Anda di halaman 1dari 5

Sarifuddin Sudding pun sama pendapatnya dengan Aboe dan Masinton.

Menurut beliau,
Indonesia pada 2015 saat ini darurat narkoba bertentangan dengan target pemerintah akan
bebas dari barang terlarang tersebut. Pasalnya pemerintah pada 2011 silam melalui BNN
menargetkan bebas dari narkoba. Faktanya, penyalahgunaan narkoba kian meningkat. “dalam
40 hari, setiap hari ada yang meninggal, ini kerja BNN tidak ada artinya,” kata anggota Komisi
III itu.

politisi Partai Hanura itu lebih jauh berpendapat program pemerintah sedemikian banyak dalam
penanggulangan narkoba. Bahkan anggaran dana yang dikeluarkan dari PBN terbilang besar.
Namun jika dilihat dari tingkat keberhasilan berdasarkan data peningkatan penyalahgunaan
narkoba, Sudiing menilai sebaliknya. Padahal dari anggaran dan peraturan perundangan sudah
cukup komprehensif.

beliau menilai BNN harus membuat terobosan dalam penanganan narkoba. Paling tidak, BNN
harus lebih progresif dalam penanganan peredaran narkoba di seluruh wilayah Indonesia. Tidak
hanya mencegah masuknya barang terlarang tersebut, tetapi memberikan ancaman hukuman
berat sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

“Saya bingung, Pak Jokowi bilang kita darurat narkoba. Program banyak dijalankan dengan
uang rakyat, tapi tidak berhasil,” katanya.

menanggapi komentar sejumlah dewan, Kepala BNN Komisaris Jenderal (Komjen) Anang
Iskandar mengatakan kejahatan narkoba bersifat spesifik. Apalagi bandar dan pembisnis
narkoba bakal memakai bermacam-macam cara dengan uangnya agar upaya rehabilitasi tak
berhasil. Oleh karena itu, BNN bakan berusaha agar pengguna narkoba tidak lagi diberikan
‘hadiah’ penjara, tetapi rehabilitasi.
“Di Asean, persoalan narkoba selesai 2015 dengan syarat korban penyelahgunaan narkoba
direhabilitasi, dan pengedarnya dihukum sangat berat,” katanya.

Jenderal polisi bintang tiga itu berpendapat, sebelum lahirnya UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika korban penyalahgunaan narkoba diberikan sanksi mendekam dibalik jeruji besi.
Namun sejak terbitnya UU No. 35 tahun 2009, maka korban penyalahgunaan narkoba cukup
rehabilitasi. Sayangnya, pesan yang diberikan UU agar dilakukan rehabilitasi tidak berjalan
mulus. Menurutnya, aparat penegak hukum masih menggunakan penjara sebagai ‘hadian’ bagi
korban penyalahgunaan narkoba, seperti pengguna.

“Dan untuk masalah penanganan narkoba makin runyam. Tapi negara memberikan jaminan
harus rehabilitasi. Meski ada UU No.35 Tahun 2009, kita malu-malu untuk merehabilitasi 2000
orang pertahun, dan tidak tersambung dengan jutaan yang terkena kejahatan narkoba,” katanya.

Sadar akan adanya permasalahan penanganan narkoba, pemerintah Jokowi memerintahkan


agar BNN melakukan rehabilitasi sebanyak 400 ribu pengguna narkoba. Namun karena belum
memiliki sarana dan prasarana rehabilitasi yang cukup, BNN menargetkan tahun 2015 mampu
melakukan rehabilitasi pengguna narkoba sebanyak 100 ribu orang.

Anang mengatakan, pihaknya akan merangkul bermacam-macam instansi dan balai rehabilitasi
milik masyarakat. “Ini adalah keseriusan kami, dan sangat serius. Koeban narkoba jangan lagi
dihadiahi ‘penjara’. Kalau dihadiaho penjara, lapas akan over kapasitas,” ujar mantan Kadiv
Humas Mabes Polri itu.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f7481c7df82d/hak-hak-masyarakat-dalam-
pemberantasan-kejahatan-narkotika

Jumat, 12 April 2013


Pertanyaan :

Hak-hak Masyarakat dalam Pemberantasan Kejahatan Narkotika

Bagaimana peranan masyarakat dalam membantu menyelidiki dan mengungkap tindak pidana
narkotika ?

Jawaban :

Mengenai peran serta masyarakat dalam penanganan tindak pidana narkotika diatur dalam Bab
XIII Pasal 104 s.d. Pasal 108 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (“UU 35/2009”).

Masyarakat memiliki kesempatan yang besar untuk berperan serta membantu pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
(Pasal 104 UU 35/2009). Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dapat dibedakan menjadi Acetic Anhydrid,
Acetone, Potassium Permanganat, Toluene, Sulphuric Acid, Piperidine, dan lain-lain.
Maka dari itu, peran masyarakat dalam penanganan narkotika tidak hanya untuk narkotika itu
sendiri, melainkan prekursor narkotikanya juga.

Hak masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan


prekursor narkotika diwujudkan dalam bentuk (Pasal 106 UU 35/2009):
a. mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;
b. memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana Narkotika dan Prekursor
Narkotika kepada penegak hukum atau BNN (Badan Narkotika Nasional, ed.) yang
menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
d. memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada
penegak hukum atau BNN;
e. memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan
haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan.

Masyarakat juga dapat melaporkan kepada penajabt yang berwenang atau BNN jika
mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
(Pasal 107 UU 35/2009)

Bentuk ikut serta masyarakat dapat dibenntuk dalam suatu tempat yang dikoordinasi oleh BNN
yang akan diatur dengan Peraturan Kepala BNN (Pasal 108 UU 35/2009). Saat artikel ini
ditulis, peraturan kepala BNN yang dimaksud belum ada.

Masyarakat yang sudah berjasa dalam berupaya untuk mencegah, memberantas


penyalahgunaan dan peredaran gelapp Narkotika dan Prekusos Narkotika dapat diberikan
penghargaan oleh Pemerintah dalam bentuk piagam, tanda jasa, premi, atau bentuk
penghargaan lainnya dengan tetap memperhatikan jaminan keamanan dan perlindungan
kepada yang diberi penghargaan (Pasal 109 uu 35/2009 serta penjelasannya).
Peran serta masyarakat hanya sebatas yang telah disebutkan. Masyarakat dalam upaya
mencegah dan memberantas penyalahgunaan tidak berhak melakukan tidakan lain seperti
melakukan menangkap, menahan, menggeledah, razia, atau memusnahkan Narkotika dan
Prekursor Narkotika karena hal tersebut merupakan kewenangan dari penyidik Badan
Narkotika Nasional (lihat Pasal 75 UU 35/2009)

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Anda mungkin juga menyukai