Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi untuk

mempertahankan keseimbangan optimal untuk kelangsungan hidup dan

berlangsungnya fungsi sel. Ginjal mempertahankan keseimbangan di dalam tubung

dengan cara mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal dan

mengeliminasi semua zat sisa metabolisme tubuh, kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh

system pernapasan. Jika ginjal mengalami kerusakan maka dapat menyebabkan

hilangnya sehingga keseimbangan di dalam tubuh.3

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyakit ginjal yang sudah

berlangsung dan memburuk dalam jangka waktu yang cukup lama. Penyakit gagal

ginjal kronis ini memiliki lima tingkat keparahan dari stadium. Beberapa etiologi atau

penyebab telah diidentifikasi yang paling umum adalah diabetes mellitus dan

hipertensi. Penyakit gagal ginjal kronis dan penyakit ginjal stadium akhir merupakan

dua masalah kesehatan global utama dengan prevalensi yang cukup tinggi yaitu 11-

13% dan 0,1% pada populasi umum. Hasil Riskesdas pada tahun 2013, populasi umur

≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis di Indonesia yaitu sebesar 0,2% atau

2 pendertia dari 1000 penduduk. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK

di negara-negara lain, dan juga hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(Pernefri) pada tahun 2006, yang mendapatkan prevalensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini

karena Riskesdas 2013 hanya mempunyai data orang yang terdiagnosis PGK

1
sedangkan sebagian besar PGK di Indonesia baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan

akhir. 1,2,3,11

Orang dengan gagal ginjal kronis biasanya diobati dengan dua terapi utama:

Hemodialisis dan transplantasi ginjal. Meskipun terapi ini dapat menyelamatkan nyawa

pasien, terapi ini juga menimbulkan komplikasi sistemik yang serius. Pada pasien yang

sedang menjalani terapi hemodialisis dapat mengalami pendarahan yang berlebihan,

hal ini dikarena pemberian antikoagulan, hipertensi, uremia, anemia, dan penurunan

jumlah trombosit. 1,3

2
PEMBAHASAN

Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya

menghadap ke medial, sisi tersebut terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur

pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan

ginjal (Purnomo, 2009).7 Ginjal memiliki fungsi penting untuk keseimbangan tubuh

diantaranya :

a. Mengeksresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh

b. Mengeksresikan gula kelebihan gula dalam darah.

c. Membantu keseimbangan air dalam tubuh

d. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah.

e. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran

ion hidronium dan hidroksil (Prabowo, 2014).

Struktur Anatomi Ginjal

Ginjal orang dewasa memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebar 6 cm dan

beratnya antara 120-150 gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang dewasa

memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal

yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk ginjal merupakan tanda yang penting

3
karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur

(Suharyanto & Madjid, 2009).

Definisi Penyakit Gagal Ginjal Kronis

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal atau ginjal yang

progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Penyakit ini terus berkembang

secara perlahan hingga fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan

fungsinya (Price & Wilson, 2006).5,6

Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler

sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien

mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan

penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit gagal ginjal kronik biasanya disertai

berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler penyakit saluran napas, penyakit

saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. Pengelolaan penyakit ginjal

kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal

spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau

transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.6,7

4
Etiologi Penyakit Gagal Ginjal Kronis

Bertambahnya usia menyebabkan struktur dan fungsi ginjal akan berubah,

perubahan fungsi meliputi peningkatan resistensi pembuluh darah ginjal, penurunan

aliran darah ginjal secara bertahap, laju filtrasi glomerulus (GFR) dan koefisien

ultrafiltrasi meningkatkan tekanan kapiler glomerulus, peningkatan kepekaan terhadap

substansi vaso-aktif, penurunan kemampuan penyesuaian otomatis, mempengaruhi

fungsi tubular renal proksimal dan distal, konsentrasi urin dan disfungsi pengenceran,

dan penurunan fungsi ginjal menjadi ekskresi obat. Dari data yang dikumpulkan oleh

Indonesan Renal Registry (IRR) pada tahun 2007- 2008 didapatkan urutan etiologi

terbanyak sebagai berikut glomerulonelritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi

(20%) dan ginjal polikistik (10%) (Sudoyo & Aru, 2006).6,7,8

Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronis

Menurut National Kidney Foundation Classification of Chronic Kidney

Disease, penyakit gagal ginjal kronis dibagi dalam lima stadium.6,7

1. Stadium 1 (Glomerulo filtrasirate/GFR normal (> 90 ml/min).

Kerusakan ginjal dengan GFR normal, pasien beresiko. Seseorang perlu waspada

akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 1 apabila kadar ureum atau kreatinin

berada di atas normal, didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual

kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRl, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray,

dan salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik. Pengecekan serum

5
kreatinin dan protein dalam urin secara berkala dapat menunjukkan sampai seberapa

jauh kerusakan pada ginial penderita.6,7

2. Stadium 2 (penurunan GFR ringan atau 60 s/d 89 m/min)

Kerusakan ginjal dengan GFR turun ringan. Seseorang perlu waspada akan

kondisi ginjalnya berada pada stadium 2 apabila: kadar ureum atau kreatinin berada di

atas normal, didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan

ginjal melalui pemeriksaan MRl, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray, dan salah

satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.6,7

3. Stadium 3 (penurunan GFR moderat atau 30 s/d 59 m/min)

GFR turun sedang, seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami

penurunan GFR moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan pada

tingkat ini akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut

uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),

anemia atau keluhan pada tulang.6,7

Penderita gagal ginjal kronis pada stadium ini biasanya akan diminta untuk

menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam

makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi

kelangsungan lungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium

apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali

didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya luga

6
dianiurkan bagi penderita yang iuga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman

diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.6,7

4. Stadium 4 (penurunan GFR parah atau 15-29 ml/min)

GFR turun berat, gagal ginjal kronik. Pada stadium ini lungsi ginjal hanya sekitar

15-30% saja dan apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin

dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau

melakukan transplantasi. Kondisi dimana teriadi penumpukan racun dalam darah atau

uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul

komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, masalah

pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.6,7

Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah fatique yaitu rasa

lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia, kelebihan cairan, perubahan pada

urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya kandungan protein di

urin, rasa sakit pada ginjal, sulit tidur, nausea yaitu muntah atau rasa ingin muntah,

perubahan cita rasa makanan, bau mulut uremic yaiut ureum yang menumpuk dalam

darah dapat dideteksi melalui bau pernalasan yang tidak enak, dan sulit berkonsentrasi.

Rekomendasi untuk memulai terapi pengganti ginjal adalah apabila lungsi ginial hanya

tinggal 1 - 5% ke bawah. Uraian diatas adalah upaya - upaya dilakukan untuk

memperpanjang fungsi ginial serta menunda terapi dialisis atau transplantasi selama

mungkin.6,7

7
5. Stadium 5 (penyakit ginjal stadium akhirAerminal atau < 15 ml/min)

Gagal ginjal, gagal ginjal tahap akhir ( End Stage Renal Disease). Pada level ini

ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara optimal. Untuk

itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi agar penderita

dapat bertahan hidup. Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain, kehilangan

napsu makan, nausea, sakit kepala, merasa lelah, tidak mampu berkonsentrasi, gatal -

gatal, urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak, terutama di seputar wajah,

mata dan pergelangan kaki, keram otot dan perubahan warna kulit. Seseorang

didiagnosa menderita gagal ginjal terminal disarankan untuk melakukan hemodialisis,

peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.6,7

Definisi Hemodialisis

Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan

menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi seperti

nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolism dan mengoreksi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Ignatavicius,

2006 dalam Hayani, 2014).7

Ketika hemodialisis (HD) diperkenalkan sebagai pengobatan yang efektif yang

dapat diterapkan pada tahun 1943, prospek untuk pasien dengan kegagalan ginjal

mendadak berubah dari antisipasi kematian yang akan datang menjadi kelangsungan

hidup yang tidak terbatas. Sejak itu, pelaksanaan dialisis telah berkembang dari terapi

8
intensif di tempat tidur ke pengobatan yang lebih efisien, kadang-kadang dilakukan

sendiri di rumah pasien, menggunakan teknologi modern yang telah menyederhanakan

perawatan dialisis dengan mengurangi waktu dan upaya yang dibutuhkan oleh pasien

dan pengasuh. Standar telah ditetapkan untuk secara efisien merawat sejumlah besar

pasien dengan keseimbangan sumber daya dan waktu pasien. Namun, standar yang

disederhanakan dapat menyebabkan pengobatan yang tidak memadai, sehingga

pedoman telah dikembangkan untuk meyakinkan pasien, pengasuh, dan penyedia

keuangan bahwa pembalikan keadaan uremik adalah yang terbaik yang dapat

ditawarkan dan komplikasi diminimalkan. National Kidney Foundation (NKF) terus

mensponsori forum ini untuk pengambilan keputusan kolaboratif mengenai aspek HD

yang dianggap penting untuk mencapai tujuan-tujuan ini.9

Tujuan Hemodialisis

Tujuan dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat

nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut

dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien (Cahyaningsih, 2009).7

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan

ultrafiltrasi. Pada difusi toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan, dengan cara

bergerak dari darah yang memiliki kosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang memiliki

konsentrasi rendah. Pada osmosis air yang berlebihan pada tubuh akan dikeluarkan dari

tubuh dengan menciptakan gradien tekanan dimana air bergerak dari tubuh pasien ke

9
cairan dialisat. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif

yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis (Brunner & Sudarth, 2002).7

Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang memerlukan

terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien

dengan gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi jangka panjang/permanen.

Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada penderita gagal ginjal adalah:

(Smeltzer et al. 2008 dalam Mardyaningsih, 2014).7

a. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit;

b. Hiperkalemia

c. Kegagalan terapi konservatif

d. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl

e. Kreatinin lebih dari 65 mEq/L

f. Kelebihan cairan

g. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali

Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh pelaksanaan terapi hemodialisis

(Hirmawaty, 2014) adalah: 7

a. Hipotensi dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan

10
b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika

udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya

sirkulasi darah diluar tubuh.

d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis selama produk akhir metabolisme

meninggalkan kulit.

e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan

muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih

besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dan cepat

meninggalkan ruang ekstrasel.

g. Mual dan muntah merupakan hal yang sering terjadi.

11
Kesimpulan

 Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama untuk

mempertahankan homeostatis dalam tubuh sehingga terdapat keseimbangan

optimal untuk kelangsungan hidup dan berlangsungnya fungsi sel.

 Gagal ginjal dapat terjadi jika fungsi kedua ginjal terganggu sampai pada titik

ketika keduanya tidak mampu lagi menjalani fungsi regulatorik dan ekskretorik

untuk mempertahankan keseimbangan.

 Orang dengan gagal ginjal kronis biasanya dapat melakukan dua terapi utama:

Hemodialisis dan transplantasi ginjal.

 Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan

menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi seperti

nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolism dan mengoreksi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal.

12
Daftar Pustaka

1. Khan NA, Aziz S, Kwiatowski M, Mirza FA, Haider R, Jamil B. Oral


Manifestations and Dental Management of Patients with Chronic Renal
Failure on Hemodialysis. 2017. JPDA vol. 26 No. 04.
2. Saha M, Allon M. Diagnosis, Treatment, and Prevention of Hemodialysis
Emergencies. 2016. Clinical Journal of the American Society of
Nephrology.
3. Musa WI, Kundre R, Babakal A. Hubungan Tindakan Hemodialisa dengan
Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal di Ruangan Dahlia RSUP Prof
Dr. R. Kandou Manado. 2015. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3.
Nomor 1.
4. Shafiee MA, Chamanian P, Shaker P, Shahideh Y, Broumand B. The Impact of
Hemodialysis Frequency and Duration on Blood Pressure Management
and Quality of Life in End-Stage Renal Disease Patients. 2017.
Healthcare volume 5 No. 52.
5. Eknoyan G. Kidney Disease Improving Global Outcomes. 2012. Official
Journal of The International Society of Nephrology.
6. Husna CNS. Gagal Ginjal Kronis dan Penanganannya: Literatur Review.
2010. Jurnal Keperawatan Vol. 3 No. 2
7. Hutagaol EV. Peningkatan Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa melalui Psychological
Interventation di Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan Tahun 2016.
2017. Jurnal JUMANTIK Vol. 2 No. 1.
8. Yue RZ. Fu P. Clinical Evaluation and Management of Chronic Kidney
Disease in the Elderly. 2015. Journal of Integrative Nephrology and
Andrology Vol. 2.

13
9. Dougirdas JT, et al. KDOQI Clinical Practice Guideline for Hemodialysis
Adequacy. 2015. Am J Kidney Dis;66(5): 884-930.
10. Adhiatma AT, Wahab Z, Widyantara IFE. Analisis Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik pada Pasien
Hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang. 2014. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
11. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta :2017.

14
Makalah Dental Public Health

Hemodialisis

Disusun Oleh:

Nama : Safira Alivia 2017-16-010


Nadilla Izzati 2017-16-011
Abdi Rochman 2017-16-012

Pembimbing : Mutiara Rina Rahmawati Ruslan, drg., MPH

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2018

15

Anda mungkin juga menyukai