Pengertian
Menurut Depkes RI (2003), definisi HIV yaitu virus yang menyebabkan AIDS dengan
cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang
menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut.20
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV dan
ditandai dengan berbagai gejala klinik, termasuk immunodefisiensi berat disertai infeksi
oportunistik dan kegananasan, dan degenerasi susunan saraf pusat. Virus HIV
menginfeksi berbagai jenis sel sistem imun termasuk sel T CD4+, makrofag dan sel
dendritik. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan
indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.20Menurut Depkes RI
(2003), AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk
hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem kekebalan
tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV.21Pada
tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS, yaitu dengan memasukkan
- Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus dan tidak jelas
penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi kognitif.
2. Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi ARV, serta perawatan kronis
a. Menggunakan rejimen pengobatan ARV kombinasi dosis tetap (KDT-Fixed Dose
Combination-FDC), di dalam satu tablet mengandung tiga obat. Satu tablet setiap hari pada jam
yang sama, hal ini mempermudah pasien supaya patuh dan tidak lupa menelan obat.
b. Inisiasi ARV pada fasyankes seperti puskesmas
c. Memulai pengobatan ARV sesegera mungkin berapapun jumlah CD4 dan apapun
stadium klinisnya pada:
- kelompok populasi kunci, yaitu: pekerja seks, lelaki seks lelaki, pengguna napza suntik, dan
waria, dengan atau tanpa IMS lain
- populasi khusus, seperti: wanita hamil dengan HIV, pasien ko-infeksi TB-HIV, pasien ko-
infeksi Hepatitis-HIV (Hepatitis B dan C), ODHA yang pasangannya HIV negatif (pasangan sero-
diskordan), bayi/anak dengan HIV (usia<5tahun).
- semua orang yang terinfeksi HIV di daerah dengan epidemi meluas
d. Mempertahankan kepatuhan pengobatan ARV dan pemakaian kondom konsisten
melalui kondom sebagai bagian dari paket pengobatan.
e. Memberikan konseling kepatuhan minum obat ARV
3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk early infant diagnosis
(EID), hingga ke layanan sekunder terdekat untuk meningkatkan jumlah ODHA yang masuk dan
tetap dalam perawatan dan pengobatan ARV sesegera mungkin, melalui sistem rujukan pasien
ataupun rujukan spesimen pemeriksaan.
4. Peningkatan kualitas layanan fasyankes dengan melakukan mentoring klinis yang dilakukan
oleh rumah sakit atau FKTP.
5. Mengadvokasi pemerintah lokal untuk mengurangi beban biaya terkait layanan tes dan
pengobatan HIV-AIDS.
IX. Laporan situasi perkembangan HIV AIDS di Indonesia Januari-Maret 2016
n
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi, 2016
*Data ini termasuk data dari Provinsi DKI Jakarta dan Papua Barat yang jumlah AIDS nya tidak bisa
dikategorikan
secara kelompok umur, sehingga dimasukkan ke dalam kategori umur tidak diketahui.
Tabel 3. Jumlah AIDS yang Dilaporkan Menurut Provinsi Tahun 1987- 2016
Tabel 4. Kumulatif AIDS yang Hidup, Meninggal dan Jumlah AIDS per 100.000
Penduduk (Case Rate) di Provinsi Tahun 1987 sd Maret 2016
Tabel 5. Jumlah AIDS yang Dilaporkan Menurut Faktor Risiko Tahun1987- 2016
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi, 2016
*Data ini termasuk data dari Provinsi DKI Jakarta dan Papua Barat yang jumlah AIDS nya tidak bisa
dikategorikan secara
faktor risiko, sehingga dimasukkan ke dalam kategori tidak melaporkan pekerjaan/status.
Tabel 6. Jumlah AIDS yang Dilaporkan Menurut Penyakit Penyerta Tahun 1987-
2016