Anda di halaman 1dari 1

Ada setidaknya 8 masalah yang dihadapi dalam penerapan kurikulum 2013 ini hal ini

dikarena beberapa faktor sebagai berikut

1. Sulitnya mengubah mindset guru,


2. Perubahan proses pembelajaran dari teacher centered ke student center
3. rendahnya moral spiritual, budaya membaca dan meneliti masih rendah.
4. Kurangnya penguasaan IT Oleh Guru
5. lemahnya penguasaan bidang administrasi,
6. kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif.

Padahal, semestinya guru juga harus memberikan porsi yang sama pada aspek
afektif dan psikomotorik

7. masih banyak guru yang belum mau menjadi manusia pembelajar.

Padahal,

8. seorang guru dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan memperluas


wawasannya, terlebih setelah diberlakukannya kurikulum 2013.

Pada intinya kurikulum 2013 ini menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pengajaran, seperti biasa hal yang baru akan mendapat penolakan karena sudah
nyaman dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya, selain itu
masih banyak sekali sekolah yang belim menggunakan kurikulum 2013 dengan alasan
masih belum mampu, terutama sekolah yang berada di daerah.

Koherensi: tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagian-bagiannya


berkaitan satu dengan yang lain

The successful implementation of a curriculum framework relies not simply on the policy or
regulatory practice, but also on educators; their interpretation, knowledge and understanding of the
framework; and their ability to apply it to their pedagogical practices

Keberhasilan pelaksanaan kerangka kerja kurikulum bergantung hanya pada kebijakan atau peraturan
praktek, tetapi juga pada pendidik; interpretasi mereka, pengetahuan dan pemahaman tentang
kerangka kerja; dan kemampuan mereka untuk menerapkannya ke praktik pedagogis

Apa yang dimaksud dengan belajar bermakna?


Belajar bermakna (meaningful learning) yang digagas David P. Ausubel adalah suatu proses
pembelajaran dimana siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu dalam
memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau
pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya. Sehingga belajar dengan “membeo” atau belajar
hafalan (rote learning) adalah tidak bermakna (meaningless) bagi siswa. Belajar hafalan terjadi
karena siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama.

Anda mungkin juga menyukai