Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

HUTOMO ADHI
1620522108 MM 2017 B
Krisis keuangan tahun 1997 – 1998 yang melanda banyak negara di Asia,
termasuk Indonesia, telah mendorong terjadinya reformasi dan timbulnya berbagai
inisiatif untuk memperkuat ekonomi nasional dan kerjasama regional. Beberapa usulan
dan perjanjian pun kemudian dilakukan untuk membangun kerjasama yang lebih luas dan
menyeluruh, termasuk kerjasama dalam rangka membangun komunitas ASEAN tahun
2015. Kerjasama tersebut diantaranya meliputi kerjasama di bidang tata kelola
perusahaan atau yang populer dikenal dengan istilah corporate governance(CG).

Setelah krisis moneter yang menghantam perekonomian di negara-negara Asia


menjelang akhir tahun 1990-an, muncul inisiatif untuk menguatkan kerangka tata kelola
perusahaan, baik di tingkat nasional maupun regional. Studi yang dilakukan oleh Asian
Development Bank (ADB) mengidentifikasi bahwa kontributor utama dari krisis ekonomi
tersebut yakni lemahnya “tata kelola perusahaan” (Zhuang, et al, 2000). Dengan
demikian, krisis Asia menjadi momentum penting yang mendorong urgensi reformasi tata
kelola perusahaan di Asia, dan juga di Indonesia

Krisis yang melanda Asia tersebut mendorong pemerintah Indonesia untuk


bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah tata kelola perusahaan di Indonesia. Untuk
itu, dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada
tahun 1999 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan
Industri, dengan melibatkan 30 orang perwakilan dari sektor publik dan swasta untuk
merekomendasikan prinsip-prinsip GCG nasional. Pada tahun 2004, KNKCG diubah
menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan pertimbangan untuk
memperluas cakupan ke tata kelola sektor publik(public governance). KNKG telah
menerbitkan Pedoman Nasional Good Corporate Governance (Pedoman Nasional GCG)
pertama kali pada tahun 1999, yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan
2006.Selanjutnya, untuk mendukung upaya reformasi yang dilakukan pemerintah,
kemudian bermunculan berbagai inisiatif yang digagas oleh berbagai kalangan yang
menaruh kepedulian untuk membangun kembali Indonesia setelah krisis. Berbagai
organisasi yang memelopori pentingnya praktik tata kelola perusahaan yang baik di
Indonesia antara lain, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI), Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga Komisaris dan
Direksi Indonesia (LKDI). Organisasi tersebut bertujuan untuk mempromosikan
kepedulian terhadap tata kelola dengan mengadakan seminar dan konferensi, membantu
perusahaan untuk melakukan self-assessment,menyediakan program pendidikan dan
pelatihan, melakukan penilaian praktik tata kelola, serta menyediakan indeks persepsi tata
kelola secara tahunan.

Istilah Corporate Governane pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee


tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report (Tjager dkk., 2003).
Definisi Good Corporate Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori
stakeholder adalah sebagai berikut : “A set of rules that define the relationship between
shareholders, managers, creditors, the government, employees and internal and external
stakeholders in respect to their rights and responsibilities”. (Seperangkat aturan yang
mengatur hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah,
karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka). Pengertian lain menurut
Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
BUMN No. 23/M PM/BUMN/2000 tentang Pengembangan Praktik GCG dalam
Perusahaan Perseroan (PERSERO), Good Corporate Governance adalah prinsip
korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai
maksud dan tujuan perusahaan.

Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997,
saat krisis ekonomi menerpa Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut,
salah satunya ialah banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan,
Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis
ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga
saat ini.. Menyadari situasi dan kondisi demikian, pemerintah melalui Kementerian
Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini di
lingkungan BUMN, Melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-
MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk
menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Pemerintah memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap implementasi GCG


di Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat dari dibuatnya berbagai
regulasi yang mengatur tentang GCG. Berawal dari Dibentuknya Komite Nasional
tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menko Ekuin
Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG . Menerbitkan
Pedoman GCG Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG melalui Surat Keputusan
Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari Sub-
Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan SE Ketua
Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya
Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten, dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
8/4/PBI/2006 tentang GCG yang dirubah dengan PBI No. 8/14/GCG/2006.

Implementasi GCG di BUMN dapat dilihat dengan adanya peraturan-peraturan yang


mendukungnya seperti :

1. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor Kep-133/M-


PBUMN/1999 tentang Pembentukan Komite Audit bagi BUMN.
2. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 Tentang Pedoman
umum pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.
3. Keputusan Menteri BUMN No. 09A/MBU/2005 Tentang Proses Penilaian
Fit & Proper Test Calon Anggota Direksi BUMN
4. SE Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri BUMN
No. 23 Tahun 2000 – mengatur dan merumuskan pengembangan praktik
good corporate governance dalam perusahaan perseroan.
5. Disempurnakan dengan KEP-117/M-MBU/2002 tentang Keputusan
Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN.
Komitmen GCG juga diberlakukan pada sector swasta non-BUMN. Pada tahun
2000, Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan Keputusan
Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 perihal Peraturan Pencatatan
Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai Komisaris
Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris Perusahaan di dalam
memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk
menyampaikan informasi yang material dan relevan. Selain itu juga dibentuknya berbagai
organisasi dan perkumpulan yang mendukung pelaksanaan dari GCG itu sendiri seperti.
Lahirnya Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG), Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD),
Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA), Ikatan Komite Audit Indonesia
(IKAI), Asosiasi Auditor Internal (AAI), Klinik GCG Kadin, dan lahirnya Lembaga
Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI) yang kegiatannya antara lain mengadakan
Forum LKDI untuk membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum bagi
Komisaris dan Direksi, undang-undang pencucian uang dsb.

Masih banyak yang harus dibenahi dan terus dikembangkan pelaksaanaan GCG di
Indonesia. Karena KKN yang merajalela mengartikan GCG masih belum dapat terlaksana
dengan baik. Pelaksanaan GCG di Indonesia tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri. Tapi
memerlukan Integrasi dari seluruh komponen bisnis. Agar dapat dicapai suatu perusahaan
bersih yang dapat disebut Good Corporate Governance.
REFERENCES

OJK, Road Map Tata Kelola Perusahaan Indonesia

Alamsyahprasetio’s Blog, Pelaksananaan GOOd Corporate Governance di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai