Pendamping:
dr. Dewanto, M. Kes
Oleh:
dr. Putri Fitrania
Kutasari, 2014
Mengetahui
Pendamping Dokter Internship
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada:
1. dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
2. dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga
periode Mei – Agustus 2014 yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang
kesehatan masyarakat.
Wassalam.
Purbalingga,
Dokter Internship
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2%
kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. Namun
untuk kelompok usia 1 – 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak ( 23,2% )
sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-
data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan
penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan
memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai.
Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang
dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan
yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan
dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi
Namun secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi
gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara
secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi
rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat,
5) waspada terhadap efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut
berbagai aspek didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut.
BAB 2
4.1 Follow Up
Tanggal 16 Juli 2014
S : diare (+), lendir (+), ampas (+), demam (+)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital
RR : 18 x/menit
N : 90 x/menit
S : 37,5 0C
BB : 18 kg
A : Diare akut disentriform tanpa dehidtasi
P : Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1
gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat
cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.
Tanggal 17 Juli 2014
S : diare (+), panas (-)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital :
R : 16 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,8 0C
BB : 18 kg
A : Diare akut disentriform tanpa dehidtasi
P : Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1
gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat
cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien
Tanggal 18 Juli 2014
S : diare (+), panas (-)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital :
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
BB : 18 kg
A : Diare akut disentriform tanpa dehidtasi
P : Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1
gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat
cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An. A. Bapak R yang
merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu Sa adalah ibu kandung dari penderita.
An. A, merupakan anak tunggal berusia 6 tahun. Keluarga pasien merupakan keluarga
yang kurang cukup sadar mengenai kesehatan. Saat penderita mengalami muncul bab
cair, keluarga penderita tidak langsung membawa pasien ke puskesmas. An. A saat
berobat di dampingi oleh ibunya. Setelah ke puskesmas, An. A didiagnosis diare akut
disentriform tanpa dehidrasi.
2. Fungsi Psikologis
An. A tinggal serumah dengan bapak dan ibu kandungnya. Bapak R dan ibu S sangat
menyayangi dari An. A. An. A juga sering berkumpul dengan keluarga disaat sore hari.
3. Fungsi Sosial
An. A memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya. An A sering bermain dengan
saudara sepupun dan teman sebayanya, ia memiliki banyak teman.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga An. A berasal dari penghasilan bapak yang tiap bulannya
berpenghasilan kira-kira Rp.2.000.000,-. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas
menggunakan BPJS.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada
permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan
anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat menjalani aktifitasnya sehari-hari yaitu masih dapat
sekolah, bermain dengan saudara dan teman sebayanya.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan ayahnya berjalan dengan
lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari
saudara-saudara.
Tabel 3.1 Skor APGAR An. A
A.P.G.A.R An. A Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
Tabel 3.2 Skor APGAR Tn. R
A.P.G.A.R Tn. R Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6
Tabel 3.3 Skor APGAR Ny. S
A.P.G.A.R Ny. S Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (7+6+7+)/3
= 6,7
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 20, sehingga rata-
rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,7. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis
yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.
Tn.R Ny.S
An.A
Tn. R PB Ny. S
An. A, 6thn
= Perempuan
Atau = Meninggal
= Pasien
BAB 4
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Pengetahuan : Lingkungan:
Keluarga kurang Padat penduduk,
mengetahui penyakit ada genangan air,
penderita sumber air dari
sumur
Tindakan
Sikap: Kebiasaan suka
Kesadaran pasien Keluarga An. A jajan
akan kesehatan sembarangan,
kurang jarang cuci tangan
sebelum atau
sesudah makan
Pelayanan Komunikasi:
Kesehatan: Pasien adalah anak
Jika sakit berobat ke yang terbuka, mau
dokter dan puskesmas menerima nasihat
orang lain
: faktor perilaku
J
a Kamar Dapur P
l mandi Ruang tidur e
a k
n Ruang TV (R. Keluarga)
Ruang Tamu a
r
Ruang Tidur
a
n
Ruang Tamu
Ruang Tamu g
a
Ruang Tamu n
Pekarangan rumah
Jalan
BAB 5
DAFTAR MASALAH
A. Masalah medis
Tabel 5.1 Masalah Medis
MASTER PROBLEM LIST
Approx. Date Inactive/ Date
No. Active Problems
Date of Problem Resolved Resolved
Onset Recorded Problems
1. 13Juli 2014 15 Juli Diare Akut 18 Juli 2014
2014 Disentriform tanpa
dehidrasi
1. Keluarga An.
A kurang
mengerti akan
penyakit diare
2. Kebiasaan
pasien suka
jajan An. A 6 th dengan 4. rumah kurang
sembarangan, diare dijaga
jarang kebersihannya
mencuci
tangan
sebelum dan
sesudah
makan 3. rumah pasien
cukup jauh
dari tempat
pelayanan
kesehatan
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Keluarga An. A 4 4 4 3 4 4 4 12.288
kurang mengerti akan
penyakit diare
2. Kebiasaan pasien suka 5 4 5 3 4 4 5 24.000
jajan sembarangan,
jarang mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan
3. Rumah pasien jauh 3 3 4 3 3 4 4 5.184
dari tempat pelayanan
kesehatan
4. rumah kurang dijaga 3 3 3 3 3 3 3 2.187
kebersihannya
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. R
adalah sebagai berikut :
1. Pasien kurang menjaga kebersihan, jarang memcuci tangan sebelum dan sesudah makan,
suka jajan sembarangan
2. Keluarga Tn. R kurang mengerti akan penyakit diare
3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.
4. Rumah kurang dijaga kebersihannya
F. Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih memahami
mengenai pengetahuan keluarga mengenai diare serta penyebabnya yang dikaitkan
dengan pola asuh dan kebiasaan kepada anak.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita dapat :
a. Mengetahui tentang penyebab diare
b. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam perjalanan penyakit diare.
c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit diare
2. Materi
Materi yang diberikan berupa pengetahuan mengenai diare. Sasaran dari pembinaan ini
adalah pasien dan keluarganya. Pembinaan keluarga ini dilakukan pada tanggal 16 Juli
2014, dengan metode penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarganya dan tanya
jawab. Untuk mengevaluasi dari pembinaan keluarga dilakukan dengan memberikan
pertanyaan kepada keluarga pasien. Selain itu diberikan pula management
penatalaksanaan diare kepada pasien dan keluarganya. Adapun management
penatalaksanaan diare yang diarahkan kepada pasien dan keluarganya adalah sebagai
berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan menurut Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta
anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan
dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.
B. Etiologi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-
obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan
non infeksi karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill, 2003).
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air dan
makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain
Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan
Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa,
sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia
dibawah 2 tahun.
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan
penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%.
Subtipe E. Coli tersebut adalah :
Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
Entero Invasive E. Coli (EIEC)
Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
Shigella
Campylobacter yeyuni
Salmonella sp.
Yersinia
Vibrio
C. Parasit
Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115. Sering
terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
Karbohidrat
Lemak
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
Alergi susu
Alergi makanan
CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s disease dan
Shor Bowel Syndrome.
D. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan ganggaun
sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus (IDAI, 2010).
Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usu
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen
usus. Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal.
Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap
tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose,
sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon
sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang sama.
Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi
intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase.
Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga
mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi
lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus
bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-
ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler,
meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel
mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti
reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi perubahan
motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun
penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit
obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang
berat menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu
dan malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare
dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi.
Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis,
malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post
reseksi usus serta hipertiroid.
Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV.
Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.
Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV
terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.
E. Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan manifestasi
sistematik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada pans. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps kardiovaskuler dan kematian
bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat
berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang
atau dehidrasi berat.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat dehidrasi.Panas badan
umunya terjadi pada penderita dnegan inflammantory diare. Nyeri perut yang lebih hebat
dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum, menunjukkan
terkenanya usus besar.
Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.
F. Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai
muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang berikan selama diare.
Adakan panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis
media,campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit, membawa
berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta
riwayat imunisasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada
atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillart refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri
yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T.
trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada
infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau
busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium
dan Strongyloides.
Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitokin
seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides. Leukosit
yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB
diare dan pada penderita immunocompromised.
G. Penatalaksanaan
Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada
efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun 2005,
penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A untuk
penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang, terapi C
untuk dehidrasi berat.
Rencana Terapi B
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan
1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.
Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi A.
Yaitu :
Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :
< 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
>2 tahun : 100-200ml tiap BAB
Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum
oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan intravena
secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak tersedia,
gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam
(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)
Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih
Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang,
anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B tetapi
tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana Terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.
Antibiotik
Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh
dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri
patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella,
Camphylobacter dan sebagainya.
Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu
yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI.
Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya
kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora
intestinak yang menguntungkan kesehatan.
Diet pada Diare
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien
dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah
dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya
defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
H. Komplikasi
Dehidrasi
Hipoglikemi
Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni
pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul. Pernapasan ini
merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH
darah. (Suraatmaja, 2005)
Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-
lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik meenggunakan
oralitadalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline – 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila
normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam lagi dan periksa
kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline –
5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap
500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap
BAB, sampai diare berhenti.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan
monitor detak jantung.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K :
jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3
dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB x
0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
Kejang
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatan/syok hipovolemik.
I. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal – oral.
Pemberian ASI yang benar
a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
b. Penggunaan air besih yang cukup
c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air basar
dan sebelum makan
d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
e. Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
BAB 7
a. Kesimpulan
1. Pasien An. A menderita diare dengan tipe disentriform yang berlangsung akut,
disebabkan oleh faktor risiko kebiasaan pasien terutama sering jajan sembarangan dan
faktor kebersihan yang kurang diantaranya jarang mencuci tangan sebelum atau sesudah
makan.
b. Saran
Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :
1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkannya.
2. Diare merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di masyarakat, sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus.
3. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin kebersihan dan
kesehatannya.
4. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000.
Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007.
Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-3.
Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin. 2005.
DOKUMENTASI