Konsep Teori
1.1 Anatomi & Fisiologi
1. Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan
selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban
(loquor amnii). Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna
agak keruh, serta amempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini
dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam
anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat rambut lanugo (rambut
halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata-rata 2,6% perliter,sebagian besar
sebagai albumin.
(kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis
liquor ini berasal belum diketahui dengan pasti,masih dibutuhkan penyelidikan lebih
lanjut. Telah banyakteori ditemukakan mengenai hal ini,antara lain bahwa kebutuhan
1
ini berasal dari lapisan amnio, terutama dari bagian pada plasenta. Teori lain
Air ketuban (liquor amni) makin banyak menarik perhatian untuk pembuatan
diagnosis mengenai kelaina atau keadaan janin, misalnya jenis kelamin janin,
golongan darah A, B, AB, dan O, janin dalam rhesus isoimunisasi , apakah janin
cukup bulan, adanya macam-macam kelainan genetic dan lain-lain. Untuk membuat
diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di dalam air ketuban dengan
melakuakan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim melalui dinding depan perut unutk
perdarahan dan pencemaran liquir amnii oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan
sitotrauma pada janin. Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu
diterjadi, maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa dikerjakan bila ada
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.
e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian
2
2. Fisiologi selaput ketuban
ke-7 atau ke-8 perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang menjadi
sebuah kantong kecil yang menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion
korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan kantong tersebut
menempel dengan bagian di dalam ketuban (entrior korion), dan dekat akhir
penyakit (obliterasi), amnion dan korion, walaupun sedikit menempel tidak pernah
berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu
1.2 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
wanita hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2010)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan,
3
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primipara < 3 cm dan pada multipara <5 cm. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Mochtar, 2010).
pembukaan < 4 cm (fase laten) yang terjadi setelah kehamilan berusia 22 minggu
1.3 Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
Polihidramnion / hidramnion, mal presentasi janin (seperti letak lintang) dan juga
Adapun yang menjadi faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini adalah :
(Prawirohardjo, 2010)
Korioamnionitis adalah keadaan pada ibu hamil dimana korion, amnion dan cairan
serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat menjadi sepsis. Infeksi, yang terjadi secara
langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada
Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage). Serviks yang tidak lagi
4
mengalami kontraksi (inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan
berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.
Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada
c) Trauma
Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah dini. Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari frekuensi yang ≥4
kali seminggu, posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat
dalam sebesar 37,50% memicu terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam,
Perubahan volume cairan amnion diketahui berhubungan erat dengan hasil akhir
kehamilan yang kurang bagus. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau
gamelli.
e) Kelainan letak,
Misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
f) Paritas
Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara. Primipara adalah wanita
yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu
5
primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi
psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan
termasuk kecemasan akan kehamilan. Selain itu, hal ini berhubungan dengan
aktifitas ibu saat hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal triwulan ketiga
kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan didukung oleh faktor lain seperti
keputihan atau infeksi maternal. Sedangkan multipara adalah wanita yang telah
beberapa kali mengalami kehamilan dan melahirkan anak hidup. Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko
g) Usia kehamilan
Persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, infeksi diyakini
preterm, sedangkan bila ≥47 minggu lebih sering mengalami KPD (Manuaba,
2010). Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-
40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini,
selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin
komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya
mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan
6
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami KPD kembali.
Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya
ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko
tinggi. Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau
mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara
3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen
1.5 Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
7
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
8
d) perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko 2x), trimester kedua/ketiga
(20x)
e) bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
f) pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
g) servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
h) flora vagina abnormal : risiko 2-3x
i) fibronectin > 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
j) kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada
stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
- Pengaruh KPD
a) Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan
morrtalitas danmorbiditas perinatal.
b) Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis
atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah
karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik,
nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna. Konsentrasi, baud an
pHnya.
2) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine, atau secret
vagina.
3) Secret ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna tetap
kuning.
9
4) Tes lakmus (nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi
5) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
2007)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
1.8 Penatalaksanaan
1) Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
4) Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin
cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan
kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
5) Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan
untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
10
6) Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia
biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan
pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
7) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai
24 jam, bila tidak terjadi his spontan
1.9 Penangan
a) Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika
sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x
perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
b) Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah
6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
11
c) Penatalaksanaan lanjutan
Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat
dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi
oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.
Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan
juga hal-hal berikut:
Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
Warna rabas atau cairan di sarung tangan
Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas
dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat
dehidrasi.
a) Biodata
b) Sirkulasi
jantung sebelumnya)
12
e) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama
f) Keamanan
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
atau lebih dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada
dietilstibesterol (DES)
3) Konsistensi uterus
b) Leopold II
c) Leopold III
d) Leopold IV
13
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
b) Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
adalah :
2.5 Perencanaan
a) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Kriteria Hasil :
14
1) Cairan amnion ibu tidak menyengat
jam.
Intervensi:
3) Dengarkan DJJ
Rasionalisasi :
persalinan
Kriteria hasil :
1) Persalinan normal
Intervensi :
Rasionalisasi :
15
1) Untuk mencegah terjadinya komplikasi
Intervensi:
Rassional:
Kriteria Hasil :
1) nyeri berkurang
intervensi :
16
3) anjurkan pasien miring kekiri
Rasional :
kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
17
III. Daftar Pustaka
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC
18