Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan wanita.
Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi
Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan
mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol
ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif.
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS
dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap
lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui secara
histology.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa
ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama
akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri
terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga
timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
2. Faktor Resiko
3. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat
seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu
kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini
diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin
terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada
usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).
1. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering
melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin
menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi
HPV.
1. Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker serviks,
bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan
ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya
mendoron pertumbuhan ke arah kanker.
1. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,1996)
mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian
kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks
invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden
kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi
oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
1. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten dan
vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan
dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut
akan enurunkan resiko.
1. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan
genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut.
1. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang menarik
untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.
Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan seks
pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama dengan ditemukan NIS adalah
2-33 tahun. Untuk jarak hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah
12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7
tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan bahwa NIS
akan berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50
tahun sudah sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.
Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and Obstetrics) tahun 1988,
kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya.
Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR) penduduk Kota
Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981 menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989
ASR 24,4. Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit berbeda,
seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-1987 adalah 33,2 dan di Korea
Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun 1997-1998 ditmukan bahwa
stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB
sering didapatkan pada kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay,
dkk dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa penderita
kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok umur 46-50 tahun yaitu 17,4%.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-1994 insidens kanker leher rahim
mencapai 100/100.000 penduduk pertahun, sedangkan proporsi kanker leher rahim dari
semua jenis kanker dibeberapa bagian patologi anatomi pada tahun 2000, seperti Surabaya
ditemukan sebesar 24,3%, Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar 25,1%, Surakarta sebesar
28,2% dan Medan sebesar 16,9%.
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung infitratif
membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan
melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami
mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya.
Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali
berubah menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS
untuk akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.
Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke dalam vagina,
septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama
paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian
mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran hematogen (hepar,
tulang).
1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan timbul
akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering terjadi diluar
senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.
Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa kanker serviks
adalah:
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen ektoserviks dan
endoserviks.
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti
mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi
merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan
dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya
terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan
kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan
dimana biopsi harus dilakukan.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker
seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama
1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan
histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi
radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal
dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas
pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke
dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau
menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain. Selain
itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada kelompok
masyarakat.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining kanker
serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks secara dibni sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan
waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa
pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat
penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat
ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap
mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear
terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60% dalamkurun
waktu 20 tahun (WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker serviks, yaitu :
3) Promosi kesehatan
2) Kemopreventif
2) Bedah
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat
melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita
kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E,
dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan
risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah
bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan wanita.
Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai
menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan
dan mengambil waktu bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak
penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and
Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala klinis kanker serviks pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang
hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang
sangat hebat.
3. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker serviks. Sebagai
tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Adapun faktor
resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi
gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual.
4. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and Obstetrics) tahun 1988,
kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya.
Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun. Frekwensi kanker
rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, India,
Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan
frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua
penyakit keganasan yang ada lainnya.
5. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada wanita
muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, di dalam kanalis
serviks. Penyebaran kanker serviks pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh
getah bening menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus
uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi
tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining
untuk mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan
terhadap lesi prakanker serviks.
6. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan, Terapi penyinaran,
Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan
sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan
tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV,
melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari
berhubungan seks dengan banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear secara
teratur, dan sebagainya.
1. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada
mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk
menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2003-2007. FKM
Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_Kanker_leher_
Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_Haji_Adam_Malik_Medan).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.
(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html). Diakses Tanggal 5
Februari 2011.
Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-serviks/). Diakses
Tanggal 5 Februari 2011.
Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.
(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-serviks-leher-
rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.