Anda di halaman 1dari 34

BAB I

TINJAUAN KASUS

1.1 Anamnesis
1.1.1 Identitas pasien
Nama : Tn. P
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Ngadisimo II no. 73
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Unit Pelayanan : Poli Mata
1.1.2 Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan Utama : Mata kiri kabur
RPS :
Pasien datang ke poli mata RS. Bhayangkara Kediri dengan
keluhan mata kiri kabur sejak kurang lebih 3 bulan, terasa mengganggu,
tanpa disertai mata merah, kabur dirasakan saat melihat jauh dan dekat,
terasa lebih berat pada siang hari, malam hari keluhan berkurang, saat
melihat seperti tertutup kabut. Kabur perlahan dan terus menerus,
memberat 1 bulan ini. Pasien mengeluh sering silau. Pasien membeli
Sehari- hari pasien memakai kacamata baca untuk membaca. Penglihatan
dobel (-), pusing (-), ngeres (-), belekan (-).
1.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Hipertensi (+) terkontrol dengan amlodipin 5mg
 Pemakaian kacamata baca
1.1.4 Rwayat Penyakit Keluarga :
 Katarak (-)
 Ayah dan ibu HT (+), DM (-)

1
 Riwayat Alergi : (-)
 Riwayat Pengobatan : (+)
o Obat tetes mata : lnsto
 Riwayat Operasi (-)

1.1.5 Riwayat Sosial :


Pasien sehari-hari di rumah, pasien merupakan seorang pensiunan PNS
(sudah lama pensiun), sehari-hari pasien beraktivitas sebagai pedagang dan
beraktivitas memelihara ternak ayam di rumah.
1.2 Pemeriksaan Fisik
1.2.1 Status oftalmologikus :
1. Tajam Penglihatan
- VOD 4/60
-VOS 1/60
- ADD + 3,00 PD 60
2. Pergerakan Bola Mata
OD OS

Bisa segala arah Bisa segala arah


3. Tekanan Intra Okuli
-OD: 10,2 mmHg
-OS: 14,6 mmHg
4. Pemeriksaan Segmen Anterior
OD OS

2
OD OS
Edema (-). Hiperemi (-) Palpebra Edema (-). Hiperemi (-)
sekret (-) Sekret (-)
Hiperemi (-), Konjungtiva Hiperemi (-)
Jernih (+), edema (-) Kornea Jernih (+), edema (-)
Dalam dan jernih Bilik Mata Depan Dalam dan jernih
Regular, warna coklat Iris Regular, warna coklat
Bulat, Ø 3 mm, reflek Pupil Bulat, Ø 3 mm, reflek
cahaya (+) cahaya (+)
Kesan keruh, iris Lensa Pseudophakia
shadow (-)

5. Pemeriksaan Segmen Posterior


OD OS
Negatif Fundus reflek Positif
Sde Papil N II Batas tegas, warna
normal, CD rasio 0,3
Sde Retina Eksudat (-)
Sde Vaskuler A/V 2/3
Sde Makula Fovea reflek (+)
Sde Vitreous Jernih

1.3 Pemeriksaan lainnya


AR : OD : Error
OS : S +0,12 C-3.50 A 90°
1.4 Daftar Masalah:
 Ny. F, 65 th, Mata kanan kabur sejak ± 2 bulan yang lalu, kabur
melihat jauh dan dekat

3
 Seperti melihat kabut dan Silau
 Riwayat DM 7 tahun yang lalu dan tidak minum obat
 Visus: VOD 1/300 proyeksi iluminasi baik segala arah
VOS 0,5 cc S +0,25 C -3,50 A 900 0,6
 Pemeriksaan Segmen Anterior
OD lensa keruh, iris shadow (-)
OS Pseudophakia
 Pemeriksaan Segmen Posterior
OD Fundus Reflek (-)
1.5 Diagnosis :
OD Katarak Matur
OS Pseudophakia
1.6 Usulan Pemeriksaan :
-
1.7 Penatalaksanaan
a. Terapi
Konsul dokter spesisalis mata → Operasi katarak
Catarlent 4 kali sehari 1 tetes OD
b. Monitoring :
 Keluhan pasien
 Visus
 Segmen anterior
 Segmen posterior
 GDA
c. Edukasi :
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa keluhan mata
kabur, silau, dan tertutup kabut karena pasien mengalami katarak.
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien akan
dirujuk ke spesialis mata untuk rencana terapi yang akan dilakukan
yaitu operasi katarak.

4
 Menjelaskan pada pasien bahwa obat tetes mata yang diberikan
hanya untuk hanya untuk mencegah bertambahnya keruhnya lensa
tidak dapat menyembuhkan.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa diberikan obat yaitu catarlent
diteteskan 4 kali 1 tetes pada kedua mata.
 Menjelaskan kepada pasien untuk memeriksakan kadar gula
darahnya secara teratur dan minum obat anti diabetes dengan
teratur agar kadar gula darahnya tetap terkontrol.
 Menjelaskan kepada keluarga agar segera membawa ke dokter bila
keluhan belum hilang atau bertambah berat.
 Menjelaskan kepada pasien jika pasien sedang diluar rumah atau ke
sawah disarankan untuk memakai pelindung seperti topi dan
kacamata hitam agar terhindar dari sinar matahari yang akan
memperburuk penglihatannya.
3.5 Penulisan Resep

dr. Mahatvidar Futuriezqa


SIP : 85737100122
JL. Klampis Semolo Tengah II , Surabaya

Surabaya, 9 November 2017

R/ Catarlent eye drops No. I


S 4 dd gtt I OD
&
Penderita : Ny. F
Umur : 65 tahun
Alamat : Kedung Taruan Baru

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular , tidak berwarna dan
transparan. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa digantung oleh
zonula dibelakang iris, zonula menghubungkannya dengan cospus silizaris. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor aqueous, disebelah posteriornya vitreus.1
Lensa terdiri dari 65 % air, 35 % protein, dan sedikit sekali mineral,
kandungan kalium yang tinggi, terdapat asam askorbat dan glutation dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Lensa tidak memiliki serabut nyeri,
pembuluh darah, ataupun saraf.1

Gambar 2.1 Anatomi Lensa (medicalstuff. 2013)

Lensa mata mampu membiaskan cahaya karena memiliki indeks bias


sekitar 1,4 di tengah dan 1,36 di bagian tepinya, berbeda dengan indeks bias
aqueous humour dan vitreous humour yang mengelilinginya. Mata memiliki
kekuatan refraksi keseluruhan sebesar 60D, dalam kondisi tanpa akomodasi lensa
memiliki kontribusi sekitar 15-20D.Kemampuan akomodasi atau berubah bentuk
dikarenakan adanya otot siliaris. Namun seiring dengan bertambahnya usia,

6
kemampuan akomodasi akan menurun menjadi 8D pada usia 40 tahun dan 1-2D
pada usia 60 tahun.2
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit, dibagian depan terdapat selapis epitel subskapular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama kelamaan menjadi kurang
elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Garis-garis persambungan (suture line) yang terbentuk dari persambungan tepi-
tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak
tegak di anterior dan terbalik di posterior.1

Gambar 2.2 Anatomi Lensa (medicalstuff. 2013)


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina, untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot – otot siliaris relaksasi
menegangkan serat zonula zinii dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan sahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula zinii berkurang.3

7
Gambar 2.3 Akomodasi dan Relaksasi Lensa (medicalstuff. 2013)
Kapsul lensa yang elastis kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih
sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara
korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan – lahan berkurang.3
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation ini berasal dari humor aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, dan
kadar natrium di bagian posterior lensa lebih besar. Ion K bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke aqueous humor, dari luar on Na masuk secara difusi dan
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa
aktif Na-K ATPase.3

2.2 Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan turunnya tajam
penglihatan.4 Katarak menurut patofisiologinya dapat dibagi menjadi :
- Katarak kongenital
- Katarak senilis
- Katarak traumatika
Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang terjadi sejak lahir,
disebabkan oleh kelainan herediter dan seringkali disertai oleh kelainan kongenital
lainnya.5 Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut
karena adanya perubahan kimia pada protein lensa.6 Sedangkan katarak traumatic

8
adalah katarak yang timbul akibat trauma tumpul maupun trauma tusuk pada
mata.7 Selain itu, faktor resiko timbulnya katarak adalah paparan sinar UV,
penyakit sistemik, pola makan dan usia.6

2.3 Katarak Senilis


2.3.1 Definisi Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang berkaitan dengan usia.
Gangguan penglihatan yang ditandai dengan penebalan lensa mata secara
perlahan. Penderita katarak senilis biasanya menunjukkan kemunduran
penglihatan yang perlahan namun bertambah parah dan terdapat gangguan pada
penglihatan saat malam hari dan penglihatan jarak dekat.6

2.3.2 Epidemiologi Katarak Senilis


Menurut World Health Organization (WHO) katarak adalah penyebab
utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, Survei
Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996, menunjukan
angka kebutaan 251,5%. Selain itu masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan
menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penderita di daerah
subtropis. Dibandingkan dengan angka kebutaan di Negara-negara di regional
Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh
1%, India 0,7%, Thailand 0,3%). Insiden katarak 0,1% (210 ribu orang) per tahun,
sedangkan yang dioperasi baru lebih kurang 80.000 orang per tahun.2
2.3.3 Klasifikasi Katarak Senilis
1. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama dibagian perifer korteks berupa garis-
garis yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah roda. Biasanya
pada stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam penglihatan dan masih bisa
dikoreksi mencapai 6/6.
Adapun tanda dan gejala dari katarak insipient adalah sebagai berikut :
- Tajam penglihatan menurun/bisa normal
- Kekeruhan di mulai dipinggir lensa

9
- Gambaran Jeruji Pedati
- Daerah sentral lensa masih jernih7

Gambar 2.4 Katarak Insipien

2. Katarak imatur
Kekeruhan terutama di bagian posterior nukleus dan belum mengenai
seluruh lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan,
akan mendorong iris ke depan yng menyebabkan bilik mata depan menjadi
dangkal dan bisa menimbulkan glaukoma sekunder. Lensa menjadi cembung akan
meningkatkan daya bias, sehingga kelainan refraksi menjadi lebih miopi. Adapun
tanda dan gejala dari katarak imatur adalah sebagai berikut :3
 Tajam penglihatan 5/6 s/d 1/60
 Fundus reflek (+)
 Kekeruhan belum merata dan belum tebal
 Iris Shadow Test (+)6

10
Gambar 2.5 katarak imatur

Gambar 2.6 Katarak immatur


3. Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, iris shadow menjadi negatif dan
fundus refleks menjadi negatif. Tajam penglihatan penderita akan sangat menurun
tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.
Adapun tanda dan gejala dari katarak insipient adalah sebagai berikut :
- Tajam penglihatan 1/300 s/d LP (+)
- Kekeruhan telah rata
- Fundus reflek (-)
- Iris Shadow Test (-)7

11
Gambar 2.7 katarak matur
4. Katarak hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras,
lembek, dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa,
sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa, kadang terdapat
pengkerutan sehingga zonula zinii menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut
disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cairan
tidak dapat keluar, sehingga korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai kantong
susu disertai nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.2

Gambar 2.8 katarak morgagni

2.3.4 Patofisiologi Katarak Senilis


Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada
kelainan mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Patogenesis dari katarak

12
terkait usia multifaktor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa,
terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi.
Sebagai lapisan baru serat kortikal berbentuk konsentris, akibatnya nukleus dari
lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nukleus sklerosis). Kristalisasi
(protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan
agregasi protein menjadi high-weight-protein. Hasil dari agregrasi protein secara
tiba-tiba mengalami fluktuasi refraktif indeks pada lensa, cahaya yang menyebar,
penurunan pandangan. Modifikasi kimia dari protein nukleus lensa juga
menghasilkan progresif pigmentasi, perubahan lain pada katarak terkait usia pada
lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan
meningkatnya konsentrasi sodium dan kalsium.8

Tabel stadium katarak senilis

Bentuk Katarak Morfologi Gejala


Katarak Nuclear 1. Bayangan abu-abu
(seperti melihat
melalui kaca beku)

Katarak 2. Penglihatan

Subkapsular berkabut
3. Silau pada cahaya
terang
4. Berkurangnya
kontras
Katarak Matur 1. Objek tidak dapat
dilihat sepenuhnya
2. Pasien dengan
katarak bilateral

13
Katarak biasanya hampir
Hipermatur buta dan
bergantung pada
orang lain pada
kehidupan sehari-
hari

2.3.5 Gejala Klinis Katarak Senilis8


a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
b. Silau, keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
c. Perubahan miopik, progresifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop peningkatan penglihatan dekat mereka
dan kurang membutuhkan kacamata baca, keadaan ini disebut dengan
second sight.
d. Diplopia monokular, kadang kadang perubahan nuklear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada
bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada bagian
tengah dari lensa.
e. Pandangan berkabut pada lapang pandangan
f. Ukuran kacamata sering berubah
Selain tanda dan gejala diatas yang merupakan keluhan yang
dikeluhkan pasien, ada tanda dan gejala yang merupakan tanda dan
gejala obyektif, dimana tanda tersebut munculjika dilakukan
pemeriksaan fisik yaitu :7
1. Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur (white pupil reflex)

14
2. Test iris shadow : positif pada katarak imatur dan negatif pada katarak
matur
3. Refleks fundus negatif pada katarak matur

2.3.6 Diagnosis Katarak Senilis7


a. Optotip Snellen : untuk mengetahui tajam penglihatan. Pada stadium
insipien dan imatur bisa dicoba dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik.
b. Lampu senter : reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal.
Tampak kekeruhan lensa terutama jika pupil dilebarkan. Diperiksa
proyeksi iluminis pada katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara
garis besar.
c. Oftalmoskopi : untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada
stadium insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan
latar belakang jingga, sedangkan pada stadium matur didapatkan reflek
fundus negatif.
d. Slit lamp biomikroskopi : dapat dievaluasi luas, tebal, dan lokasi
kekeruhan lensa.

2.3.7 Diagnosis Banding Katarak Senilis7


a. Reflek senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak pupil warna keabu-
abuan mirip katarak, tetapi pemeriksaan reflek fundus positif
b. Kekeruhan vitreous humour
c. Ablasio Retina

2.3.8 Penatalaksanaan Katarak Senilis7


1. Intra Capsuler Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar. Metode ini
hanya dilakukan hanya pada keadaan subluksasi lensa dan dislokasi. Pada ICCE
tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang

15
sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.8
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan
pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intraokular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intraokular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata
dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah
mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasio retina, pasca
bedah ablasio, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan
ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
- Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin fakoemulsifikasi akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa
intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu. 7

16
Gambar Operasi katarak dengan cara fakoemulsifikasi dilakukan melalui sayatan kecil.

-
Manual Small Incision Cataract Surgery (M-SICS)
Teknik operasi Manual Small Incision Cataract Surgery (M-SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan
karena lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata penderita katarak telah
diangkat maka penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan
penglihatannya dengan cara sebagai berikut: 8
 kacamata afakia yang tebal lensanya
 lensa kontak
 lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam
mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang
telah diangkat.

2.3.9 Komplikasi Katarak Senilis8


a. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, perdarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, retinal light
toxicity serta inkarserata kedalam luka.
b. Komplikasi dini pasca operatif
 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, blok pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

17
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan
luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
 Perdarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
c. Komplikasi lambat pasca operatif
 Ablasio retina
 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
 Post capsul capacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

2.3.10 Prognosis Katarak Senilis


Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.8

2.4 Pseudophakia

2.4.1 Definisi
Pseudophakia adalah pemasangan Lensa intraokular(IOL) pada mata. IOL adalah
lensa kecil, ringan, plastik jernih yangditempatkandi dalam
matauntukmenggantikankekuatan fokuslensa alamimata11,12.

2.4.2 Klasifikasi
Lensa intraokulardapat dikategorikan berdasarkan10:

18
Gambar. Jenis utama dari lensa intra okular dan optik. A, lensa ruang anterior. B,
lensa prepupil(tidak lagi digunakan). C, lensa ruang posterior dalam kantong
kapsuler. D, lensa ruang posterio rdalam sulkus siliaris. E, optik bikonveks.
F.Optik planokoneks. G, optik meniskus10.

 lokasi implantasi(ruang anterior, ruangposterior, atauprepupil[tidak


digunakan lagi)
 Profiloptik(bikonveks, planokonveks, ataumeniskus)
 Bahanoptik(PMMA, kaca,silikon, akrilik, kolamer, atauhidrogel)
 Haptic style(plateatau loop)
 Sferisitas(aferis, asferis, atautoric)
 Tampilan panjang gelombang(mem-blok UVatau cahaya biru)
 fokalitas(monofokal, bifokal, atau multifokal)

19
 derajat akomodasi
 tepiujung(ridge, persegi, atau tajam)
 kekuatan (plus, minus, atauplano)
 jenis koreksi
2.4.3 Tipe IOL
Selama dua dekade terakhir sejumlah besar berbagai jenis dan gaya lensa
telah dikembangkan. Bahan yang umum digunakan untuk produksinya adalah
polimetil metakrilat(PMMA). Kelas-kelas utama IOL berdasarkan metode
fiksasi dalam mata adalah sebagai berikut11,12:

1. IOL ruang anterior. Lensa initer letak seluruhnya di depan iris dan didukung
oleh sudut dari ruang anterior. ACIOL dapat di insersikan setelah ICCE atau

Gambar. Pseudophakia dengan implan


lensa intraokular ruang anterior Kelman
Multiflex12

ECCE. Lensa ini tidak begitu populer karena insidensi yang relatif lebih tinggi
dari kerato patibulosa. Ketika di indikasikan, tipe ACIOL Kelman multiflex
lebih sering digunakan12.
2. Lensa yang didukung iris. Lensa initerfiksasi padairis dengan bantuan jahitan,
loop atau pengait. Lensa ini juga tidak begitu populer karena tingginya
insidensi komplikasi pasca operasi. Contoh lensa yang didukung iris adalah
lensa kait iris Singhdan Worst.

20
Gambar. Lensa kait iris Singh & Worst9

3. Lensa ruang posterior. PCIOL terletak sepenuhnya di belakang iris. Lensa


dapat didukung oleh sulkus siliaris atau kantong kapsular. Tren terbarua dalah
fiksasi dalam kantung. Model yang umum digunakan dari PCIOL adalah
Cloop yang dimodifikasi12.
Tergantung pada bahan produksi, tiga jenis PCIOL yang tersedia yaitu11:

a. IOL rigid.IOL rigid modern seluruhnya terbuat dari PMMA.


b. Foldable IOL, untuk ditanamkan melalui insisi kecil(3,2 mm) setelah
fakoemulsifikas iyang terbuat dari silikon, akrilik, hidrogel dan Kolamer.
c. Rollable IOL adalah IOL yangs angat tipis.
Lensa ini ditanamkan melalui insisimikro (1mm) setelah teknik fakonit.
Lensa terbuat dar ihidrogel.

Tabel. Tipe PCIOL12

21
2.4.4 Desain IOL
Pada tahun 1970-an, ahli bedah yang menanamkan IOL terutama dibagi
menjadi mereka yang menggunakan ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE) dan
mereka yang menggunakan fakoemulsifikasi (fako) insisi kecil. IOL optik terbuat
dari PMMA, dengan dukungan haptic dari logam, polipropilen, atau PMMA.
Rigiditas bahan-bahan ini memerlukan insisi kecil fako diperbesar untuk insersi
IOL. Namun, dengan pengenalan foldable optic (terbuat dari silikon) pada akhir
tahun 1980, pembesaran tidak lagi diperlukan dan kombinasi dari
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL menjadi standar terapi10.

Pengaruh bahan lensa pada faktor-faktor seperti kekeruhan kapsul


posterior (PCO) telah diteliti, dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
IOL yang terbuat dari akrilik berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dari
PCO daripada yang terbuat dari silikon atau PMMA. Namun, penelitian yang
lebih baru menunjukkan bahwa desain lensa tepi adalah faktor yang lebih penting
dalam PCO daripada bahan lensa, seperti yang diusulkan Hoffer pada tahun 1979
dalam teori sawar tepi lensa. IOL dengan punggung anular atau persegi, tepi yang
terpotong menciptakan efek sawar pada tepi optik yang mengurangi migrasi sel ke
belakang optik dan dengan demikian mengurangi PCO. Konsep ridge
menyebabkan perkembangan dari IOL parsial-ridge dan meniskus, yang
digunakan untuk sementara waktu, dan desain tepi tajam digunakan saat ini10,12.

Bahan lensa juga memainkan peran dalam jumlah kondensasi yang


berkembang pada permukaan posterior IOL (terutama setelah kapsulotomi).
Selama vitrektomi, terdapat kondensasi yang kurang dan visibilitas baik dengan
IOL dari bahan akrilik dibandingkan dengan dari silikon. Minyak silikon
berkondensasi lebih mudah pada IOL silikon dari pada IOL yang terbuat dari
bahan lainnya. Dengan demikian, IOL silikon mungkin kontraindikasi untuk
kasus-kasus di mana minyak silikon akan digunakan. Beberapa telah
menyarankan untuk tidak menggunakan IOL silikon pada mata yang mungkin
berisiko untuk menjalani vitrektomi, seperti pada orang dengan diabetes atau
miopia tinggi10.

22
Meskipun peran sinar UV dalam kerusakan retina tidak jelas, filter UV
telah terbukti aman dan secara rutin dimasukkan ke dalam sebagian besar IOL.
Beberapa IOL menyaring cahaya tampak frekuensi tinggi (biru), dengan tujuan
mengurangi fototoksisitas ke makula10.

IOL plano tersedia untuk mata yang memerlukan kekuatan nol dalam
status afakia (pasien dengan miopia yang sangat tinggi). Penelitian telah
menunjukkan bahwa adanya IOL bermanfaat dalam mempertahankan integritas
struktural segmen anterior dan mengurangi kejadian jangka panjang terlukanya
retina dan ablasi retina10.

Piggyback lens (2 IOL dalam 1 mata, bifakia), ditanamkan baik bersamaan


ataupun berurutan, dapat digunakan dalam 2 situasi: (1) ketika kekuatan IOL
pasca operasi tidak benar, dan (2) ketika kekuatan IOL yang dibutuhkan lebih
tinggi dari apa yang tersedia secara komersial. IOL kekuatan minus dapat
digunakan untuk mengoreksi miopia ekstrim dan (seperti piggybacks) kesalahan
kekuatan IOL10.

Dua desain lensa dasar yang digunakan saat ini dibedakan oleh bidang
dimana lensa ditempatkan (ruang posterior atau ruang anterior) dan jaringan
pendukung lensa (kapsul / sulkus siliaris atau sudut ruang)10.

Lensa Ruang Posterior

Lensa Ridley dan model sebelumnya dari IOL lainnya dikaitkan dengan
komplikasi yang serius, yang mendorong dokter mata pada 1950-an untuk
mengalihkan perhatian mereka ke IOL ruang anterior, serta lensa prepupil. Pada
akhir tahun 1970-an, lensa intraokular ruang posterior (PCIOL) diperkenalkan
kembali dengan desain 2 loop planar dan terus berkembang, yang menghasilkan
sejumlah desain yang sukses. Perubahan 2 desain pertama adalah angulasi loop
haptics untuk mencegah

23
terperangkapnya pupil, yang tetap menjadi tampilan desain saat ini, dan
penambahan annular ridge posterior di perifer untuk mencegah PCO. Saat ini,
PCIOL merupakan IOL yang paling banyak digunakan dan umumnya digunakan
setelah ECCE, biasanya dengan fakoemulsifikasi.

Gambar. Lensa Ridley original10

Dengan PCIOL, optik dan dan haptic pendukung dimaksudkan untuk


ditempatkan seluruhnya dalam kantong kapsular, pada pasien dengan robekan
kapsul atau tidak adanya kapsul, penempatan dalam sulkus siliaris. PCIOL juga
dapat dijahit di tempatnya (dengan jahitan nonabsorbable) dalam kasus-kasus
dengan sisa dukungan kapsular yang buruk atau tidak ada. Atau, beberapa lebih
suka menggunakan penempatan yang baik, ukuran yang sesuai, dan mutu yang
modern dari lensa ruang anterior untuk menjahit lensa ruang posterior10.

24
Gambar. IOLruang posterior. A, desainJ-Ioop. B, Kratz-Sinskey
memodifikasilensaJ-Ioop. C.Simcoe memodifikasilensaC-Ioop. D. LensaKnolle.
E.lensaArnott10.

Lensa Ruang Anterior

Lensa intraokular ruang anterior (ACIOL) (misalnya, lensa Strampelli dan Mark
VIII) terletak sepenuhnya dalam ruang anterior, tetapi bagian optik dari lensa
didukung oleh “kaki” yang solid atau loop yang terletak pada sisi yang
berlawanan dari sudut ruang. ACIOL dapat dimasukkan dengan atau tanpa

dukungan kapsular dan merupakan gaya yang terkenal untuk insersi lensa
sekunder pada mata afakia ICCE10.

25
Gambar. IOLruang anterior. A, angle-supported lensolehStrampell. B, lensa
MarkVIII olehChoyce10.

Masalah tertentu dengan menggunakan ACIOL rigid adalah estimasi yang


tidak akurat dari ukuran lensa yang dibutuhkan untuk menjangkau ruang anterior.
Haptics harus terletak ringan di sudut ruang tanpa menyelipkan iris (terlalu besar)
atau propellering di ruang anterior akibat fiksasi yang tidak stabil (terlalu kecil).
Satu ukuran cocok untuk semua (misalnya, lensa Azar 91Z dan lensa Copeland)
dan desain loop tertutup tahun 1970-an dan 1980 menyebabkan banyak
komplikasi (uveitis persisten, hifema, edema makula kistoid, atrofi iris,
dekompensasi kornea, dan glaukoma), sementara produksi yang buruk
menyebabkan sindrom UGH (uveitis-glaukoma-hifema)10.

Gambar. ACIOL satu ukuran cocok untuk semua. A. Lensa Azar 91Z. B,
Lensa Copeland10

Masalah-masalah yang berat dapat menyebabkan bias terhadap ACIOL


yang bertahan sampai hari ini. Satu perubahan yang dibuat untuk membantu
meningkatkan status ACIOL adalah mempertahankan suplai lensa ini dalam
beberapa ukuran diameter. Charles Kelman, MD, menyelesaikan masalah yang
lebih penting dengan merancang ACIOL lathe-cut, potongan tunggal PMMA
dengan haptics yang mengabsorbsi kompresi minor dalam bidang optik; dalam
desain sebelumnya, optik pindah ke anterior, ke arah kornea, untuk mengabsorbsi
kompresi. Kelman Tripod originak telah digantikan oleh kuadripodal Multiflex II
saat ini dan desain serupa lainnya10.

26
Gambar. Lensa ruang anterioryang didesainolehKelman. A, Tripod original, juga
dikenalsebagaipregnant 7. B,MultiflexII10.

Selain itu, Kelman sangat mendesak dokter untuk mengukur diameter


kornea horizontal dengan hati-hati dan memeriksa status dan posisi haptics
dengan gonioskopi di ruang operasi segera setelah penempatan lensa. Bila ditinjau
dengan baik, konsep-konsep ini membuat implantasi modern ACIOL sebagai
alternatif yang sangat baik ketika PCIOL tidak dianjurkan. Satu kelemahannya
adalah bahwa mata yang ditanamkan ACIOL akan menjadi lebih lembut jika
digosok dengan keras. Dengan demikian, menggosok mata harus ditahan10.

Gambar. Lensa Kelman loop terbuka10

2.4.5 Indikasi IOL

27
Tren terbaru adalah implan IOL untuk setiap kasus katarak yang dioperasi,
kecuali kontraindikasi. Namun, operasi untuk katarak unilateral harus selalu
diikuti oleh implantasi IOL13.

2.4.6 Pemilihan IOL


Fakoemulsifikasi dengan kapsul posterior intak dan kapsul orheksis
anterior memungkinkan penggunaan PCIOL foldable (luka yang lebih kecil,
biasanya tanpa jahitan)yang dapat ditempatkan dalam kantung(lebih optik dan
fisiologis)11.

Dengan adanya luka kecil dikapsul anterior atau posterior, masih mungkin
untuk menanamkan lensa dalam kantung kapsular. Jika ada luka PC signifikan
tapi kapsul anterior utuh,pertimbangkan fiksasi sulkus dengan penangkapan IOL
optik di bawah kapsul orheksis anterior. Jika ada kerusakan kapsul anterior dan
posterior atau ketidak stabilan zonular, pertimbangkan ACIOL atau PCIOL yang
difiksasi dengan jahitan11.

Untuk ekstraksi katarak ekstra kapsular, insisi yang lebih besar cukup
untuk implantasi lensa PMMA rigid kedalam kantung ataus ulkus11.

2.4.7 Teknik Implantasi IOL


Teknik Bedah Implantasi IOL Ruang Anterior

Implantasi IOL ruang anterior dapat dilakukan setelah ICCE dan ECCE. Setelah
menyelesaikan ekstraksi lensa, pupil mengkerut dengan injeksi miotik (asetilkolin
1% atau pilocarpine tanpa pengawet) ke dalam ruang anterior. Ruang anterior
diisi dengan metilselulosa 2% atau sodium hialuronat 1 persen (Healon). IOL,
dipegang dengan forsep,dengan lembut diluncurkan keruang anterior. Haptic
inferior didorong kesudut inferior pada posisi jam 6 dan haptic superior didorong
ke dalam sudut atas.

28
Gambar. Insersi IOL Kelman Multifleks ke ruang anterior15

Teknik Implantasi IOL Ruang Posterior

 Implantasilensa intraokuler rigid


PCIOL ditanamkan setelah ECCE. Setelah ECCE selesai, kantung kapsular
dan ruang anterior diisi denganmetilselulosa 2% ataunatriumhialuronat 1%.
PCIOL, digenggamdengan bantuanforsep pemegang IOL. Hapticinferior
danoptikIOLdengan lembutdimasukkan kekantongkapsular di belakang
irispada posisi jam 6. Haptic superior diraih ujungnya, dan
denganlembutdidorongdan kemudian dilepasuntuk meluncurdi bagian atasdari
kantongkapsular dibelakang iris. IOL kemudian diputar keposisi horizontal11.

Gambar. Insersi haptic superior PCIOL dan memutar IOL9

 Implantasi foldable IOL


Implantasi dilakukan baik dengan bantuan holder-folder forceps atau injektor
foldable IOL12.

2.4.8 Efek Samping IOL


Berbagai defisit optik dapat muncul setelah implantasi IOL. Sementara
lensa buatan mengganti lensa katarak yang terdegradasi nyata dalam kualitas
optik, IOL ini juga dapat memperkenalkan beberapa efek samping visual.Efek
samping ini termasuk silau, halo, streaks, starbursts, bayangan, dan kabut.

29
Sementara sebagian besar pasien pseudophakia bebas dari efek ini dalam berbagai
situasi dan mentolerir masalah dalam beberapa situasi ketika mereka muncul,
sebagian kecil dari pasien menderita masalah yang sebanding atau lebih buruk
daripada keadaan sebelum operasi mereka. Memahami penyebab fenomenaoptik
memungkinkan bagi produsen untuk meningkatkan desain IOL merekadan
meminimalka npotensi masalah pada resipien di masa yang akan datang11.

30
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identitas Pasien
Berdasarkan identitas, didapatkan pasien seorang laki-laki berumur
76 tahun, hal ini sesuai dengan patofisiologi yaitu bahwa penyebab
terbanyak katarak disebakan degenerasi dan bertambah seiring dengan
bertambahnya umur.

3.2 Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien datang ke poli mata RS.
Bhayangkara Kediri, pasien mengeluhkan kiri kabur sejak kurang lebih 3
bulan, terasa mengganggu kabur dirasakan saat melihat jauh dan dekat,
terasa lebih berat pada siang hari, malam hari keluhan berkurang, saat
melihat seperti tertutup kabut. Kabur perlahan dan terus menerus. Pasien
mengeluh sering silau. Sehari-hari pasien memakai kacamata baca untuk
membaca. Penglihatan dobel (-), pusing (-), ngeres (-), belekan (-).
Riwayat penyakit memiliki hipertensi terkontrol dengan minum
obat amlodipin 5mgdan pasien menggunakan kaca mata baca untuk
membaca.
Pasien dengan keluhan mata putih dengan penurunan visus yang
bertahap maka dapat di diagnosis sementara dengan Katarak, glukoma
kronis, retinopati diabetikum dan hipertensi, ataupun kelainan refraksi.

3.3 Pemeriksaan
Berdasarkan hasil anamnesis dan faktor resiko usia lanjut. Hal ini
sesuai dengan hasil pemeriksaan tajam penglihatan pasien yang menurun
yakni visus OD 4/60, visus OS 1/60. Pada pemeriksaan segmen anterior
juga didapatkan ODs lensa keruh, iris shadow (-). Pada pemeriksaan
segmen posterior OS Fundus Reflek (-) dan tidak ada gambaran
mikroaneurisma pada mata kiri.

31
Pada teori visus 1/60, kekeruhan telah rata, Iris Shadow Test (-),
fundus reflek (-) sehingga dapat mengarah pada pada katarak matur.
Sedangkan untuk diagnosis lain seperti glukoma kronis, retinopati dan
kelainan refraksi kurang mendukung.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17. ECG. Jakarta
: 2014. Hal 11-12.
2. Budiono, S. Lensa dan Katarak dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata FK
Unair. Surabaya. 2013. Hal 79-103
3. Diah, M. 2011. Katarak Juvenil. Inspirasi No. XIV edisi oktober 2011 pp 37 –
50.
4. Bashour, Mounir. Congenital Cataract in Medscape. 2016. Online accessed 6
November 2017.
5. Ocampo, Vicente. Senile Cataract in Medscape. 2016. Online accessed 6
November 2017.
6. Graham, Robert. Traumatic Cataract in Medscape. 2016. Online accessed 6
August 2017.
7. Budiono. SMF Ilmu Penyakit Mata. RSUD dr. Soetomo. Katarak senilis
dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi III. Surabaya. 2006. Halaman.
47-50.
8. Said, Alfin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Vol. 01
pp 1 – 15 .
9. Goggin. Michael. 2012. Astigmatism- Optics, Physiology and Management.
Intech pp 59 – 74.
10. Saleh. Pedoman Diagnostik dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata Edisi
III Tahun 2006. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo. Presbiopia. Hal: 181-
182.Anonym. Cataract & Intraocular Lens Implant. Available from:
http://www.mhprofessional.com/handbookofoptics/pdf/Handbook_of_Opti
cs_vol3_ch21.pdf
11. Tsai JC, et al. 2011. Oxford American Handbook of Ophthalmology . Oxford
University Press :China pp.247-248

12. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 2010. New Age International


(P) Limited: New Delhi.p.195-197

33
13. Anonym. 2011. Clinical Optics. Basic Clinical Science Course. American
Academy of Ophthalmology:Singapore.p.203-211

34

Anda mungkin juga menyukai