Anda di halaman 1dari 4

Sssttt….

Hoax
Oleh : Dwi Retno Suprihatin

Hoax…kata tersebut telah terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) edisi V yang
diluncurkan bulan April 2017 dengan ejaan “hoaks” . Sebagai ajektiva, kata hoaks berarti tidak
benar; bohong. Dalam penulisannya sebagai frasa, hoaks ini menggunakan kata yang diterangkan
terlebih dahulu, misalnya menjadi "berita hoaks". Namun, hoaks juga bisa berdiri sendiri sebagai
nomina dengan arti "berita bohong".

Saat ini, informasi di sekitar kita banyak dipenuhi dengan kebohongan, ujaran kebencian, dan
fitnah. Hoax merajalela dimana-mana. Hoax begitu mudah tersebar melalui dunia maya Media
sosial menjadi ladang subur untuk menyebar fitnah dan kebohongan. Berita hoax tidak mengenal
usia, tua muda bahkan anak-anak terkena imbasnya, Kemudahan mengakses berita menjadi salah
satu pimicu hoax menyebar tanpa terkendali. Akibatnya terjadi kegaduhan di tengah masyarakat.
Sebagai masyarakat yang cerdas seharusnya kita bisa membedakan, memilah dan memilih
manakah berita yang asli dan benar dan mana berita hoax. Bagaimana caranya?
Ada beberapa ciri untuk mengidentifikasi hoax, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Terdapat kata-kata atau kalimat yang janggal, seolah persuasif dan memaksa seperti:
"Sebarkanlah!", "Viralkanlah!", dan sejenisnya. Berita atau artikel penuh huruf besar dan
tanda seru pun disinyalir mengandung informasi hoax.
2. Tidak ada tanggal dan hari yang jelas , biasanya merujuk pada suatu kejadian dengan istilah
seperti : kemarin, tiga hari yang lalu, seminggu yang lalu, dan lain-lain
3. Sumber berita berasal dari sumber yang tidak terpercaya. Seringkali juga merupakan opini
dari seseorang, bukan fakta.
4. Menyebut merk dagang dengan tujuan mendeskriditkan produk tersebut.

Hoax akhir-akhir ini menjadi kata yang popular untuk diucapkan oleh sebagian besar
masyarakat yang mengenal dunia maya tanpa batas usia. Berbagai media sosial yang
mempunyai akses untuk menyajikan berita dan informasi lewar internet (daring) menjadi
media yang sangat empuk untuk menyebarkannya
Hoax muncul karena adanya sentiment negative terhadap pihak atau golongan tertentu terkait
kebijakan yang tidak sesuai dengan jalan pikiran atau pendapat dari oposisinya. Sentimen
negative ini juga bisa terjadi terhadap merek dagang tertentu yang sedang menguasai pasaran.
Hoax ini mengikuti jalan pikiran pembacanya sehingga menimbulkan efek sensitive yang
meningkat kemudian timbul kebencian atau semangat untuk mendukung berita tersebut.
Ujung-ujungnya pembaca akan berbagi berita melalui media social agar lebih banyak lagi
orang yang ikut membacanya.

Hoax dengan ujaran kebencian sangat berbahaya apalagi jika menyangkut kepentingan orang
banyak. Masyarakat bisa menjadi panik dan melakukan tindakan di luar dugaan. Tindakan
anarkis bisa saja terjadi karena berita tersebut. Selain itu akan menimbulkan keresahan yang
dapat mengganggu stabilitas keamanan serta persatuan dan kesatuan bangsa. Jika hoax
menyerang merk dagang tertentu, maka kerugian materiil akan menjadi salah satu akibatnya.
Jika perusahaan besar yang mengalaminya dan perusahaan tersebut merugi karena pruduknya
tidak laku di pasaran maka berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus orang akan kehilangan
pekerjaan karena perusahaan tempat mereka bekerja bangkrut. Bagaimana nasib
keluarganya?? Wow betapa dasyatnya…

Pada akhir tahun 2016 sekitar bulan November - Desember beredar berita tentang penculikan
anak. Masyarakat menjadi panik. Mereka sangat kuatir dengan anak-anaknya, apalagi yang
masih duduk di bangku sekolah dasar. Tiap hari mereka kawal anaknya hingga ke sekolah
bahkan beberapa dari mereka menunggu di luar gerbang sekolah. Keresahan begitu
menghantui mereka. Banyak ibu-ibu yang rela meninggalkan pekerjaan rumah mereka dan
menunggui anaknya hingga siang hari, Rutinitas menjadi terganggu. Anak-anak juga menjadi
takut, perhatian terhadap pelajaran menjadi berkurang, Prestasi belajarnya menjadi menurun.
Apa yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?

Melalui paguyuban wali diinformasikan bahwa berita tersebut tidak 100% benar. Ada beberapa
hal yang dibesar-besarkan dengan tujuan untuk menimbulkan keresahan di masyarakat, para
orang tua diberi penjelasan agar jangan terlalu panik tetapi tetap waspada. Para siswa melalui
guru kelas masing-masing dijelaskan tentang berita yang sebenarnya, diberikan trik-trik jika
menemui orang yang tidak dikenal, dinasehati agar tidak bermain terlalu jauh dari rumah, atau
bermain seorang diri. Diberikan contoh beberapa kejadian agar menjadi pelajaran bagi mereka.

Peristiwa tersebut hanya salah satu dari beribu kasus yang terjadi karena hoax, sangat
meresahkan. Oleh karena itu mari kita peduli, kita waspada . Jika kita mendapat informasi
jangan serta merta kita share kita bagikan tanpa diteliti terlabih dahulu. Lakukanlah hal-hal
berikut ini :

1. Periksa judul berita/artikel


Berita hoax seringkali menggunakan judul yang provokatif, biasanya langsung menuding
ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah
sehingga menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Maka apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya mencari referensi
berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama
atau berbeda. Dengan demikian, bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat
URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi
pers resmi maka informasinya bisa dikatakan meragukan.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi
seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari
pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
4. Cek keaslian gambar/foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Oleh karena itu jika yakin bahwa berita tersebut asli dan benar barulah dibagikan kepada
rekan, keluarga atau kolega yang lain. Bagaimana jika hoax??? Ssstt…kita mesti tutup
mulut. Stop..berhenti sampai di sini dan sebaiknya dihapus saja. Maka mata rantai hoax
akan berakhir disini. Tidak akan tersebar kemana-mana , selamatlah beratus bahkan berjuta
orang. Tidak aka rasa kebencian, keresahan dan kerugian. Negara aman, tentram, dan
persatuan kesatuan bangsa terjaga . Selalu utamakan kejujuran dalam membagi informasi.
Ajaklah keluarga, anak didik, rekan dan masyarakat sekitar untuk menjunjung tinggi
kejujuran. Tidak mudah percaya dengan berita hoax, tidak menjadi pembuat dan penyebar
hoax, HANTAM HOAX . JADILAH GENERASI ANTI HOAX…

Anda mungkin juga menyukai