Anda di halaman 1dari 57

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan

Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F.6. UPAYA PENGOBATAN DASAR


Laporan Kasus Diare

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Dokter Internship
Puskesmas Kutasari Purbalingga

Pendamping:
dr. Dewanto, M. Kes

Oleh:
dr. Putri Fitrania

PUSKESMAS KUTASARI PURBALINGGA


2014
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Putri Fitrania

Judul Laporan Pengobatan Dasar : Laporan Kasus Diare

Laporan Kasus Diare telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter

Internship dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha

Kesehatan Masyarakat (UKM) di bidang Pengobatan Dasar.

Kutasari, 2014

Mengetahui
Pendamping Dokter Internship

dr. Dewanto, M. Kes


NIP 19701101.200212.1.003
PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada:
1. dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
2. dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga
periode Mei – Agustus 2014 yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang
kesehatan masyarakat.
Wassalam.

Purbalingga,
Dokter Internship

dr. Putri Fitrania


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2%

kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. Namun

untuk kelompok usia 1 – 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak ( 23,2% )

sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-

data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan

penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan

memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai.

Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat

dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada terhadap efek samping obat.

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang

dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat

menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,

gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan

destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat

menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan

yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan

dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi

serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap di beberapa penelitian.

Namun secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi

dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi

gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara

secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi

rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat,

5) waspada terhadap efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut

berbagai aspek didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut.
BAB 2

PERMASALAHAN DI KELUARGA, MASYARAKAT DAN KASUS

2.1 Permasalahan Kasus dan Keluarga

2.1.1 Data Pasien dan Orangtua


Nama Kepala Keluarga : Tn. R
Alamat Lengkap : Desa Metenggeng Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga
No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1. Bpk. R Suami L 30 th SMP Petani
2 Ny. S Istri P 25 th SMP Ibu Rumah
Tangga
3 An. A Anak L 6 th SD kelas 1 Belum Pasien Diare
Bekerja
Sumber: Data Primer, Juli 2014

Karakteristik demografi keluarga pasien berbentuk nuclear family, yaitu dalam


satu rumah terdapat keluarga inti ayah, ibu, dan anak. An. A berjenis kelamin laki-
laki, berusia 6 tahun menderita penyakit diare.

2.1.2 Data Pasien dan Orangtua


Alloanamnesis diambil dari ibu pasien, pada tanggal 15 Juli 2014 di
Puskesmas Pembantu Kutasari Purbalingga pukul 09.00 WIB.
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SD kelas 1
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : Desa Metenggeng Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 15 Juli 2014
2.1.3 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Buang air besar cair
2. Keluhan Tambahan
Badan Panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dating ke Puskesmas Pustu Kutasari pada tanggal 15 Juli 2014,
dengan keluhan buang air besar cair. Keluhan tersebut dikeluhkan sejak ± 2 hari
sebelum ke puskesmas.
Keluhan lain yang dirasakan pasien badan terasa panas. Demam timbul
mendadak setelah bab cair, tidak menggigil, tidak kejang. Dua hari sebelum ke
Puskesmas Pembantu, pasien mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna
kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-),
sekali BAB  1 gelas. Satu hari sebelum ke Puskesmas , pasien mencret-mencret
sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja),
lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB  1 gelas, muntah (-). BAK lancar dan
tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah, tidak sakit
saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake makan dan minum berkurang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita: diare (+), panas (+), batuk (+), pilek
(+) kejang (-)
b. Riwayat mondok : belum pernah
c. Riwayat Operasi : belum pernah
d. Riwayat Kecelakaan : belum pernah
e. Riwayat Pengobatan : tidak ada
f. Riwayat Alergi makanan / obat : tidak ada
g. Riwayat Imunisasi Dasar:
 Imunisasi BCG : lengkap
 Imunisasi DPT : lengkap
 Imunisasi Polio : lengkap
 Imunisasi Campak : lengkap
 Imunisasi Hepatitis B : lengkap
h. Riwayat Imunisasi Tambahan:
Tidak didapat
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dengan orang tua : disangkal
Keluhan yang sama dengan keluarga : disangkal
6. Riwayat Social dan Exposure
a. Community
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien adalah di daerah padat pemukiman,
jarak rumah dengan rumah terlalu berdekatan. Rumah pasien dikelilingi
rumah penduduk lainnya dengan jarak sekitar 2 meter. Sebelah depan rumah
terdapat rumah, dan terdapat jalan kecil yang dapat dilalui kendaraan
bermotor. Sebelah kiri rumah, ± 4 meter, terdapat kandang ternak kambing
dan kebun pisang. Di belakang rumah, terdapat kebun dan pembuangan air
berupa genangan air. Kebun belakang rumah ditanami oleh pepohonan..
Pasien maupun penduduk lain sekitar rumah pasien sudah memiliki jamban
sendiri. Sumber air sehari-hari didapat dari sumur.
b. Home
Pasien tinggal di Desa Metenggeng Kecamatan Kutasari. Pasien
tinggal di sebuah rumah permanen dan tidak bertingkat. Luas rumah ± 80 m2
dengan jumlah penghuni 3 orang. Lantai rumah berupa lantai, dinding rumah
menggunakan tembok, sedangkan atap menggunakan seng dan genting.
Rumah tersebut memiliki 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1
dapur, 1 gudang, 1 ruang kosong. Ruang tamu memiliki jendela berukuran ±
1,5 x 2,5 m dan lubang ventilasi berukuran ± 0,5 x 2,5 m. Kamar tidur
memiliki lubang ventilasi berukuran ± 0,5 x 0,4 m. Kesan pencahayaan cukup.
Kesan kebersihan dan kerapian dalam rumah kurang. Rumah sudah memiliki
jamban. Sumber air berasal dari sumur gali menggunakan timba yang letaknya
bersebelahan dengan jamban. Kondisi air tampak bersih, bening serta tidak
berbau. Air digunakan juga untuk minum maupun memasak makanan.
Pembuangan dari jamban dialirkan ke dan pembuangan air cucian peralatan
ataupun mencuci (tempat di dekat sumur) dialirkan ke dalam selokan kecil
yang mengalir ke area pesawahan. Hal ini menyebabkan di beberapa tempat
terdapat air bekas cucian yang menggenang.
c. Hobby
Pasien mempunyai hobi bermain dengan saudara dan teman-teman sebayanya.
d. Occupational
Pasien sekolah dasar kelas 1
e. Personal habit
Pasien sering bermain di luar rumah dengan saudara dan teman sebayanya.
f. Diet
Pasien sehari-hari makan 2-3 kali, dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk.
g. Drug
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya maupun jamu.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring,
sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, daging, terkadang konsumsi buah-
buahan. Pasien kadang-kadang jajan sembarangan.
8. Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan cukup bulan, ditolong bidan, BBL 3200 gram. Selama
hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan.
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan selama hamil disangkal.
9. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan normal.
10. Riwayat Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai petani, dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Penderita tinggal di rumah bersama bapak dan ibunya. Kebutuhan sehari-hari
dicukupi dengan penghasilan kurang lebih Rp. 2.000.000 per bulan. Hubungan
penderita dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung. Orangtua
penderita peduli dengan kesehatan anggota keluarganya. Dalam kehidupan sosial
penderita banyak bergaul dengan saudara dan teman sebayanya.
11. Riwayat Psikologi
Pasien termasuk orang yang memiliki sifat terbuka. Penyakit yang
diderita pasien tampak mengganggu pasien. Hal tersebut dapat diketahui dari
cerita ibu pasien, bahwa semenjak sakit pasien sering merasa lemas, dan tidak
nyaman karena bab cair.
12. Riwayat Demografi
Hubungan dalam keluarga cukup baik. Pasien adalah anak tunggal di
keluarga. Tidak ada riwayat perceraian dalam keluarga.
13. Riwayat Sosial
Penyakit yang diderita pasien dirasakan mengganggu aktivitas maupun
sosialisasi sehari-hari. Akan tetapi, hubungan pasien dengan saudara maupun
tetangga tampak sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya orang yang
menjenguk pasien ke rumah pasien.
14. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : BAB cair
b. Kulit : Warna kulit sawo matang
c. Kepala : Simetris, ukuran normal, sakit kepala (-), pusing (-),
rambut kepala tidak rontok, berwarna hitam, luka
pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-), ubun-
ubun datar.
d. Mata : Gatal (-), penglihatan kabur (-), mata cekung (-),
air mata (+)
e. Hidung : Keluar cairan (-)
f. Telinga : Pendengaran jelas, keluar cairan (-)
g. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), mukosa merah
muda, bintik-bintik pada mukosa (-)
h. Tenggorokan : Sakit menelan (-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-) kembung (-), nyeri
perut (-) .
l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria : BAK (+) normal
n. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), pegal (+)
Bawah : bengkak (-), pegal (+)
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis
2. Tanda Vital
a. Nadi : 96x /menit, regular
b. RR : 20x /menit
c. Suhu : 370 C
d. BB : 18 kg
e. TB : 120 cm
3. Status gizi
Berdasarkan perhitungan menggunakan tabel Z-Score
a. Perhitungan berat badan menurut umur anak:
Kategori: berat badan normal
b. Perhitungan tinggi badan menurut umur anak:
Kategori: status gizi normal
c. Perhitungan berat badan menurut tinggi badan anak:
Kategori: status gizi normal
Kesimpulan status gizi : baik
4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit normal (>1 detik),
ikterus (-), keriput (-), eritema (-)
5. Kepala : Bentuk kepala normal
6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), discharge (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)
9. Tenggorokan : Radang (-), tonsil dbn
10. Leher : Deviasi trakea (-), JVP meningkat (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
11. Thoraks : Bentuk simetris, datar, retraksi (-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordis di SIC V LMCS
Perkusi : Batas kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Batas kiri atas SIC II LMCS
Batas kanan atas SIC II LPSD
Batas kanan bawah SIC IV LPSD
Perkusi : S1> S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : Dinding dada datar, retraksi (-), gerakan
paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), retraksi (-), gerakan nafas simetris
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikular normal, wheezing (-), ronkhi -/-
12. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
13. Abdomen :
Inspeksi : Datar, benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-), caput
medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan perut (-), benjolan (-)
Perkusi : Timpani normal
14. Genitalia : Tidak dilakukan
15. Anorektal : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
2.1.5 RESUME
An. A, laki-laki, usia 6 tahun dengan bentuk keluarga nuclear family, tinggal
dalam satu rumah bersama ayah dan ibu. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa
pasien menderita BAB cair yang disertai demam. BAB cair dan demam dikeluhkan
sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang
terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat pasien ketika sakit. Status ekonomi
menengah ke bawah, rumah pasien berukuran cukup besar tetapi kurang memenuhi
syarat rumah sehat. Lantai rumah dari lantai semen (plester), dindingnya terbuat dari
tembok, serta atap menggunakan seng dan genting. Ventilasi dan pencahayaan
matahari cukup. Rumah sangat dekat jarak nya dengan rumah tetangga, dengan
kadang kambing dan genangan air (pembuangan air). Sumber air berasal dari sumur
dan higienitas cukup. Pasien lebih dekat dengan ibu, bilamana terdapat permasalahan
pasien akan bercerita kepada ibunya. Kesehariannya pasien sering bermain dengan
tetangga atau saudaranya.

2.2 Diagnosis Holistik


2.2.1 Aspek Personal
Idea: Pasien mengeluh BAB cair, pasien berharap penyakitnya segera sembuh.
Concern: pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk mendukung
pengobatan dan perawatannya sampai sembuh.
Expectacy: pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh, agar dapat
beraktifitas dan bermain bersama teman-temannya.
Anxiety: Pasien merasa tidak nyaman dengan BAB cair. Kedaan ini sangat
mengganggu aktifitas sehari-hari.
2.2.2 Aspek Klinis
Diagnosa : Diare Cair Akut Tanpa Dehidrasi tipe Dysentriform
Gejala klinis yang muncul : BAB cair dengan Dua hari sebelum ke Puskesmas
Pembantu, pasien mencret-mencret sebanyak 4
kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas
(berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali
BAB  1 gelas. Satu hari sebelum ke Puskesmas ,
pasien mencret-mencret sebanyak 3 kali/hari warna
kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja),
lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB  1 gelas,
muntah (-). BAK lancar dan tidak ada keluhan,
warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah,
tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake
makan dan minum berkurang.
Diff diagnosis : Demam tifoid, Diare ec Malabsorpsi
2.2.3 Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Usia pasien 6 tahun dan berjenis kelamin laki.
b. Kebiasaan pasien jajan sembarangan
c. Kepribadian pasien termasuk dalam kepribadian terbuka, mau menerima nasehat
orang lain.
2.2.4 Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pasien tinggal di daerah padat penduduk
b. Tempat tinggal pasien dekat dengan pembuangan air, terdapat tempat kandang
binatang dan genangan air disekitar rumah.
c. Rumah pasien berukuran cukup, terbuat dari tembok bata dengan lantai terbuat
dari semen dan ventilasi serta pencahayaan rumah pasien cukup
d. Ibu masih menggunakan tungku dan kayu bakar sebagai alat memasak.
e. Pasien sekolah SD kelas 1
f. Orangtua pasien bersekolah pendidikan terakhir SMP
g. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit pasien masih kurang.
h. Penghasilan orangtua cukup untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga.
i. Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup dapat dijangkau, rumah
berada di daerah padat penduduk dan dapat dilewati oleh kendaraan bermotor.
Jarak tempuh rumah pasien dengan puskesmas sekitar 10 menit.
2.2.5 Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mengeluh muncul BAB cair dan
demam, pasien tidak bisa melalukan aktifitas seperti biasanya.
3.1 Penatalaksanaan
1. Personal
Terapi farmakologis :
1. Metronidazol 3 x 200 mg
2. Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab
3. Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet
4. Paracetamol 3 x 200 mg prn
Terapi non farmakologis :
1. Istirahat
2. Jaga daya tahan tubuh, dengan makan makanan yang bergizi
3. Menjaga kebersihan diri pasien dengan membiasakan mencuci tangan sebelum
makan, sehabis buang air besar
4. Tidak jajan sembarangan.
Patient Centre Management
a. Dukungan Psikologis
Suport psikologis perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit
diare air yang membutuhkan perhatian yang cukup agar dapat benar-benar sembuh.
Pasien harus dimotivasi agar mau beristirahat, tidak jajan sembarangan, selalu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko
apa saja yang dapat menyebabkan penyakit diare.
b. Penentraman Hati
Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan pasien. Penyakit
diare pada anak dapat juga menimbulkan komplikasi pada anak. Bila diare terjadi
terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, dll. Motivasi keluarga terhadap pasien
juga diperlukan agar pasien mau meminum obat secara teratur agar pasien cepat
sembuh. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam pengobatan pasien.
c. Penjelasan mengenai penyakit diare
Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien harus
beristirahat cukup agar kondisi pasien cepat membaik dan tidak terjadi komplikasi
yang tidak diinginkan. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko yang
dapat menyebabkan penyakit diare
d. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.
e. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa
perubahan pola hidup sehat, menjaga higienitas diri dan lingkungan, makan makanan
yang bergizi, istirahat yang cukup.
2. Keluarga
Menjaga kebersihan, dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan, memasak
makanan dengan benar, dan tidak makan makanan disembarang tempat yang tidak
terjamin kebersihannya. Selain itu air harus dimasak sampai mendidih.
3. Komunitas
Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat pembuangan yang
sudah disediakan dan buang air besar di WC umum.

4.1 Follow Up
Tanggal 16 Juli 2014
S : diare (+), lendir (+), ampas (+), demam (+)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital
RR : 18 x/menit
N : 90 x/menit
S : 37,5 0C
BB : 18 kg
A : Diare akut disentriform tanpa dehidtasi
P : Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1
gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat
cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.
Tanggal 17 Juli 2014
S : diare (+), panas (-)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital :
R : 16 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,8 0C
BB : 18 kg
A : Diare akut disentriform tanpa dehidtasi
P : Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1
gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat
cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien
Tanggal 18 Juli 2014
S : diare (+), panas (-)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital :
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
BB : 18 kg
A : Diare akut disentriform tanpa dehidtasi
P : Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1
gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat
cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien

4.2 Flow Sheet


Nama : An. A
Diagnosis : Diare Akut Disentriform Tanpa Dehidrasi
Tabel Flow Sheet
BB
Tgl Problem N RR T Planning Target
No kg
1. 16-07-14 - Diare (+) 90 18 37,5 18 - Metronidazol Demam turun
- Ampas (+) - Zinc Mengobati
- Lendir (+) - Lacto B diare dan
- Demam (+) - Paracetamol mengurangi
- edukasi keluhan
utama
2 17-07-14 - Diare (+) 80 20 36,5 18 - Metronidazol Mengobati
- Ampas (+) - Zinc diare dan
- Lendir (+) - Lacto B mengurangi
Demam (-) - Paracetamol keluhan
- edukasi utama
3 18-07-14 - Diare (+) 80 20 36,5 18 - Metronidazol Mengobati
berkurang - Zinc diare dan
- Ampas (+) - Lacto B mengurangi
- Lendir (-) - Paracetamol keluhan
- Demam (-)l - edukasi utama
BAB 3
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An. A. Bapak R yang
merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu Sa adalah ibu kandung dari penderita.
An. A, merupakan anak tunggal berusia 6 tahun. Keluarga pasien merupakan keluarga
yang kurang cukup sadar mengenai kesehatan. Saat penderita mengalami muncul bab
cair, keluarga penderita tidak langsung membawa pasien ke puskesmas. An. A saat
berobat di dampingi oleh ibunya. Setelah ke puskesmas, An. A didiagnosis diare akut
disentriform tanpa dehidrasi.
2. Fungsi Psikologis
An. A tinggal serumah dengan bapak dan ibu kandungnya. Bapak R dan ibu S sangat
menyayangi dari An. A. An. A juga sering berkumpul dengan keluarga disaat sore hari.
3. Fungsi Sosial
An. A memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya. An A sering bermain dengan
saudara sepupun dan teman sebayanya, ia memiliki banyak teman.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga An. A berasal dari penghasilan bapak yang tiap bulannya
berpenghasilan kira-kira Rp.2.000.000,-. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas
menggunakan BPJS.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan
nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan
dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan
fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan dukungan
berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah selalu
menceritakan kepada ibunya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada
permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan
anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.

GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat menjalani aktifitasnya sehari-hari yaitu masih dapat
sekolah, bermain dengan saudara dan teman sebayanya.

AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan ayahnya berjalan dengan
lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.

RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari
saudara-saudara.
Tabel 3.1 Skor APGAR An. A
A.P.G.A.R An. A Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
Tabel 3.2 Skor APGAR Tn. R
A.P.G.A.R Tn. R Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6
Tabel 3.3 Skor APGAR Ny. S
A.P.G.A.R Ny. S Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (7+6+7+)/3
= 6,7
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 20, sehingga rata-
rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,7. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis
yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga An. A dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai
berikut :
Tabel 3.4 Tabel SCREEM
SUMBER PATOLOGI KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga -
dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan
kemasyarakatan cukup aktif.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal -
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll. Menggunakan
bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, -
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Saat
tidak sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di
masjid dekat rumah.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, pendapatan -
cukup untuk memenuhi keburuhan primer kebutuhan
sekunder bisa terpenuhi.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. +
Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas
pendidikan seperti buku dan koran terbatas.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga -
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
fasilitas BPJS untuk berobat.
Keterangan :
 Social (-) artinya keluarga An. a sudah berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
 Cultural (-) artinya keluarga An. A masih aktif dalam pergaulan sehari-hari. Keluarga An.
D masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga An.D masih mengikuti tradisi
yasinan, mauludan, wetonan, menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
 Religion (-) artinya keluarga An. D sudah memiliki pemahaman agama yang cukup untuk
seusianya, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan An. D dalam mengikuti pengajian jika
An. D tidak sedang sakit.
 Economic (-) artinya Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, pendapatan cukup untuk
memenuhi keburuhan primer kebutuhan sekunder bisa terpenuhi.
 Education (+) artinya keluara Tn. R masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya
mengenai permasalahan kesehatan.
 Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien sudah baik, yaitu dengan
langsung mengunjungi Puskesmas terdekat tidak berobat ke dukun atau yang semisalnya.
Kesimpulan :
Dalam keluarga An. A fungsi patologis yang positif adalah fungsi edukasi.

D. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA


Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga An. A
DALAM SATU RUMAH

Tn.R Ny.S

An.A

Sumber : Data Primer, Juli 2014


Keterangan : hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn.S baik-baik saja dan sangat harmonis
dan saling dukung mendukung.
E. GENOGRAM
Alamat : Desa Metenggeng Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tn. R PB Ny. S

An. A, 6thn

Diagram 1. Genogram Keluarga


Keterangan:
= Laki-laki

= Perempuan

Atau = Meninggal

= Pasien
BAB 4
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


1. Faktor Perilaku Keluarga
Pasien mulai menderita diare 2 hari sebelum ke Puskesmas. Saat ini, dikeluarga
pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Pasien tinggal di daerah
pemukiman cukup padat penduduk dengan rumah yang sederhana. Rumah pasien sudah
memiliki jamban sendiri. Keluarga pasien menggunakan jamban sendiri di rumah saat
BAB dan BAK, sumber air yang digunakan dari sumur dengan kualitas cukup bersih.
Pencahayaan rumah dan ventilasi udara cukup.
Pasien mempunyai kebiasaan sering jajan sembarangan di sekolahannya, kadang
memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan sebeleum atau sesudah makan.
Komunikasi yang terjalin dalam keluarga ini cukup baik dan harmonis. Semua
anggota keluarga berusaha mengutarakan pendapatnya saat sedang ada masalah. Akan
tetapi, anak lebih sering berkomunikasi dengan ibu dibandingkan dengan bapaknya. Anak
jarang untuk bercerita mengenai masalahnya kepada sang ayah karena merasa takut.
Anak A adalah anak yang pendiam. Dia hanya berbicara seperlunya saja,
sehingga dia lebih sering memendam keinginannya dibandingkan mengutarakannya
kepada orang tuanya apalagi kepada bapaknya. An. A lebih sering bercerita kepada
ibunya.
2. Faktor Non Perilaku
Dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi menengah kebawah.
Keluarga ini hanya memiliki satu sumber penghasilan yaitu gaji dari Bapak Slamet
sebagai petani.
Rumah pasien berada di daerah padat penduduk. Jarak antara rumah pasien
dengan pelayanan kesehatan terdekat cukup dekat. Waktu yang ditempuh untuk ke
Puskesmas sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Orang tua pasien memiliki pendidikan terakhir SMP. Hal ini menyebabkan
pengetahuan dan kesadaran dari keluarga pasien mengenai kesehatan menjadi kurang.
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien dan apa yang
harus dilakukan pada saat pasien sakit.
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan : Lingkungan:
Keluarga kurang Padat penduduk,
mengetahui penyakit ada genangan air,
penderita sumber air dari
sumur

Tindakan
Sikap: Kebiasaan suka
Kesadaran pasien Keluarga An. A jajan
akan kesehatan sembarangan,
kurang jarang cuci tangan
sebelum atau
sesudah makan

Pelayanan Komunikasi:
Kesehatan: Pasien adalah anak
Jika sakit berobat ke yang terbuka, mau
dokter dan puskesmas menerima nasihat
orang lain

: faktor non perilaku

: faktor perilaku

A. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 8 m2,. Tidak terdapat pagar
pembatas. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur dan ruang bersama.
Rumah terbuat dari dinding bata dan lantai di semua ruangan terbuat dari plester (semen).
Atap rumah pasien terbuat dari genteng dan seng. Ruang tamu memiliki jendela dengan
ukuran 2 X 1 m. Kamar tidur rumah pasien memiliki jendela dengan ukuran 2mx0,5m.
Rumah pasien mempunyai kamar mandi di dalam rumah.
2. Denah Rumah
Rumah pasien berukuran 10 x 8 m2 yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu,
1 ruang bersama dan dapur. Tiap ruangan memiliki ukuran yang berbeda-beda, ruang
tamu berukuran 3,5 x 3 m, kamar tidur berukuran 3,5 x 2,5 m. Rumah pasien menghadap
kearah utara. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air sumur.

J
a Kamar Dapur P
l mandi Ruang tidur e
a k
n Ruang TV (R. Keluarga)
Ruang Tamu a
r
Ruang Tidur
a
n
Ruang Tamu
Ruang Tamu g
a
Ruang Tamu n
Pekarangan rumah

Jalan
BAB 5
DAFTAR MASALAH

A. Masalah medis
Tabel 5.1 Masalah Medis
MASTER PROBLEM LIST
Approx. Date Inactive/ Date
No. Active Problems
Date of Problem Resolved Resolved
Onset Recorded Problems
1. 13Juli 2014 15 Juli Diare Akut 18 Juli 2014
2014 Disentriform tanpa
dehidrasi

B. Masalah non medis :


1. Keluarga An. A kurang pengetahuan mengenai penyakit diare
2. Kondisi rumah An. A ventilasi dan pencahayaan cukup, kebersihan di dalam rumah
kurang
3. Rumah pasien sudah memuliki jamban
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah cukup.
5. Fungsi fisiologis keluarga Tn. R adalah sedang.
6. Rumah pasien cukup jauh dari tempat pelayanan kesehatan.
C. Diagram Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-
faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

1. Keluarga An.
A kurang
mengerti akan
penyakit diare

2. Kebiasaan
pasien suka
jajan An. A 6 th dengan 4. rumah kurang
sembarangan, diare dijaga
jarang kebersihannya
mencuci
tangan
sebelum dan
sesudah
makan 3. rumah pasien
cukup jauh
dari tempat
pelayanan
kesehatan

Diagram 4. Diagram Permasalahan Pasien

D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Keluarga An. A 4 4 4 3 4 4 4 12.288
kurang mengerti akan
penyakit diare
2. Kebiasaan pasien suka 5 4 5 3 4 4 5 24.000
jajan sembarangan,
jarang mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan
3. Rumah pasien jauh 3 3 4 3 3 4 4 5.184
dari tempat pelayanan
kesehatan
4. rumah kurang dijaga 3 3 3 3 3 3 3 2.187
kebersihannya
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. R
adalah sebagai berikut :
1. Pasien kurang menjaga kebersihan, jarang memcuci tangan sebelum dan sesudah makan,
suka jajan sembarangan
2. Keluarga Tn. R kurang mengerti akan penyakit diare
3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.
4. Rumah kurang dijaga kebersihannya

F. Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih memahami
mengenai pengetahuan keluarga mengenai diare serta penyebabnya yang dikaitkan
dengan pola asuh dan kebiasaan kepada anak.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita dapat :
a. Mengetahui tentang penyebab diare
b. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam perjalanan penyakit diare.
c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit diare
2. Materi
Materi yang diberikan berupa pengetahuan mengenai diare. Sasaran dari pembinaan ini
adalah pasien dan keluarganya. Pembinaan keluarga ini dilakukan pada tanggal 16 Juli
2014, dengan metode penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarganya dan tanya
jawab. Untuk mengevaluasi dari pembinaan keluarga dilakukan dengan memberikan
pertanyaan kepada keluarga pasien. Selain itu diberikan pula management
penatalaksanaan diare kepada pasien dan keluarganya. Adapun management
penatalaksanaan diare yang diarahkan kepada pasien dan keluarganya adalah sebagai
berikut:

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


1. Pengobatan
Melaksanakan terapi yang telah diberikan di Puskesmas
2. Menimbulkan tanggung jawab pada diri sendiri
Dalam hal ini, dokter berusaha memunculkan rasa tanggung jawab pasien untuk
menjaga kesehatannya sendiri termasuk dalam meningkatkan higiene perseorangan.
Pada kasus ini, dokter berusaha memunculkan tanggung jawab kepada keluarga pasien
untuk memperhatikan kesehatan anaknya dan memberi pengertian tentang pentingnya
menjaga kesehatan, sehingga apabila sakit hendaknya segera berobat ke Puskesmas
atau dokter.
3. Basic Konseling mengenai Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare kembali pada anak
yaitu:
Meningkatkan daya tahan tubuh antara lain :
- Makan makanan yang sehat, cukup kualitas dan kuantitasnya.
- Pemeliharaan kesehatan jasmani dengan olahraga yang teratur dan cara hidup yang
teratur (bekerja, beristirahat, rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya).
- Pemeliharaan kesehatan rohani

B. FAMILY CENTERED MANAGEMENT


Pada prinsipnya tujuan dari manajemen ini adalah untuk meminimalisir terjadinya
kembali diare. Penanganannya hampir sama dengan manajemen pasien namun dalam hal
ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan pemahaman semua anggota
keluarga mengenai diare. Diare bisa diakibatkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk dan
keadaan imunitas tubuh yang menurun sehingga rentan untuk tertular penyakit. Keluarga
pasien juga diberi pengertian bahwa sakit yang diderita pasien dapat sembuh dengan
sendiri tanpa obat, jika kondisi imun tubuh pasien baik.
Dalam manajemen keluarga ini, diberikan pengertian kepada keluarga mengenai
diare secara menyeluruh baik dari faktor host, agent dan lingkungan.
1. Faktor Host dan agent
a. Hindari kontak langsung dengan penderita diare
b. Makan makanan yang bersih dan sehat.
c. Jaga higeinitas
d. Jaga daya tahan tubuh
2. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Terdapat faktor yang mendominasi yaitu kebiasaan pasien dan lingkungan yang
kurang bersih.
1. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan dengan cara konseling pada keluarga dan penderita
2. Sasaran individu
Seluruh anggota keluarga
3. Target kegiatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai diare.
4. Waktu dan tempat
1.Tanggal : 16 Juli 2014
2.Tempat : Desa Metenggeng Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
3.Waktu : 13.30 WIB
BAB 6
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA

A. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA


1. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai diare, lingkungan rumah yang sehat
dan perilaku sehat.
2. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diare beserta kesehatan lingkungan rumah
dan perilaku. Pengetahuan mengenai diare meliputi pengertian diare, penyebab diare,
cara penularan, cara pencegahan, pengobatan awal, serta komplikasi diare. Selain itu,
pasien dan keluarga juga diberikan pengetahuan mengenai lingkungan rumah yang sehat
seperti ventilasi, pencahayaan, jamban, pengelolaan limbah/sampah dan sumber air
bersih.
Edukasi mengenai cara pencegahan diare meliputi:
a. Menghindari kontak dengan pasien yang menderita diare
b. Menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan
bergizi.
c. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar yaitu sebelum makan dan setelah buang air
besar.
d. Meminum air minum yang sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus sampai mendidih. Selain itu, tempat air minum harus terlindung serta air
tidak disimpan terlalu lama.
e. Buang air besar dan kecil pada tempatnya seperti jamban.
f. Selalu rutin membersihkan dan merapikan rumah
Edukasi mengenai lingkungan rumah meliputi ventilasi, pencahayaan, jamban,
pengelolaan sampah dan sumber air bersih.
a. Rumah harus memiliki ventilasi supaya udara bersih masuk dan membebaskan udara
ruangan dari kuman penyebab penyakit.
b. Sinar matahari (cahaya alamiah) yang masuk rumah harus cukup, misalnya melalui
rutin membuka tirai jendela atau membuat genting kaca jika memungkinkan.
c. Rumah sebaiknya memiliki jamban sendiri. Sedangkan rumah yang sudah memiliki
jamban, harus benar-benar memanfaatkan jamban serta pembuangannya tidak boleh
mengotori tanah permukaan, air permukaan dan air dalam tanah.
d. Pengelolaan sampah harus baik, misalnya sampah tidak ditumpuk dalam rumah,
dibuang secara rutin dan pengelolaannya baik misalnya dibakar di ruang terbuka atau
dibuat jadi pupuk.
e. Sumber air bersih dapat dari sumur gali atau mata air. Untuk kepentingan konsumsi,
air seharusnya dimasak sampai mendidih.

B. HASIL PEMBINAAN KELUARGA


Anggota
Kegiatan yang
Tanggal keluarga yang Target Hasil kegiatan
dilakukan
terlibat
16-07- 1. Membina Pasien dan ibu 1. Terjalin 1. Hubungan
14 hubungan saling pasien hubungan interpersona
percaya dengan baik dengan l dengan
pasien (perkenalan pasien pasien dan
identitas). keluarganya
2. Menanyakan baik
penyebab bintik- 2. Pasien
bintik dan demam. menepati
3. Kontrak dengan janjinya
pasien untuk
pertemuan akan
datang.
16-07- 1. Mengkaji Pasien, bapak Pengetahuan Pasien
14 pengetahuan dan ibu pasien. keluarga pasien mengetahui
pasien tentang mengenai pengertian,
penyakit diare penyakit diare penyebab dan
2. Memberikan bertambah gejala diare
penjelasan
tentang
 Pengertian
diare
 Penyebab diare
 Tanda dan
gejala
 Penularan
diare
16-07- 1. Cara pencegahan Pasien, bapak, Pasien dan Anjuran
14 diare dan ibu. keluarga dilaksanakan
2. Akibat diare melakukan sesuai oleh pasien dan
dengan yang di keluarganya.
anjurkan
16-07- 1. Menganjurkan Pasien, bapak, Pasien dan Anjuran
14 pasien untuk dan ibu. keluarga dilaksanakan
periksa ke melakukan sesuai oleh pasien dan
Puskesmas dengan yang di keluarganya.
apabila nanti anjurkan
mengalami
gejala yang sama
BAB

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan menurut Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta
anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan
dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.

B. Etiologi

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-
obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan
non infeksi karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill, 2003).
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air dan
makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain
Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan
Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa,
sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia
dibawah 2 tahun.

B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
 E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan
penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%.
Subtipe E. Coli tersebut adalah :
 Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
 Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
 Entero Invasive E. Coli (EIEC)
 Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
 Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
 Shigella
 Campylobacter yeyuni
 Salmonella sp.
 Yersinia
 Vibrio

C. Parasit
 Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
 Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
 Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115. Sering
terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
 Karbohidrat
 Lemak
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
 Alergi susu
 Alergi makanan
 CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s disease dan
Shor Bowel Syndrome.

C. Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak
langsung melalui lalat.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain :
tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal tersebut
beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare
antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus dan faktor genetik.

D. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan ganggaun
sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
 Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
 Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus (IDAI, 2010).
 Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usu
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen
usus. Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal.
Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap
tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose,
sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon
sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang sama.
 Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi
intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase.
Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga
mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi
lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus
bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-
ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler,
meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel
mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti
reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
 Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi perubahan
motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun
penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit
obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang
berat menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu
dan malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare
dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi.
Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis,
malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post
reseksi usus serta hipertiroid.
 Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV.
Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.
Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV
terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.

E. Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan manifestasi
sistematik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada pans. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps kardiovaskuler dan kematian
bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat
berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang
atau dehidrasi berat.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat dehidrasi.Panas badan
umunya terjadi pada penderita dnegan inflammantory diare. Nyeri perut yang lebih hebat
dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum, menunjukkan
terkenanya usus besar.
Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.

Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab


Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEEC EIEC Kolera
klinik
Mas tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72
Jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + _ Sering
muntah
Nyeri perut tenesmus Tenesmus tenesmus - Tenesmus Kramp
kramp[ kramp
Nyeri - + Kolik - - -
kepala
Lamanya >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3hari
sakit sifat
tinja
Frekuensi Sedang Sedikit>1 Sedikit banyak Sedikit Banyak
konsistensi 0x/hr
darah
Bau 5-10x/hr Lembek Sering Sering Sering Terus
Menerus
Warna Cair Sering Lembek Cair - Lembek + cair -
kadang
Leukosit Langu Merah- Busuk + Tidak Amais
hijau khas
Lain-lain Kuning- +kejang ± Busuk + tak Merah- Seperti
hijau – Kehijauan berwarna – hijau – air
anorexia + sepsis± Meteorismus infeksi cucian
sistematik beras - +

F. Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai
muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang berikan selama diare.
Adakan panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis
media,campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit, membawa
berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta
riwayat imunisasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada
atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillart refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
 Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri
yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T.
trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada
infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau
busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium
dan Strongyloides.
 Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitokin
seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides. Leukosit
yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB
diare dan pada penderita immunocompromised.

4. Pemeriksaan Penunjang lain


a) Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotik.
b) Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman penyebab
secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang disebabkan
Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang membentuk spora.

G. Penatalaksanaan

Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana pengobatan


Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan Dokter Anak Indonesia,
dengan merujuk pada panduan WHO. Meperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare
juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen kesehatan menetapkan
lima pilar penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yangdiderita anak balita baik
yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.


Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi. Oralit formula
lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama
disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektronik
tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini
dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena
virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektronik seberat pada disentri. Karena
itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas,
sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah
oralit dengan osmolaritas yang rendah.
Ketentuan pemberian oralit formula baru:
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24
jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa larutan
harus dibuang.

Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada
efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
 Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
 Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun 2005,
penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A untuk
penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang, terapi C
untuk dehidrasi berat.

Rencana Terapi B
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan
1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.
Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi A.
Yaitu :
 Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :
 < 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
 >2 tahun : 100-200ml tiap BAB
 Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum
oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan intravena
secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak tersedia,
gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
 Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
 Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam
(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)

Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit


 Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
 Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk anak < 2 tahun,
beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua
 Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
 Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi
lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23 menit
 Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang

Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih
Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
 Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang,
anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B tetapi
tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana Terapi A
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.

Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B


 Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
 Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan
dalam rencana terapi A
 Tunjukkan cara menyiapkan oralit
 Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
 Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
 Member makan anak
 Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

Antibiotik
Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh
dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri
patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella,
Camphylobacter dan sebagainya.

Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu
yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI.
Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya
kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora
intestinak yang menguntungkan kesehatan.
Diet pada Diare
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien
dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah
dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya
defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

H. Komplikasi
 Dehidrasi
 Hipoglikemi
 Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni
pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul. Pernapasan ini
merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH
darah. (Suraatmaja, 2005)
 Gangguan elektrolit
 Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-
lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik meenggunakan
oralitadalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline – 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila
normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam lagi dan periksa
kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline –
5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap
500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap
BAB, sampai diare berhenti.
 Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan
monitor detak jantung.
 Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K :
jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3
dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB x
0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
 Kejang
 Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatan/syok hipovolemik.

I. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal – oral.
Pemberian ASI yang benar
a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
b. Penggunaan air besih yang cukup
c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air basar
dan sebelum makan
d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
e. Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
1. Pasien An. A menderita diare dengan tipe disentriform yang berlangsung akut,
disebabkan oleh faktor risiko kebiasaan pasien terutama sering jajan sembarangan dan
faktor kebersihan yang kurang diantaranya jarang mencuci tangan sebelum atau sesudah
makan.

b. Saran
Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :
1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkannya.
2. Diare merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di masyarakat, sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus.
3. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin kebersihan dan
kesehatannya.
4. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000.

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007.

Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-3.
Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin. 2005.
DOKUMENTASI

Foto Pemeriksaan Pasien yang dilakukan di Puskesmas

Foto Home Visit Pasien


Foto Kondisi Rumah Pasien

Anda mungkin juga menyukai