Anda di halaman 1dari 6

Mekanisme Demam serta Termoregulasi Suhu Tubuh

Hendra Darmawan
hendradarmawan150598@gmail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Abstrak
Demam adalah ketika tubuh memiliki suhu di atas normal yaitu > 37 °C. Demam merupakan
respons fisiologis di mana suhu tubuh meningkat akibat pengaturan tulang pada set point di
hipotalamus. Saat demam, tubuh akan merespon masuknya mikroba melalui sel-sel fagositik
tertentu mengeluarkan bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Termoregulasi
suhu tubuh diperlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat berfungsi secara efektif. Suhu tubuh
dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi (heat production) dengan
panas yang hilang dari tubuh (heat loss). Demam dapat diperiksa menggunakan pemeriksaan
Laju Metabolisme Basal. BMR adalah seberapa banyak energi yang kita dapatkan dari
makanan dan energi yang kita pakai. Dalam kasus, pasien yang demam akan meningkatkan
laju metabolisme dalam tubuh.
Kata kunci: demam, termoregulasi, laju metabolisme basal

Abstract
Fever is when the body has a temperature above the normal ie > 37 ° C. Fever is a
physiological response in which the body temperature rises due to the arrangement of bones
in the set point in the hypothalamus. When the fever, the body will respond to the entry of
microbes through certain phagocytic cells secrete chemicals known as endogenous pyrogen.
Thermoregulation body temperature is required for the body's cells to function effectively.
The body temperature can be defined as the balance between heat produced (heat
production) with the heat lost from the body (heat loss). Fever can be checked using Basal
Metabolic Rate. BMR is how much energy we get from food and energy that we use. In case,
the fever patients will increase the rate of metabolism in the body.
Keyword: fever, thermoregulation, basal metabolic rate

Pendahuluan

Secara umum, semua proses peradangan berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh.
Ketentuan resmi demam adalah ketika tubuh memiliki di atas normal yaitu > 37 °C. Demam
merupakan respons fisiologis di mana suhu tubuh meningkat akibat pengaturan tulang pada
set point di hipotalamus.1,2

Patogenesis Demam

Kata demam merujuk kepada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan.
Sebagai respons terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag)

1
mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen, selain efek-efeknya
dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan
patokan thermostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di tingkat yang baru dan
tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh. 3

Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan


memicu pelepasan local prostaglandin, yaitu mediator kimiawi local yang bekerja langsung
pada hipotalamus. Aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesis prostaglandin.
Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang tidak demam karena tanpa adanya pirogen
endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah bermakna.2,3

Hipertemia adalah kenaikan suhu tubuh melebihi set point hipotalamus. Keadaan ini
terjadi bila ada produksi panas berlebihan, berkurangnya pelepasan panas, atau kerusakan
hipotalamus. Jika suhu mencapai > 41°C, biasanya penyebabnya bukan infeksi melainkan
adanya kerusakan termoregulasi (Gambar 1).2

Gambar 1. Mekanisme terjadinya demam.3

2
Termoregulasi Suhu Tubuh

Suhu tubuh relatif konstan. Hal ini diperlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat berfungsi
secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37 °C. Suhu tubuh dapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi (heat production) dengan panas yang hilang dari
tubuh (heat loss). Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara
suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu.4

Termoregulasi, yakni penjagaan suhu tubuh agar berada dalam kisaran atau keadaan
memungkinkan sel untuk berfungsi secara efisien, melibatkan transfer panas antara tubuh dan
lingkungan eksternal. Tubuh yang sehat akan mampu memelihara suhu tubuh secara konstan
walaupun pada kondisi lingkungan berubah-ubah. Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga
bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator di dalam
hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dengan kehilangan panas.4-6

Reseptor sensori yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih
banyak reseptor untuk dingin dan hangat disbanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh
lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visceral lainnya. Bila kulit menjadi
dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk meningkatkan suhu
tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu menggigil untuk meningkatkan produksi panas,
berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan
kehilangan panas (Gambar 2).4

3
Gambar 2. Pengaturan suhu tubuh.4,7

Stadium Demam

Gejala demam biasanya dimulai dengan adanya lesi, sakit kepala, tidak nafsu makan,
kadang disertai mual, dan muntah, dengan terbagi menjadi 2 yaitu stage of chill dan stage of
fastigium. Stage of chill (fase menggigil) berlangsung sekitar 15 menit sampai 1 jam, dimulai
dengan adanya perasaan menggigil, nadi yang berangsur cepat, tetapi lemah. Pada fase ini,
menggigil merupakan cara agar terjadi peningkatan produksi panas tubuh dan mendorong
vasokonstriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas. State of fastigium yang
merupakan tingkatan krisis dari penyakit dimana pengeluaran panas meningkat dan
produksinya menurun.8,9

Pemeriksaan BMR

Arti BMR adalah seberapa banyak energi yang kita dapatkan dari makanan dan energi
yang kita pakai seperti olahraga, jalan dan aktivitas lainnya. Dimana saat melakukan aktivitas
inilah yang merupakan faktor yang meningkatkan laju metabolik paling besar. Semakin
banyak aktivitas seseorang, laju metabolisme juga ikut meningkat. Selain melakukan
aktivitas, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi BMR seperti rasa cemas,
menggigil, maupun asupan makanan. Pemeriksaan ini dilakukan dalam beberapa syarat yang
pertama adalah, pasien dalam keadaan istirahat fisik dan mental sempurna, pasien berpuasa
selama 12-14 jam, pasien dalam ruangan pemeriksaan nyaman dengan suhu yang normal,
istirahat selama setengah jam (berbaring tenang), dan sehari sebelum pemeriksaan, pasien
mengurangi makanan protein. Dalam kasus ini, pasien yang demam akan meningkatkan laju
metabolisme dalam tubuh. Pemeriksaan BMR yang normal adalah taraf metabolisme dari

4
sekelompok orang sehat dengan umur dan jenis kelamin yang sama juga luas permukaan
tubuh yang sama. Batas normal yang diukur melalui pemeriksaan ini adalah + 15% sampai -
15%. 3,8
Laju produksi panas pada pengukuran BMR dapat ditentukan secara langsung dan tak
langsung. Pada kalorimetri langsung, yang bersangkutan duduk dalam suatu kamar
berinsulasi dengan air mengalir mengelilingi dinding. Perbedaan suhu air yang masuk dan
keluar kamar mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh yang bersangkutan dan
diserap oleh air sewaktu air mengalir melewati kamar. Meskipun memberikan pengukuran
langsung produksi panas namun metode ini tidak praktis karena kalorimetri kamar ini mahal
dan memakan banyak tempat. Karena itu, dikembangkan metode yang lebih praktis untuk
mengukur laju produksi panas secara tak langsung dan digunakan secara luas. Pada
kalorimetri tidak langsung, hanya penyerapan O2 per satuan waktu yang diukur, yang
merupakan tugas sederhana dengan peralatan minimal.3
Terdapat faktor yang mempengaruhi BMR salah satunya adalah hormon tiroid.
Peningkatan hormone tiroid akan menyebabkan peningkatan BMR. Ada laju metabolic tubuh
yang lebih rendah dibandingkan BMR yaitu laju pengeluaran energi selama tidur.3
Kesimpulan
Demam ditandai dengan peningkatan suhu diatas normal. Di dalam tubuh, terdapat
mekanisme termoregulasi yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Pemeriksaan
BMR untuk menentukan seberapa besar energi yang di dapat dan energi yang di keluarkan.

5
Daftar Pustaka

1. Wallace DJ. Lupus book. Yogyakarta: B-first; 2007. h. 78.


2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama; 2008. h. 64.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2011. h. 702-3; 716-7.
4. Asmadi. Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika; 2008. h. 155-7.
5. Reece C, Mitchell. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 125.
6. Isnaeni W. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius; 2010. h. 36.
7. Silverthorn DU. Human physiology. United States of Amercia: Pearson
Education;2013. h. 766.
8. Satriabudi Mi. Metabolisme energi. Jakarta: Ukrida; 2016. h. 94.
9. Muslim HM. Parasitologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2009. h. 50-1.

Anda mungkin juga menyukai