Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidup sehat adalah dambaan bagi setiap individu, karena sehat menurut
World Health Organization (WHO) adalah keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/
cacat. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat,
orang yang tidak berpenyakit pun belum tentu dikatakan sehat. Mestinya dalam
keadaan yang sempurna, baik fisik, mental. Maupun sosial. Kembali lagi, sehat
adalah berawal dari kebiasaan baik yang sudah ditanamkan sejak dini dan harus
berawal dari lingkungan yang baik.
Pola hidup dan gaya hidup yang sehat saat ini sangat sulit didapatkan,
dengan kesibukan dan segala macam aktivitas yang membuat kita tidak mampu
memenuhi kriteria hidup sehat. Banyak faktor pencetus terjadinya penyakit
yang kini dapat kita temui dimana-mana. Salah satu penyakit yang kita mudah
dapatkan adalah seperti penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus, Stroke, Gagal
Ginjal dan penyakit mematikan lainnya.
Diabetes Melitus menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI) 2011 adalah penyakit gangguan metabolism yang bersifat kronis
dengan karakteristik hipergliemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat
kadar gula yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung
coroner, retinopati, nefropati dan gangrene.
Diabetes menurut WHO merupakan salah satu dari empat prioritas
penyakitt yang tidak menular, diabetes merupakan penyebab utama untuk
kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. 80 %
diabetetes dapat dicegah dengan tatalaksana pengobatan yang optimal.
Diabetes Melitus didunia terdapat estimasi jumlah pasien diseluruh dunia
per regional di tahun 2015 dan 2040 (Umur 20-79). Di antaranya Amerika
Utara dan Karibia dengan jumlah 44.3 juta jiwa (2015) dan 60.5 juta jiwa
(2040). Amerika Selatan dan Tengah dengan jumlah 29.6 juta jiwa (2015) dan
48.8 juta jiwa (2040). Afrika dengan jumlah 14.2 juta jiwa (2015) dan 34.2 juta
jiwa (2040). Timur Tengah dan Afrika Utara dengan jumlah 35.4 juta jiwa
(2015) dan 72.1 juta jiwa (2040). Pasifik Barat dengan jumlah 153.2 juta jiwa
dan 214.8 juta jiwa (2040). Dan terakhir Eropa dengan jumlah 59.8 juta jiwa
(2015) dan 71.1 juta jiwa (2040). Dengan total jumlah didunia pada tahun 2015
sebesar 415 juta jiwa dan diperkirakan persentasi pengidap diabetes melitus
pada tahun 2040 sebanyak 642 juta jiwa.
Sementara di Asia Tenggara Indonesia menduduki urutan ke-2 persentase
kematian akibat diabetes mellitus setelah Sri Langka di urutan ke-1 dan disusul
negara Thailand dengan urutan ke-3. Pada tahun 2015, hampir 80% orang
diabetes ada dinegara berpenghasilan rendah dan menengah dan persentase
orang dewasa dengan diabetes adalah sejumlah 8.5 % ( 1 di antaranya 11 orang
dewasa menyangdang diabetes). Pada tahun 2013,salah satu beban pengeluaran
kesehatan terbesar di dunia adalah diabetes yaitu sekitar 612 miliar dolar, di
estimasikan sekitar 11 % dari total pembelanjaan untuk langsung kesehatan
dunia.
Pada tahun 2014, terdapat 96 juta jiwa orang dewasa dengan diabetes di
11 negara anggota di wilayah regional Asia Tenggara, setenganya tidak
terdiagnosis dengan diabetes. Pravalensi diabetes di antara orang dewasa di
wilayah regional Asia Tenggara meningkat dari 4.1 % di tahun 1980-an
menjadi 8.6% ditahun 2014.
Tahun 2012, sekitar 1 juta orang dewasa di wilayah regional Asia
Tenggara meniggal karena konsekuensi dari gula darah tinggi. Termasuk
didalamnya kematian akibat langsung dari diabetes (contoh koma diabetikum),
maupun kematian karena komplikasi dan konsekuensi dari diabetes, seperti
gagal ginjal, jantung dan pembuluh darah maupun tuberkolosis. Lebih dari
60% laki-laki dan 40% perempuan meninggal dibawah 70 tahun diwilayah
regionan Asia Tenggara. Populasi dari wilayah tersebutmemang rentan
terhadap faktor diabetogenik lingkungan, sehingga memiliki ambang lebih
rendah terhadap faktor resiko seperti usia, kelebihan berat badan dan distribusi
lemak tubuh. Diabetes menjadi 10 tahun lebih cepat diwilayah regional Asia
Tenggara disbanding Eropa, pada usia dimana merupakan masa paling
produktif.
Di Indonesia, Diabetes Melitus pada tahuun 2015 menempati peringkat ke
tujuh dunia untuk pravalensi penderita diabetes tertinggi didunia bersama
China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah
estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (ADF Atlas, 2015). Diabetes
dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia
(SRS, 2014). Persentasi kematian akibat diabetes merupakan yang kedua
tertinggi setelah Sri Langka. Pravalensi kecendrungan penderita diabetes
meningkat yaitu dari 5.7 % (2007) menjadi 6.9 % (2013) dan 2/3 orang
Indonesia tidak mengetahui dirinya menderita diabetes dan berpotensi untuk
mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan
komplikasi). Pravalensi berat badan berlebih atau overweight (13.5%
Riskesdas 2013) dan Obesitas 915.4% Riskesdas 2013) yang merupakan salah
satu faktor resiko terbesar diabetes meningkat terus dibandingkan Riskesdas
2007 dan 2010. Adapun, jumlah pravalensi diabetes di Indonesia adalah
menurut Riskesdas pada tahun 2007 yaitu 5.7 % dan pada tahun 2016
meningkat 6.9%.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi diabetes yang terdiagnosis oleh dokter sebesar 2,1% dimana
prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Provinsi
Yogyakarta 2,6% DKI Jakarta 2,5% Selawesi Utara 2,4% dan Kalimantan
Timur 2,3% (Muflihatin, 2015). Bertambahnya pravalensi tersbut adalah
berkaitan dengan meningkatnya status sosial yang di ikuti perubahan pol
ahidup menjadi kurang sehat, antara lain kurang kegiatan fisik, makan berlebih,
dengan akibat terjadinya kegemukan (obesitas) yang menyebabkan resistensi
insulin.
Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel - sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Corwin, 2001).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif
sel β dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa.
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
prevalensiDiabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM
sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012
angka kejadian diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana
proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya
prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak
dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua
adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur. Diabetes Mellitus disebut
dengan The Silent Killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan
ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren,
infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak
jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh
karena terjadi pembusukan.Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari
Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya
hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin.
Diabetes Melitus harus segera ditangani karena menjadi bahaya, sebagai
akibat dari lamanya penanganan adalah salah satu contohnya ekstermitas
seperti kaki sulit merasakan sensasi ketika menginjak sesuatu yang berbahaya
dan menimbulkan luka sehingga membuat luka, disamping itu juga pada pasien
diabetes mellitus sirkulasi perifer kurang baik dan luka menjadi terambat untuk
sembuh atau bisa saja sama sekali tidak mendapatkan aliran dari sirkulasi
perifer dan timbulan gangrene atau pembusukan pada jaringan luka tersebut.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah dan mengontrol terjadinya
komplikasi dalam penatalaksanaan DM. Perawatan kaki adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi sirkulasi darah perifer. Spa kaki diabetik
merupakan serangkaian kegiatan perawatan kaki yang di dalamnya terdapat
kegiatan senam kaki, pembersihan dengan air hangat, dan pemijatan
(Purwanto, 2014). Kegiatan-kegiatan tersebut selain dapat melancarkan aliran
darah, juga membuat pasien merasa nyaman dan rileks. Perawat dapat
memberikan edukasi dan melatih keluarga untuk melakukan spa kaki di rumah,
sehingga pasien diabetes tertarik dan rutin melakukan spa kaki agar dapat
mencegah terjadinya luka gangrene.
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dalam 1 tahun yaitu 2017
didapatkan penderita diabetes mellitus tipe II tanpa gangrene sebanyak 1.370
penderita dan di ruang Mawar sebanyak 86 penderita. Sedangkan, diabetes
mellitus dengan gangrene sebanyak 246 penderita dalam satu rumah sakit dan
36 orang diruang Mawar.
Berdasarkan data yang peneliti kumpulkan, peneliti bermaksud untuk
meneliti terkait penanganan pasien diabetes mellitus tipe II dengan spa kaki
diabetic terhadap sirkulasi perifer diruang Mawar RSU Kabupaten Tangerang
tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah


Menurut peneliti pencegahan terjadinya gangrene atau luka pada pasien
diabetes mellitus memiliki banyak cara selain menjaga pola makan dan gaya
hidup, ada pula dengan berbagai jenis cara yang bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah perifer seperti senam kaki diabetes, message kaki dan spa kaki.
Pada penelitian ini, maka peneliti tertarik terhadap “Pengaruh Spa Kaki Diabetic
terhadap Sirkulasi Perifer pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Mawar
RSU Kabupaten Tangerang tahun 2018.

1.3 Tujuan Makalah

1.3.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Spa Kaki Diabetik terhadap Sirkulasi Perifer pada pasien Diabetes
Melitus Tipe II di Ruang Mawar RSUD Kabupaten Tangerang Tahun
2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Melakukan asuhan keperawatan danpada intervensi pasien Diabetes
Melitus Tipe II di Ruang Mawar RSU Kabupaten Tangerang
2. Mengetahui nilai sirkulasi perifer dengan penilaian Ankle Brachial
Index (ABI) pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Mawar
RSU Kabupaten Tangerang
3. Mengetahui dan mengevaluasi adanya pengaruh Spa Diabetik
terhadap Sirkulasi Perifer terhadap pasien Diabetes Melitus Tipe II di
Ruang Mawar RSU Kabupaten Tangerang

1.4 Manfaat Makalah

1.4.1 Bagi Akademis


Sebagai referensi bagi mahasiswa/I untuk dijadikan pengetahuan terkait
kasus diabetes mellitus tipe II dan implementasi yang telah dilakukan.
Selanjutnya, sebagai panduan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Lahan Praktik


Karena banyaknya penderita diabetes mellitus disetiap tahunnya,
diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu perawat
diruangan untuk melakukan penyuluhan dan memperdalam hasil
penelitian ini, dimaksudkan untuk mengurangi angka kejadian pasien
diabetes mellitus dengan resiko gangguan sirkulasi perifer bertujuan
mencegah timbulnya luka gangren atau Ulkus Diabetes.

1.4.3 Bagi Pasien Kelolaan


Dari banyaknya pasien penderita diabetes mellitus, kebanyak mereka
tidak tahu tentang komplikasi yang terjadi dalam jangka panjang.
Perawat menyarankan untuk menggali lagi informasi terkait penyakit
diabetes mellitus, dengan mendatangi rumah sakit atau klinik terdekat
mengecek kadar gula darah dan tidak lelah untuk berperilaku hidup sehat
serta menjaga kadar gula darah dengan berolah raga kecil secara teratur
didukung nutrisi cukup.

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 Modul Business Plan
    1 Modul Business Plan
    Dokumen57 halaman
    1 Modul Business Plan
    heldaseptivany
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen5 halaman
    Bab I1
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Surat Penyataan Herniaa
    Surat Penyataan Herniaa
    Dokumen1 halaman
    Surat Penyataan Herniaa
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen5 halaman
    Bab I1
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen1 halaman
    Bab I1
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen5 halaman
    Bab V
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Tugas Manajemen Sistem Informasi Jurnal Newww
    Tugas Manajemen Sistem Informasi Jurnal Newww
    Dokumen7 halaman
    Tugas Manajemen Sistem Informasi Jurnal Newww
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Usaha Bella
    Usaha Bella
    Dokumen1 halaman
    Usaha Bella
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Jenjang Karir Tenaga Kesehatan Gizi
    Jenjang Karir Tenaga Kesehatan Gizi
    Dokumen1 halaman
    Jenjang Karir Tenaga Kesehatan Gizi
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Total Asset
    Total Asset
    Dokumen1 halaman
    Total Asset
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen5 halaman
    Bab V
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab 123
    Bab 123
    Dokumen13 halaman
    Bab 123
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab 123
    Bab 123
    Dokumen13 halaman
    Bab 123
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab 123
    Bab 123
    Dokumen13 halaman
    Bab 123
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Anemia 2
    Asuhan Keperawatan Anemia 2
    Dokumen13 halaman
    Asuhan Keperawatan Anemia 2
    Ashari Fathahillah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Anonymous SbaIS0KxI
    Belum ada peringkat