Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


(RSUD) KOTA SURAKARTA

Oleh:
Adhelia Galuh P.A G99162142

Pembimbing:
dr. Niken Yuliani Untari

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PEMBELAJARAN DI RUMAH SAKIT


UMUM DERAH (RSUD) KOTA SURAKARTA:

REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA


SURAKARTA

Oleh:
Adhelia Galuh P.A G99162142

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pemimpin BLUD RSUD Kota Surakarta Pembimbing

dr. Willy Handoko Wijaya, MARS dr. Niken Yuliani Untari


NIK. 19520925 201401 1 051 NIP. 19780813 200701 2008
BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan pelayanan administrasi (Shofari, 2002). Menurut Undang-Undang
Tengang Rumah Sakit No.44 Tahun 2009, rumah sakit sebagai salah satu bentuk
fasilitas pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang baik dan
berkualitas serta memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah
Sakit kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau bagi setiap orang di rumah sakit seperti pada Undang-Undang
Kesehatan No.36 Tahun 2009 perlu mengandalkan informasi secara intensif.
Dalam pelayanan kesehatan diperlukan dokumen yang berisi keterangan tertulis
maupun yang terekam tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosa,
segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan
pelayanan gawat darurat yang disebut rekam medis (Asmawati, 2011).
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi merupakan bukti tertulis tentang proses
pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga medis kesehatan lainnya kepada
pasien. Proses kegiatan penyelenggaraan rekam medis dimulai dari diterimanya
pasien di rumah sakit, berupa pemeriksaan, tindakan dan pengobatan dilanjutkan
dengan kegiatan pencatatan selama pasien mendapatkan pelayanan medik,
dilanjutkan dengan pengelolaan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan
untuk melayani permintaan atau peminjaman apabila dari pasien atau untuk
keperluan lainnya. (Depkes, 2006).
Keberadaan rekam medis di rumah sakit sangat penting yaitu sebagai bukti
fisik tentang proses pelayanan medis yang telah diberikan kepada pasien dan
bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kelengkapan dokumen rekam

3
medis merupakan hal yang sakngat penting karena berpengaruh terhadap proses
pelayanan yang dilakukan petugas medis dan mempengaruhi kualitas dari
pelayanan rumas sakit (Rustiyanto dalam Farida, 2015)
Rekam medis merupakan salah satu komponen upaya kesehatan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Laporan ini diharapkan dapat
menjadi informasi bagi masyarakat, mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai
rekam medis dan sistem rujukan secara umum, maupun secara khusus di RSUD
Kota Surakarta. Dengan demikian, semua masyarakat Indonesia dapat
berpartisipasi dalam usaha mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis
1. Definisi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269
tahun 2008 tentang Rekam Medis, yang dimaksud dengan rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien (Depkes, 2006).
2. Isi Rekam Medis
a. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan
pasien, diagnosa, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik
dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan
lainnya sesuai dengan kompetensinya.
b. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain
foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan
kompetensi keilmuannya (Depkes RI, 2006).
Isi rekam medis dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. Rekam medis pasien rawat jalan
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya
memuat catatan/dokumen tentang:
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksanaan
- Pengobatan dan/atau tindakan
- Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
- Persetujuan tindakan bila diperlukan.
b. Rekam medis pasien rawat inap dan one day care
Rekam medis untuk pasien rawat inap dan one day care sekurang-
kurangnya memuat:
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksanaan
- Pengobatan dan/atau tindakan
- Persetujuan tindakan bila diperlukan
- Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
- Ringkasan pulang (Discharge summary)
- Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

5
- Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
- Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaha kesehatan tertentu
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
c. Rekam medis pasien gawat darurat
Rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya
memuat:
- Identitas pasien
- Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
- Identitas pengantar pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Pengobatan dan/atau tindakan
- Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan
unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut
- Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
- Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan yang lain
- Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Menkes
RI, 2008).
3. Jenis Rekam Medis
a. Rekam medis konvensional
b. Rekam medis elektronik
4. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis
a. Tujuan
Menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
b. Kegunaan
1) Aspek Administrasi
Isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan.
2) Aspek Medis
Rekam medis dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan
dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu
pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis,
serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.
3) Aspek Hukum
Isi rekam medis menyangkut masalah adanya jaminan kepastian
hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usha menegakkan
hukum serta penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk
menegakkan keadilan.
4) Aspek Keuangan
Rekam medis mengandung data yang dapat digunakan sebagai
aspek keuangan. Kaitan rekam medis dengan aspek keuangan erat
sekali dalam hal pengobatan, terapi, serta tindakan-tindakan yang
diberikan kepada pasien selama menjalani masa perawatan di
Rumah Sakit.
5) Aspek penelitian
Isi rekam medis menyangkut data dan informasi yang dapat
dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
6) Aspek pendidikan
Berkas rekam medis berisi data dan informasi tentang
perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi pedidikan
kesehatan.
7) Aspek Dokumentasi
Rekam medis menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban
dan laporan rumah sakit (Depkes, 2006).

5. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis


Rekam medis wajib dibuat oleh dokter dan dokter gigi dalam
menjalankan praktik. Setelah memberikan pelayanan praktik kedokteran
kepada pasien, dokter dan dokter gigi segera melengapi rekam medis
dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang
telah dilakukannya. Setiap catatan dalam rekam medis dibubuhi nama,
waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau

7
tindakan. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi
indormasi elektronik, maka pembubuhan tanda tangan dapat diganti
dengan menggunakan nomor identitas pribadi/personal identification
number (PIN). Apabila terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan
rekam medis, catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus
dengan cara apapun. Perubahan catatan atas kesalahan dalam rekam
medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi
paraf petugas yang bersangkutan (Depkes, 2006).
6. Kepemilikan Rekam Medis
Sesuai UU Praktik kedokteran, berkas rekam medis menjadi milik
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam
medis dan lampiran dokumen menjadi milik pasien. Ringkasan rekam
medis dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang yang
diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga psien yang
berhak untuk itu (Menkes RI, 2008).
7. Penyimpanan Rekam Medis
Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter
dan pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan 269 tahun 2008, sekurang-kurangnya 5
tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
Setelah batas waktu 5 tahun dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan,
kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik. Ringkasan
pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan untuk jangka
waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut
(Menkes RI, 2008).
8. Sistem dan Subsistem Rekam Medis
a. Sistem Penamaan
Sistem penamaan dalam pelayanan medis yaitu tata cara penulisan
nama pasien yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan
pasien yang lain dan untuk memudahkan dalam pengindeksan Kartu
Indeks Utama Pasien (KIUP). Penulisan nama dalam formulir rekam
medis harus memenuhi persyaratan penulisan untuk diindeks dan
memenuhi kelengkapan nama seseorang. Cara menulis dan mengindeks
nama dalam formulir rekam medis adalah sebagai berikut:
1) Menulis nama orang Indonesia.
a) Nama Tunggal
Nama orang dapat terdiri dari satu suku kata, dua kata atau
lebih. Nama orang hanya terdiri dari satu suku kata, diindeks
sebagaimana nama itu disebut.
b) Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan oleh si pemilik
nama itu ditulis menjadi satu, diindeks sebagaimana nama itu
ditulis.
c) Nama Keluarga
Nama orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga,
yang diutamakan nama keluarganya.
2) Menulis Nama Orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya.
a) Nama Asli
Nama asli orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya,
diindeks dan ditulis sebagai nama aslinya.
b) Nama orang Cina yang digabung dengan nama orang Eropa,
Nama Cina lebih diutamakan, baru menyusul nama Eropa.
3) Menulis nama orang India, Jepang, Thailand dan sejenisnya.
Kata akhir dijadikan kata tangkap utama dalam indeks, tanpa
memperhatikan apakah kata akhir itu nama keluarga atau
nama clan.
4) Menulis nama orang Arab, Persia, Turki dan sejenisnya.
a) Nama Arab, Persia, Turki dan sejenisnya yang diikuti nama
keluarga, nama keluarga dijadikan kata pengenal utama.
b) Nama orang Arab, Persia, Turki, yang menggunakan kata bin,
binti, nama yang didahului kata itu dijadikan sebagai pengenal
utama.
5) Menulis nama orang Eropa, Amerika, dan sejenisnya.

9
Nama orang Eropa, Amerika, diindeks dan ditulis berdasarkan
nama keluarga (Budi, 2011).
b. Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak
ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :
1) Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan
menjajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan
nomor rekam medis dari awal.
2) Sistem Angka Tengah (Middle Digit Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan
menjajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan
nomor rekam medis pada dua angka kelompok tengah.
3) Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan
menjajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan
nomor rekam medis pada dua angka kelompok akhir (Budi,
2011).
c. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara
penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat
sebagai bagian dari identitas pasien yang bersangkutan. Tujuannya
yaitu :
1) Sebagai petunjuk pemilik folder yang bersangkutan.
2) Sebagai pedoman dalam tata cara penyimpanan dokumen rekam
medis.
3) Sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen rekam medis yang
telah tersimpan di filing (Budi, 2011).
d. Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia,
maka setiap folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik karena
bertujuan untuk :
1) Mempermudah dan mempercepat ditemukannya kembali
dokumen yang disimpan dalam rak filing.
2) Mempermudah mengambil dari tempat penyimpanan.
3) Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian,
kerusakan fisik, kimiawi dan biologis.
Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka
cara penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu :
1) Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem
penyimpanan dengan cara menyatukan formulir rekam medis milik
pasien kedalam satu kesatuan dimana dokumen rekam medis rawat
jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien menjadi satu
dalam satu folder (map) (Budi, 2011).
2) Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem
penyimpanan dengan cara memisahkan formulir rekam medis milik
pasien dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, milik seorang pasien dipisahkan pada folder (map)
yang berbeda (Budi, 2011).
e. Sistem Retensi dan Pemusnahan
Retensi adalah memisahkan dokumen aktif dan non aktif.
Dokumen dikatakan non aktif di hitung sejak 5 tahun apabila pasien
tidak datang berobat lagi. Dokumen yang sudah tidak aktif dinilai
berdasarkan nilai gunanya menjadi dokumen yang dilestarikan atau di
abadikan dan dokumen yang dimusnahkan.
Pemusnahan dokumen rekam medis dilakukan dengan cara dibakar
menggunakan insinerator atau dibakar biasa, dicacah, dibuat bubur
disaksikan oleh pihak ke tiga dan tim pemusnah (Budi, 2011).

11
f. Sistem Pengolahan Rekam Medis.
Sistem pengolahan yang ada di rekam medis terdiri dari :
1) Assembling
Bagian Assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam
medis yang berfungsi sebagai peneliti kelengkapan isi dan
perakitan dokumen rekam medis sebelum disimpan. Dokumen-
dokumen rekam medis yang telah diisi oleh unit pencatatan data
rekam medis yaitu Unit Rawat Jalan (URJ), Unit Gawat Darurat
(UGD), Unit Rawat Inap (URI) dan Instalasi Pemeriksaan
Penunjang (IPP) akan dikirim ke fungsi Assembling bersama-sama
Sensus Harian setiap hari.
Lembar formulir dalam dokumen rekam medis diatur
kembali sesuai urutan riwayat penyakit pasien dan diteliti
kelengkapan isi dokumen rekam medis. Bila belum lengkap akan
dikembalikan ke unit yang bertanggung jawab. Untuk
mengendalikan dokumen rekam medis yang belum lengkap,
digunakan formulir Lembar Kekurangan biasa disebut Kartu
Kendali (KK). Fungsi dan peranan Assembling dalam pelayanan
rekam medis adalah sebagai perakit formulir rekam medis, peneliti
isi data rekam medis, pengendali dokumen rekam medis tidak
lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir
rekam medis (Budi, 2011).
2) Coding
Coding adalah pemberian penetapan kode dengan
menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam
angka yang mewakili komponen data. Fungsi pengkode rekam
medis bertanggung jawab terhadap penemuan dan penulisan kode
penyakit, dan operasi yang tertulis pada dokumen rekam medis
berdasarkan kode yang telah ditetapkan pada ICD-X dan ICOPIM
atau ICD 9 CM (Budi, 2011).
3) Indeks
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode
yang sudah dibuat ke dalam indeks-indeks (dapat menggunakan
kartu indeks atau komputerisasi). Didalam kartu indeks tidak
boleh mencantumkan nama pasien (Budi, 2011).
4) Filing
Filing merupakan suatu ruangan di unit rekam medis yang
bertanggung jawab terhadap penyimpanan retensi dan
pemusnahan dokumen rekam medis. Selain itu filing juga
menyediakan dokumen rekam medis yang telah lengkap isinya
sehingga dapat memudahkan penggunaan mencari informasi
sewaktu-waktu (Budi, 2011).

5) Analising dan Reporting


Analising dan Reporting merupakan Unit Rekam Medis
(URM) yang berfungsi sebagai penganalisis dan pelapor dalam
sistem pelayanan rekam medis, sebagai penganalisis semua data
rekam medis yang masuk ke Unit Rekam Medis (URM) untuk
diolah menjadi informasi yang disajikan dalam laporan guna
pengambilan keputusan manajemen dirumah sakit (Budi, 2011).

BAB III
PEMBAHASAN

A. Rekam Medis
Gambaran pengelolaan data di tempat pendaftaran pasien di RSUD Kota
Surakarta menggunakan sistem elektronik. Data awal pasien baru yang datang
mendaftarkan diri ke RSUD Kota Surakarta akan diminta data lengkap oleh

13
petugas kemudian mulai dilakukan sistem komputer dengan memasukan data
pasien, pasien akan mendapatkan kartu untuk berobat di rumah sakit tersebut.
Pasien yang telah terdaftar sebelumnya atau biasa disebut pasien lama jika datang
berobat akan menunjukkan kartu berobat kemudian petugas akan memasukkannya
ke dalam sistem komputer sebagai pendaftaran berobat atau kontrol pada hari
tersebut.
Unit rekam medis sebagai salah satu gerbang terdepan dalam pelayanan
kesehatan dan dapat sebagai ukuran kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan
yang diberikan rumah sakit. Ruang lingkup unit rekam medis mulai dari
penerimaan pasien sampai dengan penyajian informasi kesehatan.
Penjajaran dokumen rekam medis di dalam rak penyimpanan
menggunakan sistem Terminal Digit Filing dan penandaan warna yang berbeda-
beda pada map sesuai dengan angka terakhir nomor rekam medis. Sistem ini
dilaksanakan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pengambilan dan
peletakan dokumen rekam medis ke dalam rak penyimpanan. Sistem
penyimpanan dilakukan dengan sistem sentralisasi, yaitu dengan menyatukan
formulir rekam medis milik pasien ke dalam satu kesatuan dimana dokumen
rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien menjadi
satu dalam satu folder.
Sistem ini diterapkan agar data dan informasi hasil pelayanan dapat
berkesinambungan kerena menyatu dalam satu folder sehingga riwayatnya dapat
dibaca seluruhnya. Sistem penyimpanan sentralisasi juga memungkinkan
peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan karena dokumen rekam medis
milik seorang pasien berada dalam satu map. Sistem penyimpanan ini mengurangi
terjadinya duplikasi data dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis,
serta mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan terutama
ruangan bila mengingat kapasitas penyimpanan ruang rekam medis di RSUD Kota
Surakarta yang belum memadai.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang berobat ke RSUD Kota
Surakarta, maka jumlah rekam medis yang tersimpan di ruang filing pun semakin
meningkat. Terjadi ketidakseimbangan antara jumlah rekam medis dan rak
penyimpanan yang ada, sehingga terdapat beberapa rekam medis yang tidak
diletakkan sebagaimana mestinya. Hal ini apabila tidak segera ditangani dapat
menurunkan efesiensi waktu dalam pengambilan rekam medis, sehingga
pelayanan yang didapatkan pasien akan lebih lama apabila rekam medis tidak
tersusun secara sistematis. Beban kerja yang dilaksanakan petugas rekam medis
pun akan bertambah dalam pencarian dan pengambilan dokumen rekam
medis.Pemusnahan dokumen rekam medis di RSUD Kota Surakarta belum
dilakukan karena belum mencukupi waktu pemusnahan sesuai dengan Permenkes
no 268 tahun 2008.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. RSUD Kota Surakarta merupakan rumah sakit umum daerah C (PPK 2)
yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Surakarta
2. Siste penjajaran dokumen rekam medis di RSUD Kota Surakarta
dilakukan dengan sistem Terminal Digit Filing.
3. Sistem penyimpanan dokumen rekam medis yang dilakukan di RSUD
Kota Surakarta dilakukan dengan sistem sentralisasi.
4. Kapasitas penyimpanan ruang rekam medis di RSUD Kota Surakarta
masih belum memadai.
5. Hingga saat ini belum ada satu dokumen rekam medis pun yang
dimusnahkan di RSUD Kota Surakarta.

B. SARAN
1. Perlunya peningkatan kapasitas penyimpanan ruang rekam medis di
RSUD Kota Surakarta dengan peningkatan sarana dan prasarana
penunjang yang bersangkutan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asmawati AS (2011). Diktat kuliah administrasi Rumah Sakit sesi 8 tentang


Rekam Medis. Jakarta: Program Diploma III Perumahsakitan Fakultas
Kedokteran Indonesia.

BPJS (2015). Buku Panduan Praktik Program Rujuk Balikbagi pasien JKN
(https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.pd
f Diakses Juli 2016.

Budi SC (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta:Quantum


Sinergis Media.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009). Sistem Kesehatan Nasional.


Jakarta. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-
2009_TTG_SKN-2009.pdf - Diunduh Juli 2016.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006). Pedoman Penyelenggaraan


dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Revisi II .Jakarta
https://www.scribd.com/doc/88990742/Pedoman-Penyelenggaraan-
Prosedur-Rekam-Medis-Rumah-Sakit-Tahun-2006 -Diakses Juli 2016

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006). Manual Rekam Medis.


Jakarta.
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/714.pdf
-Diunduh Juli 2016.

Farida MI (2015). Analisis pengelolaan data rekam medis di rumah sakit angkatan
udara (RSAU) Lanuid Iswahyudi. Surkarta:

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2008). Peraturan menteri kesehatan


Republik Indonesia nomor 269 tahun 2008 tentang rekam medis.
www.apikes.com/files/permenkes-no-269-tahun-2008.pdf Diunduh Juli
2016
Shofari B (2002). PSRK 01 Buku Modul Pembelajaran Pengelolaan Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan. Jawa Tengah, Semarang

Syafrudin dan Hamidah (2009). Kebidanan komunitas. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai