Anda di halaman 1dari 29

TEORI RALAT

1. PENDAHULUAN
Fisika mempelajari tentang fenomena-fenomema alam secara kualitatif dan kuantitaif;
karenanya masalah pengukuran terhadap besaran fisis mempunyai arti penting.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis yang
dapat dianggap sebagai tolok ukurnya (besaran standar). Oleh sebab itu tujuan
pengukuran adalah untuk mengetahui harga/nilai antara besaran yang diukur dengan
besaran yang dianggap tolok ukurnya. Dalam kenyataannya nilai pembanding yang
sesungguhnya tidak pernah diketahui sehingga hasil pengukuran yang benar tidak pernah
diketahui.
Setiap kali melakukan pengukuran yang diulang-ulang dengan teliti, hasilnya hampir
selalu berbeda meskipun selisihnya sangat kecil. Karenanya dalam proses pengukuran
selalu terdapat kesalahan atau ralat (”error”). Usaha yang harus dilakukan dalam setiap
pengukuran adalah memperoleh kesalahan tersebut sekecil mungkin.

2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA RALAT


Secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesalahan atau ralat
dikelompokan menajdi 3 macam, yaitu :
- Ralat sistematis
- Ralat kebetulan dan
- Ralat kekeliruan tindakan
2.1 Ralat Sistematik
Ralat kelompok ini bersifat tetap adanya dan disebabkan oleh faktor-faktor :
a. Alat, misalnya kalibrasi alat; harga skala, kondisi alat yang berubah, pengaruh alat
terhadap besaran yang diukur.
b. Pengamat, karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca
c. Kondisi fisis pengamatan, misalnya karena kondisi fisis pada saat pengamatan
tidak sama dengan kondisi fisis peneraan alat akan mempengaruhi penunjukan
alat
d. Metoda pengamatan, ketidaktepatan pemilihan metode akan mempengaruhi hasil
pengamatan, misal sering terjadi kebocoran besaran fisis seperti panas, cahaya
dan sebagainya.

2.2. Ralat Kebetulan


Dalam pengamatan yang berulang-ulang untuk suatu besaran fisis yang dianggap
tetap ternyata memberikan hasil yang umumnya berbeda-beda.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengamatan berulang ini disebut ralat
kebetulan, faktor-faktor penyebabnya adalah :
a. salah menaksir, misalnya penaksiran terhadap harga skala terkecil, bagi seorang
pengamat berbeda dari waktu ke waktu.

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 1


b. Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi), misalnya karena temperatur, atau
tegangan listrik ruang yang tidak stabil.
c. Gangguan, misalnya adanya medan magnet yang kuat dapat mempengaruhi
penunjukan meter-meter listrik
d. Definisi, misalnya karena penampang pipa tidak bulat betul maka penentuan
diameternya menimbulkan kesalahan

2.3. Ralat Kekeliruan tindakan


Kekeliruan tindakan bagi pengamat dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu :
a. Salah berbuat, misalnya salah baca, salah pengaturan situasi/kondisi, salah
menghitung (misalnya ayuanan 10 kali hanya terhitung 9 kali).
b. Salah hitung terutama terjadi pada hitungan pembulatan.

3. PERHITUNGAN RALAT
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa adanya kesalahan dalam pengukuran tidak
dapat dihindari, usaha yang dilakukan hanya memperkcil kesalahan tersebut sampai
sekecil-kecilnya.
Khusus dalam hal pengamatan pada praktikum Fisika Dasar, peralatan, situasi
kondisi yang ada harus diterima apa adanya, dalam arti praktikan tidak dapat
memanipulir ralat sistematik secara baik. Praktikan harus berusaha bekerja sebaik-
baiknya untuk menghindari atau mengurangi adanya ralat kekeliruan tindakan dan
sekaligus mengurangi ralatsistematik, maka yang dihadapi kemudian adalah ralat
kebetulan.
Setiap pengukuran akan mempunyai ralat kebetulan, oleh sebab itu untuk
memperkecil ralat ini haruslah diadakan pengukuran berulang, makin banyak makin
baik. Namun demikian tidak semua pengamatan dapat diulangi, sehingga praktikan
hanya dapat melakukan poengamatan sekali saja, dalam hal ini kesalahan terjadi
terutama penaksiran skala. Karenanya, ralatnya adalah ralat penaksiran yang
diperhitungkan 0,1 skala terkecil. Ralat kebetulan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu ralat dari hasil pengamatan langsung dan ralat
hasil perhitungan. Kedua macam ralat tersebut dapat diperhitungkan dan
didefinisikan sebagai berikut:

3.1. Ralat Pengamatan


Seperti telah diuraikan diatas, jika pengamatan/pengukuran dilakukan berkali-kali
pada besaran yang diukur secara langsung, hasilnya berbeda-beda, misalnya
hasil pengamatan/pengukuran yang dilakukan sebanyak k kali dengan hasil tiap
kali xi : x1 ; x2 ; x3 . . . . . . . . . xk, dimana xi yang besarnya x1 ; x2 ; x3 . . . . . . . ..
xk, dinamakan nilai terukur yang merupakan nilai atau harga yang mungkin. Nilai

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 2


terbaik dari nilai-nilai terukur adalah nilai rata-ratanya yang juga merupakan nilai

yang paling mungkin, jadi nilai terbaiknya  xyaitu :


_

 
k

 x i x  x  x
x i1
 1 2 k ....... 1
k k
Selisih atau penyimpangan antara nilai terukur dengan nilai rata-rata disebut
deviasi dengan lambang  jadi :
_

 x  xi  x 2

Deviasi seperti yang dituliskan pada persamaan (2), merupakan penyimpangan


terhadap nilai terbaik dari nilai terukur yang bersangkutan (xi). Untuk menentukan
 _ 
nilai pengamatan yang mungkin, ditentukan nilai terbaik  x  dengan
 
penyimpangan yang disebut ”deviasi standard”. Deviasi standard ini didefinisikan
sebagai akar rata-rata kuadrat deviasinya, dan untuk pengamatan di lab. Fisika
Dasar umumnya besaran terukur tunggal digunakan rumus :

    x  x


k k
2 2
xi i
s_  1
 i1
kk 1
Standard deviasi = 3
x k(k 1)

Sedangkan deviasi standard relatifnya dapat ditulis :

sx sx
sxr  _
atau sxr  _
100% 4
x x

Dengan demikian maka harga atau nilai suatu pengukuran/pengamatan dapat


_
ditulis besaran-besaran x yang benar adalah x sx , jadi
_
x  x sx . . . . . . . . . 5

Dalam menyatakan nilai suatu pengukuran, seringkali dinyatakan dengan


kesaksamaan atau kecermatan, yaitu 1 – sxr atau 100% - sxr %. Kesaksamaan
atau kecermatan dapat dianggap sebagai jaminan akan kebenaran hasil
pengamatan.
Contoh :

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 3


Suatu batang logam diukur berulang kali dengan hasil sebagai berikut :

Pengukuran Data Pengamatan Pengukuran ke Data Pengamatan


ke
1 47,51 cm 6 47,49 cm
2 47,49 cm 7 47,48 cm
3 47,48 cm 8 47,46 cm
4 47,50 cm 9 47,53 cm
5 47,47 cm 10 47,49 cm

Dengan menggunakan rumus 1 dan 3 diperoleh hasil :


_
x  47,49cm
sx  0,007cm
Catatan : untuk perhitungan mencari harga rata-rata dan simpangan/deviasi
standar seperti diatas banyak kalkulator sudah menyedia fasilitas tersebut.

Dari perhitungan diatas maka nilai x adalah :


_
x  x sx  (47,490  0,007)cm
0,007
Dengan kesaksamaan: 100%  100%  99,986%
47,490

3.1. Ralat Perambatan
Merupakan ralat perhitungan darimsuatu besaran yang besaran tersebut tidak
dapat diamati secara langsung tetapi lewat besaran alain yang terukur langsung.
Misalnya perhitungan volume balok dengan alat ukur panjang(pengagris).
Besaran panjang (p); lebar (l) dan tinggi merupakan besaran yang terukur
langsung. Sedangkan besaran volume (V) dihitung berdasarkan rumus :

_ _ _ _
V  p l t
Ralat volume (V) dihiutng dengan menggunakan rumus perambatan ralat
sebagai berikut :
2 2
 V   V   V 
2

sv   s p   sl    st 
 p   l   t 

Misal hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 4


p  (5,12  0,02)cm
l  (3,22  0,01)cm
t  (2,57  0,01)cm
Diperoleh hasil perhitungan :
_
V  (5,12)(3,22)(2,57)  42,37cm3
 V  _ _
   l t  (3,22)(2,57)  8,2754
 p 
 V   _ _
  p t  (5,12)(2,57)  13,1564
l  _ _
 V 
  p l  (5,12)(3,22)  16,4864
t
sV  (8,2574)2 (0,02)2  (13,1564)2 (0,01)2  (16,4864)2 (0,01)2

s v  0,5643cm3
Penyajian hasil perhitungan volume balok adalah :
V  (42,4  0,6)cm3

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 5


PENERAAN THERMOMETER
Tujuan
1. Tanggap terhadap penunjukan thermometer
2. Dapat melakukan peneraan thermometer

Alat-alat yang digunakan


1. Bejana didih
2. Bejana Es
3. Thermometer batang dengan skala - 100C sampai 1100C
4. Thermometer badan

Teori

Skala Celcius
Pada skala ini dipilih dua referensi (pangkal) atau dua titik tetap. Dua titik tetap itu
adalah titik beku air yaitu suhu es yang sedang mencair pada tekanan udara 1 atm, dan titik
didih yaitu suhu air murni yang mendidih pada tekan 1 atm, yang masing-masing
didefinisikan sebagai 00C dan 1000C. Jarak antara ujung air raksi dalam pipa kapiler dari
thermometer air raksa pada titik beku air dan pada titik didih air dibagi menjadi 100 bagian
yang sama dan tiap bagiannya 1 derajat.

Dasar Percobaan
Termometer badan mempunyai skala 350C sampai 420C, sehingga tidak mungkin
ditera secara langsung dengan es yang sedang mencair dan air yang menididih. Jadi
thermometer badan harus ditera dengan thermometer batrang yang mempunyai skala
sedikit dibawah 00C dan sedikit diatas 1000C yang ditera terlebih dahulu pada titik beku air
dan pada titik didih air secara langsung.

Perhitungan
Untuk mendapatkan titik didih air, perlu dilihat barometer dan table titik didih. Pada
pembacaan barometerharus dilakukan koreksi sebagai berikut :
978
h  h (1  0,000163t)
t
981
dengan h  tekanan barometer terlkoreksi (sesungguhnya)
ht  tekanan barometer terbaca
t  suhu kamar
dianggap grafitasi di laboratorium = 978 cm/dt2
Jika titik didih menurut table T0C sedang pembacaan thermometer batang didlam bejana
didih adalah b0C, sedang pembacaan dalam bejana es = a0C, maka harga skala
thermometer batang adalah :
T
ba
Sehingga jika thermometer batang dimasukkan kedalam air hangat menunjukkan t0C,
maka suhu sesungguhnya diperoleh dari persamaan :
T 0
x  (t  a) C
ba

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 6


Koreksi thermometer batang adalah selisih antara suhu sesungguhnya dan suhu terbaca
jadi  x  t .
Jika thermometer badan menunjukkan t’ maka koreksi thermometer badan adalah x  t'

Tata laksana Percobaan


1. masukkan thermometer batang kedalam bejana es yang berisi sedang mencair.
Catatlah pembacaan thermometer. Ulangi percobaan ini 5 kali atau lebih.
2. Masukkan thermometer batang kedalam bejana didih. Catatlah pembacaannya.
Catat juga pada saat ini pembacaan barometer dan suhu kamar.
3. Buatlah air hangat dalam bejanagelas dengan suhu diukur menggunakan
thermometer batang kira-kira 400C. Masukkan thermometer batang dan thermometer
badan bersama-sama kedalamnya. Catatlah pembacaan thermometer batang waktu
thermometer badan menunjukkan 400C; 390C; 380C; 370C; 360C dan 350C.
4. Ulangi percobaan 3) beberapa kali.

Perhatian :
Hati-hati bekerja dengan thermometer badan, karena batas pengukurannya hanya 420C.
Jika suhu yang diukur melebihi 420C thermometer akan pecah.

Pertanyaan :
1. Bilamana dan kapankah titik beku air 00C dan titik didih air 1000C?
2. Apa yang dimaksud dengan menera?
Apa yang dipakai sebagai standard peneraan thermometer dan bagaimana caranya
3. Mengapa thermometer badan tidak boleh ditera langsung dengan es mencair dan air
mendidih?
4. Apakah koreksi barometer dengan koraksi thermometer, terangkan!
5. Terangkan mengapa suhu sesungguhnya mempunyai persamaan :
T 0
x  (t  a) C
ba

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 7


TARA KALOR LISTRIK

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperagakan adanya hubungan tenaga listrik
dengan kalor dan menentukan angka kesetaraan Joule dengan kalori.

II. ALAT
1. Kalorimeter dan Thermometer
2. Voltmeter AC dan Amperemeter AC
3. Variac
4. Tahanan geser dan saklar pemutus

III. TEORI
Dua bentuk tenaga diantara tenaga-tenaga yang lain, yang dibicarakan disini adalah
tenaga listrik dan tenaga panas. Tenaga dari bentuk yang satu dapat berubah menjadi
bentuk yang lain. Contoh: peristiwa gesekan menyebabkan tenaga mekanik berubah
menjadi tenaga panas. Kesetaraan panas-mekanis pertama kali diukur oleh Joule dengan
mengambil tenaga mekanik dari beban yang jatuh untuk mengaduk air dalam kalorimeter
sehingga air menjadi panas. Hal serupa juga dapat dilakukan pada tenaga listrik. Tenaga
listrik dapat diubah menjadi tenaga panas melalui suatu kawat tahanan yang tercelup dalam
air yang berada di dalam kalorimeter. Tenaga listrik yang hilang dalam kawat tahanan
besarnya :

W = Vit 1)

V = beda potensial antara ujung-ujung kawat


i = kuat arus
t = lama arus mengalir.

Tenaga listrik sebesar Vit ini merupakan tenaga mekanik yang hilang dari elektron-elektron
yang bergerak dari ujung kawat berpotensial rendah ke ujung berpotensial tinggi. Tenaga ini
berubah menjadi panas. Tenaga panas yang timbul dapat dihitung dengan mengukur massa
benda, kenaikan suhu benda dan panas jenis benda yang mengalamai kenaikan suhu
akibat arus listrik. Secara matematis dinyatakan :

Q = m . c . ΔT 2)

Panas yang keluar dari kalorimeter dapat sangat berkurang dan dianggap tak ada
jika selisih antara suhu akhir dan suhu kamar sama dengan selisih antara suhu awal dan
suhu kamar. Gambar 1 menunjukkan susunan alat percobaan.

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 8


variac

V A

Gambar 1. Susunan alat

IV. LANGKAH PERCOBAAN


1. Kalorimeter kosong (bejana dalam) ditimbang. Kemudian diisi air sampai kira-kira
kawat pemanasnya tercelup dan ditimbang. Massa air adalah selisih hasil
penimbangan.
2. Suhu kamar (To) dibaca dan dicatat. Kalorimeter didinginkan dalam termos es
sampai beberapa derajad dibawah suhu kamar, catat suhu awal (Tm). Beda suhu =
To-Tm. Maka suhu akhir Ta = To + beda suhu.
3. Alat disusun seperti gambar 1.
4. Tutup saklar, amati termometer sampai dicapai suhu akhir. Ukur waktu arus mulai
saklar ditutup sampai dibuka kembali.
5. Catat data-data yang diperlukan.
6. Ulangi percobaan di atas untuk massa air yang berbeda. Ulangi sampai 5 kali.

V. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z, ”Petunjuk Praktikum Fisika Dasar” STTN-BATAN

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 9


Kelembaban Udara

Alat-alat yang diperlukan:


1. Hygrometer putar
2. Higrometer titik embun
3. Tabel-tabel.

Tujuan Percobaan :
1. Memahami asas kerja hygrometer
2. Menggunakan hygrometer untuk menentukan kelembaban udara suatu ruang.

Teori
Banyaknya uap air diudara, memberikan ukuran kelembaban udara. Kalau tekanan uap air
didalam udara mencapai meksimum maka mulailah terjadi pengembunan. Misalnya uadar
mengandung uap air yang memberikan tekanan partial sebesar 17,55 mmHg, temperature
udara 30 0C. Tekanan maksimum pada 30 0C adalah 31,86 mmHg. Jadi tekanan partial
oleh uap air masih dibawah tekanan maksimum pada keadaan ini tidak terjadi
pengembunan. Kalau temperature turun sampai 20 0C , maka muli terjadi pengembunan
karena tekanan maksimum uap air pada 20 0C adalah 17,55mmHg. Temperatur dimana
mulai terjadi pengembunan disebut titik embun. Kalau temperature udara terus turun,
terjadilah awan dan hujan sehingga mengurangi jumlah molekul uap air diudara sedemikian
rupa sehingga tekanan uapair dalam udara tidak melebihi tekanan maksimum, misalnya
kalau temperature turun sampai 18 0C, dengan terjadinya pengembunandan hujan tekanan
udara tidak akan melebihi 15,49 mmHg karena tekanan maksimum uap air pada 18 0C
adalah 15,49 mmHg.

Kelembaban mutlak :
adalah masa uap air dalam udara persatuan volume
Kelembaban relatif :
perbandingan antara massa uap air persatuan volume dalam udara dengan massa
uap air persatuan volume kalau tekanannya sama dengan tekanan maksimum uap
air pada temperature udara.
tekanan..uap.air.dalam.udara

tekanan.maks.uap.air. pada.temperatur.udara

Tata Laksana Percobaan


I. Dengan Sling hygrometer yakni dua buah thermometer yang satu ujungnya dibasahi
dengan kapas sedangkan yang lain kering yang diletakkan pada sebuah batang dan
diputar dengan cepat.. Efek ini sama dengan meletakkan kedua thermometer itu

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 10


ditempat yanganginnya bertiup dengan kencang. Akan terlihat bahwa thermometer yang
basah akan menunjukkan temperature yang lebih rendah dari pada yang kering. Ini
disebabkan karena disekeliling ujung thermometer basah ada uap air jenuh sedang
disekitarnya tekanan uap airnya jauh lebih kecil, jadi molekul-molekul didekat ujung lebih
rapat daripada yang jauh dari ujung tersebut. Akibatnya terjadi difusi yakni molekul-
molekul uap air didekat ujung bergerak keluar menjauhi ujung yakni dari tempat yang
rapat ketempat yang kurang rapat.
Tetapi karena ujung itu selalu basah, jadi pada keadaan setimbang permukaannya
harus ada uap air kenyang, maka terjadilah penguapan terus menerus pada permukaan
tersebut.
Karean untuk dibutuhkan panas, maka pada keadaan setimbang temperature ujung
harus lebih rendah daripada sekitarnya agar terjadi penghantaran panas dari sekitarnya
menuju ujung ini. Berdasarkan jalan pikiran ini Clerk Maxwell memperhitungkan masa
uap air yang diuapkan perdetik yang mana tergantung pada perbedaan antara tekanan
uap pada permukaan dengan tekanan uap disekitarnya tergantung pula konstanta
diffuse. Kemudian diperhitungkan pula panas perdetik yang diterima oleh ujung dari
sekitarnya secara penghantaran dan pemancaran. Besarnay panas tergantung daya
hantar dan daya pancar udara dan perbedaan antara temperature dipermukaan ujung
dengan temperatur disekitarnya.
Jumlah panas ini harus sama dengan panas yang diperlukan untuk penguapan. Dari hal
tersebut dapat diturunkan persammaan :

p  pm  0,00066B(t  tb )

dengan : p = tekanan uap air dalam udara


pm = tekanan uap air maksimum pada temperature udara
B = barometer
t = temperature yang ditunjukkan oleh temperature kering
tb = temperature yang ditunjukkan oleh temperature basah

Dari hasil pengamatan t; tb; B dan pembacaan pada table untuk pm serta masa jenis uap
air dapat dihitung :
a). Kelembaban relatif
b). Titik embun
c). Kelembaban mutlak.

II. Dengan memakai Dew Point Hygrometer, yakni dalam bumbung yang berdinding luar
mengkilp dimasukkan ether dan thermometer. Ether dipaksa menguap dengan
menghembuskan udara kedalambumbung. Akibatnya temperature ether turun sampai
titik embun (ini dapat dibaca pada thermometer) maka mulailah terjadi pengembunan.
Hal ini dapat etrlihat pada dinding bumbung yang menjadi suram. Percobaan dilakukan
dengan menghembuskan udara sampai mencapai titik embun, kemudian dibiarkan

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 11


sampai embun mulai menghilang. Suhu pada saat mulai terjadi pengembunan dan
embunnya mulai hilang dicatat. Harga rata-rata dari kedua temperature itu merupakan
titik embun. Percobaan diulangi beberapa kali kemudian hitunglah
a). Kelembaban relatif
b). Kelembaban mutlak.

TABEL
t = temperature pm = tekanan maks. Uap air dalam mmHg
ρm = massa jenis uap air jenuh dalam gram/cm3

Suhu pm ρm Suhu pm ρm Suhu pm ρm


0 -6 0 -6 0
(t C) x10 (t C) x10 (t C) x10-6
10 9.21 9,40 18 15.49 15.37 26 25.24 24.38
11 9.85 10.01 19 16.49 16.31 27 26.27 25.77
12 10.52 10.66 20 17.55 17.30 28 28.38 27.23
13 11.24 11.35 21 18.66 18.34 29 30.08 28.76
14 11.99 12.07 22 19.84 19.43 30 31.36 30.37
15 12.79 12.83 23 21.09 20.58 31 33.70 32.21
16 13.64 13.63 24 22.40 21.78 32 35.70 34.05
17 14.54 14.48 25 23.78 23.25

Acuan :

Panduan Praktikum Fisika dasar Universitas Gadjah Mada

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 12


CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA

I. Tujuan Percobaan
1. Menetukan kecapatan bunyi di udara
2. Menentukan frekuensi sumber bunyi

II. Dasar Teori


Suatu garpu penala digetarkan di atas mulut dari suatu tabung resonansi. Dengan
mengatur panjang kolom udara dalam tabung resonansi maka dapat terdengar dengung
garpu penala sangat keras yang berarti terjadi resonansi. Resonansi terjadi jika
frekuensi nada dasar atau nada atas dari kolom udara dalam tabung resonansi sama
dengan frekuensi garpu penala.

Bila yang berresonansi nada dasar maka berlaku


hubungan persamaan
1
l1  k
4
Dengan l1 adalah panjang kolom minimum waktu terjadi
resonansi dan  = panjang gelombang.. Selanjutnya
untuk nada atas pertama akan memberikan panjang
kolom l 2 akan memenuhi persamaan :
3
l2    k
4
Selanjutnya untuk nada atas kedua akan memberikan
panjang kolom l3 akan memenuhi persamaan :
5
l 
3
k
4

Dan seterusnya k dapat dieliminasi dan diperoleh :


1
ll 
atau   2(l3  l2 )
3 2
2
1
   2(l2  l1 )
l 2  l1 
2

Atau pada umumnya :


1
ln  l n1   atau   2(ln  ln1 )
2
Dengan demikian panjang rata-rata dapat dihitung jika setiap terjadi resonansi panjang
kolom udara diukur. Kecepatan bunyi di udara dihitung dari hubungan :
V  f

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 13


Dengan f adalah frekuensi garpu, untuk garpu penala standard harga/nilai f sudah
diketahui. Sebaliknya jikaV telah dihitung maka untuk garpu penala yang belum
diketahui frekuensinya dapat dicari.
Kecepatan bunyi yang terdapat dalam percobaan ini adalah kecepatan bunyi diudara
pada suhu percobaan ( Vt ) . Kecepatan bunyi diudara pada suhu nol ( V0 ) dapat
dihitung dari hubungan :

T t
Vt  V0  V0 1 
273 273
Jika kecepatan bunyi diudara pada suhu kamar dapat dihitung maka pada suhu nol pun
dapat dihitung.

III. TATALAKSANA PERCOBAAN


Percobaan 1. Menentukan kecapatan bunyi diudara
Cara :
1. Turunkn tabung resonansi serendah mungkin kemudian catalah suhu kamar
2. Peganglah garpu penala standar diatas mulut tabung resonansi. Pukullah
dengan pemukul dari kayu (jangan terlalu keras) sambil menarik tabung
resonansi keatas dengan perlahan-lahan sampai terdengar dengung yang keras,
jeepitlah tabung pada kedudukan resonansi pertama ini. Ukurlah panjang kolom
udara yaitu jarak atara mulut tabung sampai permukaan air (l1 ) . Ulangi langkah
ini 5 kali
3. Lakukan seperti langkah 2 dimulai kedudukan resnonasi pertama. Ukurlah
panjang kolom udara yaitu jarak atara mulut tabung sampai permukaan air (l2 ) .
Ulangi langkah ini 5 kali. Ulangi langkah ini untuk meperoleh kedudukan
resonansi berikutnya l3 dan l 4 .
4. Lakukan seperti langkah 2 dan 3 dimulai dari kedudukan setinggi munking
dengan menurunkan tabung.

Percobaan 2. Menentukan frekuensi garpu penala


Cara :
Sama dengan percobaan 1, hanya sekarang menggunakan garpu penala yang
belum diketahui frekuensinya.

Pertanyaan :
1. Tergolong gelombang apakah bunyi di udara; di air (zat cair) dan garpu penala (zat
padat) ?
2. Apa sebab terjadi resonansi? Mengapa dapat dipakai untuk menentukan kecepatan
bunyi diudara? Terangkan!
3. Apakah yang disebut pipa organa terbuka/tertutup
T
4. Jabarkan rumus : Vt  V0
273

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 14


Percepatan Grafitasi Bumi

I. Ayunan Matematis

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari prinsip kerja ayunan matematis
2. Mengukur percepatan grafitasi dengan ayunan matematis

Peralatan yang digunakan


1. Unit Ayunan Matematis
2. Stopwatch

Dasar Teori
Berat suatu benda tergantung nilai percepatan grafitasi ditempat pengukuran dilakukan
menurut :

B  mg   GM   (1)
m 2 

 R 
Nilai percepatan grafitasi di suati tempat dapat diukur antara lain dengan ayunan
matematis.

mgsinθ
mg

Unit ayunan matematis idealnya terdiri atas suatu titik massa yang digantungkan pada
sutas tali tak bermassa/berbobot dengan panjang l. Bila massa disimpangkan kemudian
dilepas, maka massa akan berayun pada bidang vertical dibawah pengaruh percepatan

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 15


grafitasi. Gerakan massa ini harmonik dan osilasi. Bila besar sudut simpangan θ, maka
besar gaya pembalik adalah

F  mg sin  mg x (2)


l
untuk θ kecil, sehingga dapat diperoleh

d 2x g x  0
 (3)
dt 2 l
yang merupakan persamaan gerak harmonik dengan periode
1
g2
T  2  l  (4)
 
Dari persamaan (4) terlihat :

1. Periode tidak tergantung massa


2. Periode tidak tergantung sudut simpangan
3. Nilai percepatan grafitasi g dapat dihitung dari kemiringan kurva 1/ l Vs T2

Tatalaksana Percobaan

I. Menyelidiki pengaruh massa terhadap periode


1. Dengan panjang tali 1 meter, dengan bandul pertama dan sudut simpangan 50,
ukur waktu 20T sebanyak 10 kali.
2. Seperti langkah ke –1 ukur 20T untuk bandul kedua; ketiga; keempat dan
kelima.
3. Timbang massa masing-masing bandul

II. Menyelidiki pengaruh sudut simpangan terhadap periode


1. Dengan panjang tali 1 meter, dan sembarang bandul, ukur waktu 20T untuk
simpangan 50
2. Dengan cara yang sama ukur waktu 20T untuk simpangan 100; 150; 200 ; 250;
dan 300.

III. Menyelidiki panjang tali terhadap periode, dan mengukur nilai percepatan
grafitasi.
1. Dengan panjang tali 1meter dan sembarang bandul serta sudut simpangan 50,
ukur 20 T sebanyak 20 kali.
2. Lakukan langkah pertama untuk panjang tali 90; 80; 70; 60 dan 50 cm.
Tugas laporan

1. Untuk percobaan pertama, buat grafik massa Vs periode.


2. Untuk percobaan kedua, buat grafik sudut simpangan Vs periode.
3. Untuk percobaan ketiga, buat grafik panjang tali Vs periode.
Ambil kesimpulan dari ketiga grafik yang diperoleh

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 16


4. Untuk percobaan ketiga, buat grafik (1/panjang tali) Vs T2. Hitung nilai g dari gambar.
Cocokan dengan data yang ada

II. Gerak Jatuh Bebas

Tujuan Percobaan :
Dapat menentukan percepatan bola pada gerak jatuh bebas.

Dasar Teori :
Persamaan gerak untuk gerak benda denganpercepatan tetap a diberikan dalam
persamaan berikut :

(1)

Sehingga untuk seebuah benda jatuh bebas dengan percepatan adalah g ( dengan g
adalah percepatan gravitasi bumi) dan kecepatan awal adalah 0(nol) maka didiapat
persamaan

(2)

T adalah waktu yang diperlukan benda jatuh dengan percepatan g dari ketinggian h. Jika
persaman 2 digunakan untuk gerbang cahaya 1 dan gerbang cahaya 2, seperti pada
Gambar 1, maka diperoleh dua persamaan yang memberikan hubungan antara ketinggian
dan waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu benda ke masing masing ketinggian.
Gerbang cahaya 1 :

(3)

Gerbang cahaya 2 :

(4)

Dari kedua persamaan tersebut dapat dilihat bahwa percepatan jatuh bebas pada masing-
masing ketinggian adalah g.
Dengan mengurangkan persamaan (4) dengan persamaan (3), diperoleh besar percepatan
g yaitu :

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 17


(5)

Dengan menggunakan persamaan (5) dapat dihitung besarnya percepatan jatuh bebas dan
menunjukan bahwa percepatan jatuh bebas adalah sama dengan percepatan gravitasi

pemegang
magnet
h1
Gerbang1

h
h2

Gerbang2

Langkah Peercobaan :
1. Hidupkan timer counter
2. Tekan tombol function pada timer Counter AT-01 sedemikian , sehingga pewaktu
berada pada fungsi gravity acceleration (ditunjukkan dengan lampu indikator LED
menyala merah). Pada kondisi ini magnet pemegang bola berfungsi ditunjukkan
dengan lampu indikator LED.
3. Pasang bola pada magnet pemegang bola logam. Tekan tombol E.MAGNET, dan
bola akan jatuh bebas melewati gerbang cahaya 1 dan 2.
4. Baca hasil pengukuran waktu pada timer, timer akana menampilkan waktu yang
ditempuh bola mulai jatuh sampai ke gerbang cahaya 1 dan 2 secara berurutan
5. Hitung percepatan gerak jatuh bebas tersebut menggunakan persamaan (5)
6. Ulangi langkah 2 dan 3, dengan ketinggian yang berbeda dengan terlebih dahulu
menekan tombol FUNCTION sehingga fungsi E.MAGNET kembali aktif (ON) lagi.

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 18


TEGANGAN MUKA

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian dasar tegangan muka
2. Dapat memperagakan metode pengukuran tegangan muka
3. Dapat menentukan tegangan muka dengan berbagai cara

II. Teori
Permukaan zat cair membatasi zat cair itu dari kelilingnya dan permukaan ini seolah-olah
menjadi kulit pembungkusnya yang mempunyai sifat khas yang harus diperhatikan tara lain :
Adhesi dan kohesi
Tegangan permukaan
Menikus dan kapilaritas

Dalam percobaan ini akan ditentukan tegangan permukaan dari zat cair (air), dengan lebih
dahulu memahami tentang adanya kohesi; adhesi; kapilaritas yang berhubungan dengan tegangan
permukaan

Adhesi dan kohesi memegang peranan penting dalam membentuk permukaan zat cair.
Partikel-partikel dari zat cair dapat berpindah-pindah kesegala arah, dimana partikel yang saling
berdekatan saling tarik menarik saling mempengaruhi, tetapi tidak bercerai bverai akibat gerak dan
gaya tarik menariknya. Gaya tarik menarik antara partikel-partikel yang sejenis disebut kohesi, dan
sebaliknya disebut adhesi. Dengan adanya adhesi ini dapat diterangkan mengapa permukaan zat
cair cembung atau cekung.

Gambar 1

Meniskus dan Kapilartitas

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 19


Karena sudut kontak air terhadap kaca merupakan sudut lancip ( < 900) maka pembuluh kaca
permukaan air bebrbentuk cekung, sebaliknya air raksa permukaannya cembung ( >900). Bentuk
permukaan cembung atau cekungini disebut dengan MENISKUS
Jika sebatang pembuluh kaca yang terbuka kedua ujungnya ditegakkan dengan salah satu
ujnungnya berada di dalam air dan ujung lain berada di air maka permukaan air di dalam pembuluh
akan lebih tinggi daripada di luar pembuluh ( untuk air raksa sebaliknya). Gejala ini disebut
kapilaritas, dan pembuluh semacam ini disebut pipa kapiler (gambar 2)

Tegangan permukaan
Tegangan Muka dan Tenaga Muka
Permukaan zat cair nampaknya bersifat sepertikulit yang tegang. Untuk lapisan permukaan
zat cair, diatas peermukaan nya tidak terisis dengan molekul zat cair (jika diatasnya hampa atau
peralihan dengan uapnya mendadak) oleh sebab itu pada lapisan permuakaan gaya kohesi antara
molekul-molekul zat cair itu tidak terimbangi seperti halnya lapisan bagian dalam.

Gambar 2.

Hal ini menyebabkan adanya sifat yang istimewa pada permukaan yang dinamakan tegangan
permukaan atau tegangan bidang batas. Tekanan kohesi K disebabkan oleh adanya resultante gaya
kohesi pada lapisan permukaan dan arahnya pada permukaan menuju cairan. Apabilapada lapisan
permukaan dipotong menurut suatu garis, mak komponen sejajar permukaan dari resultante gaya
kohesi menjadi tak terimbangi

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 20


Definisi :
Tegangan Muka H :
Yaitu jumlah komponen sejajar permukaan dari resultante gaya kohesi yang tak terimbangi pada
molekul-molekul dalam lapisan permukaan tiap satuan panjang. Satuan H adalah dyne/cm atau
Newton/m

Tenaga muka :
Yaitu usaha yang diperlukan untuk menambah luas permukaan dengan satuan luas. Satuan tenaga
muka = erg/cm2 atau joule/m2.
Besar tegangan muka dan tenaga muka sama besar hanya berbeda satuannya.
Tekanan pada permukaan zat cair yang lengkung ada tambahan tekanan yang berasal dari tegangan
muka H. Pada permukaan lengkung, harga tekanan P = K + h
 1 1 
P  K  H  r  r 
 1 2 

( r1 dan r2 kelengkungan utamanya) harga positif untuk permukaan cembung.


P positif tekanan menuju sebenarnya kedalam cara K diimbangi oleh gaya teksi cairan sendiri.

Tekanan nettonya :
 1 1 
P  P  K  H  r  r 
 1 2 

permukaan bola 
2H 
PPK ( r1  r2  r )
r
Jadi gelembung udaradalam zat cair tekanannya makin besarapabila jari-jarinya makin kecil. Pada
permukaan ini akan dicari tegangan permukaan dari zat cair (air) dengan menggunakan 2 metode
yaitu :
1. Tekanan maximum gelembung
2. Kenaikan pipa kapiler

A. Metode menentukan tekanan maximum gelembung


Gambar alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 21


Gambar 3

Tegangan permukaan H dari air dapat dicari yaitu dengan menyamakan tekanan-tekanan yang
bekerja pada bejana B dan manometer M dalam keadaan setimbang.
Dengan menurunkan auir dari buret kedalam botol elenmeyer tekanan udara dalam pipa kapiler
menjadi lebih besar. Jika pada ujungpipa kapiler terjadi gelembung udara dengan jari-jari R, maka
pada permukaan gelembung ini bekerja tekanan-tekanan dari atas = P; dari bawah terdiri dari :

- tekanan hidrostatis  2 gh2


- tekanan udara  PB
2H
- tekanan tegangan permukaan 
R
Dalam keadaan setimbang P adalah sama dengan tekanan di titik N pada manometer M yaitu terdiri
dari :

- tekanan hidrostatis 1 gh1


- tekanan barometer  PB
2H
Dalam keadaan setimbang P    2 gh2  PB, tekanan ini maximum pada waktu R minimum,
R
yaitu sama dengan jari-jari pipa kapiler r , Maka pada saat itu :
2H
 gh  P    gh  P
1 1 B 2 2 B
r
2H
 gh    gh
1 1 2 2
r
Koefisien tegangan muka :
rg
H  
 h   h 
1 1 2 2
2
1 ;  2 = masing adalah masa zat cair pada manometer dan bejana B

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 22


h1 = selisih tinggi permukaan zat cair dalam manometer

h2 = selisih tinggi permukaan zat cair dengan ujung gelembung udara dalam pipa kapiler

Tata laksana percobaan


1. Menentukan h2 yaitu dengan memberi tanda pada pipa kapiler C sampai dimana pipa ini
akan dicelupkan (h2 adalah jarak dari tanda sampai ke ujug pipa)
2. Menentukan h0 adalah kedudukan manometer pada kaki kanan, waktu pipa C belum
dicelupkan dan air dari K belum dialirkan.
3. C dicelupkan dalam air dibejana B, kran K ditutup dan buret diisi air sampai penuh.
4. Buka kran K perlahan-lahan, pada saat jari-jari gelembung sama dengan jari-jari ujung pipa C,
dibaca kedudukan permukaan air dalam kaki terbuka manometer (hm) h1dapat dicari dari h1
= 2(hm-h0)
5. Suhu air didalam bejana B (t2) dan dalam manometer M (t1) diukur, kemudian massa jenis air
dilihat dalam table pada suhu ini. Ulangi pengamatan 4 atau 5 kali.
6. Diameter pipa kapiler diukur dengan micrometer.

B. Menentukan H dengan metode Pipa Kapiler


Jika sebuah pipa kapiler ujungnya dicelupkan kedalam zat cair yang membasahi dinding
(meniskusnya cekung) maka zat cair akan naik setinggi h

H = tegangan permukaan zat cair


Θ = sudut sentuh zat cair dengan dinding pipa
kapiler
r = jari-jari penampang lintang kapiler
ρ = massa jenis zat cair
h = kenaikan zat cair dalam pipa kapiler

Gambar 4

Permukaan zat cair menyentuh dinding sepanjang lingkaran 2Πr, sepanjang garis ini permukaan zat
cair menarik dinding sebesar H tiap satuan panjang dalam arah yang membuat sudut Θ terhadap
dinding (kebawah). Sebagai reaksi dinding menarik zat cair dengan gaya sebesar 2Πr H cos Θ, keatas
(komponen mendatar dan H sinΘ telah saling meniadakan. Gaya keatas ini diimbangi oleh zat cair
yang naik dalam pipa kapiler.
Jadi dalam keadaan setimbang gaya keatas sama dengan berat zat cair yang naik.

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 23


Gaya keatas  2rH cos 
Berat zat cair  r 2 gh

2 rH cos    r 2  gh
r gh
H  

2 cos 
dalam percobaan ini zat cairnya adalah air, dan untuk air  sangat kecil  0 sehingga cos  = 1
Jadi tegangan permukaan untuk air :
r gh
H 
2

Tata laksana Percobaan


1. Pipa kapiler dibersihkan dengancairan yang akan diperiksa, lalu dikeringkan
2. Masukkan pipa kapiler ke dalam bejana gelas, cairan yang akan diukur tegangan
permukaannya dituangkan, dan diukur tinggi permukaan cairan di dalam dan diluar pipa.
3. Ditambahkan lagi cairan sehingga permukaan cairan diluar dan didalam pipa naik. Diukur
tinggi permukaan didalam dan diluar
4. Ulangi langkah 3 sampai 5 kali
5. Ukur diameter pipa kapiler dengan micrometer.

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 24


KEKENTALAN LARUTAN (VISKOSITAS)

III. I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari prinsip kerja Viskositas meter Oswald, dan
menentukan angka kekentalan relatif suatu zat cair terhadap air sebagai pembanding.

IV. II. PERALATAN DAN BAHAN


1. Air dan garam
2. Viskositasmeter Oswald
3. Gelas ukur
4. Stopwatch
5. Termometer batang
6. Pignometer

V. III. TEORI SINGKAT


Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida. Viskositas suatu fluida dapat
ditentukan dengan mengalirkan fluida tersebut melalui dua dinding. Dinding yang satu
digunakan untuk menggerakkan fluida, sedang dinding yang lain digunakan untuk menahan
fluida. Akibat hal tersebut maka fluida yang bersentuhan dengan dinding yang bergerak
memiliki kecepatan sama dengan kecepatan dinding penggerak. Demikian juga kecepatan
fluida yang bersentuhan dengan dinding yang diam adalah nol. Kecepatan fluida diantara
kedua dinding bertambah secara seragam dari dinding diam ke dinding penggerak. Aliran
fluida ini disebut sebagai aliran laminer. Gambar 1 menunjukkan aliran laminer cairan kental.

F
b b!
L
a
Gambar 1. Aliran laminer cairan kental

Besarnya gaya yang dikerjakan kedua dinding adalah sama, yaitu F, hanya saja
arahnya berbeda. Kalau A ialah luas cairan dimana gaya-gaya F bekerja, maka perbandingan
F/A tidak lain ialah tegangan luncur yang bekerja terhadap zat-cair itu. Cepat perubahan
tegangan luncur didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan permukaan cairan
yang bersentuhan dengan dinding yang bergerak, v, dengan dimensi melintang, L, yaitu v/L.
Koefisien viskositas, , dinyatakan sebagai perbandingan tegangan luncur, F/A, dengan cepat
perubahan tegangan luncur.

F
v
A  F  .A.
v L
L

Rumus di atas berlaku untuk aliran laminer. Untuk aliran secara umum maka cepat
perubahan tegangan luncur dinyatakan sebagai gradien kecepatan, dv/dy, dengan dv ialah

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 25


selisih kecil kecepatan antara dua titik yang dipisahkan oleh jarak dy diukur tegak lurus
terhadap arah aliran. Maka secara umum gaya penggerak dinyatakan :

dv
F 
.A .
dy
Hukum Poiseuille

F=P1 x  r2 F=P2 x  r2

Gambar 2. Gaya dan distribusi kecepatan fluida pada pipa

Secara matematis, hukum poiseuille dinyatakan sebagai :

 .r4 (P  P ) t
Q 1    .pr 4
2 V .L
8 L 8

Sedangkan satuan dari angka kekentalan dinamis () adalah gram/(cm dtk) disebut juga
centi poise.

CARA PENENTUAN KEKENTALAN OSWALD


Berdasarkan hukum Haagen Poiseuille :

Model Oswald

 pr 4t 
  p   .g.h
8vl
Dimana :
P = tekanan
r = jari-jari pipa kapiler
t = waktu alir zat cair sebanyak volume dengan beda tinggi h
l = panjang kapiler

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 26


g = gaya gravitasi bumi
h = tinggi zat alir
 = densitas zat alir (gr/cc)
V = total volume cairan

Karena pada praktikum ada kesulitan dalam mengukur : ”r dan l”, maka alternatif lain adalah
dengan menggunakan cairan pembanding dalam hal ini air. Dari rumus 3) :
 ( pr 4 t) 8Vl
1
1 x
2 8Vl ( pr 2 t) 2
( pt)1 ( ght)1
 
( pt)2 ( ght)2
1t1

 2t2
Sedangkan untuk menentukan massa jenis zat cair () adalah :
m
 
V
IV. TATALAKSANA PERCOBAAN
1. Tentukan rapat zat cair dengan pignometer (sebelum digunakan bersihkan terlebih
dahulu dan dikeringkan)
2. Isi gelas ukur dengan air secukupnya. Taruhlah di bawah viskositasmeter lalu isi
viskositasmeter sampai air melebihi batas atas
3. Ukur waktu alir air dengan stopwatch pada saat air tepat pada tanda atas sampai
airtepat pada tanda bawah. Lakukan pengukuran sampai 3 kali.
4. Lakukan langkah no 1 –3 untuk konsentrasi yang lain.

VI. V. DAFTAR PUSTAKA


1. Sears, Z. ”Fisika Untuk Universitas”, Jakarta

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 27


Modulus Elastisitas Young

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami Hukum Hook
2. Dapat Menentukan Modulus Elastisitas Young

II. Peralatan Yang Digunakan


1. Kawat Logam
2. Anak Timbangan
3. Mikrometer
4. Neraca Air

III. Teori
Apabila sebuah benda homogen dengan panjang l berpenampang sama sebesar A
ditarik oleh sebuah gaya sebesar F maka benda akan bertambah panjang sebesar l
Selama tegangan F ( tegangan = gaya persatuan luas) tidak melebihi suatu harga
A
(batas kesebandingan) maka regangan kawat l sebanding dengan F .
l A

Secara matematis dapat ditulis :

F l
E
A l (1)

Batas kesebandingan tersebut adalah berbeda-beda untuk material yang berbeda.


Persamaan diatas disebut hukum Hook, konstanta kesebandingan Edisebut modulus
elastisitas, yang besarnya bergantung pada macam material. Satuannya dalam system
MKS adalah newton per m2. dan dalam praktek biasa digunakan satuan kg/mm2.
Dasar Percobaan

Suatu kawat yang panjang dan penampangnya diketahui, ditarik dengan gaya sebesar
F, maka dari persamaan (1) dapat E dihitung :
AE
F l
l (2)
F  Cl
AE
dengan C  adalah suatu konstanta
l
Dari persamaan (2) terlihat bahwa ada hubungan linier antara gaya tarik F dengan
regangan Δ l , ini semua berlaku dalam batas kesebandingan saja.

Metode Pengukuran Δl .

Perhatikan gambar disamping. Ujung kawat logam bagian atas dipasang tetap,
sedangkan bagian bawahnya dipasang beban (berupa anak timbangan). Sebuah
neraca air dipsang sedmikian rupa hingga ujung yang satu mengikuti gerakan kawat
bagian bawah, sedang ujung lainbersandar pada ujung micrometer yang dipasang
vertikal pada tempat yang permanen. Sebleum ada beban, neraca air dibuat horizontal

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 28


dengan mengatur posisi micrometer M, catat posisi micrometer. Apabila diberi beban
maka ujung P akan turun. Kembalikan neraca air ke posisi horizontal dengan mengatur
micrometer M, baca posisi M. Dengan cara yang sama catat pertambahan panjang
setiap penambahan beban 10 gram. Hal yang sama juga dilakukan pada pengurangan
beban, masing masing dilakukan 5 kali.

Hasil pengamatan pada waktu penambahan dan pengurangan beban pada beban F
yang sama diambil harga rata-ratanya. Dengan hasil ini dibuat grafik hubungan antara
beban F dengan regangan l . Menurut hukum Hooke grafik ini harus berupa garis
lurus bila F masih dibawah batas kesebandingan.

Biasanya didaerah F yang kecil, grafik melengkung.


Hal ini disebabkan karena sebelum ada beban kawat tidak
lurus benar. Sehingga beban yang mula-mula diperlukan
untuk meluruskan kawat. Oleh karena itu perhitungan E
berdasarkan hukum Hooke hanya boleh dilakukan didaerah
dimana grafik hubungan antara F dan l merupakan garis
lurus.

Selain F dan l dicatat pula panjang kawat l dan luas


tampang lintang kawat A.

Untuk menghitung harga E dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut :
Karena sifat kesebandingan, maka regangan Σ l
adalah regangan yang disebabkan karena gaya tarik ΣF;
antara kedua besaran tersebut terdapat hubungan :

AE
F   l
l
sehingga harga E bisa dihitung dari hubungan :

l F
E
A l
IV. Tata laksana Percobaan
1. Pasang kawat pada tempatnya
2. Aturlah micrometer hingga neraca air horizontal (pada keadaan tanpa beban).
Catat kedudukan tersebut dengan baik
3. pasang beban 100 gram. Atur micrometer hingga neraca air kembali ke posisi
horizontal kembali. Catat kedudukan tersebut.
4. Ulangi langkah (3) dengan menambah beban menjadi 110; 120; 130; 140 dan 150
gram.
5. Ulangi langkah (3) dan (4) berturut-turut 150; 140; 130; 120; 110 dan 100 gram.
6. Ukurlah panjang kawat dan diameter kawat.
7. Ulangi percobaan diatas dengan kawat yang lain.

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan elastisitas Young
2. Bagaimana bunyi hukum Hooke
3. Bagaimana cara menentukan E dengan metode grafis.

Praktikum Fisika Dasar I - 2014 29

Anda mungkin juga menyukai