1. PENDAHULUAN
Fisika mempelajari tentang fenomena-fenomema alam secara kualitatif dan kuantitaif;
karenanya masalah pengukuran terhadap besaran fisis mempunyai arti penting.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis yang
dapat dianggap sebagai tolok ukurnya (besaran standar). Oleh sebab itu tujuan
pengukuran adalah untuk mengetahui harga/nilai antara besaran yang diukur dengan
besaran yang dianggap tolok ukurnya. Dalam kenyataannya nilai pembanding yang
sesungguhnya tidak pernah diketahui sehingga hasil pengukuran yang benar tidak pernah
diketahui.
Setiap kali melakukan pengukuran yang diulang-ulang dengan teliti, hasilnya hampir
selalu berbeda meskipun selisihnya sangat kecil. Karenanya dalam proses pengukuran
selalu terdapat kesalahan atau ralat (”error”). Usaha yang harus dilakukan dalam setiap
pengukuran adalah memperoleh kesalahan tersebut sekecil mungkin.
3. PERHITUNGAN RALAT
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa adanya kesalahan dalam pengukuran tidak
dapat dihindari, usaha yang dilakukan hanya memperkcil kesalahan tersebut sampai
sekecil-kecilnya.
Khusus dalam hal pengamatan pada praktikum Fisika Dasar, peralatan, situasi
kondisi yang ada harus diterima apa adanya, dalam arti praktikan tidak dapat
memanipulir ralat sistematik secara baik. Praktikan harus berusaha bekerja sebaik-
baiknya untuk menghindari atau mengurangi adanya ralat kekeliruan tindakan dan
sekaligus mengurangi ralatsistematik, maka yang dihadapi kemudian adalah ralat
kebetulan.
Setiap pengukuran akan mempunyai ralat kebetulan, oleh sebab itu untuk
memperkecil ralat ini haruslah diadakan pengukuran berulang, makin banyak makin
baik. Namun demikian tidak semua pengamatan dapat diulangi, sehingga praktikan
hanya dapat melakukan poengamatan sekali saja, dalam hal ini kesalahan terjadi
terutama penaksiran skala. Karenanya, ralatnya adalah ralat penaksiran yang
diperhitungkan 0,1 skala terkecil. Ralat kebetulan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu ralat dari hasil pengamatan langsung dan ralat
hasil perhitungan. Kedua macam ralat tersebut dapat diperhitungkan dan
didefinisikan sebagai berikut:
k
x i x x x
x i1
1 2 k ....... 1
k k
Selisih atau penyimpangan antara nilai terukur dengan nilai rata-rata disebut
deviasi dengan lambang jadi :
_
x xi x 2
sx sx
sxr _
atau sxr _
100% 4
x x
_ _ _ _
V p l t
Ralat volume (V) dihiutng dengan menggunakan rumus perambatan ralat
sebagai berikut :
2 2
V V V
2
sv s p sl st
p l t
Misal hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :
s v 0,5643cm3
Penyajian hasil perhitungan volume balok adalah :
V (42,4 0,6)cm3
Teori
Skala Celcius
Pada skala ini dipilih dua referensi (pangkal) atau dua titik tetap. Dua titik tetap itu
adalah titik beku air yaitu suhu es yang sedang mencair pada tekanan udara 1 atm, dan titik
didih yaitu suhu air murni yang mendidih pada tekan 1 atm, yang masing-masing
didefinisikan sebagai 00C dan 1000C. Jarak antara ujung air raksi dalam pipa kapiler dari
thermometer air raksa pada titik beku air dan pada titik didih air dibagi menjadi 100 bagian
yang sama dan tiap bagiannya 1 derajat.
Dasar Percobaan
Termometer badan mempunyai skala 350C sampai 420C, sehingga tidak mungkin
ditera secara langsung dengan es yang sedang mencair dan air yang menididih. Jadi
thermometer badan harus ditera dengan thermometer batrang yang mempunyai skala
sedikit dibawah 00C dan sedikit diatas 1000C yang ditera terlebih dahulu pada titik beku air
dan pada titik didih air secara langsung.
Perhitungan
Untuk mendapatkan titik didih air, perlu dilihat barometer dan table titik didih. Pada
pembacaan barometerharus dilakukan koreksi sebagai berikut :
978
h h (1 0,000163t)
t
981
dengan h tekanan barometer terlkoreksi (sesungguhnya)
ht tekanan barometer terbaca
t suhu kamar
dianggap grafitasi di laboratorium = 978 cm/dt2
Jika titik didih menurut table T0C sedang pembacaan thermometer batang didlam bejana
didih adalah b0C, sedang pembacaan dalam bejana es = a0C, maka harga skala
thermometer batang adalah :
T
ba
Sehingga jika thermometer batang dimasukkan kedalam air hangat menunjukkan t0C,
maka suhu sesungguhnya diperoleh dari persamaan :
T 0
x (t a) C
ba
Perhatian :
Hati-hati bekerja dengan thermometer badan, karena batas pengukurannya hanya 420C.
Jika suhu yang diukur melebihi 420C thermometer akan pecah.
Pertanyaan :
1. Bilamana dan kapankah titik beku air 00C dan titik didih air 1000C?
2. Apa yang dimaksud dengan menera?
Apa yang dipakai sebagai standard peneraan thermometer dan bagaimana caranya
3. Mengapa thermometer badan tidak boleh ditera langsung dengan es mencair dan air
mendidih?
4. Apakah koreksi barometer dengan koraksi thermometer, terangkan!
5. Terangkan mengapa suhu sesungguhnya mempunyai persamaan :
T 0
x (t a) C
ba
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperagakan adanya hubungan tenaga listrik
dengan kalor dan menentukan angka kesetaraan Joule dengan kalori.
II. ALAT
1. Kalorimeter dan Thermometer
2. Voltmeter AC dan Amperemeter AC
3. Variac
4. Tahanan geser dan saklar pemutus
III. TEORI
Dua bentuk tenaga diantara tenaga-tenaga yang lain, yang dibicarakan disini adalah
tenaga listrik dan tenaga panas. Tenaga dari bentuk yang satu dapat berubah menjadi
bentuk yang lain. Contoh: peristiwa gesekan menyebabkan tenaga mekanik berubah
menjadi tenaga panas. Kesetaraan panas-mekanis pertama kali diukur oleh Joule dengan
mengambil tenaga mekanik dari beban yang jatuh untuk mengaduk air dalam kalorimeter
sehingga air menjadi panas. Hal serupa juga dapat dilakukan pada tenaga listrik. Tenaga
listrik dapat diubah menjadi tenaga panas melalui suatu kawat tahanan yang tercelup dalam
air yang berada di dalam kalorimeter. Tenaga listrik yang hilang dalam kawat tahanan
besarnya :
W = Vit 1)
Tenaga listrik sebesar Vit ini merupakan tenaga mekanik yang hilang dari elektron-elektron
yang bergerak dari ujung kawat berpotensial rendah ke ujung berpotensial tinggi. Tenaga ini
berubah menjadi panas. Tenaga panas yang timbul dapat dihitung dengan mengukur massa
benda, kenaikan suhu benda dan panas jenis benda yang mengalamai kenaikan suhu
akibat arus listrik. Secara matematis dinyatakan :
Q = m . c . ΔT 2)
Panas yang keluar dari kalorimeter dapat sangat berkurang dan dianggap tak ada
jika selisih antara suhu akhir dan suhu kamar sama dengan selisih antara suhu awal dan
suhu kamar. Gambar 1 menunjukkan susunan alat percobaan.
V A
V. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z, ”Petunjuk Praktikum Fisika Dasar” STTN-BATAN
Tujuan Percobaan :
1. Memahami asas kerja hygrometer
2. Menggunakan hygrometer untuk menentukan kelembaban udara suatu ruang.
Teori
Banyaknya uap air diudara, memberikan ukuran kelembaban udara. Kalau tekanan uap air
didalam udara mencapai meksimum maka mulailah terjadi pengembunan. Misalnya uadar
mengandung uap air yang memberikan tekanan partial sebesar 17,55 mmHg, temperature
udara 30 0C. Tekanan maksimum pada 30 0C adalah 31,86 mmHg. Jadi tekanan partial
oleh uap air masih dibawah tekanan maksimum pada keadaan ini tidak terjadi
pengembunan. Kalau temperature turun sampai 20 0C , maka muli terjadi pengembunan
karena tekanan maksimum uap air pada 20 0C adalah 17,55mmHg. Temperatur dimana
mulai terjadi pengembunan disebut titik embun. Kalau temperature udara terus turun,
terjadilah awan dan hujan sehingga mengurangi jumlah molekul uap air diudara sedemikian
rupa sehingga tekanan uapair dalam udara tidak melebihi tekanan maksimum, misalnya
kalau temperature turun sampai 18 0C, dengan terjadinya pengembunandan hujan tekanan
udara tidak akan melebihi 15,49 mmHg karena tekanan maksimum uap air pada 18 0C
adalah 15,49 mmHg.
Kelembaban mutlak :
adalah masa uap air dalam udara persatuan volume
Kelembaban relatif :
perbandingan antara massa uap air persatuan volume dalam udara dengan massa
uap air persatuan volume kalau tekanannya sama dengan tekanan maksimum uap
air pada temperature udara.
tekanan..uap.air.dalam.udara
tekanan.maks.uap.air. pada.temperatur.udara
p pm 0,00066B(t tb )
Dari hasil pengamatan t; tb; B dan pembacaan pada table untuk pm serta masa jenis uap
air dapat dihitung :
a). Kelembaban relatif
b). Titik embun
c). Kelembaban mutlak.
II. Dengan memakai Dew Point Hygrometer, yakni dalam bumbung yang berdinding luar
mengkilp dimasukkan ether dan thermometer. Ether dipaksa menguap dengan
menghembuskan udara kedalambumbung. Akibatnya temperature ether turun sampai
titik embun (ini dapat dibaca pada thermometer) maka mulailah terjadi pengembunan.
Hal ini dapat etrlihat pada dinding bumbung yang menjadi suram. Percobaan dilakukan
dengan menghembuskan udara sampai mencapai titik embun, kemudian dibiarkan
TABEL
t = temperature pm = tekanan maks. Uap air dalam mmHg
ρm = massa jenis uap air jenuh dalam gram/cm3
Acuan :
I. Tujuan Percobaan
1. Menetukan kecapatan bunyi di udara
2. Menentukan frekuensi sumber bunyi
T t
Vt V0 V0 1
273 273
Jika kecepatan bunyi diudara pada suhu kamar dapat dihitung maka pada suhu nol pun
dapat dihitung.
Pertanyaan :
1. Tergolong gelombang apakah bunyi di udara; di air (zat cair) dan garpu penala (zat
padat) ?
2. Apa sebab terjadi resonansi? Mengapa dapat dipakai untuk menentukan kecepatan
bunyi diudara? Terangkan!
3. Apakah yang disebut pipa organa terbuka/tertutup
T
4. Jabarkan rumus : Vt V0
273
I. Ayunan Matematis
Tujuan Percobaan
1. Mempelajari prinsip kerja ayunan matematis
2. Mengukur percepatan grafitasi dengan ayunan matematis
Dasar Teori
Berat suatu benda tergantung nilai percepatan grafitasi ditempat pengukuran dilakukan
menurut :
B mg GM (1)
m 2
R
Nilai percepatan grafitasi di suati tempat dapat diukur antara lain dengan ayunan
matematis.
mgsinθ
mg
Unit ayunan matematis idealnya terdiri atas suatu titik massa yang digantungkan pada
sutas tali tak bermassa/berbobot dengan panjang l. Bila massa disimpangkan kemudian
dilepas, maka massa akan berayun pada bidang vertical dibawah pengaruh percepatan
d 2x g x 0
(3)
dt 2 l
yang merupakan persamaan gerak harmonik dengan periode
1
g2
T 2 l (4)
Dari persamaan (4) terlihat :
Tatalaksana Percobaan
III. Menyelidiki panjang tali terhadap periode, dan mengukur nilai percepatan
grafitasi.
1. Dengan panjang tali 1meter dan sembarang bandul serta sudut simpangan 50,
ukur 20 T sebanyak 20 kali.
2. Lakukan langkah pertama untuk panjang tali 90; 80; 70; 60 dan 50 cm.
Tugas laporan
Tujuan Percobaan :
Dapat menentukan percepatan bola pada gerak jatuh bebas.
Dasar Teori :
Persamaan gerak untuk gerak benda denganpercepatan tetap a diberikan dalam
persamaan berikut :
(1)
Sehingga untuk seebuah benda jatuh bebas dengan percepatan adalah g ( dengan g
adalah percepatan gravitasi bumi) dan kecepatan awal adalah 0(nol) maka didiapat
persamaan
(2)
T adalah waktu yang diperlukan benda jatuh dengan percepatan g dari ketinggian h. Jika
persaman 2 digunakan untuk gerbang cahaya 1 dan gerbang cahaya 2, seperti pada
Gambar 1, maka diperoleh dua persamaan yang memberikan hubungan antara ketinggian
dan waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu benda ke masing masing ketinggian.
Gerbang cahaya 1 :
(3)
Gerbang cahaya 2 :
(4)
Dari kedua persamaan tersebut dapat dilihat bahwa percepatan jatuh bebas pada masing-
masing ketinggian adalah g.
Dengan mengurangkan persamaan (4) dengan persamaan (3), diperoleh besar percepatan
g yaitu :
Dengan menggunakan persamaan (5) dapat dihitung besarnya percepatan jatuh bebas dan
menunjukan bahwa percepatan jatuh bebas adalah sama dengan percepatan gravitasi
pemegang
magnet
h1
Gerbang1
h
h2
Gerbang2
Langkah Peercobaan :
1. Hidupkan timer counter
2. Tekan tombol function pada timer Counter AT-01 sedemikian , sehingga pewaktu
berada pada fungsi gravity acceleration (ditunjukkan dengan lampu indikator LED
menyala merah). Pada kondisi ini magnet pemegang bola berfungsi ditunjukkan
dengan lampu indikator LED.
3. Pasang bola pada magnet pemegang bola logam. Tekan tombol E.MAGNET, dan
bola akan jatuh bebas melewati gerbang cahaya 1 dan 2.
4. Baca hasil pengukuran waktu pada timer, timer akana menampilkan waktu yang
ditempuh bola mulai jatuh sampai ke gerbang cahaya 1 dan 2 secara berurutan
5. Hitung percepatan gerak jatuh bebas tersebut menggunakan persamaan (5)
6. Ulangi langkah 2 dan 3, dengan ketinggian yang berbeda dengan terlebih dahulu
menekan tombol FUNCTION sehingga fungsi E.MAGNET kembali aktif (ON) lagi.
I. Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian dasar tegangan muka
2. Dapat memperagakan metode pengukuran tegangan muka
3. Dapat menentukan tegangan muka dengan berbagai cara
II. Teori
Permukaan zat cair membatasi zat cair itu dari kelilingnya dan permukaan ini seolah-olah
menjadi kulit pembungkusnya yang mempunyai sifat khas yang harus diperhatikan tara lain :
Adhesi dan kohesi
Tegangan permukaan
Menikus dan kapilaritas
Dalam percobaan ini akan ditentukan tegangan permukaan dari zat cair (air), dengan lebih
dahulu memahami tentang adanya kohesi; adhesi; kapilaritas yang berhubungan dengan tegangan
permukaan
Adhesi dan kohesi memegang peranan penting dalam membentuk permukaan zat cair.
Partikel-partikel dari zat cair dapat berpindah-pindah kesegala arah, dimana partikel yang saling
berdekatan saling tarik menarik saling mempengaruhi, tetapi tidak bercerai bverai akibat gerak dan
gaya tarik menariknya. Gaya tarik menarik antara partikel-partikel yang sejenis disebut kohesi, dan
sebaliknya disebut adhesi. Dengan adanya adhesi ini dapat diterangkan mengapa permukaan zat
cair cembung atau cekung.
Gambar 1
Tegangan permukaan
Tegangan Muka dan Tenaga Muka
Permukaan zat cair nampaknya bersifat sepertikulit yang tegang. Untuk lapisan permukaan
zat cair, diatas peermukaan nya tidak terisis dengan molekul zat cair (jika diatasnya hampa atau
peralihan dengan uapnya mendadak) oleh sebab itu pada lapisan permuakaan gaya kohesi antara
molekul-molekul zat cair itu tidak terimbangi seperti halnya lapisan bagian dalam.
Gambar 2.
Hal ini menyebabkan adanya sifat yang istimewa pada permukaan yang dinamakan tegangan
permukaan atau tegangan bidang batas. Tekanan kohesi K disebabkan oleh adanya resultante gaya
kohesi pada lapisan permukaan dan arahnya pada permukaan menuju cairan. Apabilapada lapisan
permukaan dipotong menurut suatu garis, mak komponen sejajar permukaan dari resultante gaya
kohesi menjadi tak terimbangi
Tenaga muka :
Yaitu usaha yang diperlukan untuk menambah luas permukaan dengan satuan luas. Satuan tenaga
muka = erg/cm2 atau joule/m2.
Besar tegangan muka dan tenaga muka sama besar hanya berbeda satuannya.
Tekanan pada permukaan zat cair yang lengkung ada tambahan tekanan yang berasal dari tegangan
muka H. Pada permukaan lengkung, harga tekanan P = K + h
1 1
P K H r r
1 2
Tekanan nettonya :
1 1
P P K H r r
1 2
permukaan bola
2H
PPK ( r1 r2 r )
r
Jadi gelembung udaradalam zat cair tekanannya makin besarapabila jari-jarinya makin kecil. Pada
permukaan ini akan dicari tegangan permukaan dari zat cair (air) dengan menggunakan 2 metode
yaitu :
1. Tekanan maximum gelembung
2. Kenaikan pipa kapiler
Tegangan permukaan H dari air dapat dicari yaitu dengan menyamakan tekanan-tekanan yang
bekerja pada bejana B dan manometer M dalam keadaan setimbang.
Dengan menurunkan auir dari buret kedalam botol elenmeyer tekanan udara dalam pipa kapiler
menjadi lebih besar. Jika pada ujungpipa kapiler terjadi gelembung udara dengan jari-jari R, maka
pada permukaan gelembung ini bekerja tekanan-tekanan dari atas = P; dari bawah terdiri dari :
h2 = selisih tinggi permukaan zat cair dengan ujung gelembung udara dalam pipa kapiler
Gambar 4
Permukaan zat cair menyentuh dinding sepanjang lingkaran 2Πr, sepanjang garis ini permukaan zat
cair menarik dinding sebesar H tiap satuan panjang dalam arah yang membuat sudut Θ terhadap
dinding (kebawah). Sebagai reaksi dinding menarik zat cair dengan gaya sebesar 2Πr H cos Θ, keatas
(komponen mendatar dan H sinΘ telah saling meniadakan. Gaya keatas ini diimbangi oleh zat cair
yang naik dalam pipa kapiler.
Jadi dalam keadaan setimbang gaya keatas sama dengan berat zat cair yang naik.
2 rH cos r 2 gh
r gh
H
2 cos
dalam percobaan ini zat cairnya adalah air, dan untuk air sangat kecil 0 sehingga cos = 1
Jadi tegangan permukaan untuk air :
r gh
H
2
III. I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari prinsip kerja Viskositas meter Oswald, dan
menentukan angka kekentalan relatif suatu zat cair terhadap air sebagai pembanding.
F
b b!
L
a
Gambar 1. Aliran laminer cairan kental
Besarnya gaya yang dikerjakan kedua dinding adalah sama, yaitu F, hanya saja
arahnya berbeda. Kalau A ialah luas cairan dimana gaya-gaya F bekerja, maka perbandingan
F/A tidak lain ialah tegangan luncur yang bekerja terhadap zat-cair itu. Cepat perubahan
tegangan luncur didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan permukaan cairan
yang bersentuhan dengan dinding yang bergerak, v, dengan dimensi melintang, L, yaitu v/L.
Koefisien viskositas, , dinyatakan sebagai perbandingan tegangan luncur, F/A, dengan cepat
perubahan tegangan luncur.
F
v
A F .A.
v L
L
Rumus di atas berlaku untuk aliran laminer. Untuk aliran secara umum maka cepat
perubahan tegangan luncur dinyatakan sebagai gradien kecepatan, dv/dy, dengan dv ialah
dv
F
.A .
dy
Hukum Poiseuille
F=P1 x r2 F=P2 x r2
.r4 (P P ) t
Q 1 .pr 4
2 V .L
8 L 8
Sedangkan satuan dari angka kekentalan dinamis () adalah gram/(cm dtk) disebut juga
centi poise.
Model Oswald
pr 4t
p .g.h
8vl
Dimana :
P = tekanan
r = jari-jari pipa kapiler
t = waktu alir zat cair sebanyak volume dengan beda tinggi h
l = panjang kapiler
Karena pada praktikum ada kesulitan dalam mengukur : ”r dan l”, maka alternatif lain adalah
dengan menggunakan cairan pembanding dalam hal ini air. Dari rumus 3) :
( pr 4 t) 8Vl
1
1 x
2 8Vl ( pr 2 t) 2
( pt)1 ( ght)1
( pt)2 ( ght)2
1t1
2t2
Sedangkan untuk menentukan massa jenis zat cair () adalah :
m
V
IV. TATALAKSANA PERCOBAAN
1. Tentukan rapat zat cair dengan pignometer (sebelum digunakan bersihkan terlebih
dahulu dan dikeringkan)
2. Isi gelas ukur dengan air secukupnya. Taruhlah di bawah viskositasmeter lalu isi
viskositasmeter sampai air melebihi batas atas
3. Ukur waktu alir air dengan stopwatch pada saat air tepat pada tanda atas sampai
airtepat pada tanda bawah. Lakukan pengukuran sampai 3 kali.
4. Lakukan langkah no 1 –3 untuk konsentrasi yang lain.
I. Tujuan Percobaan
1. Memahami Hukum Hook
2. Dapat Menentukan Modulus Elastisitas Young
III. Teori
Apabila sebuah benda homogen dengan panjang l berpenampang sama sebesar A
ditarik oleh sebuah gaya sebesar F maka benda akan bertambah panjang sebesar l
Selama tegangan F ( tegangan = gaya persatuan luas) tidak melebihi suatu harga
A
(batas kesebandingan) maka regangan kawat l sebanding dengan F .
l A
F l
E
A l (1)
Suatu kawat yang panjang dan penampangnya diketahui, ditarik dengan gaya sebesar
F, maka dari persamaan (1) dapat E dihitung :
AE
F l
l (2)
F Cl
AE
dengan C adalah suatu konstanta
l
Dari persamaan (2) terlihat bahwa ada hubungan linier antara gaya tarik F dengan
regangan Δ l , ini semua berlaku dalam batas kesebandingan saja.
Metode Pengukuran Δl .
Perhatikan gambar disamping. Ujung kawat logam bagian atas dipasang tetap,
sedangkan bagian bawahnya dipasang beban (berupa anak timbangan). Sebuah
neraca air dipsang sedmikian rupa hingga ujung yang satu mengikuti gerakan kawat
bagian bawah, sedang ujung lainbersandar pada ujung micrometer yang dipasang
vertikal pada tempat yang permanen. Sebleum ada beban, neraca air dibuat horizontal
Hasil pengamatan pada waktu penambahan dan pengurangan beban pada beban F
yang sama diambil harga rata-ratanya. Dengan hasil ini dibuat grafik hubungan antara
beban F dengan regangan l . Menurut hukum Hooke grafik ini harus berupa garis
lurus bila F masih dibawah batas kesebandingan.
AE
F l
l
sehingga harga E bisa dihitung dari hubungan :
l F
E
A l
IV. Tata laksana Percobaan
1. Pasang kawat pada tempatnya
2. Aturlah micrometer hingga neraca air horizontal (pada keadaan tanpa beban).
Catat kedudukan tersebut dengan baik
3. pasang beban 100 gram. Atur micrometer hingga neraca air kembali ke posisi
horizontal kembali. Catat kedudukan tersebut.
4. Ulangi langkah (3) dengan menambah beban menjadi 110; 120; 130; 140 dan 150
gram.
5. Ulangi langkah (3) dan (4) berturut-turut 150; 140; 130; 120; 110 dan 100 gram.
6. Ukurlah panjang kawat dan diameter kawat.
7. Ulangi percobaan diatas dengan kawat yang lain.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan elastisitas Young
2. Bagaimana bunyi hukum Hooke
3. Bagaimana cara menentukan E dengan metode grafis.