolisir
beberapa eseter asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang
bukan ester. Suatu contoh tentang kekhasan ini misalnya enzim arginase bekerja
terhadap L-argini dan tidak terhadap D-arginin. Suatu enzim dikatakan mempunyai
kekhasan nisbi apabila ia dapat bekerja terhadap beberapa substrat misalnya esterase
dan D-asam amino oksidase yang dapat bekerja D-asam amino dan L-asam amino
tetapi berbeda kecepatannya. Karena adanya kekhasan ini maka enzim dapat
digunakan untuk memisahkan komponen D dari L pada suatu campuran rasemik.

C. FUNGSI DAN KERJA ENZIM

15
Fungsi sutu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108sampai
1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi
enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping mempunyai
derajat kekhasan yang tinggi.Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia.Reaksi kimia ada yang membutuhkan
energi (reaksi endergonik) dan ada juga yang menghasilkan energi atau
mengeluarkan energi (reaksi eksergonik). Misalnya pembentukan ikatan antara
senyawa A dengan senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan energi.
Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan energi sebesar p, yaitu selisih
energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya penguraian senyawa AB menjadi A
dan B mengeluarkan energi sebesar P pula. Terurainya senyawa AB tidak dapat
berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk senyawa AB aktif.Untuk
pembentukan AB aktif ini membutuhkan energi sebesar a, yang disebut energi
aktivasi.Maikn besar harga a, makin sukar terjadinya suatu reaksi.Dngan adanya
katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau diturunkan. Dengan
demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya suatu reaksi.

D. KOMPLEKS ENZIM SUBSTRAT


Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak
antara enzim dengan substrat.Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar
daripada substrat.Oleh karena itu seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan
substrat.Hubungan antara dengan enzim hanya terjadi pada suatu bagian atau tempat
saja.Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan
substrat dinamai bagian aktif atau active site.

E. PERSAMAAN MICHAELIS – MENTEN


Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis
bahwa dalam reaksi enzim terjadi dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian
menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis
dan Menten itu dapat dituliskan sebagai berikut :
Enzim (E) + Substrat (S) kompleks enzim-substrat (ES)

16

Enzim (E) + Hasil reaksi (P)
Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada
konsentrasi kompleks enzim-substrat (ES), sebab apabila tergantung konsentrasi
substrat (S), maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.

F. PENGGOLONGAN ENZIM
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing
enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di
samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lainnya misalnya
pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commission on Enzymes of the International
Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan, yaitu :
oksidoreduktase, tranferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.
1. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian
yaitu dehidrogenase dan oksidase.Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi
dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa
(donor).Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor).
2. Tranferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini, ialah metiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltranferase, asiltranferase dan amino tranferase
atau disebut juga transaminase.
3. Hidrolase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis.Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ester atau esterase,
memecah glikosida, dan yang memecah ikatan peptide.Contoh enzim golongan
ini adalah esterase, lipase, fosfatase, amylase, amino peptidase, karboksi
peptidase, pepsin tripsin dan krimotripsin.
4. Liase

17
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam
reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau
sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase dan
hidratase.
5. Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada perubahan intramolekuler,
misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L
menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain.
6. Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi
penggabungan dua molekul.Oleh karena itu enzim-enzim tersebut juga
dinamakan sintetase.Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah
ikatan C-O, C-S, C-N, atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain
glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu :
1. Konsentarsi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim.
2. Konsentarsi Substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang
tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan
reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
3. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim
adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi, sehingga bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun
menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan
kecepatan reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat terjadinya denaturasi akan

18
mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena ada dua pengaruh yang berlawanan,
maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu
proses reaksi yang menggunakan enzim tersebut.
4. Pengaruh Ph
Struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan.Enzim dapat berbentuk
ion positif, ion negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan
demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas
bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Tinggi
rendahnya pH juga dapat menyebabkan denaturasi yang dapat menurunkan
aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum yang dapat
menyebabkan kecepatan reaksi enzim yang paling tinggi.
5. Pengaruh Inhibitor
Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi pembentukan kompleks
enzim-substrat disebut inhibitor.

H. KOENZIM
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat berfungsi
sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor ini dibagi
tiga kelompok, yaitu gugus prostetik, koenzim dan aktivator. Gugus prostetik adalah
kelompok kofaktor yang terikat pada enzim dan tidak mudah terlepas dari enzimnya,
contohnya flavin adenine dinukleotida yang merupakan gugus prostetik yang terikat
pada enzim suksinat dehidrogenase. Suatu koenzim adalah molekul organik kecil,
tahan terhadap panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya
dengan cara dialisis, contohnya adalah NAD, NADP, asam tetra hidrofosfat, tiamin
pirofosfat dan ATP. Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang terikat atau
mudah terlepas dari enzim, contohnya aktivator logam adalah K++, Mn++,
Mg++, Cu++ atau Zn++.
Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan
menjadi bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan
koenzim tamapak pada contoh berikut :
1. Niasin, merupakan nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam
nikotinat. Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+,
NADP+. Kekurangan niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.

19
2. Molekul riboflavin atau vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin
issoaloksazon yang tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor
pertumbuhan. Molekul riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.
3. Asam lipoat adalah suatu vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan
terdapat dalam hati. Asam ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan
tereduksi, berfungsi sebagai kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan
ketoglutarat dehidrogenase, berperan dalam reaksi pemisahan gugus asil.
4. Biotin adalah vitamin yang terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu
protein. Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.
5. Tiamin atau vitamin B1 umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras
atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri.
Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah tiaminifosfat (TPP) dan berperan
dalam reaksi yang menggunakan enzim alpa keto dekarboksilase, asam alpa keto
oksidase, transketolase dan fosfo ketolase.
6. Vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan
piridoksamin. Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit
kulit) dan gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah
piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat.
7. Asam folat dan derivatnya terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus
memproduksi asam fosfat dalam jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari
vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat (FH4). Peranan FH4 ialah sebagai
pembawa unit senyawa satu atom karbon yang berguna dalam biosintesis purin,
serin dan glisin.
8. Vitamin B12 sebagaimana diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi
vitamin B12 adalah bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan
ikatan C-C, ikatan C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.
9. Asam pantotenat terdapat dalam alam sebagai komponen dalam molekul
koenzim A. vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor pertumbuhan.
Koenzim A berperan penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya dalam
biosintesis asam lemak.
Di samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada
pula koenzim yang tidak berhubungan dnegan vitamin, yaitu adenosine trifosfat atau
ATP.Koenzim ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi.ATP berfungsi

20
sebagai koenzim yang memindahkan gugus fosfat. Bila ATP melepaskan 1 gugus
fosfat, maka ATP akan berubah menjadi adenosine difosfat (ADP) juga energi yang
digunakan untuk reaksi lain. ATP bersama dengan enzim kinase, misalnya
heksokinase dan piruvat kinase berperan dalam metabolisme karbohidrat
BAB IV
VITAMIN, MINERAL DAN ASAM AMINO

A. VITAMIN
1. PENGERTIAN VITAMIN
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah suatu zat senyawa
kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami
suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu
karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini
dikenal dengan istilah avitaminosis.Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar,
yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
 Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C
 Vitamin yang larut dalam lemak : Vitamin A, D, E, dan K atau disingkat
Vitamin ADEK.

2. MACAM-MACAM VITAMIN, DAN PERANANNYA DALAM TUBUH


a. Vitamin A (Retinol)
Merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan
yang baik, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina.
Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan
imunitas tubuh.Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya
matahari, dan udara.
b. Vitamin B1 (Tiamin)

21
Merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam
menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi
energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin
B1 juga membantu proses metabolisme protein dan lemak.
c. Vitamin B2 (Riboflavin).
Vitamin B2 banyak berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Di
dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin
mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida
(adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam
regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan
dalam pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta
menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku.
d. Vitamin B3 (Niasin).
Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin
B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah
tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat
dinetralisir dengan bantuan vitamin ini.
e. Vitamin B5 (Asam pantotenat).
Vitamin B5 banyak berperan dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh.Hal ini
menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme,
seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak.Peranan lain
vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan
otak dan memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan
hormon tubuh.
f. Vitamin B6 (Piridoksin).
Merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini
berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk
menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan
fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan
memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen
atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.
g. Vitamin B7 dikenal dengan vitamin H (Biotin).

22
Vitamin ini memiliki peranan yang sangat besar dalam reaksi biokimia di
dalam tubuh, seperti dalam transfer karbon dioksida dan metabolisme
karbohidrat dan lemak.Di dalam tubuh, biotin juga banyak berperan dalam
metabolisme dan pertumbuhan tubuh, terutama dalam hal pembentukan asam
lemak, antibodi, enzim pencernaan, dan niasin.Tidak seperti kebanyakan vitamin
lainnya, biotin merupakan salah satu jenis vitamin yang cukup stabil diberbagai
kondisi lingkungan, seperti panas, paparan cahaya matahari, dan oksigen.
h. Vitamin B9
Sangat penting untuk berbagai fungsi tubuh mulai dari sintesis nukleotid ke
remetilasi homocysteine.Vitamin ini terutama penting pada period pembelahan
dan pertumbuhan sel. Anak-anak dan orang dewasa memerlukan Asam Folat
untuk memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Folat dan asam folat
mendapatkan namanya dari kata latin folium (daun).
Asam Folat juga sangat penting bagi wanita hamil. Asupan asam folat yang
cukup sebelum dan selama kehamilan akan mencegah timbulnya kecacatan
tabung saraf (Neural Tube Defects) NTDs pada bayi, yaitu spina bifida (kelainan
pada tulang belakang) dan anencephaly (kelainan dimana otak tidak terbentuk).
Dengan asupan asam folat yang cukup pada masa sebelum dan selama
kehamilan yaitu sekitar 0.4 – 0.8 mg per hari, resiko timbulnya NTDs pada bayi
dapat diturunkan hingga 80 %.
i. Vitamin B12 (Sianokobalamin).
Merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan
tidak ditemukan pada tanaman.Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami
gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini.Vitamin ini banyak
berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh.Vitamin B12 juga termasuk
dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel
saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah.
j. Vitamin C (Asam Askorbat).
Vitamin C banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita.Di dalam
tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya.Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat
menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita.vitamin

23
C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko
timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan.
Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai
jaringan di dalam tubuh, seperti otot.Vitamin ini juga berperan dalam penutupan
luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi
mikroorganisme patogen.
k. Vitamin D (Kalsiferol).
Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah
tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi
tulang.Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya
matahari (sinar ultraviolet).
l. Vitamin E (Tokoferol)
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam
tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati.Selain itu,
vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara.Nilai
kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa
antioksidan alami.
m. Vitamin K (Filokuinona)
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah
yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada
pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau
pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk
mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat.

3. MACAM-MACAM VITAMIN DAN SUMBERNYA


Tabel
Macam-macam Sumber
vitamin
Vitamin A Susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-
buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang,
pepaya, dan lain-lain).
Vitamin B1 Gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan

24
sebagainya.

Vitamin B2 Sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan


banyak lagi lainnya
Vitamin B3 Buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis,
daging unggas dan sebagainya.
Vitamin B5 Daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan
banyak lagi yang lain.
Vitamin B6 Kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk,
ragi, daging, dan lain-lain.
Vitamin B7 Daging, kuning telur, dan pisang. Selain itu, biotin juga dapat
diperoleh dari tanaman kacang-kacangan, molase, ragi, dan
gandum.
Vitamin B9 Bayam, lobak cina, kacang kering dan kacang polong, sereal,
biji bunga matahari serta buah-buahan dan sayuran tertentu.
Vitamin B12 Telur, hati, daging, dan lainnya.
Vitamin C Jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur
segar, dan lain sebagainya.
Vitamin D Minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain.
Vitamin E Ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-
tumbuhan, havermut, dsb.
Vitamin K Susu, kuning telur, sayuran segar, dll.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA


PEMENUHAN VITAMIN DALAM TUBUH
1. Pola makan yang tidak benar
Jika pola makan kurang baik, maka akan berpengaruh terhadap penyerapan
vitamin dalam tubuh, terutama untuk vitamin yang dapat larut dalam air (vitamin
B dan vitamin C) karena akan ikut terlarut dan terbuang melalui air seni.
2. Efek buruk rokok
Penelitian sudah lama membuktikan bahwa para perokok mempunyai kadar
vitamin C yang sangat rendah.
3. Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur segar

25
4. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pemenuhan nutrisi dalam tubuh
5. Selera makan

5. BERBAGAI PENYAKIT YANG DITIMBULKAN AKIBAT KEKURANGAN


DAN KELEBIHAN VITAMIN DALAM TUBUH
a. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A : Rabun senja, katarak,
infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak
sehat, dan lain-lain.
b. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B :
 B1 : kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
 B2 : turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir
pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.
 B3 : terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang,
insomnia, bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain
 B5 : otot mudah menjadi kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan
lain-lain.
 B6 : Pelagra alias kulit pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit
tidur, dan banyak lagi lainnya.
 B7 : Bila kadarnya di dalam tubuh tidak mencukupi maka akan timbul
berbagai gangguan fisiologis. Sebagai contoh, defisiensi biotin serngkali
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti dermatitis, depresi, nusea,
anemia, dan kerontokan rambut.Sistem antibodi tubuh pun dapat
terganggu.Hal ini menyebabkan tubuh mudah terinfeksi oleh bakteri dan
jamur.
 B9 : Kekurangan folat: dapat menyebabkan kekurangan darah. Gejala lain
dari kekurangan folat adalah rasa panas pada jantung (heartburn), diare dan
sering terkena infeksi karena penekanan pada sistem kekebalan. Hal ini
mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan depresi, kebingungan mental,
kelelahan dan pingsan. Kelebihan asam volat: gejala keracunan adalah diare,
susah tidur dan sifat mudah marah.
 B12 : Menimbulkan gejala kurang darah atau anemia, gampang capek /lelah
/lesu /lemes /lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya.

26
3. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C: Mudah infeksi pada
luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain. Akumulasi
vitamin C yang berlebihan: dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran
pencernaan, dan rusaknya sel darah merah
4. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D: Tubuh akan
mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan
membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami
kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah
osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di
dalam tulang.Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada
manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan
tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang.Selain itu juga di temukan
bahwa semakin rendah kadar vitamin D, dapat meningkatkan frekuensi penyakit
kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, serta
penyakit arteri perifer.
5. Kelebihan vitamin D: Dapat menyebabkan tubuh mengalami diare,
berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan.
6. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E : Bisa mandul baik pria
maupun wanita, gangguan syaraf dan otot, dll.
7. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K : Darah sulit membeku
bila terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam tubuh, dan
sebagainya.

B. MINERAL
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal
1. Jenis mineral
Berdasarkan jenisnya mineral dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Makromineral (terdiri dari: kalsium, Al,Mg, P, Sodium (Na dan Sulfur)
b. Mikromineral (terdiri dari: Fe, I2, flour, Mn, Zinc, cuprum, cobalt dan
kromium)
2. Sumber dan Fungsi Mineral
a. Kalsium

27
Sumber kalsium adalah susu, ikan, udang kering, sardencis, bayam,
keju, es krim, melinjo dan sawi. Kalsium juga dapat diperoleh dari air
mineral yang dapat mengandung sampai 50 mg/lt.
Beragam fungsi dari kalsium menurut Budiyanto (2001) yaitu :
1) Dalam cairan jaringan berfungsi untuk pengendalian kerja jantung serta
otot skeleton
2) Eksitabilitas syaraf otot
3) Proses pembekuan darah
4) Memberikan kekerasan dan ketahanan terhadap pengeroposan
5) Transmisi impits
6) Relaksasi kontraksasi
7) Absorbsi dan aktivitas enzim
8) Memberikan rigiditas terhadap jaringan
9) Dengan fosfor membentuk matriks tulang.
b. Fosfor
Fosfor merupakan salah satu unsur mineral yang jumlahnya dilampaui
oleh kalsium. Fosfor juga sebagai unsur pokok dari asam nukleat dan
membran sel, serta sebagai factor esensial pada seluruh reaksi pembentukan
energi di dalam sel dan juga sebagai komponen berbentuk kristal dari tulang
rangka (Nasoetion dan Karyadi, 1988). Fosfor dalam tubuh orang dewasa
terdapat lebih kurang 700 g. jumlah ini jauh dibandingkan dengan jumlah
kalsium yakni sekitar 1200 gram.sedangkan menurut Suharjo dan Kusharto
(1992) fosfor dalam tubuh manusia terkandung sekitar 12 gram perkilogram
jaringan tanpa lemak.
Fosfor ditemukan pada bahan makanan seperti susu (baik ASI atau susu
buatan), susu padatan, keju, sereal, ikan, telur dan berbagai roti. Selain
sebagai generatorisasi fosforilasi pada oksidasi karbohidrat, menurut
Budiyanto dalam dasar-dasar ilmu gizi (2001) fosfor juga berfungsi sebagai
:
 Pembentukan tulang dan gigi
 Untuk pembentukan komponen sel yang esensial
 Berperan dalam pelepasan energi dari hidrat arang serta lemak
 Membantu absorbsi hidrat arang dari usus halus

28
 Membantu mempertahankan keseimbangan asam / basa dalam cairan
tubuh
 Menuju panas dan pengeluaran energi
c. Magnesium
Magnesium merupakan mineral yang terdapat sekitar 0.5 gram
perkilogram jaringan bebas lemak.Dan kira-kira 60 % berada pada jaringan
tulang.Sumber magnesium berasal dari sayur-sayuran hijau, kedelai dan
kecipir.Berfungsi sebagai aktifator enzim peptidase dan enzim lain yang
memecah gugus, sebagai obat pencuci mulut, meningkatkan tekanan
osmotik, dan membantu mengurangi getaran otot.
Kebutuhan magnesium pada orang dewasa berkisar 350 mg / hari dan
untuk dewasa wanita membutuhkan magnesium sebanyak 300 mg / hari
(Budiyanto, 2001). Defiesiensi magnesium akan menyebabkan diare berat,
muntah-muntah, insomnia, gangguan metabolik, kejang kaki serta telapak
kaki, dan tangan gemetar.
d. Natrium
Natrium merupakan kation utama dari cairan ekstraseluler,
pengontrolan osmolaritas dan volume cairan tubuh sangat tergantung pada
ion natrium dan rasio natrium terhadap ion lainnya.Tubuh manusia
mengandung 1.8 gram natrium perkilogram berat badan bebas
lemak.Sedangkan kandungan natrium dalam plasma sekitar 300-355 mg /
100 ml.
Sumber natrium berasal dari makanan seperti keju, ham, ikan asin,
udang, sayur-sayuran, bayam, seledri, sereal, buah-buahan, susu, telur, dan
daging.
Fungsi dari natrium adalah :
1) Dalam plasma darah dan cairan berperan dalam menyelimuti jaringan
2) Berperan dalam menghasikan tekanan osmotik yang mengatur
pertukaran cairan antara sel dan cairan disekitarnya
3) Menentukan volume dalam cairan ekstra seluler dan amina
4) Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
Defiesiensi natrium jarang ditemukan pada manusia karena zat ini
banyak dikandung oleh berbagai makanan.Namun, apabila terjadi deplesi

29
natrium maka dampaknya adalah kurang nafsu makan, lemak, apatis, dan
pegal-pegal.

e. Besi
Sumber besi diantaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, dan
sayuiran hijau, kentang, kacang-kacangan, jagung, dan otot. Sedangkan
fungsi besi diantaranya adalah: pada laktasi untuk sekresi air susu,
menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh, mengimbangui
sejumlah zat besi yang dikeluarkan konstan oleh tubuh, dan penbentukan Hb
baru pada anak-anak dan remaja.
f. Iodium
Sumber dari iodium diantaranya adalah: sayuran, ikan laut, dan
sejumlah rumput laut. Sedangkan fungsi iodium diantaranya meningkatkan
laju oksidasi dalam sel-sel tubuh sehingga dapat meningkatkan basal
metabolik reabe.
g. Flour
Flour berfungsi sebagai protilaktis penyakit gigi dan untuk
pertumbuhan dan pembentukan gigi.Iodium diperoleh dari makanan laut,
tanaman, ikan, dan makanan ternak.
h. Kalium
Bekatul, khamir, cokelat dan kopi merupakan sumber makanan yang
terkandung kalium di dalamnya.Sedangkan fungsi kalium yaitu untuk
menjaga tekanan osmotik dan mengaktifkan reaksi enzim.
i. Khlor
Manfaat dari khlor adalag sebagai aktivator amilase dan pembentukan
HCl lambung, menjaga tekanan osmotik, dan mengaktifkan amilase dalam
mulut untuk memecahkan pati dalm mulut.
j. Tembaga
Sumber utama dari tembaga adalah susu dan sereal. Sedangkan fungsi
dari tembaga untuk kofaktor bagi enzim tironase dan sitokromoksidase.
k. Zinc

30
Fungsi zinc adalah meningkatkan keaktifan enzim lainnya dan
meningkatkan pertumbuhan. Sedangkan sumber utama zinc adalah: daging,
ikan, susu, keju, dan kacang-kacangan.
l. Kobalt
Kobalt mempunyai fungsi untuk keseimbangan tubuh ruminansia.
Sedangkan makanan yang mengandung kobalt diantaranya adalah: vitamin
B12, B1, dan sayuran berwarna hijau.
3. Upaya Pemenuhan Nutrisi ( Vitamin, Mineral) dalam Tubuh
a. Menerapkan pola makan yang benar.
b. Mengkonsumsi makanan yang benar
Makan yang benar adalah makan cukup. Cukup berarti juga makan
berbagai makanan dalam suatu keseimbangan yang diperlukan oleh tubuh,
seperti:
 Makanan pembentuk jaringan tubuh (protein)
 Makanan pemberi tenaga (Karbonhidrat)
 Makanan cadangan tenaga (Lemak dan Minyak)
 Makanan pelindung (Mineral dan Vitamin)
c. Mengkonsumsi buah dan sayur
d. Memenuhi kebutuhan air dalam tubuh dengan mengkonsumsi cukup air
setiap harinya
e. Mengkonsumsi multivitamin

C. ASAM AMINO
1. Pengertian Asam Amino
Asam amino adalah salah satu senyawa yang ada di dalam tubuh makhluk
hidup yang diantaranya hewan dan manusia yang berguna sebagai sumber utama
pembentukan protein dalam tubuh. Dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan monomer protein;
b. Hasil hidrolisis protein oleh asam/basa/enzim;
c. Mengandung gugus amino (-NH2) dan karboksil (-COOH);
d. Gugus fungsional karboksilnya dan amina terikat pada satu atom karbon (C)
yang sama (disebut atom C "alfa" atau α);

31
e. Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat
basa.
f. Mengandung minimal 1 (asimetris);
g. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi
asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini
terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion;
h. Optis aktif pada pH = 7;
i. Konfigurasi absolut L-Gliseraldehid.
2. Struktur Asam Amino
Struktur umum asam amino terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
a. Gugusan amino
b. Gugusan karboksil
c. Gugusan sisa amolekul (molecular rest)
Satu atom C pada asam amino mengikat empat gugus, yaitu: gugus amina (-
NH2), gugus karboksil (-COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R,
dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping. Gugus tersebutlah
yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.

R CH COOH COOH= Karboksil


NH2 = Amino
NH2 R = Sisa Molekul

Padastruktur di atas atom C pusat dinamakan atom Cα ("C-alfa") sesuai


dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan
langsung dengan gugus karboksil. Oleh karenaitu gugus amina juga terikat pada
atom Cα ini, sehingga senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai
samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan
hidrofobik jika nonpolar.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai
samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat

32
asam amino yang bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika dalam keadaan
polar, dan hidrofobik jika dalam keadaan nonpolar.
Karena atom C pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam
amino kecuali glisina memiliki isomer optik: l dan d. Cara sederhana untuk
mengidentifikasi isomer ini dari gambaran dua dimensi adalah dengan
mendorong atom H ke belakang pembaca (menjauhi pembaca). Jika searah
putaran jarum jam (putaran ke kanan) terjadi urutan karboksil-residu-amina
maka ini adalah tipe d. Jika urutan ini terjadi dengan arah putaran berlawanan
jarum jam, maka itu adalah tipe l. (Aturan ini dikenal dalam bahasa Inggris
dengan nama CORN, dari singkatan COOH - R - NH2).
3. Klasifikasi Asam Amino
Perbedaan asam amino satu dengan yang lainnya terletak pada
strukturmolekulnya, asam amino dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Klas I Asam Amino Netral : - Satu Karboksil
- Satu Asam Amino
1) Asam Amino Alifatik
 Glycine
 Alanine
 Serine
 Threonine
 Valine
 Leucine
 Isoleucin
2) Asam Amino Aromatik
 Phenylalanin
 Tyrosine
3) Asam Amino Belerang
 Cysteine
 Cystine
 Methionine
4) Asam Amino Heterosiklik
 Tryptophane

33
 Pioline
 Hidroxyproline
 3 – hidroxyproline
b. Klas II Asam Amino Basik : - Satu Karboksil
- Dua Amino
 Histidine
 Arginine
 Lysine
 Hydroxylysine
 Critrulline
c. Klas III Asam Amino Asidik : - Satu Amino
- Dua Karboksil
 Asam Aspartat
 Asam Glutamat

D. Asam Amino Esensial


Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein atau
sebagai kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu
spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu
memproduksi sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat
makanan). Istilah "asam amino esensial" berlaku hanya bagi organisme
heterotrof.
Bagi manusia, ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino
esensial yang harus dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusina, leusina,
lisina, metionina, fenilalanina, treonina, triptofan, dan valina. Histidina dan
arginina disebut sebagai "setengah esensial" karena tubuh manusia dewasa sehat
mampu memenuhi kebutuhannya. Asam amino karnitina juga bersifat "setengah
esensial" dan sering diberikan untuk kepentingan pengobatan.
a. Isoleucine (4,13 %)
Diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal. Perkembangan
kecerdasan. Mempertahankan keseimbangan nitrogen tubuh. Diperlukan
untuk pembentukan asam amino non esensial lainnya. Penting untuk

34
pembentukan haemoglobin dan menstabilkan kadar gula darah (kekurangan
dapat memicu gejala hypoglycemia).
b. Leucine (5,80 %)
Pemacu fungsi otak. Menambah tingkat energi otot. Membantu
menurunkan kadar gula darah yang berlebihan. Membantu penyembuhan
tulang, jaringan otot dan kulit (terutama untuk mempercepat penyembuhan
luka post - operative).
c. Lycine (4,00 %)
Bahan dasar antibodi darah. Memperkuat sistem sirkulasi.
Mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal. Bersama proline dan
Vitamin C akan membentuk jaringan kolagen. Menurunkan kadar
triglyserida darah yang berlebih. Kekurangan menyebabkan mudah lelah,
sulit konsentrasi, rambut rontok, anemia, pertumbuhan terhambat dan
kelainan reproduksi.
d. Methionine (2,17 %)
Penting untuk metabolisme lemak. Menjaga kesehatan hati,
menenangkan syaraf yang tegang. Mencegah penumpukan lemak di hati dan
pembuluh darah arteri terutama yang mensuplai darah ke otak, jantung dan
ginjal. Penting untuk mencegah alergi, osteoporosis, demam rematik dan
toxemia pada kehamilan serta detoxifikasi zat-zat berbahaya pada saluran
cerna.
e. Phenylalanine ( 3,95 % )
Diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang akan
mencegah penyakit gondok. Dipakai untuk mengatasi depresi juga untuk
mengurangi rasa sakit akibat migrain, menstruasi dan arthritis.
Menghasilkan norepinephrine otak yang membantu daya ingat dan daya
hafal. Mengurangi obesitas.
f. Thereonine ( 4,17 % )
Meningkatkan kemampuan usus dan proses pencernaan.
Mempertahankan keseimbangan protein. Penting dalam pembentukan
kolagen dan elastin. Membantu hati, jantung, sistem syaraf pusat, otot-otot
rangka dengan fungsi lipotropic. Mencegah serangan epilepsi.
g. Tryptophane ( 1,13 % )

35
Meningkatkan penggunaan dari vitamin B kompleks. Meningkatkan
kesehatan syaraf. Menstabilkan emosi. Meningkatkan rasa ketenangan dan
mencegah insomnia (membantu anak yang hiperaktif). Meningkatkan
pelepasan hormon pertumbuhan yang penting dalam membakar lemak untuk
mencegah obesitas dan baik untuk jantung.
h. Valine ( 6,00 % )
Memacu kemampuan mental. Memacu koordinasi otot. Membantu
perbaikan jaringan yang rusak. Menjaga keseimbangan nitrogen.
E. Asam Amino Non-Essensial
a. Aspartic Acid
1) Membantu mengubah karbohidrat menjadi energy
2) Membangun daya tahan tubuh melalui immunoglobulin dan antibody
3) Meredakan tingkat ammonia dalam darah setelah latihan
b. Glyicine
1) Membantu tubuh membentuk asam amino lain
2) Merupakan bagian dari sel darah merah dan cytochrome (enzim yang
terlibat dalam produksi energi)
3) Memproduksi glucagon yang mengaktifkan glikogen
4) Berpotensi menghambat keinginan akan gula
c. Alanine
1) Membantu tubuh mengembangkan daya tahan
2) Merupakan salah satu kunci dari siklus glukosa alanine yang
memungkinkan otot dan jaringan lain untuk mendapatkan energi dari
asam amino
d. Serine
1) Diperlukan untuk memproduksi energi pada tingkat sel
2) Membantuk dalam fungsi otak (daya ingat) dan syaraf
F. Jenis – jenis asam amino bersyarat :
a. Arginine (asam amino essensial untuk anak-anak)
1) Diyakini merangsang produksi hormon pertumbuhan
2) Diyakini sebagai pemicu Nitric Oxide (suatu senyawa yang melegakan
pembuluh darah untuk aliran darah dan pengantaran nutrisi yang lebih
baik) dan GABA

36
3) Bersama glycine dan methionine membentuk creatine
b. Histidine (asam amino essensial pada beberapa individu)
1) Salah satu zat yang menyerah ultraviolet dalam tubuh
2) Diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
3) Banyak digunakan untuk terapi rematik dan alergi
c. Cystine
1) Mengurangi efek kerusakan dari alkohol dan asap rokok
2) Merangsang aktivitas sel darah putih dalam peranannya meningkatkan
daya tahan tubuh
3) Bersama L-Aspartic Acid dan L-Citruline menetralkan radikal bebas
4) Salah satu komponen yang membentuk otot jantung dan jaringan
penyambung (persendian, ligamen, dan lain-lain)
5) Siap diubah menjadi energy
6) Salah satu elemen besar dari kolagen
d. Glutamic Acid (Asam Glutamic)
1) Pemicu dasar untuk glutamine, proline, ornithine, arginine, glutathine,
dan GABA
2) Diperlukan untuk kinerja otak dan metabolisme asam amino lain.
e. Tyrosine
1) Pemicu hormon dopamine, epinephrine, norepinephrine, melanin
(pigmen kulit), hormon thyroid
2) Meningkatkan mood dan fokus mental
f. Glutamine
1) Asam amino yang paling banyak ditemukan dalam otot manusia
2) Dosis 2 gram cukup untuk memicu produksi hormon pertumbuhan
3) Membantu dalam membentuk daya tahan tubuh
4) Sumber energi penting pada organ tubuh pada saat kekurangan kalori
5) Salah satu nutrisi untuk otak dan kesehatan pencernaan
6) Mengingkatkan volume sel otot
g. Taurine
1) Membantu dalam penyerapan dan pelepasan lemak
2) Membantu dalam meningkatkan volume sel otot
h. Ornithine

37
1) Dalam dosis besar bisa membantu produksi hormon pertumbuhan
2) Membantu dalam penyembuhan dari penyakit
3) Membantu daya tahan tubuh dan fungsi organ hati
G. Penyakit-Penyakit akibat Metabolisme Asam Amino
a. Penyakit Glisinuria Hiperoksaluria primer
Kelainan metabolisme glisin serta ekresi glisin dalam urin yang
berlebihan. Ekresi terus menerus oksalat dalam urin yang tinggi, yang tidak
ada hubunganya dengan intake oksalat dalam makanan, oksalat yang
berlebihan berasal dari endogen (dari glisin). Dianggap sebagai kelainan
metabolisme glioksilat dihubungkan dengan kegagalan untuk mengubah
glioksilat menjadi format atau mengubahnya menjadi glisin dengan
transaminasi.
b. Penyakit Fenilketonuria
Fenilketonuria adalah suatu penyakit metabolisme dari salah satu jenis
asam amino pembentuk protein yaitu, fenilalanin yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan retardasi mental. Penderita penyakit ini tidak
dapat memetabolisme fenilalanin secara baik karena tubuh tidak mempunyai
enzim yang mengoksidasi fenilalanin menjadi tirosin dan bisa terjadi
kerusakan pada otak anak.
Oleh karena itu, orang tersebut perlu mengontrol asupan fenilalanin ke
dalam tubuhnya. Penyakit ini tidak pernah ditemukan di Indonesia, tetapi
pada orang kulit putih, itupun hanya terjadi satu banding 15.000 ribu
orang.Fenilalanin adalah salah satu dari 9 asam amino essensial yang
terdapat pada semua protein makanan seperti daging , telur, ikan, susu, keju
dan dalam jumlah yang sedikit pada sereal, sayuran,dan buah-buahan.
c. Penyakit Tirosinosis
Tirosinosis merupakan suatu kondisi langka akibat cacat dalam
metabolisme asam amino dan ditransmisikan sebagai sifat autosom-resesif.
Hal ini ditandai dengan ekskresi jumlah berlebihan asam para-
hydroxyphenylpyruvic, produk setengah dari tirosin, dalam urin.
d. Penyakit Tirosinemia
Tyrosinemia atau tirosinose adalah kesalahan metabolisme bawaan
biasanya dari lahir yang dihasilkan dari kekurangan dari enzimoksidase

38
asam p-hydroxyphenylpyruvate, yang mengubah asam homogentisat ini,
mengakibatkan akumulasi tirosin dalam tubuh. Penyakit ini secara genetik
heterogen, dan setidaknya ada tiga jenis ditentukan oleh gen terletak pada
kromosom 15q (tipe I), 16 (tipe II) dan 12q (tipe III).
e. Penyakit Alkaptonuria
Alkaptonuria adalah kondisi yang langka di mana urin yang dikeluarkan
seseorang berwarna gelap ketika bersentuhan dengan udara. Penyakit ini
bersifat menurun.Penyebabnya kerusakan pada gen HGD. Gen HGD
berfungsi sebagai pengendali untuk membuat enzim yang disebut
homogentisate oksedase. Enzim ini membantu memecah asam amini
fenilalanin dan tirosin, yang merupakan pembentuk protein yang penting.
Penderita alkaptonuria biasanya juga mengalami radang sendi terutama di
tulang belakang.
f. Penyakit Histidinemia
Histidinemia merupakan kondisi yang diwariskan ditandai dengan
darah tinggi tingkat asam amino histidin. Histidinemia disebabkan oleh
kekurangan (defisiensi) dari enzim yang memecah histidin. Histidinemia
biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan dan kebanyakan orang
dengan kadar tinggi histidin tidak menyadari bahwa mereka memiliki
kondisi ini. Kombinasi histidinemia dan komplikasi medis selama atau
segera setelah lahir (seperti kurangnya sementara oksigen) mungkin
meningkatkan kesempatan seseorang mengembangkan cacat intelektual,
masalah perilaku, atau gangguan belajar.
g. Penyakit Imidazolaminoaciduria
Adanya asam amino dalam urin jumlah asam amino dalam urin
mungkin meningkat akibat dari gangguan metabolisme, penyakit hati
kronis, atau gangguan ginjal.
h. Penyakit Prolinemia
Prolinemia atau Hyperprolinemia, adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika asam aminoprolin tidak dipecah dengan baik oleh enzim oksidase
prolin atau pyrroline-5-karboksilat dehydrogense, menyebabkan
membangun dari prolin dalam tubuh. Mutasi pada ALDH4A1 dan PRODH
gen menyebabkan hyperprolinemia.

39
i. Penyakit Hidroksiprolinemia
Tidak adanya enzim yang mengkatalisa perubahan 4 hidroksi L-prolin
menjadi prolin 3-hidroksi karboksilat. Gejala klinisnya yaituretardasi mental
yang berat, kenaikan kadarhidroksiprolin dalam plasma, ekskresi
hidroksiprolin dan peptidahidroksiprolin dalam urine yang banyak.
j. Penyakit Hiperlisinemia
Hiperlisinemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
kenaikan lisin plasma yang mencolok dan dapat terjadi sebagai gangguan
menetap/ periodik.
k. Penyakit Hiperlisinemia persisten
Hiperlisinemia persisten adalah gangguan resesif autosom yang jarang
terjadi. Hiperlisinemia persisten disebabkan oleh defisiensi enzim sistem
kompleks lisin ketoglutarat reduktase/sistem sakaropin dehidrogenase yang
lazim ada.
l. Penyakit Sistinuria
Sistinuria adalah suatu penyakit yang jarang terjadi, yang menyebabkan
dikeluarkannya asam amino sistin ke dalam air kemih dan seringkali
menyebabkan pembentukan batu sistin didalam saluran kemih.
Penyebab sistinuria adalah kelainan pada tubulus renalis yang diturunkan.
Gen penyebab sistinuria bersifat resesif, karena itu untuk terjadinya
penyakit ini seseorang harus mendapatkan 2 gen yang abnormal, masing-
masing dari kedua orangtuanya. Seseorang yang membawa gen ini tetapi
tidak menderita sistinuria, berarti di .memiliki 1 gen yang normal dan 1 gen
yang abnormal. Dia bisa mengeluarkan sistin dalam jumlah yang lebih besar
dari normal ke dalam air kemih, tetapi jarang sampai membentuk batu sistin.
m. Penyakit Sistinosis
Sistinosis adalah penyakit dimana terjadi abnormalitas pada zat cystine.
Penyakit ini adalah yang sangat langka dan belum bisa diobati sepenuhnya.
Sistinosis / Cysitinosis merupakan penyakit turunan, dimana cystine
diproduksi dalam sel-sel tubuh secara berlebihan. Jika tubuh kelebihan
cystine, sel-sel akan memadat karena cystin akan saling bergabung dan
membentuk kristal.
n. Penyakit Homosistinuria

40
Homosistinuria adalah sebagai akibat defek pembentukan
metilkobalamin. Metilkobalamin adalah kofaktor untuk enzim metionin
sintase yang mengkatalisis reaksi metilase kembali dari homosistein
menjadi metionin. Anak dengan homosistinuria tidak dapat melakukan
metabolisme asam amino homocysteine dimana dengan adanya produk
sampingan yang beracun membangun penyebab beberapa gejala. Gejala
mungkin ringan atau hebat bergantung pada cacat enzim tertentu.
o. Penyakit Hipervalinemia
Hipervalinemia, juga disebut valinemia adalah penyakit metabolik yang
sangat jarang. Metabolik memblokir ketoaciduria rantai bercabang secara
bersamaan mempengaruhi tiga asam amino, menunjukkan adanya cacat
katabolik dalam mekanisme.umum. Hal ini ditandai dengan peningkatan
kadar dalam darah dan urin dari asam amino yang disebut valin karena
kekurangan enzim, valin transaminase, yang diperlukan untuk metabolisme
(pemecahan) dari valin. Metabolit yang menumpuk semua asam organik,
yang menumpuk dalam cairan tubuh dan diekskresikan dalam urin.
p. Penyakit Maple Syrup urine disease
Maple syrup urine disease (MSUD) atau Maple sirup penyakit
kencing adalah kelainan bawaan di mana tubuh tidak mampu untuk
memproses blok bangunan protein tertentu (asam amino) dengan benar.
Kondisi ini mendapatkan namanya dari bau manis khas dari air seni bayi
yang terkena dampak.
Dimulai pada awal masa bayi, kondisi ini ditandai dengan pemberian
makan yang buruk, muntah, kekurangan energi (kelesuan), dan
keterlambatan perkembangan. Jika tidak diobati, sirup maple penyakit
kencing dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian.
q. Penyakit Intermitent branched chain ketonuria
Karena kekurangan enzim yang terlibat dalam metabolisme asam
amino, ditandai dengan kencing yang berbau seperti keturunan penyakit
sirup maple.
r. Penyakit Isovalericacidemia
Isovaleric asidemia adalah gangguan langka di mana tubuh tidak
mampu memproses protein tertentu dengan benar. Hal ini diklasifikasikan

41
sebagai gangguan asam organik, yang merupakan kondisi yang mengarah ke
penumpukan abnormal asam tertentu yang dikenal sebagai asam organik.
Tingkat abnormal asam organik dalam darah (asidemia organik), urin
(aciduria organik), dan jaringan dapat menjadi racun dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Biasanya, tubuh memecah protein dari makanan menjadi bagian-bagian
lebih kecil yang disebut asam amino. Asam amino dapat diproses lebih
lanjut untuk menyediakan energi untuk pertumbuhan dan pembangunan.
Orang dengan asidemia isovaleric memiliki tingkat memadai dari enzim
yang membantu memecah asam amino tertentu yang disebut leusin.
s. Penyakit Hartnup’s disease
Hartnup penyakit (juga dikenal sebagai Pellagra seperti dermatosis
dan Hartnup gangguan) adalah autosomalresesifmetabolik gangguan yang
mempengaruhi penyerapan nonpolar asam amino (terutama triptofan yang
dapat, pada gilirannya , diubah menjadi Serotonin , melatonin dan Niasin ).
Niasin adalah prekursor nikotinamida , sebuah komponen penting dari
NAD+ gen penyebab, SLC6A19 , terletak pada kromosom 5 .
Hartnup penyakit adalah gangguan resesif autosomal disebabkan oleh
gangguan netral (monoaminomonocarboxylic) asam amino transportasi di
membran brush border apikal dari usus kecil dan tubulus proksimal ginjal.
Pasien datang dengan letusan kulit pellagralike, ataksia serebelar, dan
aminoaciduria bruto.

BAB V
PEMERIKSAAN URIN (URINALISIS)

A. URINALISIS

42
Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan
diagnosa infeksi saluran kemih, screening,dan evaluasi berbagai jenis penyakit
ginjal. Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal,
diabetes, dan tekanan darah (hipertensi) dan screening kesehatan secara umum.
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta oleh dokter
untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme
tubuh (Strasinger & Schaub, 2001).
Urinalisis adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis terhadap
urin. Uji urin rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Urinalisis
berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi traktus urinarius dan
untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan
ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan di tempat praktik pemberi layanan
kesehatan dan juga rumah sakit atau laboratorium swasta. (Kee, Joyce Le Fever,
2007).
Urin yang normal jumlah rata–rata 1 – 2 liter sehari tetapi perbedaan
jumlah urin sesuai cairan yang dimasukkan, jika banyak mengkonsumsi protein
maka akan diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya, sehingga urin
yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat. (Evelin C. Pearce 2002).
Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa 20 % dari wanita–wanita dewasa
hingga usia lanjut, setiap tahun mengalami disuria (nyeri waktu berkemih). Pria
jarang terkena infeksi simtomatis sampai sesudah umur 45 tahun, kecuali jika
terdapat kelainan urologis. (Basuki B Purnomo, 2007).
Urine harus diperiksa secara langsung karena PH urine yang masih baru adalah
asam, soludnya masih bagus. Sedimen masih bagus, pemeriksaan makroskopisnya
juga masih bagus. Jika ditunda akan terjadi adanya bakteri, memecah ureum menjadi
ammonia PH menjadi basa, kemudian melisiskan sedimen, dan mengubah morfologi-
morfologinya.
Urialisis dapat memberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan
pemeriksaan rutin pada sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin mencakup
evaluasi hal-hal berikut:
a. Observasi warna dan kejernihan urin.
b. Pengkajian bau urin.
c. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.

43
d. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin
(masing-masing untuk proteinuria, glukosuria, dan ketonoria).
e. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan
(centrifuging) untuk mendeteksi sel darah merah (hematuria), sel darah putih,
slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin adalah Pengumpulan sampel urin dilakukan
sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar
kemungkinannya untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut
dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri
serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus disimpan dalam lemari pendingin.
Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat
kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

B. SPECIMEN
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi
vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat
mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama
urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital
sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih
sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk
memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara
acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine
pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen
urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan
gunakan urin yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu

44
jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus
dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan
selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen.
Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam
sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut
dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain,
bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari,
bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik
dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
Terdapat lima jenis sampel urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan yaitu :
a. Urine sewaktu
Urine sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat pasien akan
melakuakn pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk pemeriksaan urine
rutin.
b. Urine pagi
Urine pagi adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari ketika pasien
bangun tidur dan belum mengonsumsi apapun. Urine pagi digunakan untuk
pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan kehamilan.
c. Urine osprundial
Urine osprundial adalah sampel urine yang diambil antara 1 – 1.5 jam
setelah makan. Urine osprundial digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
d. Urine 24 jam
Urine 24 jam adalah sampel urine yang ditampung selama 24 jam. Urine 24
jam ini digunakan untuk analisa kuantitatif.
e. Urine tiga gelas dan urine dua gelas
Urine tiga gelas dan urine dua gelas sudah mulai jarang dilakukan. Sampel
urine ini digunakan untuk mengetahui adanya radang

C. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, KIMIA URINE, DAN MIKROSKOPIK.


Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia
urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud

45
dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi
dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1. Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna
dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai
sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak
berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan
biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam)
atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan
selular berlebihan atau protein dalam urin.
1) Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur,
berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin
dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti
pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai
efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan
patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,
pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750
ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada
diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang
dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
2) Warna urin
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat
mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-

46
obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat
mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Urin yang
baru di kemihkan berwarna jernih.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
a) Merah
Penyebab patologik: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab
(kelembak), senna.
b) Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat
untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
c) Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
d) Hijau
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
e) Biru
Tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
f) Coklat
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
g) Hitam atau hitam kecoklatan
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans,
urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara,
kompleks besi, fenol.
h) Seperti susu
Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein
yang membeku.
1) Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan
adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik
yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan

47
seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti
pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri
dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin
yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein
dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
2) Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau
sangat keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang terdiri
dari lendir, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Kekeruhan
didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang
mengendap dan dari bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh
pada waktu dikeluarkan dapat desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel
epitel, leukosit, dan eritrosit dalam jumlah banyak.
3) Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer,
carik celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan
carik celup, namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih
teliti. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi
bertalian dengan faal pemekat ginjal. BJ urin 24 jam pada orang normal
sekitar 1,016 –1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang normal
1,003 – 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin
dan protein negatif, hal ini menunjukan faal pemekatan ginjal baik. Dan
bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria. Urin yang jumlahnya
sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan urin yang sangat
sedikit Bj nya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.
4) Buih urine
Buih normal urine adalah berwarna putih. Jika saat melakukan ekskresi
buihnya berwarna putih dan banyak maka mengandung protein. Apabila
buihnya kuning berarti mengandung obat.
2. Pemeriksaan Kimia Urin
Analisis dipstick
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas
seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang

48
akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa
berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah :
glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan
leukosit esterase.
Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria
dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh
karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis
diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase
(GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari
10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging
dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin.
Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein
tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin
merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan
karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang
sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-
Jones, dan mukoprotein.
Bilirubin

49
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi),
karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat.
Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik
hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati
melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan
kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal
yang melebihi batas kemampuan hepar untuk melakukan ekskresi. Urobilinogen
meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika
atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel
sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker
pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat
disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan
sejumlah kecil urobilinogen.
Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan
saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,
tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa
setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan
tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt
mempengaruhi pH urine.

50
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH
akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak
memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine,
seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa
sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu
asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran
kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan
ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),
asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan
ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Berat Jenis(SpecificGravity,SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar
jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025,
sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan
selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada
kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari
1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima
pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi,
atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap
1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk
hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah
mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor

51
oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya
aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode
mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang
disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga
dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu
kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh
darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai
akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul
kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
a. Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang
mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang
mengandung peroksidase.
b. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis
tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi
tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.Urine dari wanita yang sedang
menstruasi dapat memberikan hasil positif.
Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi
untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam
aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal
dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal.
Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka
akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk
mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda
keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak
seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi
karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis.
diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein,
febris.
Nitrit

52
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein,
yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin
(Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang
megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi
bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative
bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri
dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine
berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan
tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian
nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam
keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang
biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
a. Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan
tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
b. Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam
jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri,
organisme penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat
tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis
urine tinggi.
Lekosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil
tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit),
baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki
aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini
memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik
celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi
(>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar
asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin.
Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan

53
3. Pemeriksaan Mikroskopis
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan
sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin
sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.
Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X)
yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa
objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu
jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan
leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup
dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan
tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain
epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit
dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat
amorf dan kristal.
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda
berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan
baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan
karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk
dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini,
unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat pada sediaan natif dapat terlihat
jelas.
Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam
urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya
peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor
yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi,
inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan
bawah,nefrotoksin,dll.

54
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan
hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual
menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan
hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5
eritrosit /LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik,
hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten,
berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih.
Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil,
shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat
jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak
dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated)
pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali.
Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi
dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di
membran sel. Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat
melalui struktur glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam
urin menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.
Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali
eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear,
PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan
jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan
adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis,
atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris,
dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan
ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan
permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada
kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel

55
Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran
dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran
urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna
pada laki-laki.
Sel Epitel
a. Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit,
mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke
urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi
yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat.
Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat
menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus,
seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal,
penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam
lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini
disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat
bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan
kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus. Oval fat
bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut,
kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air
raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag
atau hisiosit.
Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated
giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat
menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes
simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.
b. Sel epitel transisional
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria),
atau uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil
dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong
dan sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel epitel

56
transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel
epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin
normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir
sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.
c. Sel skuamosa
Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari
permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah
sebagai indikator kontaminasi.

Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di
tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam
tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus
proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder.
Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya.
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang
rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah
(asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama
mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks
protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel
ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang
abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.

Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit,


leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai
tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang
cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila
konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris,
biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.

a. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein
(protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini
homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan

57
ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk
sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin
dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin
berisi 0-1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan
dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal
(misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan
lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid
(cylindroids).
2. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari
kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik
memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang
parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah
menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein
Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.
3. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam
matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal,
karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder
lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan
pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik
neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder
leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk
pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun
telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
4. Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.
Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan
perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil
disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.
5. Silinder Lilin (Waxy Cast)

58
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami
perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di
nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung
kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian
menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang
licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit
ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan
keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir
penyakit ginjal kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana
eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan
kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan
telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3)
diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran
kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa
menghasilkan urin encer.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora
normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka
untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat
disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam
urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih.
Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih
memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan
untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari
100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa
organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap
organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap
signifikan.
Ragi

59
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering
sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah
bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida,
yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari
urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2
kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan
melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate,
asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang
penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain
infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya
batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih,
menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas.
Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak
harus disertai pembentukan batu.
a. Kalsium Oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang
sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang
asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil.
Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk
amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah
konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan
ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih
dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah
dinyatakan abnormal.
b. Triple Fosfat
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada
orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang
seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak
berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat

60
ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral
ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu
(buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis.
Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis)
dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
c. Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah
ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan
pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit
memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme
normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan,
kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16%
pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia,
kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi
asam urat.
d. Sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin
sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan
batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk
pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan
dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan
indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat
yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino
sistin.
e. Leusin dan Tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-
sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang
tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul
berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine
dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-
kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai.
Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen
urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti

61
tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita menemukan
kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering
terminal).
f. Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai
pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut
persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas,
tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran
kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.
g. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin
misalnya adalah :
Kristal dalam urin asam :
 Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul
membentuk roset.
 Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran,
berkumpul.
 Kristal dalam urin alkali :
 Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak
teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
 Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul
membentuk rosset.
 Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
 Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah
yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan.
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk
membentuk kristal, seperti : kristal Sulfadiazin dan kristal Sulfonamida.

62
BAB VI
KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN Ph DARAH

A. PENGERTIAN
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen.
Molekul yang mengandung atom–atom hidrogen yang dapat melepaskan ion
hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam
hidroklorida (HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan
ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air
membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion
hidrogen untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Demikian juga (HPO4) adalah
suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk (H2PO4).
Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam

63
amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion
hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-se tubuh
yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah “ basa “ sering digunakan secara sinonim dengan “ alkali”. Alkali adalah
suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium,
kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion
Hidroksil ( OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat
dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu,
merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah “ alkolis ” merujuk
pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya
penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai “asidosis “
1. Asam dan basa yang kuat dan lemah
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam
lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-
ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas
adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah
yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih
lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang
berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.

B. KESEIMBANGAN ASAM BASA


Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga
7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH >
7.45

64
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

C. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA


Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis.
Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan
ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan
kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih
banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga
banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-
paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam
cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi
ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan
reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu
komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
2. Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan
yang terjadi pada asidosis dan alkalalosis.
Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas
ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi
normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai
setinggi 160 mEq/liter tampa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion
hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak

65
praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma,
dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO2 ) yang
dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah
arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah
nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH
dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan
batas atas adalah sekitar 8,0. pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah
daripada pH plasma karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama
H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar
antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan
dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH
intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status
asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang
bersifat asam adalah HCL yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik (
sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.
3. Pengaturan
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam
cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis adalah:
1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan
segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan
ekstraseluler.
3. Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alakalin,
sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler menuju normal selama asidosis dan alkalisis.
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga
cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-
perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari
tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka

66
tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Kemudian sistem
pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit untuk mengeliminasi CO2 dan
oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini menjaga konsentrasi
ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai pengaturan yang ketiga
bereaksi lebih lambat,Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari
tubuh.Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem
penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa
yang paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa hari.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
ammonia Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau
basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer).
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan
perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paliing penting dalam
darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada
dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika
lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan
lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak
basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen
dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru dan di paru paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon
dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan
menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih

67
asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

4. Sistem Penyangga Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh


Sistem penyangga kimia (buffer system) adalah suatu bahan kimia yang
dapat menetralkan asam atau basa yang dihasilkan, atau masuk kedalam tubuh.
Artinya, sistem ini dapat mengurangi perubahan pH pada suatu larutan yang
padanya ditambahkan asam ataupun basa. Ini dapat terjadi karena pada sistem
penyangga ini terdapat unsur asam dan basa. Bila didalam tubuh terdapat
penambahan asam, sehingga pH akan turun, asam akan ditangkap oleh unsur
basa dari sistem penyangga, sehingga perubahan pH akan dapat dinetralkan.
Demikian juga sebaliknya, bila didalam tubuh terdapat penambahan basa,
dimanan pH seharusnya akan naik, basa itu akan diikat oleh unsure asam dari
sistem penyangga sehingga kenaikan nilai pH dapat dikurangi. Tentu harus
disadari, sistem penyangga ini juga punya keterbatasan kerja. Tidak semua asam
atau basa yang masuk dapat diikatnya dengan baik. Bila penambahan asam atau
basa itu cukup banyak, tentu akan diikat oleh unsur asam dari sistem penyangga
sehingga kenaikan nilai pH dapat dikurangi. Ada 4 sistem penyangga kimia yang
penting di dalam tubuh, yaitu:
I. Sistem bikarbonat-asam karbonat, yang merupakan sistem terbanyak dan
terpenting.
II. Sistem penyangga hemoglobin.
III. Sistem penyangga fosfat.
IV. Sistem penyangga protein.
Buffers Darah
yaitu : Reaksi kimia untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen (H+) :
 mengikat H+ saat pH turun
 melepas H+ saat pH meningkat
Sistem Buffer Bicarbonate
 Merupakan senyawa asam carbonic (H2CO3) dan sodium bicarbonate
(NaHCO3)
 Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3–) agar berubah menjadi
asam lemah

68
 Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air

5. Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam Basa


Melalui sistem pernafasan ini, CO2 darah dapat dikeluarkan. Seperti telah
dibahas terdahulu, perubahan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar H2CO3,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan nilai pH. Pada keadaan
asidosis metabolik misalnya, akan terjadi hiperventilasi panjang mengakibatkan
pengeluaran CO2, sehingga nilai pH yang rendah dapat diperbaiki. Paru-paru
menyediakan cara yang lebih cepat untuk membantu mengontrol pH darah.
Meningkat-respons untuk latihan pernapasan membantu untuk menetralkan efek
penurunan pH latihan dengan membuang CO2, komponen pokok penyangga pH
dalam darah. Asidosis yang terjadi akibat kegagalan paru-paru untuk
menghilangkan CO 2 secepat dihasilkan dikenal sebagai asidosis pernafasan.
Pengaturan sistem Pernapasan terhadap keseimbangan asam-basa :
1) Karbon Dioksida pada darah diubah menjadi ion bikarbonat dan
dipindahkan oleh plasma.
2) Peningkatan konsentrasi ion hidrogen menghasilkan banyak asam karbonik.
3) Ion hidrogen yang berlebihan dapat diturunkan dengan pelepasan karbon
dioksida dari paru-paru.
4) Frekuensi pernapasan : meningkat dan menurun tergantung perubahan pH
darah

6. Kontrol Keseimbangan Asam-Basa Oleh Ginjal


Di ginjal dapat terjadi sekresi dan reabsorbsi ion HCO3, kerja ginjal akan
berperan besar dalam penentuan nilai pH. Artinya, ginjal berperan untuk
mempertahankan keseimbangan komponen metabolik, yaitu ion HCO3, agar
proses metabolismedapat berjalan dengan baik.
Ginjal membantu menghilangkan kelebihan zat kimia dari darah, seperti
yang dibahas dalam Dialisis ginjal tutorial. Ini adalah ginjal yang pada akhirnya
+
menghapus (dari tubuh) H ion dan komponen lain dari pH buffer yang
membangun berlebihan. Asidosis yang terjadi akibat kegagalan ginjal untuk
melakukan fungsi ekskretoris ini dikenal sebagai asidosis metabolik. Namun,
ekskresi oleh ginjal adalah proses yang relatif lambat, dan mungkin memakan

69
waktu terlalu lama untuk mencegah asidosis akut akibat penurunan tiba-tiba pH
(misalnya, selama latihan).
Pengaturan Ginjal terhadap keseimbangan asam-basa :
1) Ekskresi ion bicarbonate jika dibutuhkan
2) Merubah atau membuat ion bicarbonate jika dibutuhkan
3) pH Urine : 4.5-8.0

D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


1. Asidosis Respiratorik
Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal,
jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit
berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika
dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat
juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan

70
kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika
pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-
jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini
memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan
pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2. Asidosis Metabolik
Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak
asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah:
1) Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam
atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah

71
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin
pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2) Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai
suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes
melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan
memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat
dibentuk dari metabolisme gula.
3) Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun
bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa
terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
 Gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih
dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak
memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai
merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan
mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat
turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
Diagnosa

72
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk
mengukur pH darah.Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran
kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan
pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya
kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam
darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh
keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih
secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi
dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu
dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan
dapat membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
 Rasa nyeri

73
 Sirosis hati
 Kadar oksigen darah yang rendah
 Demam
 Overdosis aspirin.
Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri. pH darah juga sering meningkat.
Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat
pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita
menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya
adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.

4. Alkalosis Metabolic
Definisi
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang

74
lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama
setelah pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi
pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan
seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila
kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
 Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid)
Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),
otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi
alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang)
otot yang berkepanjangan (tetani).
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam
keadaan basa.
Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.

75
BAB VII
DNA SEBAGAI MATERI GENETIKA

A. PENGERTIAN DNA
Alam memperlihatkan mekanisme hayati untuk mempertahankan ciri khas
mahluk hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mekanisme ini terjadi ada
semua tingkat mahluk hidup. Dari yang paling rendah sampai paling komplek
sekalipun. Ciri atau sifat khas mahluk hidup tampak dari ciri morfologis, ciri anatomi
maupun ciri tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Gregory Mendel (1822-1884) adalah orang pertama mengamati pewarisan sifat
ini. Dari hasil percobaan tahun (1866). Mendel menarik kesimpulan bahwa sifat-sifat
karakteristik dari kedua induk dapat diwariskan ke generasi berikutnya melalui
segregasi. Selanjutnya, August Weisman pada tahun 1892, mengemukakan bahwa
sifat yang diwariskan tersebut dilakukan oleh senyawa yang berasal dalam inti sel.
Senyawa tersebut dalam penelitian lanjutan disebut kromosom. Tahun 1869 seorang
ahli ilmu kimia berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Miescher menyelidiki

76
susunan kimia dari nucleus sel. Ia mengetahui bahwa nukleus sel tidak terdiri dari
karbohidrat, protein maupun lemak, melainkan terdiri dari zat yang mempunyai
pengandungan fosfor sangat tinggi. Oleh karena zat itu terdapat di dalam nukleus sel,
maka zat itu disebutnya nuklein. Nama ini kemudian dirubah menjadi asam nukleat,
karena asam ikut menyusunnya. Walter Sutton, tahun 1903, mengemukakan bahwa
kromosom merupakan benda-benda sel yang mengandung unit-unit pewarisan. Unit
tersebut oleh Wilhem Johannsen disebut gen (1909). Dan pada tahun 1926,Herman
Muller membuktikan bahwa sinar-X memicu perubahan genetik lalat buah.
Penemuan DNA (Deoxyribonucleic acid) sebagai materi genetik pada awalnya
menimbulkan pro dan kontra. Pengetahuan tentang kromosom yang tersusun dari
protein dan asam nukleat, mulanya lebih condong menganggap bahwa protein
sebagai materi genetik. Hal ini berkaitan dengan peranan protein yang sangat
dinamis dalam kehidupan sel. Anggapan protein sebagai materi genetik terus dianut
hingga tahun 1950-an. Sementara asam nukleat karena dianggap terlalu kecil dan
strukturnya terlalu sederhana, hanya sedikit sekali mendapat perhatian sebagai materi
genetik.
Percobaan Griffith dalam tahun 1928. la menemukan bahwa bakteri Diplococcus
pneumoniae (biasa disebut Pneumococcus), bila dipelihara di laboratorium,
maka berdasarkan bentuk koloninya dapat dibedakan dua bentuk, yaitu bentuk kasar
(K) dan bentuk halus (H). Kedua bentuk bakteri ini biasanya tumbuh murni, artinya
tidak bercampur. Griffith dapat menunjukkan bahwa apabila koloni bentuk H
dibunuh karena direbus dan sisanya dicampur dengan bakteri bentuk K yang
hidup, maka beberapa dari bakteri bentuk K ini ditransformasi (dirubah) ke bakteri
bentuk H. Bakteri bentuk H ini kemudian tumbuh murni seperti halnya dengan sisa
bakteri K yang tidak mengalami transformasi.
Jadi secara singkat: H mati + K hidup à H hidup + K hidup. Ini berarti bahwa
suatu substansi yang terdapat di dalam bakteri H yang mati telah dipindahkan ke
bakteri K dan merupakan sifat genetik dari bakteri K.
Pada pertengahan tahun 1940-an arah penelitian tentang bahan genetis mulai
beralih dari protein ke DNA, salah satu jenis asam nukleat mahluk hidup. Tahun
1944, Oswalt Avery, Colin Mac Leod dan Maclyn McCarty dengan menggunakan
ekstrak DNA berhasil menunjukkan bahwa DNA merupakan senyawa yang

77
bertanggung jawab dalam proses transformasi bakteri strain R (rough) yang kurang
virulen dan kasar menjadi strain S (smooth) yang sangat virulen dan halus.
Penelitian yang menunjukkan bahwa DNA merupakan bahan informasi genetik
dan bukan protein, dilakukan oleh Alfred Hershey dan Martha Chase ada tahun 1952.
Percobaan pembuktian DNA sebagai bahan informasi genetik dilakukan melalui
pelabelan DNA dengan 32P dan protein dengan 35S asal virus bakteriofag T2. Hasil
analisis bakteri yang terinfeksi dalam sel bakteri kemudian mengendalikan
metabolisme sel bakteri guna kepentingan bakteriofag, biosintesis DNA, dan protein
bakteriofag. Sebaliknya sedikit sekali yang mengandung 35S (protein bakteriofag
induk).
Pada tahun 1953, James D. Watson, ahli Biokimia Amerika Serikat dan Francis
Crick, ahli biofisika Inggris, mampu mengidentifikasi rantai asam deoksiribonukleat
di dalam kromosom inti sel, tempat rantai DNA bernaung. Struktur yang ditemukan
adalah rantai ganda antiparalel, yang terbukti membawa ribuan gen yang menentukan
sifat-sifat mahluk hidup. Sekarang tidak terbantahkan lagi bahwa DNA merupakan
materi genetik.

B. STRUKTUR DNA (Asam deoksiribonukleat)


Bagian terbesar dari DNA terdapat di dalam kromosom. Sedikit DNA terdapat
juga di dalam organel seperti mitokondria dari tumbuhan dan hewan, dan dalam
kloroplast dari ganggang dan tumbuhan tingkat tinggi. Ada perbedaan nyata antara
DNA yangterdapat di dalam kromosom dan di dalam mitokondria maupun
kloroplast. DNA di dalam mitokondria dan kloroplast tidak ada hubungannya dengan
protein histon dan bentuk molekulnya bulat seperti yang terdapat pada bakteri dan
ganggang biru. Sel tumbuhan dan hewan mengandung kira-kira 1000 kali lebih
banyak DNA daripada yang dimiliki sel bakteri.
Asam nukleat tersusun atas nukleotida (mononukleotida), yang bila terurai ter-
diri dari gula, fosfat dan basa yang mengandung nitrogen. Basa nitrogen dan gula
pentosa deoksiribosa melalui ikatan glikosida membentuk molekul nukleosida.
Ikatan glikosida tersebut terjadi antara atom C-1 gula pentosa dengan atom N-1
pirimidin atau atom N-9 purin. Karena banyaknya nukleotida yang menyusun
molekul DNA, maka molekul DNA merupakan suatu polinukleotida.
Tiga komponen dasar molekul DNA yaitu:

78
1. Gula. Molekul gula yang menyusun DNA adalah sebuah pentosa, yaitu
deoksiribosa
2. Fosfat. Molekul fosfatnya berupa PO4.
3. Basa. Basa nitrogen yang menyusun molekul DNA dibedakan atas:
a. Kelompok pirimidin. Kelompok ini dibedakan atas basa: - sitosin (S)-
timin (T)
b. Kelompok purin. Kelompok ini dibedakan atas basa: - adenin (A) -
guanin (G)

Struktur fisik dan kimia DNA dikemukakan James D. Watson dan Francis Crick.
DNA mempunyai dua rantai polinukleotida anti-paralel dalam heliks ganda. Ciri-ciri
utama model DNA heliks ganda yang diusulkan Watson dan Crick adalah sebagai
berikut:
1. Molekul DNA mengandung dua rantai polinukleotida yang terikat satu dengan
yang lain dalam heliks ganda putar kanan.
2. Diameter heliks ganda tersebut adalah 2 nm.
3. Kedua rantai antiparalel (polaritas berlawanan), yaitu kedua rantai berorientasi
dalam arah berlawanan satu rantai arah 5’ ke 3’ dan rantai lain dari 3’ ke 5.
4. Kerangka gula fosfat berada pada di sisi luar heliks ganda sementara basa
terorientasi pada pusat sumbu.
5. Basa-basa rantai yang berlawanan diikat bersama melalui ikatan hydrogen. Basa
A elalu berpasangan dengan T (dua ikatan hydrogen) dan G dengan C (tiga
ikatan hydrogen).

79
6. Pasangan basa terpisah 0,34 nm (34 Å) dalam heliks ganda. Putaran penuh
(3600) heliks mengambil 3,4 nm (0,34 Å), sehingga ada 10 pasang basa setiap
putaran.
7. Dua rantai yang mengikat pasangan basa pada cincin gulanya tidak berlawanan
secara langsung. Karena tulang punggung dua gula fosfat dari heliks ganda tidak
sama panjang dalam sumbu heliks sehingga menghasilkan lekukan antara tulang
punggung. Lekukan memiliki ukuran yang sama, sehingga disebut lekukan besar
(mayor groove) dan lekukan kecil (minor groove)
Kedua ujung rantai DNA linear dapat terikat secara kovalen satu sama lain
membentuk struktur lingkaran. Struktur tersebut dapat berbentuk acak (berlilitan)
dan sirkular terbuka. Pelilitan merupakan struktur DNA yang tertutup secara kovalen
karena rantai polinukleotidanya tetap utuh. Struktur ini tidak mempunyai ujung 5’
atau 3’ bebas. Jika salah satu rantai polinukleotida putus, maka heliks ganda akan
kembali ke bentuk normalnya sebagai sirkular terbuka. Beberapa contoh struktur
DNA berlillitan adalah DNA virus ST-40, DNA plasmid bakteri.

Penelitian lanjutan oleh Wilkins dan kawan-kawan menemukan 3 macam


struktur DNA dan dinamakan struktur A, B, dan Z. Model struktur DNA paling stabil
adalah struktur B, seperti yang dikemukakan oleh Watson & Crick. Heliks ganda di
alam (dalam larutan) umumnya memiliki putar ke kanan (DNA-B). bila DNA
memiliki basa purin dan pirimidin berselang seling, terdapat kecenderungan bentuk
B berubah menjadi bentuk Z yang membentuk heliks zigzag. Bentuk A putar kiri, di
antaranya terjadi bila rantai DNA berubah menjadi tunggal untuk kemudian
berpasangan dengan RNA.

80
Penelitian Chargaff (1955) melalui hidrolisis DNA membuktikan bahwa pada
berbagai macam makhluk ternyata banyaknya adenin selalu kira-kira sama dengan
banyaknya timin (A = T), demikian pula dengan sitosin dan guanin (S = G). Dengan
perkataan lain,aturan Chargaff menyatakan bahwa perbandingan A/T dan S/G selalu
mendekati satu.

C. STRUKTUR DAN FUNGSI MATERI GENETIK


Makhluk hidup memiliki persenyawaan kimia yang sangat penting yang
membawa keterangan genetic dari sel khususnya atau dari makhlukdalam
keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. DNA sangat menarik
perhatian para biologiwan modern dalam abad ini, seperti halnya ahli kimia serta
fisika tertarik pada atom. Oleh karena DNA sangat erat hubungannya hamper dengan
semua aktifitas biologi, maka banyak penyelidikan telah dilakukan, bahkan kini
masih terus berjalan untuk engetahui lebih banyak lagi tentang DNA. DNA

81
menempati urutan pertama dalam sitologi ( ilmu hal sel ), genetika, biologi molekul,
mikrobiologi, biologi perkembangan, biokimia dan evolusi
Sel eukariot mempunyai DNA dalam jumlah sangat besar. Dalam sel tubuh
manusia, misalnya DNA, yang terkandung kira-kira seribu kali lebih banyak
daripada dalam sebuah sel bakteri. sementara sel beberapa hewan amfibi memiliki
kandungan DNA lebih dari 10 kali dari yang terkandung dalam tubuh kita. Sebagian
DNA bersifat structural, yang memungkinkan bagian-bagian pembawa informasi
genetic membentuk sususnan rapat. Sebagian DNA bersifat regulator, yaitu
membantu mengaktifkan dan mengistirahatkan gen yang mengatur sintesis protein
(Bruce, 1994).
Nukleus terdiri atas banyak benang yang kaya protein yang terletak di dalam
cairan nucleus. Di dalam sel yang istirahat benang-benang ini dinamakan kromatin.
Pada kromosom terletak penentu-penentu genetic atau ketururnan yang dinamai gene
dalam sususnan berderet. Jumlah kromosom dalam badan sel adalah tetap untuk jenis
organisme tertentu ( Evelyn, 1995).
Gregor mendel (1882-1884), seorang rahib Austria, mengadakan penyelidikan
untuk membuka tabir rahasia keturunan melalui seperangkat eksperimen yang akan
memberikan hasil-hasil yang berguna. Setiap makhluk hidup memiliki sifat yang
berbedabeda. Teori-teori Mendel terkenal dengan sebutan Hukum Keturunan
Mendel. Dalam penelitiannya, Mendel menggunakan tanaman kapri atau ercis
(Pisum sativum). Secara khusus ia ingin mengetahui hokum-hukum yang mengatur
produksi hibrida. Ia berasumsi tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu
sifat atau karakter yang dapat diwariskan. Ia menyebutnya ‘faktor’. Pada 1910,
Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya,
terjadi ‘perlombaan’ seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak
penghargaan Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini.
Pada saat itu DNA sudah ditemukan dan diketahui hanya berada pada kromosom
(1869), tetapi orang belum menyadari bahwa DNA terkait dengan gen. Melalui
penelitian Oswald Avery terhadap bakteri Pneumococcus (1943), serta Alfred
Hershey dan Martha Chase (publikasi 1953) dengan virus bakteriofag T2, dari sini
diketahui bahwa DNA adalah materi genetic. Gregor Mendel telah berasumsi tentang
adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang dapat
diwariskan. Ia menyebutnya ‘faktor’. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan

82
menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi ‘perlombaan’
seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel
yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini (Geoffrey, 1984).
1. Kromosom
Kromosom pertama kali diamati oleh Karl Wilhelm von Nägeli pada 1842
dan ciri-cirinya dijelaskan dengan detil oleh Walther Flemming pada 1882. Pada
1910, Thomas Hunt Morgan membuktikan bahwa kromosom merupakan
pembawa gen. Kromosom merupakan tabung-tabung protein dalam setiap sel.
Jumlah kromosom sangat bervariasi dalam bentuk tabung. Kromosom
merupakan zat yang mudah mengikat zat warna sehingga mudah diamati
sewaktu sel membelah. Zat penyusun kromosom disebut kromatin, yaitu serabut
halus yang terjalin seperti benang. Kromosom terdiri atas belahan dua benang
halus yang sama, disebut kromatid. Kromosom merupakan struktur
makromolekul besar yang memuat DNA yang membawa informasi genetik
dalam sel. DNA terbalut dalam satu atau lebih kromosom.

ukuran kromosom
Kromosom tersusun atas nucleoprotein, yaitu persenyawaan antara asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel serta protein histon atau protamin, yang
membawa keterangan genetic hanyalah asam nukleat saja. Sebuah kromosom
(dalam bahasa Yunani chroma = warna dan soma= badan) adalah seberkas DNA
yang sangat panjang dan berkelanjutan, mengandung gen unsure dan nukleotida.
Kromosom ini dilapisi oleh histon (protein structural). Setiap kromosom
memiliki dua lengan, yang pendek disebut lengan p (dari bahasa Perancis petit
yang berarti kecil atu pendek) dan lengan yang panjang lengan q (q mengikuti p
dalam alfabet).

83
struktur kromosom
Dalam kromosom terdapat gen yang membawa sifat-sifat keturunan atau
disebut juga faktor keturunan. Gen tersusun secara teratur pada suatu deretan
tertentu dan berada di dalam lokus. Di dalam kromosom terdapat DNA
(Deoxyribonucleic Acid). Jumlah kromosom dalam sel bervariasi, tergantung
pada jenis makhluk hidupnya. Namun, jumlah kromosom pada tiap jenis
makhluk hidup selalu tetap. Panjang kromosom juga berbeda-beda. Hewan
cenderung memiliki kromosom yang pendek (4-6µm), sedangkan tumbuhan
cenderung memiliki kromosom yang panjang (mencapai 50µm). Panjang
kromosom pada tiap-tiap makluk hidup berbeda – beda berkisar antara 0,2 – 20
mikron. Pada umumnya semakin sedikit jumlah kromosom pada suatu makluk
hidup semakin panjang kromosomya. Manusia memiliki 46 kromosom, tepatnya
23 kromosom homolog. Dari jumlah tersebut, 44 (atau 22 pasang) merupakan
autosom (A) dan 2 (atau sepasang) merupakan gonosom. Seorang perempuan
memiliki 22 pasang autosom dan sepasang kromosom X sehingga rumus
kromosomnya 22AAXX. Seorang laki-laki memiliki 22 pasang autosom dan 1
kromosom X serta 1 kromosom Y sehingga rumus kromosomya 22AAXY.
2. DNA ( Deoksiribonucleic Acid)
Senyawa ini merupakan senyawa kimia yang terpenting pada makhluk
hidup. DNA memiliki fungsi untuk menyampaikan atau membawa informasi
genetic suatu sel mahkluk hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Molekul DNA ditemukan pertama kali oleh F. Miescher (1869) dari sel
spermatozoa dan dari nucleus sel-sel darah merah burung, dan menamakannya
sebagai Nuklein. Molekul-molekul inilah yang menyediakan mekanisme untuk
meneruskan informasi genetic dari sel parental ke sel anak (pada tingkat seluler),
dari induk ke ekturunan (pada tingkat organis) serta dari generasi ke generasi
(pada tingkat populasi). Struktur DNA ditemukan dan diamati oleh James D.

84
Watson (Perancis) dan F.C Crick (Inggris), meraka menemukan bahwa struktur
DNA adalah double helix. Double helix yaitu tangga tali yang terpilin.
DNA adalah singkatan dari deoxyribonucleic acid atau asam
deoksiribonukleat, merupakan suatu makromolekul yang tersusun oleh
nukleotida sebagai molekul dasarnya yang membawa sifat gen. Sering disebut
juga asam nukleat atau asam inti. Disebut asam inti karena DNA biasanya
terdapat dalam nukleus (inti). Ada pula DNA yang terdapat di luar nukleus,
misalnya di dalam kloroplas, mitokondria dan sentriol. Berikut akan dibahas
struktur dan replikasi DNA. Sebelumnya, DNA dianggap terlalu sederhana
untuk menampung informasi genetik. Awalnya protein dipercaya merupakan
tempat penyimpanan informasi genetik karena protein terdiri dari 20 macam
asam amino. DNA yang merupakan asam nukleat terdiri dari empat macam
nukleotida (akan dibahas pada materi berikutnya) justru dianggap sebagai
penyokong protein. Sekilas protein terlihat memiliki kapasitas penyimpanan
yang besar. Misalnya seuntai tujuh jenis asam amino yang berbeda dapat diatur
menjadi sekitar satu juta kemungkinan susunan yang berbeda. Namun
berdasarkan hasil penelitian Oswarld Avery, Colin MacLeod, dan Macyln Mc
Carty menunjukkan bahwa justru komponen DNA-lah dan bukan protein yang
membawa informasi genetik.
DNA tersusun atas rangkaian nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas :
a. Gugusan gula deoksiribosa (gula pentosa yang kehilangan satu atom
oksigen)
b. Gugusan asam fosfat yang terikat pada atom C nomor 5 dari gula)
c. Gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C nomor 1 dari gula
Ketiga gugus tersebut saling terkait dan membentuk “tulang punggung”
yang sangat panjang bagi heliks ganda. Strukturnya dapat diibaratkan sebagai
tangga, dimana ibu tangganya adalah gula deoksiribosa dan anak tangganya
adalah susunan basa nitrogen. Sedangkan fosfat menghubungkan gula pada satu
nukleotida ke gula pada nukleotida berikutnya untuk membentuk polinukleotida.
Basa nitrogen penyusun DNA terdiri dari basa purin, yaitu adenin (A) dan
guanin (G), serta basa pirimidin yaitu sitosin atau cytosine (C) dan timin (T).
Ikatan antara gula pentosa dan basa nitrogen disebut nukleosida. Ada 4 macam
basa nukleosida yaitu :

85
a. Ikatan A-gula disebut adenosin deoksiribonukleosida (deoksiadenosin)
b. Ikatan G-gula disebut guanosin deoksiribonukleosida (deoksiguanosin)
c. Ikatan C-gula disebut sitidin deoksiribonukleosida (deoksisitidin)
d. Ikatan T-gula disebut timidin deoksiribonukleosida (deoksiribotimidin)
Ikatan asam-gula-fosfat disebut sebagai deoksiribonukleotida atau sering
disebut nukleotida. Ada 4 macam deoksiribonukleotida, yaitu adenosin
deoksiribonukleotida, timidin deoksiribonukleotida, sitidin deoksiribonukleotida,
timidin deoksiribonukleotida. Nukleotida-nukleotida itu membentuk rangkaian
yang disebutpolinukleotida. DNA terbentuk dari dua utas poinukleotida yang
saling berpilin.
Basa-basa nitrogen pada utas yang satu memiliki pasangan yang tetap
dengan basa-basa nitrogen pada utas yang lain. Adenin berpasangan dengan
timin dan guanin berpasangan dengan sitosin. Pasangan basa nitrogen A dan T
dihubungkan oleh dua atom hidrogen (A=T). Adapun pasangan basa nitrogen C
dan G dihubungkan oleh tiga atom hidrogen (C≡G). Dengan demikian, kedua
polinukleotida pada satu DNA saling komplemen.
DNA ( Deoksiribonucleic Acid ) selain memiliki fungsi sebagai pembawa
keterangan genetic, DNA juga berfungsi sebagai:
 Fungsi heterokatalitis, yaitu DNA mampu mensintesis molekul kimiawi
lainnya secara langsung. Seperti mensintesis protein, dan RNA.
 Fungsi autokatalis, yaitu DNA dapat mensisntesa dirinya sendiri.
3. RNA ( Ribonucleic acid )
Sintesis protein melibatkan DNA sebagai pembuat rantai polipeptida.
Meskipun begitu, DNA tidak dapat secara langsung menyusun rantai polipeptida
karena harus melalui RNA. Seperti yang telah kita ketahui bahwa DNA
merupakan bahan informasi genetik yang dapat diwariskan dari generasi ke
generasi. Informasi yang dikode di dalam gen diterjemahkan menjadi urutan
asam amino selama sintesis protein. Informasi ditransfer secara akurat dari DNA
melalui RNA untuk menghasilkan polipeptida dari urutan asam amino yang
spesifik. Selain DNA, sebagian besar sel prokariot dan sel eukariot juga
memiliki asam nukleat yang lain yaitu RNA. RNA singkatan dari ribonucleic
acid atau asam ribonukleat. RNA merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen
DNA, sehingga RNA merupakan polimer yang jauh lebih pendek dibanding

86
DNA. Tidak seperti DNA yang biasanya dijumpai di dalam inti sel, kebanyakan
RNA ditemukan di dalam sitoplasma, terutama di ribosom.
Beberapa macam virus seperti virus Mosaik Tembakau atau TMV
(“Tobacco Mosaic Virus”) dan Virus Influenza tidak memiliki DNA, melainkan
hanya RNA saja. Jadi, seluruh bahan genetik di dalam selnya berupa RNA saja,
sehingga membawa segala pertanggungjawaban seperti yang dibawa DNA. Oleh
karena itu RNA demikian itu sering dinamakan juga RNA genetik, sedangkan
RNA di dalam sel biasa disebut RNA nongenetik (akan dipelajari lebih lanjut
pada materi Macam RNA). Berikut akan diuraikan tentang struktur RNA dan
macam RNA.
RNA dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu RNA genetik
dan RNA non-genetik. RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA,
yaitu sebagai pembawa keterangan genetik. RNA genetik hanya ditemukan pada
makhluk hidup tertentu yang tidak memiliki DNA, misalnya virus. Dalam hal ini
fungsi RNA menjadi sama dengan DNA, baik sebagai materi genetik maupun
dalam mengatur aktivitas sel. RNA non-genetik tidak berperan sebagai pembawa
keterangan genetik sehingga RNA jenis ini hanya dimiliki oleh makhluk hidup
yang juga memiliki DNA. Berdasarkan letak dan fungsinya, RNA non-genetik
dibedakan menjadi mRNA, tRNA, dan rRNA.
a. mRNA (messenger RNA) atau ARNd (ARN duta)
mRNA merupakan RNA yang urutan basanya komplementer
(berpasangan) dengan salah satu urutan basa rantai DNA. RNA jenis ini
merupakan polinukleotida berbentuk pita tunggal linier dan disintesis oleh
DNA di dalam nukleus. Panjang pendeknya mRNA berhubungan dengan
panjang pendeknya rantai polipeptida yang akan disusun. Urutan asam
amino yang menyusun rantai polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon
yang terdapat di dalam molekul mRNA yang bersangkutan. mRNA
bertindak sebagai pola cetakan pembentuk polipeptida. Adapun fungsi
utama mRNA adalah membawa kode-kode genetik dari DNA di inti sel
menuju ke ribosom di sitoplasma. mRNA ini dibentuk bila diperlukan dan
jika tugasnya selesai, maka akan dihancurkan dalam plasma.
b. tRNA (transfer RNA) atau ARNt (ARN transfer)

87
RNA jenis ini dibentuk di dalam nukleus, tetapi menempatkan diri di
dalam sitoplasma. tRNA merupakan RNA terpendek dan bertindak sebagai
penerjemah kodon dari mRNA. Fungsi lain tRNA adalah mengikat asam-
asam amino di dalam sitoplasma yang akan disusun menjadi protein dan
mengangkutnya ke ribosom. Bagian tRNA yang berhubungan dengan kodon
dinamakan antikodon.
c. rRNA (ribosomal RNA) atau ARNr (ARN ribosomal)
RNA ini disebut ribosomal RNA karena terdapat di ribosom meskipun
dibuat di dalam nukleus. rRNA bersama protein membentuk ribosom, ialah
benda-benda berbentuk butir-butir halus di dalam sitoplasma. Lebih dari
80% RNA merupakan rRNA. Fungsi dari RNA ribosom adalah sebagai
mesin perakit dalam sintesis protein yang bergerak ke satu arah sepanjang
mRNA. Di dalam ribosom, molekul rRNA ini mencapai 30-46%.

BAB VIII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi
sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi
dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada didalam otot,
seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan
selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon,
pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks interseluler dan sebagainya protein.
Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor
sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial
untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh
zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

88
Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut
di dalam pelarut-pelarut organik. Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh
karbohidrat, maka simpanan trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida
akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi
(lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk
memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta).
Enzim merupakan katalisator protein yang mengatur kecepatan berlangsungnya
berbagai proses fisiologis. Sebagai katalisator, enzim ikut serta dalam reaksi dan
kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim bekerja mengkatalisis
reaksi yang spesifik yaitu suatu enzim hanya dapat mengatalisa beberapa reaksi,
malahan seringkali hanya satu reaksi saja. Ini merupakan salah satu sifat penting
enzim. Kespesifikan enzim dapat dibedakan dalam kespesifikan Optik dan
kespesifikan Gugus. Temperatur, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,
inhibitor dan kfaktor mempengaruhi kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dengan
implikasi yang penting bagi kesehatan dan penyakit.
Kofaktor adalah molekul non-protein yang berikatan dengan enzim, membuat
enzim menjadi aktif, terikat pada sisi aktif enzim dan terlibat dalam katalisis, yang
dapat berbentuk ion logam ataupun koenzim. Kofaktor logam adalah molekul
anorganik non protein spesifik, seperti ion logam antara lain: Na+, K+, Mg+, Ca+,
Mn+, Zn+, Fe2+, Co2+,Cu+, Cr3+, dan Ni2+. Koenzim adalah senyawa organik non
protein spesifik, seperti: NADH, NADPH, FAD, FMN, ATP, KoA, Biotin dll.
Kofaktor logam mempercepat kecepatan reaksi kimia enzim dengan cara katalisis
asam-asam umum, katalisis kovalen, mendekatkan pereaksi, dan mengadakan
tekanan pada enzim atau substrat, sedangkan koenzim berperan dalam memindahkan
gugus kimia, ion H dan elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami
suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu
karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini
dikenal dengan istilah avitaminosis.Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.

89
Vitamin dan mineral termasuk salah satu bagian nutrisi mikronutrien atau nutrisi
kecil yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil.Pada mulanya peran nutrisi
hanya untuk mencukupi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien yang sifatnya
esensial sebagai penyeimbang kehilangan masa otot dan mencegah menurunnya
imunitas tubuh yang terkait dengan lamanya suatu perawatan.Saat ini peran nutrisi
lebih jauh lagi, berbagai komponen nutrisi digunakan untuk memodulasi fungsi
sistem imun.
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2. Pada atom
karbon alfa dari posisi gugus –COOH. Ada 20 macam asam amino, yang masing-
masing ditentukan oleh jenis gugus R atau rantai samping dari asam amino. Jalur
metabolisme utama dari asam-asam amino terdiri atas: produksi asam amino dari
pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sistesis asam amino di hati.
Katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea
sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Sistesis protein
dari asam-asam amino.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Adapun pemeriksaan urinalisis ada pemeriksaan secara fisik, mikroskopis, dan
kimia. Pemeriksaan fisik(makoskopis) yaitu jumlah urine, bau, buih, kejernihan,
warna, dan berat jenisnya. Pemeriksaan mikroskopis yaitu melihat sel darah merah,
sel darah putih, toraks/silinder, sel epitel, dan Kristal. Pemeriksaan kimia yaitu terdiri
dari urobilinogen, bilirubin, protein, glukosa, badan keton, dan PH.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga
7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa
dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru
berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH >
7.45. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya

90
adalah 40 mmHg. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut
juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L. Asidosis
berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.
Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel,
replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus - menerus
melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah
diatur, yaitu pada fase S siklus sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan
tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan
ikatan antara nukleotida - nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA
dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase
(PCR).

B. SARAN
Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah isi dari makalah saya pun
banyak terdapat kekurangan, untuk itu disarankan kepada pembaca yang ingin lebih
menggali ilmu tentang Protein untuk tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-
satunya rujukan, tetapi sebaiknya juga mencari jurnal dan buku-buku maupun media
lainnya sebagai referensi.

91

Anda mungkin juga menyukai