Geraldi Kusuma-Referat Diabetes Insipidus-1
Geraldi Kusuma-Referat Diabetes Insipidus-1
REFERAT
Oleh
Geraldi Kusuma Wijaya
122011101019
Pembimbing
i
DIABETES INSIPIDUS
REFERAT
Oleh
Geraldi Kusuma Wijaya
122011101019
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2
2.1 Definisi....................................................................................... 2
2.2 Fisiologi Mekanisme Ekskresi Air ............................................ 2
2.2.1 Regulasi AVP secara Osmotik dan non-Osmotik ......... 2
2.2.2 Mekanisme Haus ........................................................... 3
2.2.3 Mekanisme Aksi Selular AVP ...................................... 3
2.2.4 Mekanisme Konsentrasi ................................................ 4
2.2.5 Mekanisme Dilusi.......................................................... 4
2.3 Klasifikasi ................................................................................. 4
2.3.1 Diabetes Insipidus Sentral ............................................. 4
2.3.2 Diabetes Insipidus Nefrogenik ...................................... 5
2.3.3 Diabetes Insipidus Dipsogenik ...................................... 5
2.3.4 Diabetes Insipidus Gestasional ...................................... 6
2.4 Etiologi ...................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi.................................................................. ............. 9
2.6 Gejala Klinis.................................................................. ............ 13
2.7 Diagnosis ................................................................................... 15
2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 16
2.9 Diagnosis Banding ..................................................................... 17
2.10 Tatalaksana................................................... ........................... 18
BAB 3. KESIMPULAN .............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Sebaliknya jika terjadi pemasukan air maka osmolalitas ECF menurun dan
pengembangan sel-sel osmoreseptor akan menghambat terjadi stimulasi listrik dan
depolarisasi membran sel,
Stimulasi non-osmotik utama yang menyebabkan pelepasan AVP tanpa
adanya perubahan osmolalitas ECF adalah deplesi volume ECF dan hipotensi.
Stimulasi lainnya adaah keadaan –keadaan dimana terjadi peningkatan stimulasi
adrenergik termasuk nyeri, takut, dan hipoksia. Evolusi filogenetik jalur non-
osmotik nampaknya merupakan bagian yang integral terhadap reaksi stress. Dengan
demikian AVP akan dilepaskan juga pada keadaan stress dimana selain berfungis
sebagai ADH, AVP juga berfungsi sebagai vasokonstrisi.
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Diabetes insipidus sentral
Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya berakibat
fatal. Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari kerusakan hipofisis
yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan ADH. Hal ini bisa
disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis
hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, diabetes insipidus sentral (DIS) juga
timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
5
berefek fatal pada otak. Belum ditemukan pengobatan yang tepat untuk diabetes
insipidus dipsogenik.2,3
2.4 Etiologi
Penyebab diabetes insipidus dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan,
yaitu :
1. Kelainan organis
Setiap lesi yang merusak unit neurohipofisis dan hipotalamus dapat
mengakibatkan diabetes insipidus. Kerusakan ini dapat terjadi sebagai akibat
dari :
Operasi (bersifat sementara)
Penyakit infeksi (meningitis, ensefalitis, tuberkulosis, lues, sarkoidosis,
aktinomikosis, dan lain-lain),
Tumor atau kista di daerah kiasma optika, infundibulum, ventrikel III,
atau korpus pinealis (terutama kraniofaringioma, glioma optik, dan
germinoma). Terutama tumor supraselar (30% kasus).
Xantomatosis (hand-schuller-christian),
Leukimia
Hodgkin
Pelagra
Trauma pada kepala terutama fraktur basis cranii, atau setelah suatu
prosedur operatif dekat kelenjar pituitaria atau hipotalamus
Sindrom laurence-moon riedel
Idiopatik DI (30% kasus)
Ensefalopati iskemik atau hipoksia
7
Familial DI
Radiasi
Edema serebri
Perdarahan intrakranial
Keadaan tersebut akan berakibat gangguan dalam :
Pengangkutan ADH/AVP yang tidak bekerja dengan baik akibat
rusaknya
akson pada traktus supraoptikohipofisealis
Sintesis ADH terganggu
Kerusakan pada nukleus supraoptik paraventricular
Gagalnya pengeluaran vasopressin 2,4.6,7
2. Kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik)
Kelainan terletak pada ginjal yaitu tubulus yang tidak peka terhadap
hormon antidiuretik (ADH). Faktor keturunan yaitu gen sex linked
dominant merupakan penyebab kelainan ini. Diabetes insipidus
nefritogenik sering disertai retardasi mental. Dalam keadaan normal, ginjal
mengatur konsentrasi air kemih sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pengaturan
ini merupakan respon terhadap kadar hormon antidiuretik di dalam darah.
Hormon antidiuretik (yang dihasilkan dari kelenjar hipofisa), memberikan
sinyal kepada ginjal untuk menahan air dan memekatkan air kemih.
Diabetes insipidus nefrogenik adalah suatu kelainan dimana ginjal
menghasilkan sejumlah besar air kemih yang encer karena ginjal gagal
memberikan respon terhadap hormon antidiuretik dan tidak mampu
memekatkan air kemih. Penyebab lain dari diabetes insipidus nefrogenik
adalah obat-obat tertentu yang bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal,
diantaranya :
Penyebab primer : primary familial: x-linked recessive dimana bentuk
berat terdapat pada anak laik-laki, dan bentuk yang lebih ringan
terdapat pada anak perempuan.
Penyebab sekunder :
8
2.5 Patofisiologi
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di
nucleus supraoptik, paraventrikular , dan filiformis hipotalamus bersama dengan
pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan-badan
sel neuron tempat pembuatannya, melalui akson menuju ke ujung-ujung saraf yang
berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat penyimpanannya.9,11
Secara fisiologis, vasopressin dan neurofisin yang tidak aktif akan
disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang
yang meningkat pada reseptor volume dan osmotik. Suatu peningkatan osmolalitas
cairan ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akan merangsang sekresi
vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus
pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang melibatkan
pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih
meningkat dan osmolalitas serum menurun. Osmolalitas serum biasanya
dipertahankan konstan dengan batas yang sempit antara 290 dan 296 mOsm/kg
H2O.10,11
Sekresi ADH dalam mereabsorbsi air diatur oleh dua mekanisme yaitu
osmoreseptor dan baroreseptor
1. Osmoreseptor
Terletak di anterolateral hipotalamus. Sel ini berperan dalam menjaga
keseimbangan air dan Na. Perubahan dalam tekanan osmolar plasma akan
merangsang signal untuk rilis atau inhibisi ADH. Tekanan osmolaritas di
bawah 280 mOsm/kg tidak akan merangsang sekresi ADH. Rangsang rilis
ADH mulai ketika terjadi perubahan terjadi perubahan tekanan osmolaritas di
atas 280 msml/kg. Tekanan osmolaritas 290 mOsm/kg akan merangsang
sekresi ADH sebesar 5pg/ml.
10
2. Baroreseptor
Terletak di sinus carotis dan arkus aorta yang mengatur tekanan darah.
Stimulasi rilis ADH terjadi jika tekanan darah turun sehingga mensupresi
12
baroreseptor. Serabut saraf sensoris dari nervus IX dan X membawa signal ini
dari sinus dan arcus untuk merangsang rilis ADH di hipotalamus.
Ginjal menyaring 70-100 liter cairan dalam 24 jam, dan dari jumlah ini
85% direabsorbsi di tubulus bagian proksimal tanpa pertolongan ADH. Sisanya di
reabsorbsi di tubulus bagian distal di bawah pengaruh ADH. Vasopresin bekerja
dengan memperbesar permeabilitas jaringan terhadap air.
13
yang terjadi ialah primer dan untuk mengimbanginya penderita akan minum
banyak (polidipsia). Pada bayi kecil yang diberikan minum biasa akan tampak
gelisah yang terus-menerus, kemudian timbul dehidrasi, panas tinggi dan
kadang-kadang dapat timbul syok. Untuk menghindari syok, harus diberikan
cairan dalam jumlah besar, sebaiknya air putih. Gejala lain yaitu lekas marah,
letih, dan keadaan gizi kurang. Enuresis bisa merupakan gejala dini penyakit
ini. Kulit biasanya kering, karena anak tidak berkeringat. Sering terdapat
anoreksia. Kadang-kadang terdapat gejala tambahan seperti obesitas,
kakeksia, gangguan pertumbuhan, pubertas prekoks, gangguan emosionil, dan
sebagainya, bergantung pada letak lesi di otak. Jika merupakan penyakit
keturunan, maka gejala poliuria dan polidipsia biasanya mulai timbul segera
setelah lahir. Bayi sangat sering menangis dan tidak puas dengan susu
tambahan tetapi senang bila mendapat air. Pada anak haus yang berlebih akan
mengganggu aktivitas tidur, bermain, dan belajar.2,7
2. Dehidrasi
Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi. Komplikasi
dari dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah
dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi
kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi
yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik.
3. Hipertermia
4. Nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot, hipotermia dan takikardia.
5. Berat badan turun dengan cepat
6. Enuresis, pada anak yang telah dapat mengendalikan kandung kencing
7. Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat
8. Anoreksia, lebih menyukai karbohidrat
9. Gejala dan tanda lain
Tergantung pada lesi primer, misalnya penderita dengan tumor daerah
hipotalamus akan mengalami gangguan pertumbuhan, obesitas, atau kakheksia
prgresif, hiperpireksia, gangguan tidur, seksual prekoks, atau gangguan emosional.
Lesi yang pada awalnya menyebabkan diabetes insipidus akhirnya dapat merusak
15
hipofisis anterior, pada keadaan demikian diabetes insipidus cenderung lebih ringan
atau hilang sama sekali.4,5, 6,7,10
2.7 Diagnosis
Diagnosis diabetes insipidus ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
laboratorium (urinalisis fisis dan kimia dan tes deprivasi air). Guna mendiagnosa
penyebab suatu poliuria adalah akibat diabetes insipidus, bukan karena penyakit
lain, caranya adalah dengan menjawab tiga pertanyaan yang dapat kita ketahui
dengan anamnesa dan pemeriksaan.
1. Apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan tersebut
(dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang berlebihan.
Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka
wajar apabila poliuria itu terjadi.
2. Apakah penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau bukan. Poliuria bisa
terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika
penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal
akut, maka akan ada riwayat oliguria (sedikit kencing).
3. Apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air
tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat
diabetes insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup
kemungkinan ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat
terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai
bahwa poliuria tersebut akibat DM yang merupakan salah satu differential
diagnosis dari diabetes insipidus.2
Jika kita mencurigai penyebab poliuria ini adalah diabetes insipidus, maka
harus melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan
apakah jenis diabetes insipidus yang dialami, karena penatalaksanaan dari dua jenis
diabetes insipidus ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada diabetes insipidus,
antara lain:
1. Hickey Hare atau Carter-Robbins
2. Fluid deprivation
16
3. Uji nikotin
Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat
jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan
memberikan vasopresin sintetis, pada diabetes insipidus sentral akan terjadi
penurunan jumlah urin, dan pada diabetes insipidus nefrogenik tidak terjadi apa-
apa.2,4
S.I.A.D.H./ C.S.W./
D.I.
DDAVP toxic Renal.S.W.
Na+ plasma ↑ ↓ ↓
Plasma osmo ↑ ↓ ↓
Plasma gluc. N N N
↑↑ ↑↑
Urine output ↓
(unless dry) (unless dry)
Urine SG ↓ ↑ ↑/N
Overloaded Depleted
Depleted dilute
Fluid volume Concentrated Concentrated
polyuria
oliguria polyuria
2.10 Tatalaksana
Faktor penyebab patut mendapatkan pertimbangan pertama pada
pengobatan. Pengobatan pada diabetes insipidus harus sesuai dengan gejala yang
ditimbulkannya. Pada pasien diabetes insipidus sentral (DIS) parsial tanpa gejala
nokturia dan poliuria yang mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari tidak
diperlukan terapi khusus. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi
19
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA