7184 14344 1 PB PDF
7184 14344 1 PB PDF
Abstrak
Abstract
Penyakit Tuberkulosis paru merupakan
penyakit kronik. Prevalensi Tb paru di Sulawesi Pulmonary tuberculosis disease is a chronic
Utara menurut data Riskesdas tahun 2014 sebesar disease. Prevalence of pulmonary Tb in North
0.3 % dari jumlah penduduk, dengan kata lain, rata- Sulawesi, according to data Riskesdas 2014 0.3%
rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400 of the population, in other words, average of each
orang yang didiagnosis kasus Tb paru. Berdasarkan 100,000 population Indonesia there are 400 people
laporan tahunan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan which were diagnosed cases of pulmonary Tb.
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, insiden Based on the annual report prepared by Health
kasus Tb paru pada tahun 2011 terdapat 60 Office of East Bolaang Mongondow, the incidence
penderita yang didiagnosa (+) menderita Tb paru, of pulmonary Tb cases in 2011 there were 60
kemudian meningkat pada tahun 2014 terdapat 102 patients which were diagnosed (+) suffered from
penderita yang dinyatakan secara klinis dengan pulmonary Tb, then increased in 2014 were 102
BTA (+) menderita Tb paru. Penelitian ini patients with clinically expressed by BTA (+) suffer
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang pulmonary Tb. The aim of the study was analyzing
berhubungan dengan keteraturan minum obat factors associated with take drug regularity of
penderita Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas patients with pulmonary TB in the work area of
Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Modayag Public Health Center, East Bolaang
Mongondow Timur. Penelitian ini menggunakan Mongondow District. This study used method
metode cross sectional study. Besar sampel yaitu of cross sectional study. The sample size are all
semua penderita Tb paru yang telah didiagnosis pulmonary Tb patients who have been diagnosed
oleh dokter berdasarkan hasil sputum BTA positif by a doctor based on the results of sputum smear
dan yang tercantum dalam data rekam medik yang positive and contained in medical records that exist
ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan in Modayag Public Health Center, East Bolaang
Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Mongondow District totaling 41 people.
yang berjumlah 41 Orang. Yang menjadi variabel Independent variables are age, sex, occupation,
bebas ialah umur, jenis kelamin, pekerjaan, knowledge, attitudes and the role of supervisor
pengetahuan, sikap, serta peran petugas menelan taking medication, while take drug regularity of
obat (PMO), sedangkan keteraturan minum obat patients pulmonary Tb is dependent variable.
penderita tuberkulosis paru merupakan variabel Primary data was obtained from 41 respondents
terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada through direct interview. The results shows that
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, there is a significant relationship between sex,
sikap dan pengetahuan terhadap keteraturan minum attitudes, knowledge with take drug regularity.
obat. Hasil analisis multivariat menunjukkan Multivariate analysis showed that knowledge is the
bahwa pengetahuan merupakan variabel yang most dominant variable affecting take drug
paling dominan mempengaruhi keteraturan minum regularity of patients pulmonary Tb.
obat penderita Tb paru. .
157
Ariani, Rattu dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
158
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
159
Ariani, Rattu dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
Besar sampel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan pengawas menelan
keseluruhan unit populasi. Variabel obat) yang paling dominan berhubungan
penelitian ini terdiri dari independent dengan variabel dependen (keteraturan
variable (variabel bebas), yaitu umur minum obat Tb paru). Analisis dilakukan
responden, jenis kelamin responden, dengan regresi logistik.
pekerjaan responden, pengetahuan
responden, sikap responden, serta peran
petugas menelan obat (PMO) dan
dependent variable (variabel terikat) yaitu Hasil dan Pembahasan
keteraturan minum obat penderita
tuberkulosis paru. Untuk melihat a. Hubungan Antara Umur Dengan
hubungan antara variabel independen dan Keteraturan Minum Obat
dependen digunakan uji Chi Square. Hubungan antara umur dengan
Analisis multivariat digunakan untuk keteraturan minum obat dapat dilihat
mengetahui variabel-variabel independen pada tabel 1.
(umur, jenis kelamin, pekerjaan,
Total 25 61 16 39 41 100
Ket: p = 0,066 (continuity correction)
Berdasarkan tabulasi silang yang tergantung pertahanan tubuh dan ini sangat
dilakukan antara umur dengan keteraturan dipengaruhi oleh umur penderita. Awal
minum obat, diperoleh data bahwa jumlah kelahiran pertahanan tubuh sangat lemah
responden yang tidak teratur minum obat dan akan meningkat secara perlahan
yaitu sebanyak 25 orang (61%) dengan sampai umur 10 tahun, setelah masa
rincian yang berumur ≤ 60 sebanyak 17 pubertas pertahanan tubuh lebih baik
orang (41,5%) dan yang berumur 60 dalam mencegah penyebaran infeksi
sebanyak 8 orang (19,5%); sedangkan melalui darah, tetapi lemah dalam
jumlah responden yang teratur minum obat mencegah penyebaran infeksi di paru.
sebanyak 16 orang (39%) dengan rincian Tingkat umur penderita dapat
yang berumur ≤ 60 sebanyak 15 orang mempengaruhi kerja efek obat, karena
(36,6%) dan yang berumur 60 sebanyak metabolisme obat dan fungsi organ tubuh
1 orang (2,4%). Berdasarkan hasil analisis kurang efisien pada bayi yang sangat
uji Chi-Square didapatkan hasil dengan mudah dan pada orang tua, sehingga dapat
nilai p = 0,066 > 0,05 yang menunjukkan menimbulkan efek yang lebih kuat dan
tidak terdapat hubungan yang bermakna lama pada kedua kelompok umur ini
antara umur dengan keteraturan minum (Croffton, 2009).
obat, dengan nilai OR sebesar 0,142.
Jumlah penderita Tb paru di Indonesia
diperkirakan 75% adalah usia produktif
yaitu 15 hingga 50 tahun (Anonim, 2006).
Kekuatan untuk melawan infeksi adalah
160
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
161
Ariani, Rattu dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
162
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
163
Ariani, Rattu dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
(12,2%) dan yang memiliki sikap baik Merujuk pada teori Green yang
sebanyak 11 orang (26,8%). Berdasarkan menyatakan bahwa sikap merupakan
hasil analisis uji Chi-Square didapatkan faktor predisposisi untuk terjadinya suatu
hasil dengan nilai p = 0,005 < 0,05 yang perilaku seseorang, maka sikap negatif
menunjukkan terdapat hubungan yang atau kurang setuju terhadap suatu
bermakna antara sikap dengan keteraturan pengobatan akan mendorong penderita
minum obat, dengan nilai OR sebesar tersebut untuk berperilaku tidak patuh
8,800. dalam berobat baik dalam hal berobat
ulang maupun dalam hal minum obat.
Sikap penderita tuberkulosis paru
tentang keteraturan minum obat Menurut
Rifqatussa’adah (2008), sikap responden
f. Hubungan Antara Petugas Menelan
yang mau menerima untuk melakukan Obat (PMO) Dengan Keteraturan Minum
sesuatu yang dianggap benar akan Obat
mempengaruhi perilakunya. Semakin
setuju penderita yang minum obat secara Hubungan antara PMO dengan
teratur, maka penderita semakin keteraturan minum obat dapat
meningkatkan keteraturan minum obat. dilihat pada tabel 6.
164
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
dalam uji bivariat tersebut di atas. sikap memiliki nilai p ≤ 0,05 sehingga
Berdasarkan uji bivariat, dari keenam ketiga variabel tersebut dimasukkan dalam
variabel bebas (umur, jenis kelamin, analisis selanjutnya. Hasil uji seperti
pekerjaan, pengetahuan, sikap dan PMO); terlihat pada tabel 7.
variabel jenis kelamin, pengetahuan, dan
Selanjutnya ketiga variabel bebas di akan membuat penderita mau minum obat
atas yang masuk dalam kriteria diuji secara teratur. Apabila penderita sudah
dengan menggunakan p 0,25. memahami tentang keteraturan minum
Berdasarkan tabel 4.16 di atas ketiga obat Tb paru secara benar maka penderita
variabel memiliki nilai p 0,25; sehingga akan mengaplikasikan pengetahuan
dilakukan analisis multivariat selanjutnya tersebut melalui sikap yang positif.
terhadap ketiga variabel tersebut. Hasil Rifqatussa’adah (2008) mengatakan
analisis menunjukkan bahwa ketiga bahwa adanya pengetahuan yang baik akan
variabel berpengaruh signifikan terhadap mempengaruhi penderita Tb paru untuk
variabel keteraturan minum obat, yang dapat melakukan sesuatu dengan teratur
ditunjukkan oleh nilai p < 0,05. sehingga dapat mempengaruhi
Berdasarkan nilai statistik Wald ataupun perilakunya. Semakin baik pengetahuan
Exp. (B) yang terbesar, maka pengetahuan tentang cara minum obat secara teratur,
merupakan variabel yang paling dominan maka penderitta semakin meningkatkan
mempengaruhi keteraturan minum obat. keteraturan minum obat dan pada akhirnya
Berdasarkan kemenkes (2011) bahwa akan cenderung berperilaku patuh berobat
keteraturan minum obat adalah tindakan demi kesembuhan penyakitnya.
penderita untuk meminum obat Tb paru Pengetahuan yang baik akan
secara teratur untuk kesembuhan terutama memunculkan sikap untuk bereaksi
untuk memutuskan rantai penularan. terhadap objek dengan menerima,
Keteraturan minum obat dikategorikan memberikan respon, menghargai dan
teratur minum obat apabila tidak pernah membahasnya dengan orang lain dan
lalai atau lupa minum OAT selama 14 hari mengajak untuk mempengaruhi atau
berturut-turut pada fase awal (2 bulan) dan menganjurkan orang lain merespon
14 hari berturut-turut pada fase lanjutan (4 terhadap apa yang telah diyakininya.
bulan). Tidak teratur apabila penderita (Notoatmodjo, 2007). Peran serta petugas
pernah lalai atau lupa minum OAT selama kesehatan dan PMO bagi penderita Tb
14 hari berturut-turut pada fase awal dan paru sangat berperan penting dalam
pada fase lanjutan. keteraturan minum obat. Dengan
Pengetahuan (knowledge) sangat mengetahui dan menyadari peran PMO
penting peranannya pada penderita Tb dalam proses penyembuhan penyakitnya,
paru karena dengan mengetahui, maka penderita Tb paru akan memberikan
memahami tentang pengobatan dan respon dan sikap yang positif untuk
penyakit Tb paru serta efek samping, minum obat secara teratur demi
resiko resistensi obat dan resiko penularan kesembuhan penyakitnya, dengan minum
165
Ariani, Rattu dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
obat secara teratur penderita akan terhindar 4. Terdapat hubungan yang bermakna
dari resiko resistensi yaitu penderita gagal antara pengetahuan dengan keteraturan
menjalankan pengobatan dan akan kembali minum obat penderita tuberkulosis
berobat dari awal pengobatan, sehingga paru di Puskesmas Modayag Bolaang
akan membuat jangka waktu pengobatan Mongondow Timur.
lebih lama dan dengan terapi pengobatan 5. Terdapat hubungan yang bermakna
yang lebih dari terapi pengobatan awal, antara sikap dengan keteraturan minum
selain resiko penularan kepada keluarga obat penderita tuberkulosis paru di
atau orang terdekat yang sering ditemui Puskesmas Modayag Bolaang
penderita. Mongondow Timur.
Notoadmodjo (2007) mengatakan
6. Tidak terdapat hubungan yang
bahwa sikap merupakan faktor bermakna antara PMO dengan
predisposisi untuk terjadinya suatu keteraturan minum obat penderita
perilaku seseorang, maka sikap negatif tuberkulosis paru di Puskesmas
atau kurang setuju terhadap suatu Modayag Bolaang Mongondow Timur.
pengobatan akan mendorong penderita
tersebut untuk berperilaku tidak patuh 7. Jenis kelamin, pengetahuan, dan sikap
dalam berobat, baik dalam berobat ulang berpengaruh signifikan terhadap
atau dalam hal minum obat, dengan keteraturan minum obat penderita
pengetahuan yang baik tentang Tb paru, tuberkulosis paru di Puskesmas
penderita akan melakukan sikap yang baik Modayag Bolaang Mongondow Timur.
tentang pengobatan Tb paru, dengan Pengetahuan merupakan variabel yang
demikian akan termotivasi untuk minum paling dominan mempengaruhi
obat secara teratur keteraturan minum obat penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas
Modayag Bolaang Mongondow Timur.
Saran
Kesimpulan Saran yang dapat diberikan dengan melihat
hasil penelitian ini adalah:
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan tersebut, maka dapat 1. Dinas Kesehatan dan Puskesmas
disimpulkan sebagai berikut : Modayag Bolaang Mongondow Timur,
perlu meningkatkan sosialisasi tentang
1. Tidak terdapat hubungan yang Program Pemberantasan Penyakit
bermakna antara umur dengan Menular Tuberkulosis Paru terutama
keteraturan minum obat penderita dalam hal keteraturan minum obat bagi
tuberkulosis paru di Puskesmas pasien tuberkulosis paru supaya bisa
Modayag Bolaang Mongondow Timur. sembuh dan tidak menimbulkan efek
2. Terdapat hubungan yang bermakna merugikan dalam hal ini masyarakat
antara jenis kelamin dengan dapat lebih diberdayakan seperti
keteraturan minum obat penderita menjadi PMO (Petugas menelan obat)
tuberkulosis paru di Puskesmas bagi pasien Tuberkulosis paru.
Modayag Bolaang Mongondow Timur.
2. Pemerintah Kabupaten Bolaang
3. Tidak terdapat hubungan yang Mongondow Timur dapat berperan aktif
bermakna antara pekerjaan dengan terutama dalam mendukung kegiatan
keteraturan minum obat penderita Program Pemberantasan Penyakit
tuberkulosis paru di Puskesmas Tuberkulosis Paru, misalnya dengan
Modayag Bolaang Mongondow Timur. meningkatkan motivasi kerja pada
166
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
petugas kesehatan baik di Dinas minum obat Tb paru. Faktor lain yang
Kesehatan maupun di Puskesmas untuk dapat diteliti yaitu faktor pemungkin
kegiatan penyuluhan baik melalui (jarak ketempat pelayanan, ketersediaan
media cetak maupun elektronik. obat dan sosial ekonomi).
3. Instansi Pendidikan. Pengembangan
ilmu agar peneliti selanjutnya dapat
meneliti berbagai faktor lain yang
Daftar Pustaka
menyebabkan kurangnya keteraturan
Green, L.W., dan Kreuter, M.W. 2000.
Anonim, 2006. Departemen Kesehatan RI. Health Promotion Planning; An
Pedoman nasional penanggulangan Educational and Environmental
tuberkulosis. Jakarta: Direktur Jenderal Approach, second edition, Mayfield
PP dan PL. Publishing Company, London.
Anonim, 2007a. Pedoman Nasional Ladefoged, K., T. Rendal., T. Skifte., M.
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Anderson., B. Soborg, And A. Koch,
2011. Risk factors for tuberculosis in
Greenland : Case control study.
Anonim, 2007b. Riset Kesehatan Dasar. Departement of Epidemiology
Jakarta. Research, Statents serum institute,
Anonim, 2011. Pedoman Nasional Copenhagen, Denmark.
Pengendalian Tuberkulosis Direktorat Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka
Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Cipta. Hal 20-21. 139. 142-143, 160-
Kementerian Kesehatan Republik 161.
Indonesia. Hal 1-6, 8, 21-23.
Pasaribu, 2005. Identifikasi dan eksplorasi
Anonim, 2013. WHO. Epidemiological faktor-faktor yang mempengaruhi
Research in Tuberculosis Control: rendahnya case detection rate dalam
updating TB Prevalence. New Delhi. program tuberkulosis Di Kelurahan
India. Cipinang, Jakarta Timur. Buletin
Anonim, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Penelitian Kesehatan 2005 (33): 1-2.
Badan Penelitian dan Pengembangan Rifqatussa'adah. 2008. Faktor – Faktor
Kesehatan, Jakarta: Kementerian Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Kesehatan Republik Indonesia. Minum Obat Secara Teratur Pada
Anonim, 2014. Profil Dinas Kesehatan Penderita Tuberkulosis ( TB ) Paru
Kabupaten Bolaang Mongondow Dewasa di Puskesmas Kecamatan
Timur 2014. Tutuyan: Dinas Kemayoran Jakarta Pusat. Jurnal
Kesehatan Kabupaten Bolaang Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.
Mongondow. 3 (6) : 233-235
167
Ariani, Rattu dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
168