Anda di halaman 1dari 42

DRAFT OSCE

GIS GUS
DIVISI OSCE
TIM AKADEMIK PROXIMA
1. INSERTING NASOENTERIC TUBE

G 2. HT & PE DEHYDRATION
3. HT & PE ACUTE ABDOMEN

I 4. HT & PE GROIN LUMP


5. IV LINE
S 6. HT & PE JAUNDICE
7. BREAST FEEDING COUNSELLING
1. PEDIATRIC BP MEASUREMENT
2. CATHETERIZATION PROCEDURE
G 3. HT & PE GUS

U
4. SUPRAPUBIC PUNCTURE
5. DIGITAL RECTAL EXAMINATION

S 6. VENEREOLOGICAL EXAMINATION
7. GRAM-STAINING
8. CIRCUMCISION

1
GIS 1
INSERTING NASOENTERIC TUBE

PREPARATION
1. Cek alat yang akan digunakan

Steril Non-steril
• Nasoenteric tube • Gloves • Kidney basin
• Catheter tip 50 cc • Lubricant • Gunting kain
• Syringe 60 cc • Stetoskop • Plester (potong bentuk celana; dari celana
• Penlight itupotong sedikit ujungnya untuk penanda
• Tray tube; potong biasa untuk tempel di pipi)

2. Informed consent (Pasien sadar  ke pasien; tidak sadar  ke keluarga)


“Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Berdasarkan rekam
medis,bapak akan dipakaikan selang dari lubang hidung sampai ke lambung untuk
memasukkan makanan/cairan ke dalam tubuh bapak. Mungkin akan terasa tidak nyaman, namun
saya akan berusaha baik-baiknya agar bapak tetap merasa nyaman. Bagaimana pak, sudah
mengerti? Bersedia?”
3. Cuci tangan dengan sabun antiseptik, keringkan.

IMPLEMENTATION
4. Pastikan privasi pasien dengan menutup tirai.
5. Posisikan pasien dengan posisi duduk dan dinaikkan bagian kepala tempat tidur sebesar 45̙˚ serta
leher yang sedikit menengadah.
6. Inspeksi nares (lubang hidung) dengan penlight dan pastikan kepatenan hidung pasien dengan
meminta pasien menutup salah satu lubang hidungnya dan bernapas melalui salah satu lubang
hidungnya.
“Bapak lebih nyaman bernapas pakai lubang hidung yang mana?”
*Kita akan memasukkan tube ke dalam lubang yang lebih tidak nyaman.
7. Gunakan gloves.
8. Ukur panjang tube menuju lambung dengan mengukur panjang dari ujung hidung ke daun
telinga lalu menuju ke xiphoid process. Lalu tambahkan 5 cm.
(Agar tidak usah ditambah 5 cm, bisa dengan melingkarkan tube-nya ke belakang telinga/
disangkutin)

2
9. Berikan tanda pada tube-nya setelah mengukur tadi,
bisa menggunakan plester atau spidol.
10. Lubrikasi pada ujung selang dengan menggunakan
water-based lubricant sepanjang 2-3 cm.
Masukkan perlahan-lahan ke posterior lewat hidung.
Dorong sampai mentok (daerah nasofaring; sekitar 1/5
panjang tube).
11. Jika pasien sadar dan kooperatif, minta pasien untuk
menelan ludah atau air untuk memfasilitasi lewatnya
tube.
12. Begitu tube berada di luar nasopharynx (terasa ada tahanan saat memasukkan tube), biarkan
pasien istirahat.
13. Minta pasien menunduk dan menelan. Masukkan tubenya selagi pasien menelan (jadi sambil
menelan sambil didorong secara perlahan, jangan dipaksa masukinnya)
14. Kalau pasien mulai batuk, tarik lagi tube-nya sampai ke nasofaring, lalu ulang lagi pemasukan
tube-nya.
15. Konfirmasi bahwa tube-nya sudah sampai di lambung dengan:
a. Letakkan stetoskop di atas xiphoid processes, lalu
sambungkan syringe dengan tube di ujung bebasnya.
Injeksikan udara sebanyak 30 ml (dengan tip kateter
50 ml). Tanda= Gargling sound (kayak blubup udara).
b. Aspirasi konten lambung dengan syringe, lalu cek
pH-nya menggunakan kertas lakmus.
c. X-ray abdomen.
16. Fiksasi tube-nya di nose bridge menggunakan plester
non-allergic atau tube attachment device.
a. Fiksasi ke hidung/bibir atas: Potong plester berbentuk celana. Tempel di nose bridge; salah
satu “celana”-nya ke nose bridge; satunya lagi dililit di tube.

b. Fiksasi ke pipi: Potong plester biasa, tempel di pipi bagian ipsilateral.

17. Tutupi bukaan tube menggunakan kantung plastik atau kantung urin (untuk drainase) atau
dilipat (untuk memberi makan). Caranya: lipat ujungnya jadi 2 (tekuk), lalu masukkan bagian
lipatannya ke ujung tube (yang oranye).

3
GIS 2
HT & PE DEHYDRATION

HISTORY TAKING
 SAPA, PERKENALAN, TANYA IDENTITAS
1. Sapa orang tua pasien
2. Perkenalkan diri
Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan ibu siapa?
Yang sakit ibu atau anak ibu?
Jawab: Anak saya dok.
3. Tanyakan identitas anak
Nama anaknya siapa? Usianya berapa/lahirnya tanggal berapa?
4. Tanyakan keluhan pasien
Ada keluhan apa bu anaknya?
Jawab: anak saya diare dok
 TANYA SEPUTAR DIARE
5. Onset & Duration: Sejak kapan diarenya? Sudah berapa lama?
6. Frequency & Amount: Dalam satu hari berapa kali BABnya? Berapa kali ganti popok?
Seberapa banyak mencretnya dalam 24 jam? (Kalau ibunya gak yakin) Kalau seukuran gelas
aqua ini, kira-kira seberapanya?
7. Nature of Diarrhea: Fesesnya berdarah, berlendir, atau encer tidak bu?
8. Progression of Complaint: Makin hari kondisi anaknya makin baik atau makin buruk bu?
 TANYA GEJALA LAIN YANG BERKAITAN
9. Apakah anak ibu mual atau muntah?
10. Apakah anak ibu demam atau batuk?
11. Kalo BAKnya ada masalah atau tidak? Terakhir BAK kapan?
12. Bu, anaknya dikasih ASI atau susu formula? BB turun/tidak? Sudah imunisasi apa saja?
13. Anak ibu akhir-akhir ini kelihatannya bagaimana? Apakah jadi rewel, gelisah, lemas, atau
sering kehausan? KLASIFIKASIKAN DEHIDRASINYA!

[kalau dehidrasinya tidak parah, puji ibunya karena tidak sampai dehidrasi]

4
14. CONCLUDE: Jadi ibu, saya simpulkan bahwa kemungkinan anak ibu mengalami diare
dengan tingkat dehidrasi (ringan/sedang/berat). Sekarang saya akan melakukan
pemeriksaan fisik untuk memastikan penyakitnya. Apakah ibu mengizinkan?
(kalau kasus nya HT & PE, informed consent sekaligus penutup HT, gak usah 2x IC)

PHYSICAL EXAMINATION
1. Sapa orangtua pasien
2. Perkenalkan diri
3. CUCI TANGAN lalu keringkan
4. Informed consent
Sekarang saya akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa anak ibu, agar
diagnosisnya lebih pasti. Apakah ibu mengizinkan?
5. Berdiri di kanan pasien. Periksa general appearance: apakah pasien terlihat lemas, gelisah,
atau tidak sadar?
+ Untuk bayi < 1 tahun, periksa fontanel (ubun-ubun), cekung atau tidak?
6. Periksa mata: apakah kelopaknya cekung? [Tanya juga sama ibunya apakah memang cekung
dari dulu atau tidak]
7. Periksa air mata: ada yang keluar saat bayi menangis atau tidak?
8. Periksa mukosa mulut dan lidah: kering atau basah? [pakai penlight]
9. Minta bayi untuk minum dan perhatikan apakah bayi akan meneguk dengan rakus dan
tampak haus, atau cenderung tidak ingin minum?
[Untuk anak < 1 tahun, suapin airnya menggunakan sendok; Untuk anak lebih kecil lagi
gunakan dot]
10. Periksa skin turgor dengan mencubit kulit perut bagian lateral dari umbilikus selama 1 detik.
Waktu kulit kembali normal lebih dari 2 detik atau tidak?
▪ 1-2 detik: Lambat
▪ 2 detik: Sangat lambat
11. Buka pampers dan lihat apakah fecesnya berdarah/tidak dan apakah terdapat ruam pada
bokong/tidak.
12. CUCI TANGAN lalu SIMPULKAN
Bu, pemeriksaannya sudah selesai. Berdasarkan hasil tanya jawab tadi dan pemeriksaan fisik,
saya menduga anak ibu menderita diare dengan tingkat dehidrasi (ringan/sedang/berat).

COUNSELLING [Jelaskan jika diminta pada kasus atau ditanya dokter penguji]
 Jadi bu, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa anak ibu menderita diare
dengan dehidrasi. Untuk itu, sekarang saya akan memberikan ibu oralit.
• Karena anak ibu menderita dehidrasi ringan dan usia anak ibu:
- < 2 tahun, maka ibu harus memberikan oralit ini sebanyak 50-100 mL per kali mencret.
- 2-10 tahun, maka ibu harus memberikan oralit ini sebanyak 100-200 mL per kali mencret.
- > 10 tahun, maka ibu harus memberikan oralit ini sebanyak yang anak ibu perlukan.
• Karena anak ibu menderita dehidrasi sedang, maka berikan oralit ini sebanyak 75 mL per
kilogram berat badan dan harus habis dalam waktu 3-4 jam.
[Kasih contoh penghitungannya: Anak ibu kan beratnya ___, maka dosis yang ibu perlukan
adalah ____ mL.]

5
• Karena anak ibu menderita dehidrasi berat, saya akan memberikan infus pada anak ibu
dengan dosis:
- < 1 tahun: 30 mL/kgBB dalam 1 jam lalu 70 mL/kgBB dalam 5 jam.
- > 1 tahun: 30 mL/kgBB dalam 0.5 jam lalu 70 mL/kgBB dalam 2.5 jam.

 Cara memberikan oralitnya adalah:


- Satu sachet oralit itu HARUS dilarutkan dalam 200 mL air/sekitar se-aqua gelas. Pastikan
semua bubuk telah tertuang.
- Misal dosisnya hanya 50 mL, oralitnya harus dipindahkan ke suatu wadah lain. Atau misal
butuh 600 mL artinya butuhnya 3 sachet dan 3 gelas. Sedangkan 750 mL butuhnya 4 gelas
dan 4 frenulum dengan sisa 50 mL.

 Dapat juga diberikan obat lain seperti obat seng untuk anak di:
- > 6 bulan 20 mg untuk 10-14 hari
- < 6 bulan 10 mg untuk 10-14 hari

 Selain itu saya sarankan ibu untuk saat ini tidak memberikan makanan yang berserat bagi
anak ibu, berikan minum susu bebas laktosa (kalo lactose intolerance), dan porsi makan
anaknya dibuat jadi lebih sedikit namun frekuensinya lebih sering. Hindari pemberian
minuman berkarbonasi, teh manis, kopi dan jus buah pada anak ibu.
 Baik ibu, apakah ibu sudah paham? Ada yang ingin ditanyakan? Semoga anaknya cepat
sembuh ya bu ☺

6
GIS 3
HT & PE ACUTE ABDOMEN

HISTORY TAKING
 SAPA, PERKENALAN, TANYA IDENTITAS PASIEN
Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan bapak/ibu
siapa? Usianya berapa pak/bu? Bapak/ibu tinggal dimana? Apakah bapak/ibu sudah menikah?
[Identitas penting: NAMA, USIA, MARITAL STATUS]
 TANYA SEPUTAR KELUHAN UTAMA
1. Silahkan ceritakan keluhan yang dialami pak/bu?  nyeri perut, dok
a. Onset: Sejak kapan?
b. Site of Onset & Site at Present: Sakitnya disebelah mana? Bisa ditunjukkan? Apakah sejak
awal nyerinya di tempat yang sama? Atau berasal dari tempat lain?
c. Severity: Dari skala 1-10 dengan 1 adalah skala paling tidak mengganggu aktivitas dan 10
adalah yang paling mengganggu aktivitas, seberapa parah sakitnya?
d. Aggravating & Relieving Factors: Apa yang memperberat/meringankan rasa sakitnya?
e. Duration: Ketika rasa sakit itu muncul, seberapa lama munculnya?
f. Progress: Dari hari ke hari, apakah makin baik/makin buruk?
g. Type of Pain: Sakit nya seperti apa? Apakah seperti ditusuk atau dihantam benda berat?
hilang timbul/ terus menerus?
h. Radiation: Apakah sakitnya menjalar ke tempat lain?
 TANYA GEJALA LAIN YANG BERKAITAN
2. GI function: apakah ada keluhan lain yang dirasakan? (biarkan pasien cerita dulu, baru tanya)
• Apakah ada mual dan muntah?
• Akhir-akhir ini, bagaimana nafsu makan bapak/ibu?
• Biasanya makan apa aja? Maaf, apakah bapak/ibu memakan makanan yang tidak biasa,
seperti rambut atau yang lain?
3. Bowel habit
• Bapak/ibu akhir-akhir ini, bagaimana BAB nya? Normal/sembelit/diare?
• Ketika BAB pernah memperhatikan warnanya? Warnanya apa pak?
• Apakah ketika BAB ada darah atau lendir?
4. Jaundice: Apakah bapak pernah menyadari, bahwa kulit bapak menjadi kuning?
5. Urinary function:
• Berapa banyak urin yang keluar? Apakah jumlahnya sama seperti sebelum-sebelumnya?
• Warna urinnya apa?
• Apakah ada rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah?
6. Gynaecological function: [KHUSUS WANITA]
• Ibu, bagaimana siklus menstruasinya? Apakah teratur?
• Apakah akhir-akhir ini menstruasinya terlambat atau bahkan tidak menstruasi?
• Apakah ada pendarahan/cairan tubuh yang tidak normal? [Jika ya] Warnanya apa dan
seberapa banyak?
7. Previous History:
• Pernah merasakan gejala yang sama seperti saat ini?

7
• Pernah mengalami pembedahan di daerah perut?
• Pernah ada demam atau luka di perut?
• Pernah minum obat apa saja?
• Apakah memiliki alergi?
8. DIAGNOSIS: Acute Appendicitis/Ovarial Cyst Torsion/Rupture
Jadi pak, setelah mendengar jawaban-jawaban bapak tadi, saya menyimpulkan bapak
menderita ........, untuk diagnosis pastinya, saya akan melakukan pemeriksaan fisik. Nanti saya
minta bapak untuk berbaring dimeja pemeriksaan dan diminta untuk membuka baju bagian
perutnya. Mungkin akan terasa sedikit tidak nyaman, tetapi akan saya lakukan sebaik
mungkin. Apakah bapak bersedia?

PHYSICAL EXAMINATION

1. Permisi pak, boleh dibuka bajunya di bagian perut saja?


[Setelah diperbolehkan, silahkan CUCI TANGAN dulu]
PRINSIP: Inspeksi-Auskultasi-Palpasi-Perkusi (IAPaPe)
2. INSPECTION
• Pergerakan napas. Apakah terlihat sesak? Cepat dan pendek? Thoracoabdominal/
Abdominothoracal?
• Pergerakan usus yang terlihat.
• Luka pada kulit perut atau bekas operasi.
• Distensi abdomen. [lihat dari samping, perhatikan garis antara suprapubis dan xypoid
prosesus] apakah terlihat berisi udara, cairan, atau fetus?
• Ruam atau perubahan warna. [seperti grey turner sign = hematome kanan kiri; cullen sign
= kemerahan periumbilical; echimosis = bercak merah di dinding abdomen]
• Massa seperti tumor, hernia, atau tumor dengan pulsasi?
3. AUSCULTATION
Gunakan stetoskop bagian diaphragm, letakkan diperut (dari area ga sakit ke yang sakit).
Dengarkan bowel sound dan brui selama min. satu menit. [Normalnya 5-15x/menit]
• Ada/tidak?
• High-pitched & hyperactive?
• Metallic sound? [bunyi seperti tetesan air]
• Vascular bruit?
4. PALPATION
Pasien suruh nunjuk bagian paling nyeri.
Palpasi dengan menggunakan palm of hand dari lokasi terjauh dari tempat ternyeri.
Perhatikan apakah ada:
• Muscle rigidity: terdapat tahanan otot saat menekan abdomen.
• Nyeri tekan dan nyeri lepas: tanyakan nyeri atau tidak ketika ditekan dan dilepas.
• Murphy sign: palpasi di arcus costarum kanan, minta pasien inspirasi dalam. (+) bila
ditekan tiba-tiba berhenti bernapas. (+) pada gangguan gallbladder.
• Rovsing’s sign: bersifat kontralateral. Contohnya, bila nyeri dipalpasi pada sisi kiri, pasien
akan merasakan nyeri di sebelah kanan.
• Psoas sign: minta pasien untuk angkat kaki kanan sebesar 45 derajat (pada apendisitis akan
terasa nyeri).

8
• Obturator sign: posisi pasien supinasi, fleksikan kaki kanan sebesar 90 derajat, knee putar
ke medial.
• Massa: tentukan ukuran, konsistensi, kira-kira isinya apa (cairan, massa solid etc.), pulsasi.
5. PERCUSSION
Gunakan jari kiri dengan jari tengah hiperekstensi lalu diketuk dengan jari telunjuk tangan
kanan. Dimulai dari lokasi terjauh dari pusat nyeri.
• Tympanic/dull?
• Shifting dullness – Awalnya perkusi biasa, tentukan mana yang tympanic mana yang dull.
Lalu minta pasien berbaring ke kiri, lalu diperkusi lagi. Yang tadinya dull akan jadi tympanic
dan sebaliknya.
• Perkusi daerah liver. Normalnya adalah dull, apakah menghilang bunyi dull nya?
6. DRE [hanya di ucapkan]
• Pasien buka celana, posisi lithotomy, gunakan jari telunjuk untuk colok dubur.
• Yang dinilai : kekuatan spinchter ani, mucosa licin/ada masa, collapsed ampulla/tidak,
nyeri tekan atau tidak.
• Pada pasien appendicitis, nyerinya akan di arah jam 9-12, sedangkan untuk appendicitis
yang ruptur akan terasa nyeri di seluruh bagian rektum.
7. Baik pak, pemeriksaannya telah selesai. Bapak boleh memakai bajunya kembali. Terima kasih.

9
GIS 4
HT & PE GROIN LUMP

HISTORY TAKING
 SAPA, PERKENALAN, TANYA IDENTITAS PASIEN
Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan bapak/ibu
siapa? Usianya berapa pak/bu? Bapak/ibu tinggal dimana? Apakah bapak/ibu sudah menikah?
[KHUSUS WANITA SUDAH MENIKAH] Sudah pernah hamil berapa kali? Sekarang sudah punya
berapa anak?
 TANYA SEPUTAR KELUHAN UTAMA
1. Silahkan ceritakan keluhan yang dialami pak/bu?  benjolan di selangkangan, dok
a. Location: Benjolannya disatu sisi/kedua-duanya ada?
b. Onset: Sudah berapa lama? acute (< 2 minggu)/chronic ( 2 minggu)
c. Size: Seberapa besar benjolannya saat ini? Sebesar kelereng/bola tenis/seperti apa?
d. Nature of The Lump: apakah benjolannya hilang timbul/menetap?
- Intermittent/hilang timbul:
• Bila dibalikkin?
• Merasa tidak nyaman?
• Faktor apa yang memperparah dan meringankan?
- Persistent/menetap:
• Makin hari makin besar/mengecil?
• Disertai nyeri/tidak?
• Ada nyeri perut? [Jika ya] terus menerus (strangulata) / hilang timbul (incarcerata)
e. Related Symptoms:
- GI function: mual, muntah, sembelit?
- Urinary function: BAKnya gimana? Nyeri saat berkemih? Jumlah urin? Bangun malam
untuk kencing? Pancaran kencingnya gimana?
- Fever (strangulata): Demamnya sebelum atau sesudah benjolan? Hilang timbul/terus
menerus? Disertai keringat saat malam hari/tidak?
f. Previous History:
- Pernah mengalami benjolan yang sama sebelumnya? [Jika ya] Dimana? Apakah sama
dengan lokasi benjolan saat ini?
- Pernah mengalami pembedahan hernia?
- Pernah batuk berkepanjangan? Penyakit kuning? Luka?

PHYSICAL EXAMINATION *hanya untuk hernia reponible & irreponible

 PREPARATION
1. Cek perlengkapan dan pastikan pencahayaan yang cukup.
• Meja pemeriksaan
• Stetoskop
• Penlight
• Gloves

10
2. Informed Consent (jelaskan prosedur dan tujuannya ke pasien).
“Berdasarkan keluhan bapak, saya akan memeriksa benjolan di lipatan paha bapak.
Sebelumnya maaf, nanti saya akan meminta bapak untuk membuka celana dan memegang
bagian lipatan paha untuk keperluan pemeriksaan. Mungkin akan terasa tidak nyaman, namun
saya akan berusaha sebaik-baiknya agar bapak tetap merasa nyaman. Bagaimana pak, sudah
mengerti? Bersedia?”
3. Cuci tangan dengan sabun antiseptic.
4. Keringkan dengan tisu dan pakai gloves.
 GENERAL EXAM
5. Cek
• Kesadaran: (tidak sadar = strangulata)
• Mood: apakah terlihat stress? Gelisah? Kesakitan?
• Immobile: apakah pasien masih bisa bergerak?
• Warna kulit: apakah pucat? Kemerahan?
6. Jika pasien mampu berdiri, minta pasien berdiri di depan kita. Posisi kita lebih rendah dari
pasien. Kemudian minta pasien buka celana untuk mengekspos bagian lipatan paha. Kalau
tidak ada benjolannya, minta pasien melakukan valsava maneuver (tutup hidung lalu
mengedan).
7. Jika ada benjolan
• INSPECTION:
- Warna, kemerahan?
- Bentuk
- Lokasi
- Ukuran
- Edema kulit
• PALPATION:
- Nyeri/tidak?
- Isinya? (usus  lembek, air  kenyal, tumor  keras)
- Batas? Jelas/tidak?
- Bisa digerakkan?
- Hangat/tidak?
• TRANSILLUMINATION TEST
Tempelkan senter ke benjolan: kalau cahaya berpendar maka isinya cairan, kalau tidak
tembus maka isinya padat.
8. Coba masukkan benjolan secara manual dengan jari telunjuk, dimulai dari external
ring/superficial ring atau bagian paling bawah dari benjolan menuju internal ring/deep ring.
(Penunjuk anatomis: Anterior Superior Iliac Spine, Pubic Tubercle)
Jika gagal, jangan dipaksa.
Jika berhasil maka benjolan hilang dengan atau tanpa bunyi gurgle (kayak blubup udara)

11
9. Letakkan satu jari telunjuk di external ring dan jari telunjuk lainnya di internal ring. Minta
pasien melakukan valsava maneuver, perhatikan jika ada benjolan yang keluar dari ring.
Tentukan posisi lump terhadap inguinal ligament:
a. Indirect inguinal hernia (tidak ada benjolan; jika jari
telunjuk dilepas, akan muncul benjolan)
b. Direct inguinal hernia (benjolan bulat di atas inguinal
ligament)
c. Femoral hernia (benjolan dibawah inguinal ligament)
10. Minta pasien berbaring di meja pemeriksaan dengan
posisi supinasi.
11. Periksa tanda-tanda vital: Temp, PR, BP, RR.
12. Lakukan pemeriksaan sistem lainnya, termasuk cardio-
pulmonary system.
13. Minta pasien untuk mengekspos daerah perut dan lipatan paha.
 GROIN EXAM
14. Lakukan pemeriksaan daerah lipatan paha (sama seperti saat berdiri).
15. Simpulkan diagnosis.
“Jadi pak, setelah pemeriksaan fisik dan wawancara, saya menyimpulkan bahwa bapak
mengalami hernia tipe reponible/irreponible/incarcerata/strangulated yang indirect/direct/
femoral. Terima kasih, pak.”

Grading hernia:
1. Reponible: Usus bisa masuk lagi tanpa masalah, tidak ada gejala sakit.
2. Irreponible: Karena lubangnya sudah terlalu besar sehingga usus tidak bisa dikembalikan
lagi, tidak ada gejala sakit.
3. Incarcerata: Usus tidak bisa dikembalikan, ada gejala nyeri kolik dan susah buang air besar.
EMERGENCY!
4. Strangulation: Saking ususnya terjepit jadi pembuluh darahnya sudah mati. Sakitnya jauh
lebih parah dari incarcerata, tapi kolik. Bisa toksik dan terjadi leukositosis.

12
GIS 5
IV LINE

1. Persiapkan alat.

Steril: • Cannula IV catheter nomor 24 (biru)/22


• Botol infus/phlebot (kuning)/20 (pink)/18 (hijau)/16 (oranye)
• Infusion set (yang tidak ada filternya) *pastikan sudah terbuka*
*prosedurnya jelasin setelah IC* • Alcohol swab
- Pastikan pengontrol flownya di atas
(deket phlebot). Non-steril:
- Tusuk bagian atas selangnya ke phlebot • Gloves
(di out), gantung phlebot. • Gunting kain
- Pencet tabung beberapa kali sampai ke • Plester (potong 3)
garis yang ada di tabung untuk mengisi • Tempat sampah benda tajam
cairan ke tabung tersebut. • Kidney basin
- Kalau ada udara di selang, digulung-
• Medical record
gulung, dialirkan, atau disentil-sentil
sampai udaranya tidak ada. • Torniquet

2. Pastikan identitas pasien pada medrec: Nama, umur, tanggal lahir, no. medrec.
3. Sapa, perkenalan, informed consent.
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar dengan
bapak Y? Usia __ tahun?
Menurut rekam medis, bapak memerlukan pemasangan infus. Jadi sekarang saya akan
memasangkan infus pada bapak, gunanya untuk memasukkan obat atau cairan ke dalam tubuh
bapak. Nanti saya akan menusukkan jarum ke tangan bapak. Mungkin akan terasa sakit, namun
saya akan berusaha sebaik-baiknya agar bapak tetap merasa nyaman. Bagaimana pak, sudah
mengerti? Bersedia?”
4. Siapkan infusion set. (jelaskan prosedur yang ada di persiapan alat)
5. CUCI TANGAN dan PAKAI GLOVES
6. Tentukan vena yang mau ditusuk.
a. Pilih vena di tangan non-dominan.

13
b. Pasang torniquet pada bagian proximal dari vena yang ingin ditusuk (biasanya di forearm
pasangnya).
c. Boleh ditepuk-tepuk tempat venanya agar lebih jelas.
7. Swab daerah vena yang ingin ditusuk dengan alcohol swab dari proximal ke distal (searah), 2x.
8. Minta asisten untuk membuka cannula. *kalau pas OSCE kayanya udh kebuka, ucapin aja*
9. Fiksasi venanya di distal dari tempat tusuk (tekan menggunakan ibujari/skin taut).
10. [Sebelumnya pastikan kalau kateternya bisa dibuka tutupnya, suka keras soalnya]
Tusuk IV catheter sedalam ¼ inch (kurang lebih ½ cm) dibawah kulit dengan bevel menghadap ke
atas, tusuk dengan sudut 20˚-30˚.

11. Pastikan darahnya masuk ke bagian bening kateternya. Backflow (+)


12. Kalau darah sudah masuk, landaikan lalu dorong bevel ke
dalam sambil tarik jarumnya ke luar pelan-pelan. Jangan
cabut full dulu.
13. Pastikan ada flashback (+) [ada darah mengisi ruang
cannula]
14. Bendung vena di bagian proximal tempat tusuk biar tidak
belepotan darahnya, lalu buka torniquet. 12
15. Cabut jarumnya, tutup dengan one-hand technique.
Buang ke tempat sampah benda tajam.
16. Colok infusion set-nya ke kateter, lalu buka flow
regulatornya (buka = slide ke atas). Pastikan cairan phlebot
mengalir.
17. Fiksasi menggunakan plester: [Enaknya lihat video]
a. Angkat kateter, selipkan plester di bawahnya. Turunkan
lagi kateternya, tempelkan ke plester. Lalu silangkan
kedua ujung plester jadi membentuk bentuk pita AIDS. 14
b. Plester ujung kateter yang masih berdiri-diri.
c. Loop selangnya, plester, biar selangnya gak ke mana-
mana.
18. Buka gloves, buang semua peralatan yang tidak digunakan.
19. Dokumentasi:
- Tanggal, waktu, lokasi.
- Melakukan apa: Memasukkan IV catheter.
- Respon pasien.
- Nama dan tanda tangan operator

14
GIS 6
HT & PE JAUNDICE

HISTORY TAKING
 SAPA, PERKENALAN, TANYA IDENTITAS PASIEN
Selamat pagi pak/bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan bapak/ibu
siapa? Usianya berapa pak/bu? Bapak/ibu tinggal dimana? Pekerjaannya apa? Apakah
bapak/ibu sudah menikah? Maaf pak, kalau boleh saya tau BB nya berapa ya pak? Apakah bapak
merasa mengalami penurunan BB?
[PENTING! NAMA, UMUR, BB/PENURUNAN BB]
 TANYA SEPUTAR KELUHAN UTAMA
1. Silahkan ceritakan keluhan yang dialami pak/bu?  kulitnya jadi kuning
a. Onset/Duration: Sudah berapa lama? Hilang timbul/terus menerus?
b. Progression: Semakin hari apakah kondisi kuningnya semakin parah?
 RELATED SYMPTOMS
2. Demam? [Jika ya] Kapan pak? Sebelum/setelah kuning?
3. Gatal/tidak? [Jika ya] Di mana? Pernah mengalami hal yang sama sebelumnya?
4. Mual/muntah? Nafsu makannya bagaimana pak? apakah ada penurunan nafsu makan?
5. Muntah darah? Atau BAB berdarah?
6. Warna feses bapak bagaimana? Kuning, pucat (acholic), atau seperti aspal (melena)?
7. Warna urin-nya bagaimana pak? (Apakah coklat pekat seperti teh?)
8. Benjolan pada perut bapak?
 PREVIOUS HISTORY
9. Pernah kuning seperti ini juga tidak sebelumnya?
10. Biasanya bapak kalau makan di mana? Suka jajan makanan di luar atau di pinggir jalan
tidak pak? *curiga poor food hygiene*
11. Sebelumnya ada riwayat megonsumsi obat? Obat apa pak? Apakah pernah mengonsumsi
obat untuk TB?
12. Apakah bapak pernah melakukan transfusi darah? Terkena luka tusuk dalam 6 bulan
terakhir?
13. Apakah ada riwayat keluarga yang mengalami keluhan kuning juga?
14. Apakah pernah divaksin hepatitis?
15. Mohon maaf pak, saya akan menanyakan pertanyaan yang bersifat pribadi:
- Apakah bapak pernah ditato? Mengkonsumsi alcohol? Atau menggunakan narkoba yang
disuntik?
- Bagaimana aktivitas seks bapak selama ini? Dengan satu pasangan atau lebih?

PHYSICAL EXAMINATION

 INFORMED CONSENT
“Baik pak, sekarang saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada bapak, jadi nanti saya akan
memeriksa kepala, dada, perut, dan kaki-tangan bapak. Mungkin akan terasa sedikit tidak
nyaman, namun saya akan berusaha sebaik-baiknya agar bapak tetap merasa nyaman. Nanti

15
bapak akan diminta untuk membuka baju bapak. Bagaimana pak, mengerti? Apakah bapak
bersedia?
 PREPARATION
1. Cuci tangan, pakai gloves.
2. [khusus untuk anak-anak] minta izin ke orang tua nya terlebih dulu.
 GENERAL APPEARANCE
(cek kesadaran dan lihat dari jauh apakah nampak kuning/tidak?)
 KEPALA
3. Konjungtiva: anemik? [Tarik kelopak bagian bawah, liat dari atas, bandingkan kanan-kiri]
4. Sklera: ikterik? [Tarik kelopak atas, minta pasien liat kebawah, bandingkan kanan-kiri]
5. Frenulum lidah: ikterik? [frenulum: bagian bawah lidah yang ada lemaknya, minta pasien
angkat lidah lalu liat pakai penlight]
6. Fetor hepaticum: [bau mulut khas orang penyakit liver]
7. Minta pasien untuk mengekspos area abdomen
 THORAX
8. Gerakan pernapasan [posisi kita melihat dari kaki pasien, menghadap ke dada dan perut
pasien] Thoracoabdominal/Abdominothoracal?
9. Gynecomastia: pembesaran payudara pada laki-laki
10. Spider naevy [seperti laba-laba dan biasanya kemerahan
menandakan hyperestrogenemia. Konfirmasi menggunakan object
glass. Pucat/tidak? Kalau diangkat, warnanya kembali/tidak?]
(+) spider navi: tidak pucat dan tidak kembali warnanya
 ABDOMINAL EXAMINATION
INSPECTION
11. Caput medussae [adanya bagian yang seperti ular/laba-laba di
sekitar umbilicus (varises di perut) [Jika ada] Kontur? Lokasi? Ada
inflamasi?]
12. Distensi abdomen [lihat dari samping dan ujung kaki]

AUSCULTATION

13. Periksa bising usus dan bruits selama 1 menit (normalnya terdengar)
[letakkan stetoskop pada perut pasien, jelajahi 4 quadrant masing-masing 1 menit]

PALPATION
Palpasi liver  cek ada hepatomegaly atau tidak

16
a. Posisi kita ada di sebelah kanan pasien.
b. Letakkan tangan kiri kita di belakang pasien sejajar dan mengsupport tulang rusuk kanan
ke 11 dan 12 pasien dan jaringan di sekitarnya.
c. Minta pasien untuk relaks. Kalau sudah relaks, otot perutnya tidak ada kontraksi.
d. Tekan tangan kiri kita keatas agar liver pasien akan lebih mudah terasa.
e. Letakkan tangan kanan di sebelah kanan abdomen, lateral dari otot rectus, dengan jari-jari
tangan di bawah batas bawah dari liver dullness (SIAS kanan).
f. Minta pasien untuk menarik napas yang dalam.
g. Rasakan batas liver saat menyentuh jari-jari kita.
h. Jika teraba, cek konsistensi, kontur ujung, dan rasa sakit.
Batas liver normalnya lembut, tajam, reguler, permukaan halus, agak sakit.
i. Saat pasien buang napas, ikuti arah gerak livernya (ke atas).
j. Ukur dari bawah costal margin (ikuti bentuk rusuknya) sampai ke xyphoid processus (ujung
sternum). Saat periksa di xyphoid processus, pasien tidak usah tarik napas.
k. Jika ada pembesaran liver, ukur panjang dari bawah costal margin dan processus xyphoideus
hingga umbilical.

PERCUSSION

• Batas paru hepar


a. Dari midclavicular kanan, perkusi ke bwah sampai ketemu dull.
b. Kalau ketemu dull, minta pasien tarik napas, lalu tahan.
c. Perkusi bagian dull tadi, mestinya jadi sonor saat tahan napas. Berarti itu batasnya
• Cek shifting dullness
a. Perkusi perut dari medial ke lateral kanan dan kiri dan
ke bawah (sentralnya umbilikus).
b. Tentukan perubahan timpani ke dull. Dull-nya di mana?
c. Misal dull-nya di kiri, minta pasien berbaring ke
contralateralnya (kanan).
d. Perkusi lagi dari medial ke lateral.
e. (+) kalau yang tadinya timpani jadi dull dan sebaliknya.
 EKSTREMITAS
14. Flapping tremor: Tangan di dorsofleksi, terus lepas. (+) kalau turunnya gemetar.

15. Palmar erythema: Telapak tangan/kaki merah banget. [bandingin sama telapak tangan kita]
16. CONLUSION: Baik pak, pemeriksaan sudah selesai, silahkan dipakai bajunya. Terima kasih.

17
GIS 7
BREASTFEEDING COUNSELLING

1. Selamat pagi/siang bu. Perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di klinik ini. Dengan ibu siapa?
Nama bayinya siapa, bu? Usia anaknya berapa?
2. Ibu ada yang ingin diceritakan? Keluhannya apa bu? “nyeri saat menyusui dok”
3. Baik bu, bolehkah saya melihat cara ibu menyusui?
4. Puji sang ibu: Cara ibu menyusui sudah benar bu. Ibu juga sudah bagus mau memberikan ASI
EKSKLUSIF ke anak ibu. Nah saya ada beberapa saran untuk ibu, agar ibu merasa menjadi lebih
nyaman saat menyusui. Apakah ibu bersedia mendengarkan saran saya?
Boleh sambil dipraktikan selagi saya menjelaskan bu [kita juga praktikan di manekin]

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat ibu akan menyusui bayi:
1. POSISI IBU DAN BAYI
• Pastikan saat menyusui, ibu dalam kondisi relaks dan nyaman.
• Pastikan pula posisi bayi ibu:
- Posisi kepala bayi dan badan harus sejajar bu, seperti
ini (contohkan cara pegang bayinya)
- Arahkan wajah bayi sehingga berhadapan dengan
payudara, dengan bagian hidung menghadap puting.
- Gendong badan bayi sedekat mungkin dengan ibu
- Bila bayinya baru lahir, maka bagian bokongnya harus
di topang, tidak hanya kepala dan bahu.
2. POSISI PAYUDARA IBU
• Ibu posisikan payudara ibu. Caranya adalah topang
dengan 4 jari dibagian bawah payudara dan ibu jari di bagian atas puting. Jangan ditopang
seperti posisi menggunting ya bu.
3. STIMULASI ROOTING REFLEX
• Sentuh hidung bayi dengan puting ibu, hingga bayi menghadap ke payudara. kemudian,
sentuh bibir atas bayi ibu dengan puting hingga mulut bayi terbuka, lalu masukkan puting
dan seluruh areola ke dalam mulut anak ibu.
4. ATTACHMENT
• Nanti ibu akan melihat areola di atas mulut bayi ibu lebih banyak dibanding areola bawah.
• Mulut bayi terbuka lebar.
• Bibir bawah bayi ibu akan lebih membuka.
• Bagian dagu bayi akan menempel payudara.
5. Bagaimana bu rasanya sekarang?
6. Ibu saya juga akan menambahkan informasi lain tentang pemberian ASI.
• Walaupun terkadang ibu merasakan nyeri saat menyusui, ibu harus tetap memberikan ASI
untuk bayi ibu.
• ASI ini mengandung nutrisi yang sesuai dengan setiap usia bayi bu. Ketika anak ibu berusia 4
bulan dan 5 bulan, kandungan ASI berbeda bu, menyesuaikan usia bayi. Nutrisi yang ada pada
ASI juga sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak ibu. Anak ibu juga akan
memiliki daya tubuh yang lebih baik dibanding dengan memberikan susu formula.

18
• Ketika ibu memberikan ASI pada bayi ibu, maka akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan
bayi, dibandingkan dengan pemberian susu formula. Selain itu, susu formula juga dapat
membuat bayi ibu mudah mengalami diare, infeksi, alergi, dan obesitas.
• Ibu, ASI ini sebaiknya diberikan secara eksklusif selama 6 bulan. Maksudnya ASI eksklusif adalah
ibu tidak boleh memberi makan atau minuman apapun selain ASI. Setelah usia 6 bulan, ibu
boleh memberi makanan pendamping ASI, tetapi ASI tetap dilanjutkan hingga bayi ibu berusia
2 tahun
• Jika ibu harus bekerja dan meninggalkan bayi ibu, ibu dapat memompa ASI dan disimpan di
kulkas.
7. Apabila ASI ibu susah keluar atau keluarnya sedikit, saya mempunyai beberapa tips bu.
• Saat menyusui, ibu harus merasa rileks, senang, dan berpikir posiif.
• Saat menyusui, mulailah dari satu payudara terlebih dahulu. Pastikan payudara pertama terasa
kosong, setelah itu boleh bilabayi ibu masih ingin ASI, maka berikan payudara kedua. Bila
payudara kedua terasa penuh tetapi payuara pertama belum kosong, maka ASI di payudara
kedua dapat ibu tampung di botol.
• Untuk merangsang pengeluaran ASI, ibu dapat merangsang dengan memberikan pijatan dengan
kedua ibu jari di bagian pinggir tulang belakang. Pijat pelan-pelan dan memutar dari atas
punggung sampai ke batas atas tali BH atau batas celana ibu, 15-30 menit 2x sehari. Posisi ibu
terlungkup di meja, rileks, lalu boleh minta bantuan suami atau orang rumah untuk memijat.
8. Bagaimana ibu, ada yang ingin ditanyakan? Terima kasih ibu.

19
GUS 1
PEDIATRIC BP MEASUREMENT
PREPARATION
 CEK ALAT
1. Sesuaikan ukuran cuff bladder dengan ukuran tubuh anak.
2. Pilih cuff dengan lebar cuff menutup ½ - ¾ lengan
atas atau 40% pada titik tengah antara olecranon
dan acromion. Panjang cuff menutupi 80-100%
lingkar lengan atas.
3. Cek kebocoran atau kerusakan mekanik lain pada Lebar
sphygmomanometer
- Coba pompa. Apakah raksanya naik? Bila tidak
mungkin ada obstruksi selang atau kunci Panjang
sphygmonya belum dibuka.
- Buka kunci sphygmo. Coba pompa lagi, apakah naik/tidak? Bila naik maka tidak ada
kebocoran, bila naik tapi turun lagi tandanya ada kebocoran.
- Kunci valvenya searah jarum jam (ke kiri).
- Buka valvenya ke kanan.
- Kalau ada udara, buka katup sphygmo, goyangkan sphygmo ke kanan dan kiri.
 CEK TEMPAT
4. Pastikan bahwa tempatnya tenang dan kondusif bagi pasien.
 CEK PASIEN
5. Pastikan pasien tidak sedang mengkonsumsi obat stimulant atau makanan tertentu.
[Jika habis minum obat/makanan] Tulis di medrec/cek lagi sesuai dengan DOA obatnya.
6. Untuk anak yang lebih besar: Duduk selama 5 menit sambil didampingi, lengan yang diperiksa
(tangan dominan) harus sejajar jantung. Duduk dengan kaki menggantung.
Untuk anak yang lebih kecil: Berbaring dengan lengan lurus di samping badan

BLOOD PRESSURE MEASUREMENT


7. Tutupi lengan atas dengan cuff bladder ±3 cm dari fossa cubiti/siku. (3 cm kalau anaknya sudah
besar/remaja)
8. Raba fossa cubiti untuk menentukan posisi arteri brachialis, lalu letakkan stetoskop diatasnya.
9. Raba arteri radialis. Pompa, naiknya 20-30 mmHg setiap kali pompa. Setelah denyut di palpasi
hilang, letakkan stetoskop di cuff. Lalu tambahkan 20-30 mmHg lagi tekanannya.
10. Buka valvenya, turunkan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik.
- Ketika terdengar suara tegas pertama, itu adalah systole atau Korotkoff I (fase 1).
- Lalu lanjut dengar fase 2, fase 4, dan fase 5.
- Lanjutkan sampai terdengar suara tegas terakhir dan suaranya menghilang. Suara tegas
terakhir tersebut adalah diastole atau Korotkoff IV. (pada dewasa biasanya Korotkoff V).
11. Kempiskan bladder, turunkan raksanya hingga habis. Lalu kunci kembali sphygmonya.

INTERPRETATION

20
12. Sesuaikan hasil pengukuran tekanan darah dengan chart umur dan persentil tekanan darah.
[Plot pada chart stature for-age-dulu (sesuaikan dengan jenis kelamin anak)]
13. Sesuaikan persentil tinggi yang didapat dengan umur anak. Lihat range tekanan darah normal
anak harusnya berapa. Bandingkan dengan hasil pengukuran yang kita punya.
(1) Pastikan chartnya sesuai dengan jenis kelamin pasien.
(2) Cari umur anak di kolom paling kiri.
(3) Cari persentil tinggi anak di kolom mendatar atas. Plot di bagian systole dan diastole.
▪ Kalau persentil tingginya di bawah persentil 3rd, ambilnya persentil 5th (persentil paling
rendah) di persentil tinggi di chart BP. Untuk yang lebih tinggi juga berlaku hal yang sama.
(4) Sesuaikan blood pressure kita, cari persentil BP yang sesuai.
(5) Kalau BP-nya jatuh pada persentil 95th sama 99th, tambah 5 mmHg dulu.
(6) Klasifikasikan stage hypertension-nya

• >90th percentile: PREHYPERTENSION


• >95th percentile + 5 mmHg: STAGE I HYPERTENSION
• >99th percentile + 5 mmHg: STAGE II HYPERTENSION
• Systolic > 180 mmHg or diastolic > 120 mmHg: CRISIS HYPERTENSION

Pada contoh, persentil 99th systolic BP pasien kan 125. Tambah dulu 5 mmHg = 130 mmHg.
Systolic BP pasien kan 170, jadi 170 itu lebih besar daripada persentil 99th BP + 5 mmHg.
Artinya, systolic BP pasien diklasifikasikan pada stage II hypertension.
Persentil 99th diastolic BP pasien 86. Ditambah 5 mmHg = 91 mmHg. Diastolic BP pasien kan
100, berarti lebih besar dari persentil 99th BP + 5 mmHg. Artinya, diastolic BP pasien
diklasifikasikan pada stage II hypertension.
▪ Kalau BP anak kurang dari persentil 95th/99th + 5 mmHg, diklasifikasikannya ke bawahnya.
14. CONCLUDE: Dari hasil pengukuran, systolic dan diastolic BP pasien adalah __/__, maka pasien
didiagnosa sebagai stage II hypertension.
▪ Kalau misalnya klasifikasi systolic sama diastolic-nya beda, ambil yang paling tinggi stage-nya.

21
22
23
GUS 2
CATHETERIZATION PROCEDURE
ASSESSMENT
1. Nilai pasien dan cek indikasi penggunaan kateter.

2. Tentukan apakah kateter yang digunakan untuk sementara atau terus-menerus.


3. Tentukan jenis kateter yang dibutuhkan, apakah straight, condom, atau indwelling catheter
(pilih indwelling/folley catheter).
4. Nilai apakah butuh perineal care/tidak.
5. Nilai apakah butuh pengumpulan specimen/tidak.

PLANNING

6. CUCI TANGAN dengan sabun antiseptic


7. Pilih tipe dan ukuran kateter yang spesifik (dewasa = 16, bayi = 6-8)
8. Siapkan peralatan
Steril: Non-steril:
a. Alat a. Alat
- catheterization set (sebutkan jenis kateter dan ukuran) - kantung urin
- duk bolong - sumber cahaya (lampu)
- cotton swab - gunting kain
- syringe 10 cc - plester (dipotong dulu)
- Gloves steril - korentang
- Mangkuk( kontainer larutan) - drainage bag
- Kain kasa - tempat sampah
- Sterile kidney basin b. Bahan
- Kain steril 1 buah - aquadest 10 cc
- Sterile syringe
- Tray kateter
b. Bahan
- Normal saline
- Povidones iodine
- Gel anastesi water-soluble lubricant-anasthetic

24
IMPLEMENTATION

9. Informed consent
▪ Selamat pagi pak, saya dr. X yang sedang berjaga di
klinik ini. Apakah benar dengan bapak/ibu Y?
[Identifikasi pasien berdasarkan rekam medis]
▪ Menurut rekam medis, bapak akan dikateterisasi.
Jadi nanti saya akan memasukkan selang kateter ke
dalam kemaluan bapak, gunanya untuk
mengeluarkan urin bapak. Mungkin akan terasa kurang nyaman, namun saya akan membius
lokal pada kemaluan bapak agar bapak merasa lebih nyaman. Nanti bapak juga akan diminta
untuk membuka celananya. Bagaimana, sudah mengerti pak? Bersedia?
▪ Silakan berbaring di meja pemeriksaan, buka celananya ya pak.
NB: Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Fatmawati, 2010).
10. Pastikan ruangan dalam keadaan tertutup, tutup tirai/pintu
a. Cari asisten untuk pasien pediatri atau pasien yang kebingungan
b. Posisi laki-laki dalam keadaan supinasi
11. Persiapan [posisikan diri di kanan pasien]
a. Atur lampu untuk memudahkan kita memeriksa meatus urethra. Lakukan perineal care jika
kita melihat bagian perineumnya kotor.
b. Buka catheterization set dan atur area steril dengan
korentang/sterile hemostat forceps.
c. Siapkan kain kasa pada sterile kidney basin.
d. Jika drainage bag dalam bungkus yang berbeda. Buka dan
tempelkan ke meja pemeriksaan.
e. Letakkan kain steril di atas tubuh pasien dan di bawah
pasien [Pegang bagian kain yang nonsterile].
f. Buka kateter dengan merobeknya ke arah luar kemudian meletakkannya di area steril.
g. Buka sterile syringe dengan merobeknya ke arah luar kemudian meletakkannya di area steril

25
h. Tuangkan normal saline ke mangkuk (kontainer larutan).
i. Buka gel anastesi.
j. CUCI TANGAN (lagi) dan PAKAI GLOVES STERIL
k. Ambil cotton swab, celupkan ke povidone iodine, lalu swab sirkuler dari dalam ke luar dari
tip of penis sampai ke pubis
l. Letakkan duk bolong di atas perineum/penis
m. Letakkan kontainer urin dibawah perineum atau penis
n. Siapkan kontainer spesimen dengan tutup terbalik
12. Kateterisasi
a. Setelah identifikasi meatus, bersihkan area sekitar meatus menggunakan
kasa (pegang pake forceps) secara melingkar untuk laki-laki, dari anterior
ke posterior untuk perempuan. Gunakan satu kasa untuk setiap area.
Buang kasa ke tempat sampah.
b. Gunakan tangan tidak dominan untuk membuka meatus.
c. Pada laki-laki, injeksikan 10-15 ml gel anastesi (contoh: 2% lidocaine
hydrochloride jelly) dan pasang urethral clamp untuk 5-10 menit agar
terjadi kontak antara zat anastesi dengan permukaan mukosa (pas skill
alatnya tidak ada, jadi sebutin aja). BUKA JARUM, MASUKIN SYRINGE AJA
Pencet tip of penis 5-10 menit, cek baal.
* Pada perempuan, gel anastesi dapat dimasukkan langsung pada kateter
atau cotton-tipped applicator yang dilapisi gel anastesi dan dapat
dimasukkan ke urethra sebelum kateterisasi.
d. Dengan tangan steril, dekatkan kateter ke pasien.
e. Posisikan penis tegak lurus (sedikit menunjuk arah umbilikus) tanpa
menekan urethra.
f. Masukkan kateter dengan memegang bagian ujung kateter, masukkan
perlahan sampai ke bagian kateter yang bercabang.
*Lilit kateter di tangan biar ga ribet
13. Jika menggunakan straight catheter, ambil spesimen dan kosongkan
kandung kemih.
14. Jika menggunakan indwelling catheter, kembangkan balon dengan
memasukkan aquadest 10 cc dengan syringe, lalu tusukkan ke cabang
kateter yang berwarna merah.
15. Tarik kateter secara perlahan untuk memastikan fiksasi internal sudah
benar, sampai terasa mentok.
16. Lepas duk bolong.
17. Hubungkan kantong dengan kateter pada cabang berwarna kuning.
18. Plester kateter berbentuk omega (dilingkarkan di sekeliling selangnya)
19. Letakkan urine bag disamping meja pemeriksaan dengan menggunakan gantungan urine bag
20. Bantu pasien untuk menyamankan posisi dan pastikan urin mengalir ke kantung.
21. BUKA GLOVES dan buang alat-alat yang disposable, bersihkan alat-alat yang non-disposable.
22. CUCI TANGAN dengan sabun anti septik

EVALUATION
23. Evaluasi hal-hal berikut:

26
a. Indwelling kateter bekerja dengan benar/straight catheter telah masuk dan dilepaskan tanpa
rasa sakit
b. External fixation benar
c. Pasien nyaman

DOCUMENTATION
24. Dokumentasi hal-hal berikut:
a. Tanggal dan waktu pasang kateter
b. Tipe dan ukuran (nomor) kateter
c. Spesimen yang didapatkan
d. Jumlah urin
e. Deskripsi urin
f. Respon pasien terhadap prosedur
g. Nama operator

INDWELLING CATHETHER REMOVAL


1. Cek instruksinya apakah disuruh melepas kateter/tidak
2. Tentukan apakah spesimen urin akan digunakan atau tidak.
3. Siapkan alat-alat:
a. Tisu
b. Syringe untuk mengambil air dari ballon catheter
c. Kontainer kecil untuk menyimpan urine
d. Gloves bersih
4. [Informed consent] Identifikasi pasien, jelaskan bahwa kateter akan dilepas dan hasil apa yang
diharapkan
5. Taruh duk bolong (pegang area non-sterile)
6. CUCI TANGAN, PAKAI GLOVES.
7. Penarikan kateter
a. Letakkan handuk dibawah kateter.
b. Gunakan syringe untuk mengambil air dari balon. (jumlah masuk = jumlah keluar)
c. Jepit kateter dan tarik keluar perlahan
d. Bungkus kateter dengan handuk/tisu
e. Pegang kateter keatas agar urin dapat mengalir ke tube
8. Bantu pasien untuk menyamankan posisi dan bilang bahwa prosedur telah selesai
9. Hitung urine output
10. Buang alat-alat
11. BUKA GLOVES dan CUCI TANGAN
12. Evaluasi hal-hal berikut:
a. Kateter dapat dikeluarkan tanpa ada kesulitan
b. Pasien berkemih dengan jumlah yang cukup (kira-kira 250 ml) pada interval yang tetap
c. Pasien melanjutkan untuk meminum cairan
13. Dokumentasi hal-hal berikut: Waktu kateter dilepas, urine output, respon pasien

27
GUS 3
HT & PE GUS
HISTORY TAKING
 SAPA, PERKENALAN DIRI, TANYA IDENTITAS DAN TANYA KELUHAN
Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak siapa?
Usia? Ada apa pak sampai datang ke sini? [Nyeri/susah kencing dok]
 PRESENT ILLNESS
▪ PAIN
1. Nyeri dimana? Coba tunjukan bagian yang paling sakit!
2. Nyerinya sejak kapan?
3. Nyeriya seperti apa? Tajam (sharp) atau tumpul (dull)?
4. Nyerinya menyebar/tidak?
5. Nyerinya terus menerus/hilang timbul? [Jika hilang timbul] berapa lama? Seberapa sering?
▪ MIKTURISI/KENCING (Lower Urinary Tract Symptoms)
1. Storage:
- Frequency: Apakah kencing jadi lebih sering/ tidak?
- Urgency: Apakah sering merasa tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?
- Nocturia: Suka bangun malam untuk kencing tidak?
- Urge incontinence: Pernah ingin kencing tapi tau-tau mengompol atau tidak?
2. Voiding:
- Hesistency: pernah ingin kencing namun pas sudah berdiri tidak keluar?
- Intermittency: Pernah kencingnya putus-putus?
- Slow stream: Pancaran kencingnya bagaimana?
- Straining: Apakah bapak kalau kencing harus mengejan?
- Terminal dribbling: Apakah bapak kalau selesai kencing masih ada yang menetes di akhir?
- Feeling incomplete emptying: Apakah bapak merasa tidak lega setelah kencing?
3. Perubahan warna urin: Bagaimana warna urin bapak?
- Ada darah (hematuria, cola liked urine)?
- Berwarna keruh (cloudy urine)?
4. Stone: Apakah bapak pernah kencing lalu ada pasir atau kerikil yang ikut keluar?
5. Volume: Seberapa banyak kencing bapak? Apakah lebih sedikit/lebih banyak dari biasanya?
(oliguria/anuria/polyuria)
6. Pneumaturia: Apakah pernah bapak kencing disertai dengan keluarnya udara?
7. Chyluria: Apakah pernah kencing bapak disertai dengan cairan putih seperti susu?
8. Incontinece: Pernahkah bapak kencing tanpa disadari?
- True incontinence: Apakah kencingnya mengalir speanjang wakt dan tidak dapat dikontrol?
- Stress Incontinence: Apakah dicetuskan oleh sesuatu/tidak, seperti batuk, bersin, atau
tertawa?
- Urge incontinence: Ada keinginan kencing atau kebelet yang hebat dulu atau tidak?
- Overflow incontinence: Apakah merasa tidak puas setelah kencing?

28
 PAST MEDICAL HISTORY
- Apakah bapak pernah mengalami nyeri hilang timbul pada pinggang? (Renal colic)
- Pernah terkena infeksi saluran kemih?
- Apakah bapak mengidap diabetes?
- Apakah bapak menderita penyakit asam urat?
- Apakah bapak pernah operasi?
- Apakah bapak pernah memiliki gangguan ginjal sebelumnya?

PHYSICAL EXAMINATION
1. Informed Consent:
▪ Jadi pak, sekarang saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada bapak untuk mengetahui
diagnosis pasti dari penyakit bapak. Mungkin akan terasa kurang nyaman, namun saya akan
berusaha sebaik-baiknya agar bapak tetap merasa nyaman. Nanti bapak akan diminta untuk
membuka baju bagian perut dan celana. Bagaimana pak, sudah mengerti? Bersedia?
▪ Silakan bapak berbaring di meja pemeriksaan, baju dan celananya tolong dibuka ya, pak.
2. General State:
Saya sudah melakukan pemeriksaan fisik seperti general appearance, vital sign, pengukuran
BMI, inspeksi konjungtiva, dan inspeksi benjolan.
3. Persiapan:
- Pasien berada di meja pemeriksaan
- Pencahayaan cukup
- Cuci tangan dan pakai handgloves (tapi pake handgloves pas pemeriksaan genital aja)
- Posisi pemeriksa disebelah kanan pasien
4. Inspeksi region abdominal, flank area, suprapubic, dan genitalia external
5. Palpasi ginjal:
a. Minta pasien menekuk kakinya (kanan untuk ginjal kanan dan sebaliknya).
b. Tangan kiri diletakkan di belakang pasien di bawah arcus costarum, tangan kanan di
bawah arcus costarum. (Jadi kayak sandwich.)
Untuk pemeriksaan ginjal kiri, tangan kirinya dilewatkan badan pasien dulu baru masuk ke
belakang. (Kayak pemeriksaan spleen.)
c. Minta pasien tarik napas.
d. Pada puncak inspirasi, tangan kanan mengejar ginjal.
e. Normalnya tidak teraba ginjalnya dan tidak nyeri.
f. Jika teraba, tentukan ukuran, kontur, dan rasa nyeri.
g. Jika tidak nyeri saat palpasi, lanjutkan dengan fist percussion.

29
6. Fist percussion: Costovertebral angle
a. Minta pasien duduk atau miring ke kanan/kiri.
b. Letakkan tangan non-dominan di bawah rusuk ke-12
(punggung).
c. Ketuk tangan tadi dengan kepalan tangan dominan
(kayak mau pijat) 2x (bebas, sih).
d. Nyeri/tidak?
7. Suprapubic examination
- Inspeksi: DIstensi suprapubis
- Palpasi: ada seperti balon di suprapubis
- Perkusi: Perkusi suprapubis dari kanan ke kiri. Kalau ada distensi akan dull.
8. Pakai GLOVES
9. External male genitalia examination
- Pubis: Lesi kulit? Distribusi rambut? Kutu rambut?
- Penis: Retraksi preputium (kalau belum disunat). Minta pasien/lakuin sendiri.
▪ Glans: Lesi, seperti erosi, vesikel, ulcer, kutil, scar, nodul, atau tanda inflamasi.
▪ Meatus uretra: Pinch di jam 6 dan jam 12 dengan jempol dan jari telunjuk.
o Discharge.
[Jika tidak ada discharge] Milking, bisa minta pasien/lakuin sendiri. Milking dari
proximal penis ke distal.
[Jika ada discharge] Warna? Konsistensi? Jumlah?
o Tanda inflamasi seperti bengkak, panas, dll.
o Lesi intrauretral
o Lokasi meatus.
o Stenosis meatus.
▪ Shaft
o Lesi, seperti ulcer, erosi, kutil, vesikel, scar
o Nyeri/tidak?
o Pengerasan.
o Bengkak.
*Kembalikan lagi preputiumnya (kalau belum disunat)
- Skrotum
▪ Bengkak? Benjol? Varises?
▪ Testis dan epididimis  Pegang dengan 2 tangan.
Assess: Ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri, nodul
▪ Spermatic cord  Pegang dengan jempol dan jari telunjuk dari epididimis sampai
superficial inguinal ring.
Assess: Nodul, bengkak
▪ Transillumination test  Gelapin ruangan, senter belakang skrotum. (+) pendaran
cahaya, isi: air
10. DRE  sebutkan saja
11. CONCLUDE: Baik pak, pemeriksaan sudah selesai, silakan pakai lagi baju dan celananya, terima
kasih.

30
GUS 4
SUPRAPUBIC PUNCTURE

 SAPA, PERKENALAN, INFORMED CONSENT


▪ Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Menurut rekam
medis, bapak akan mendapatkan pungsi suprapubis.
▪ Jadi nanti saya akan menusukkan jarum ke perut bagian bawah bapak untuk mengeluarkan
urin bapak. Mungkin agak terasa tidak nyaman, namun saya akan membius bapak terlebih
dahulu. Karena prosedur ini membutuhkan prosedur aseptik, jadi nanti saya akan mencukur
rambut kemaluan bapak. Tindakan ini adalah tindakan sementara, jadi setelah urinnya keluar
saya akan mencabutnya kembali. Nanti bapak juga harus membuka sedikit celana bapak dan
bagian perut bapak.
▪ Bagaimana pak, sudah mengerti? Apakah bapak bersedia?
 PREPARATION
Persiapan alat
Steril: Non-steril:
▪ Duk bolong ▪ Sabun dan air
▪ Cotton swab/sterile gauze ▪ Meja tindakan
▪ Gloves steril ▪ Forceps (korentang)
▪ Syringe 5 cc ▪ Lampu berdiri
▪ Vein catheter no. 16 ▪ Lidocaine 2%
▪ Mangkuk+povidone iodine ▪ Penampung urin (kidney basin)
▪ Gunting kain
▪ Plester (potongin dari awal)
 INDICATION FOR SUPRAPUBIC PUNCTURE
Tentukan indikasi dari suprapubic puncture: Ketika terjadi retensi urin dan pemasukan kateter
tidak mungkin atau tidak tersedia kateter. Bisa juga untuk pengambilan sampel urin.
 PUTTING HAND GLOVES
1. Cuci tangan dengan sabun, keringkan.
2. Pakai glove dengan prinsip skin-to-skin dan gloves-to-gloves
- Ambil glove kanan menggunakan tangan kiri (dengan ibu jari dan jari telunjuk), pegang
bagian ujung yang terlipat (sterile part)
- Masukkan tangan kanan dengan menarik bagian ujung yang terlipat sampai ke lengan.
- Ambil glove kiri dengan memasukkan keempat jari kita dibawah bagian yang terlipat, dan
gunakan ibu jari untuk menegakkan glove.
- Masukan tangan kiri ke glove dan kencangkan dengan membuka lipatan dan menariknya
ke atas lengan kita.
 PROCEDURE
3. Minta pasien berbaring dan relaks di atas meja pemeriksaan. Posisi pemeriksa ada di sebelah
KIRI pasien. Kalau bisa, rambut pubisnya telah dicukur.
▪ Cek dulu bladdernya, bisa menggunakan palpasi (dari atas ke suprapubis) atau diperkusi
(dari kanan-kiri dan bawah-atas). Perkusi untuk menentukan titik tengah dari bladder.
Kalau diperkusi bladder penuh akan terdengar dull.
Tapi kalau di soal sudah jelas kalau ada retensi urin, jangan dipalpasi!!
4. Ambil kassa steril menggunakan forceps, celupkan di povidone iodine, lalu oleskan kassa
secara melingkar dari dalam ke luar pada daerah suprapubis.

31
5. Letakkan duk bolong pada daerah yang diberi povidone iodine tadi.
6. Berikan anestesia pada pasien dengan lidocaine 2% 5 cc pada midline suprapubis di sekitar 2
cm di atas tulang pubis.
Suntik subkutannya. (Di manekin ada lubangnya gitu, suntik di situ). Tusuk, aspirasi,
masukkan obat, lalu pindah arahkan ke 4 arah mata angin (kanan-bawah-kiri-atas). Setiap
masuk ke tempat baru harus diaspirasi dulu. Masukkan masing-masing 1 cc.
7. Tunggu 5 menit agar obatnya bereaksi. Cubit bagian suprapubis untuk mengetahui apakah
anestesianya sudah bekerja.
8. Tusuk kateter IV-nya tegak lurus menuju bladder. Jangan tusuk terlalu dalam! Pastikan dulu
kalau urin yang keluar pada bagian bening dari kateter. Kalau udah pasti yang keluar urin,
cabut jarumnya sambil pelan-pelan masukkan kateternya ke dalam. Tampung urinnya
dengan kidney basin.
9. Setelah urin sudah keluar semua, bladdernya kosong, cabut kateter.
10. Tutup bekas tusukan dengan kassa steril lalu tempel dengan plester.
11. Katakan pada pasien bahwa prosedur sudah selesai.
▪ Pak, prosedurnya sudah selesai. Silakan pakai celana dan bajunya kembali. Setelah ini saya
akan merujuk bapak ke rumah sakit ya, pak.
12. Rujuk pasien ke departemen bedah (urologi).
13. Lihat lokasi pungsi/puncture untuk tanda-tanda komplikasi seperti:
- Hematoma
- Intraabdominal pelvic visceral injury
- Laserasi atau penetrasi pada bowel
- Disruption pada mesenteric vessel

32
GUS 5
DIGITAL RECTAL EXAMINATION
ASSESSMENT
1. Tentukan indikasi dan kontraindikasi tindakan DRE pada pasien. INDICATION FOR DRE
2. Informed consent • Rectal bleeding
Selamat pagi/siang pak, perkenalkan saya dr.X yang sedang bertugas • Belly/pelvic pain
di klinik ini. Kali ini saya akan melakukan prosedur colok dubur yang • Change in urination/
bertujuan untuk mengetahui diagnosis keluhan bapak. Bapak akan bowel habit
diminta untuk melepas pakaian bagian bawah dan berbaring di meja • BPH
pemeriksaan dengan posisi seperti orang yang akan melahirkan. Lalu • Hemorrhoid
saya akan memasukkan jari saya yang sudah diberi pelicin dan • Colorectal cancer
memasukkan nya ke dubur bapak. Selama prosedur dilakukan, • Vaginal bleeding
• Collect stool sample
kemungkinan bapak akan merasa sedikit tidak nyaman, tapi akan saya
CONTRAINDICATION
lakukan sebaik mungkin. Apakah bapak sudah memahami
• Tidak punya anus
prosedurnya? Apakah bapak bersedia? • Bladder penuh 
3. Silakan dilepas celananya dan berbaring di meja pemeriksaan ya pak. harus BAK dulu
4. Bantu pasien untuk berbaring dengan posisi litotomi atau lateral
dicubitus atau menungging di pinggir meja pemeriksaan.
5. Tutup daerah perut dan paha pasien dengan menggunakan selimut.
6. Gunakan penlight atau lampur berdiri untuk mengekspose daerah gluteus.
7. CUCI TANGAN, keringkan, gunakan GLOVE di tangan dominan.
8. Gunakan jelly di ujung jari telunjuk.

PERFORMING
9. Lihat posisi pasien sudah benar atau belum.
10. Inspeksi terlebih dahulu di daerah peri anal. Lihat apakah terdapat fisura, fistula, pendarahan,
masa, kemerahan, atau hemorrhoid]
Jika ada masa  tentukan ukuran, regularitas, batas, dan konsistensi
11. Perlahan-lahan masukan jari yang sudah diberi jelly secara gently. Bisa diputar dulu jarinya di
perianal agar lubang anus lebih rileks atau minta pasien untuk tarik buang napas. Saat pasien
buang napas, kita masukkan jari kita. Jarinya menghadap ke bawah dulu saat masuk.
 Pak, sekarang saya akan memasukkan jari telunjuk saya ke lubang anus bapak. Bapak rileks
ya, coba tarik-buang napas pak.
12. Assess: (6 aspek)
- Bagaimana spincter ani nya  kuat atau tidak
- Putar jari mengelilingi mukosa rektum  halus atau tidak [Normalnya: halus]
- Rasakan ampula  kolaps atau tidak [Normalnya: tidak kolaps, terasa kosong diujung jari]
- Rasakan apakah ada nyeri tekan/tidak
- Apakah ada appendicitis/tidak? [Nyeri tekan pada arah jam 9-12]
- Prostat: arahkan ujung jari kita ke anterior rektum, raba ke setengah kanan dan setengah kiri.
• Teraba/tidak? [Normal: Teraba, namun tidak besar, ujung prostat masih dapat kita pegang
dengan ujung jari; 20-40 gram]
Kalau kita sudah tidak bisa meraba ujungnya, berarti terjadi pembesaran prostat (> 60 gram)
• Ukuran

33
• Konsistensi [Normalnya: kenyal]
• Regular/tidak [Normalnya: reguler]
• Apakah ada nodul? [Normalnya: rata tidak ada nodul]
• Nyeri tekan [Normalnya: tidak ada]
• Simetris/tidak kedua sisi prostat? [Normalnya: simetris]

13. Bulbocavernosus reflex


• Dilakukan pada pasien dengan indikasi gangguan neurologis.
• Satu jari kita masih di dalam rectum, tangan yang lainnya memencet gland penis atau dengan
menggaruk sedikit lipat paha. (+) jika jari kita terjepit oleh sphinter ani.
14. Keluarkan jari kita dari rektum. Lihat apakah terdapat darah, mukus, pus atau feses pada gloves.
15. Bersihkan anus dengan tisu kering.
16. BUKA GLOVE dan buang.
17. CUCI TANGAN menggunakan sabun antiseptic
18. Bantu pasien bangun dan mengenakan bajunya kembali.
 Pemeriksaan telah selesai, pak. Silakan gunakan kembali pakaiannya. Terima kasih
19. Dokumentasi:
• Tanggal dan waktu pemeriksaan
• Temuan pemeriksaan
• Respon pasien
• Nama dan tanda tangan operator.

34
GUS 6
VENEREOLOGICAL EXAMINATION
 SAPA, PERKENALAN DIRI, INFORMED CONSENT
▪ Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr.X yang sedang berjaga di klinik ini. Jadi sekarang saya
akan melakukan pemeriksaan fisik pada kelamin bapak untuk mengetahui diagnosis pasti dari
penyakit bapak. Nanti saya akan meminta bapak untuk membuka celana bapak, lalu saya akan
melihat, memegang, dan mengambil contoh cairan dari tubuh bapak. Mungkin akan terasa
tidak nyaman, namun saya akan berusaha sebaik-baiknya agar bapak tetap merasa nyaman.
Bagaimana pak, sudah mengerti? Bersedia?
▪ Kapan bapak terakhir kali buang air kecil? (Harus tunggu sampai 3 jam setelah BAK terakhir)
ABDOMINAL EXAMINATION [Posisi pemeriksa berdiri]

1. Minta pasien buka celana lalu berbaring dengan posisi supinasi di meja pemeriksaan.
2. CUCI TANGAN lalu keringkan dengan handuk/tissue, gunakan GLOVES.
3. Inspeksi dan palpasi area supra pubic: apakah ada distensi bladder/tidak?
GROIN & PUBIC [Posisi pemeriksa berdiri]

4. Inspeksi dan palpasi area inguinal:


- apakah ada lymphadenopathy? [Jika ada] Tentukan jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas,
ada nyeri tekan atau tidak? *periksa kanan dan kiri bersamaan, bandingkan!
5. Inspeksi pubic area:
- Kulit pubik: adakah lesi seperti erythema, macula, papula, pustula, vesikel?
- Rambut pubik: adakah kutu dan telur kutu?
6. Minta pasien berdiri, lalu masukkan jari telunjuk ke leher skrotum mengikuti spermatic cord, lalu
minta pasien valsalva maneuver. Kalau ada sesuatu yang mengenai jari kita berarti (+) hernia.

PENIS [Posisi pemeriksa duduk]

7. Minta pasien untuk berbaring (supinasi) lagi. Retraksi preputium terlebih dahulu bagi yang belum
melakukan sirkumsisi. Lalu inspeksi glans penis:
- Apakah ada lesi seperti erythema, makula, papula, pustula, vesikel, kutil, tumor/ulcer?
- Ada Balanitis? (infeksi di head of penis)
- Ada Posthitis? (pembengkakan preputium).
8. Inspeksi bagian external urinary meatus:
- Lesi seperti erythema, makula, papula, pustula, vesikel, kutil, tumor/ulcer?
- Meatitis? (inflamasi di bagian meatus)
- Kelainan kongenital seperti hipospadia dan epispadia?
- Apakah ada discharge? [Jika ada] Tentukan jumlah, warna, dan konsistensinya.
[Jika tidak ada] Milking dengan mengurut penis dari bagian root sampai ke meatus.
9. Pinch/cubit glans dengan ibu jari dan jari telunjuk di arah jam 6 dan 12, lihat:
- Apakah ada meatal stenosis (lubang meatus sangat kecil) / lesi intraurethral seperti kutil?
10. Inspeksi bagian shaft penis. Lihat apakah ada:
- Lesi seperti erythema, makula, papula, pustula, vesikel, kutil, tumor/ulcer?
[Jika ada ulcer] Pinggirnya menonjol/tidak? Lukanya bersih/tidak? Nyeri/tidak?
- Peyronie’s disease (penis bengkok karena ada jaringan parut).
11. Palpasi bagian shaft penis untuk memeriksa adanya fibrosis plaque (Peyronie’s disease)

35
SPECIMEN COLLECTION

12. Bersihkan meatusnya dengan menggunakan kassa


Neisseria gonorrhoeae (2 swab)
a. Ambil swab. (seperti contton bud yang gagangnya kayu)
b. Masukkan swab ke dalam meatus secara perlahan, pegangnya kayak pegang pisau.
Masukkan sedalam 2-4 cm, putar-putar, diamkan, lalu tarik.
c. Ambil object glass yang sudah dibersihkan, roll swab 1x. (untuk Gram staining)
d. Ambil lagi spesimennya dengan cotton swab yang sama, kali ini masukkan ke tabung kultur.
(yang tutupnya warna merah)
Chlamydia trachomatis (1 swab)
a. Ambil swab yang gagangnya dari kawat. (kalau ga ada kawat, yang gagangnya kayu)
b. Masukkan ke dalam meatusnya sedalam 2-4 cm, putar sambil scrub epitelnya selama 5-10 s.
c. Masukkan swabnya ke tabung PCR. (yang tutupnya warna ungu)
Trichomonas vaginalis (1 swab)
a. Siapkan slidenya dengan meneteskan NaCl.
b. Ambil spesimen menggunakan cotton swab gagang kawat, masukkan 2-4 cm, putar-putar,
diamkan, tarik.
c. Campurkan spesimen dengan NaCl di slide.
d. Tutup dengan cover glass.
e. Beri vaselin di pinggir cover glassnya untuk mencegah supaya tidak mengering.

SCROTUM
13. Inspeksi apakah ada pembengkakan/tidak? Simetris/tidak? Ada lesi
seperti erythema, sebaceous cyst dan hemangioma?
TESTIS
14. Palpasi tiap testis perlahan lalu periksa ukuran, ada nyeri tekan/tidak,
ada indurasi/tidak, serta adakah lesi/tidak?
15. Transillumination test: kondisi ruangannya gelap, lalu pilih senter
seukuran skrotumnya, senter dari belakang skrotum. Bila cahaya
berpendar maka berisi cairan (hydroceles/spermatoceles), bila cahaya
tidak berpendar berisi massa padat (tumor)

EPIDIDYMIS

16. Palpasi epididymis: tentukan ukuran, nyeri tekan/tidak dan adakah indurasi/tidak?
Raba bagian groove yang ada diantara testis dan epididimis kecuali dibagian superiornya.
Biasanya jika dalam kondisi infeksi akut, testis dan epididimisnya tidak bisa dibedakan.

SPERMATIC CORD
17. Palpasi spermatic cord di kedua sisi dengan ibu jari dan jari telunjuk, periksa apakah ada nyeri
tekan, penebalan, atau asimetri.

PERIANAL [posisi pasien litotomi]

18. Inspeksi area perianal lalu amati apakah ada lesi seperti warts/kutil, erosi, ulcer, atau vesikel.
Adakah discharge? [Jika ada] Tentukan jumlah, konsistensi dan warna.
▪ Pak, pemeriksaan sudah selesai, silakan kenakan lagi celananya. Terima kasih

36
GUS 7
GRAM STAINING
SMEAR PREPARATION
CUCI TANGAN + PAKAI GLOVES

1. Bersihkan glass slide dengan kapas beralkohol 70% dan/atau dibakar langsung agar slide bebas
dari lemak.
2. Buat tanda sebesar ibu jari berukuran 2x3 cm (ikuti cetakan) lalu BALIK SLIDE!
3. Buka tutup tabung reaksi berisikan urethral discharge.
4. Ambil specimen dari dalam tabung (ambil cotton swab yang ada di dalam tabung), lalu perlahan
roll di glass slide yang bersih untuk menghindari rusaknya sel.
5. Keringkan spesimen di suhu ruangan. JANGAN DIBAKAR! (Hal ini dapat merusak morfologi sel atau
bahan pewarnaan dari organism)
6. Setelah spesimen kering, Fiksasi slide dengan uap panas. Dilewatkan di api 3-5x.

GRAM-STAINING PROCEDURE
1. Letakkan slide di rak slide, siram dengan crystal violet di seluruh smear, biarkan 1 menit. Lalu bilas
dengan air selama 5 detik. Warna=Violet. [Primary staining]
2. Siram dengan iodine, biarkan 1 menit, bilas air selama 5 detik. Warna=Blue-violet [Mordant]
3. Celup ke 96% ethanol sampai warna ungunya hilang, bilas air selama 5 detik. [Decolorization]
4. Siram slide dengan safranin, biarkan 1 menit, bilas air selama 5 detik. [Counterstraining]
a. Gram (+) akan tetap berwarna blue-violet
b. Garam (-) akan berwarna pink
5. Keringkan slide dengan tisu halus/kertas saring dengan cara ditekan-tekan, JANGAN DIGOSOK!
MICROSCOPIC INTERPRETATION CUCI TANGAN + PAKAI GLOVES (kalo beda station)

1. Nyalakan mikroskop.
2. Observasi dengan perbesaran 10x lensa okular, 100x lensa objektif.
3. Naikkan kondensor dan buka penuh diaphragm.
4. Letakkan glass slide di meja preparat. HATI-HATI TERBALIK! (raba dulu, yang kasar yang benar)
5. Teteskan 1 tetes immersion oil pada slide.
6. Naikkan meja preparat sampai mentok, lalu turunkan perlahan-lahan dengan pemutar
makrosampai terlihat bayangan samar.
7. Fokuskan dengan menggunakan pemutar mikro.
8. Cari bentuk seperti biji kopi yang berhadapan warna merah, bisa intracellular atau extracellular.
(N. gonorrhoeae = gram (-) diplococci)
9. Jika pakai lensa binokuler, disalah satu lensanya terdapat petunjuk, arahkan slidenya ke petunjuk
untuk menunjuk target, baru kasih tahu penguji.
▪ Saya menemukan bakteri gram (-) diplococcus di intrasel/ekstrasel/keduanya.

37
GUS 8
CIRCUMCISION

38
1. Sapa, perkenalan, pastikan identitas pasien.
▪ Selamat pagi pak, dik, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar
dengan dik Y? Usia __ tahun?
2. Periksa kondisi penisnya, normal/tidak normal untuk sirkumsisi.
- Indication: fimosis dan parafimosis
- Contraindication: hipospadia, epispadia, curved penis, dan hemophilia
Normal? Informed consent
3. Informed consent.
▪ Baik pak, sekarang saya akan melakukan prosedur sirkumsisi atau sunat pada anak bapak.
Tujuannya agar membuang kulup pada kemaluan anak bapak. Mungkin akan terasa tidak
nyaman, namun saya akan melakukan prosedur pembiusan lokal terlebih dahulu. Bekas luka
akan dijahit. Nanti anak bapak akan diminta untuk buka celananya. Bagaimana pak, sudah
mengerti? Bersedia?
4. Cek alat.
Steril: Non-steril:
• Klem hemostat (4 buah) • Catgut (1 rol) • Lidocaine 2% 2 cc
• Pinset anatomis (1 buah) • Syringe 3 cc • Salep antibiotik
• Pinset sirurgis (1 buah) • Kassa antiseptik 10% • Kidney basin
• Needle holder (1 buah) • Mangkuk+povidone iodine • Lampu
• Gunting jaringan (yang • Duk bolong
tajam-tumpul; 1 buah) • Gloves
• Jarum (1 buah)
(Sebenarnya, ampulenya lidokain itu non-steril. Kalau mau masukkin sendiri, pake gloves sebelah
dulu, soalnya syringenya steril. Kalau gak bisa minta bantuan asisten)
5. Pastikan sudah mengatur hal-hal berikut: (lakukan sambal nyebutin alat juga bisa)
- Pencahayaan yang cukup
- Pisahkan alat-alat steril dan non-steril
- Buka syringe dengan menyobek bungkusnya, lalu letakkan di kontainer yang steril
- Buka cairan antiseptic dan tuang ke mangkuknya
- Siapkan cairan anestesi lokal
6. CUCI TANGAN dengan sabun antiseptik, pakai GLOVES.
7. Bersihkan penis dengan kassa ber-povidone iodine secara sirkuler dari distal ke proksimal.
8. Bersihkan dengan kassa yang sudah dicelup saline solution.
9. Letakkan dan posisikan duk bolong, sehingga penis berada di tengah lubangnya. Letakkan
surgical drape di atas paha.
10. Ambil syringe, isi dengan lidokain 1-2 cc.
11. Tentukan lokasi anestesi, di pangkal penis (bagian penis yang nempel bagian perut bawah,
dibawah symphysis pubis).
Suntikkan dengan sudut 90˚ (tegak lurus) pada arah jam 10. Disuntik 0,5-1 cm proximal dari
pangkal, sampai menembus fascia Buck (sensasi menembus kertas), aspirasi, lalu injeksikan 1
mL. Tarik tapi jangan seluruhnya, arahkan ke arah jam 2. Lakukan prosedur yang sama di bagian
ventral root of penis, lateral dari frenulum penis (kanan dan kiri). JANGAN KE FRENULUM!

39
12. Tunggu 5-10 menit, lalu cek anestesinya dengan mencubit preputiumnya dengan pinset sirurgis.
Tanya berasa/tidak.
13. Retraksi preputiumnya. Kalau lengket, bisa menggunakan klem arteri (yang ujungnya bengkok),
arahkan ke bawah. Masukkan ke preputiumnya, buka lebar-lebar klemnya sambil ditarik
preputiumnya oleh tangan yang lain. Lakukan terus sampai sulcus coronalis-nya kelihatan.

14. Bersihkan smegma (kotoran putih-putih lengket) di glans dengan kassa. (Sebenarnya
dilakukannya sambil dilakukan retraksi preputium, sih)
Bersihkan juga seluruh perlengketan di glans dengan ujung klem arteri/kassa sehingga glans
dapat terexpose sempurna.
15. Bersihkan glans sekali lagi dengan povidone iodine
16. Kembalikan lagi preputiumnya ke posisi semula.
17. Tandai preputium dengan mencubit kulit arah jam 12, sekitar 0,5 cm proksimal dari sulcus
coronalis pada penis yang ereksi atau 0,5 cm distal dari sulcus coronalis pada penis yang tidak
ereksi dengan pinset sirurgis. Gunanya untuk patokan seberapa jauh menggunting.
18. Pasang klem hemostat di 4 titik:
- Jam 12: Klem lurus. Klemnya sampai sulcus coronalis.
- Jam 1 – 11: Klem bebas. Klemnya di ujung-ujungnya aja.
- Jam 6: Klem lurus. Klemnya sepanjang frenulum sampai
sulcus coronalis.
Copot klem jam 12. Nanti ada bekasnya, itu dipakai untuk
panduan menggunting. Klem jam 1 dan 11 agak ditarik agar
gampang mengguntingnya.
19. Gunting bekas klem tadi, lalu gunting melingkar ke kanan dan
kiri. Sisakan 1-2 mm preputium untuk menjahit. Frenulum
(jam 6) jangan di gunting. Buang kulitnya.
20. Kontrol perdarahan dengan dep bagian yang berdarah dengan
kassa steril. Lalu klem dengan klem arteri. Untuk pendarahan
besar, klemnya hadapkan ke atas; pendarahan kecil hadapkan
ke bawah.
▪ Kalau pendarahannya terlalu masif, dahulukan kontrol
pendarahan dulu!
21. Setelah reda, ligasi:
a. Jepit mukosa dengan pinset (apa aja, tapi lebih enak sirurgis) bagian jam 12, tarik.
b. Lingkarkan/kalungkan catgut di mukosa yang ditarik tadi. Sisi satunya lebih pendek daripada
yang lainnya.
c. Dengan needle holder (bisa apa aja sih), buat Reeve knot (puntir 1x – puntir 1x).
▪ INGAT! Posisi instrumen/needle holder selalu menghadap dalam/menghadap penis.
▪ Yang narik itu bagian benang yang panjang, yang pendek (yang dijepit) diem aja.
d. Buat surgical knot (puntir 2x – puntir 1x)/Reeve knot, bebas.

40
e. Gunting benangnya hingga tersisa kira-kira 0.5 cm.
22. Jahit jam 12, jam 3, dan jam 9-nya. Jarum harus menghadap luar. Knotnya sama seperti ligasi.
23. Jahit jam 6:
a. Pisahkan kulit dan mukosanya. “Figure of eight”/Horizontal mattress suture
b. Masukkan jarum dari kulit sebelah kiri, lalu keluar di mukosa sebelah kanan.
c. Masukkan lagi jarumnya dari mukosa sebelah kiri, lalu keluar di kulit sebelah kanan.
[Menurut WHO, jahitnya mestinya pakai yang di gambar (horizontal mattress), gak disilang.
Kalau di skills lab harus disilang (figure of 8)]
d. Buat Reeve knot lalu surgical knot.
e. Gunting preputium distal (di depan) knotnya.
24. Bersihkan penis menggunakan kassa lembab (kassa+normal saline).
25. Evaluasi: Lihat apakah ada pendarahan. Kalau tidak ada pendarahan, berikan salep antibiotik di
bagian yang digunting secara melingkar dan biarkan tanpa dressing.
(Sebenarnya, di guideline WHO disuruhnya pakai dressing tapi orangnya harus rajin ganti
perban. Disuruh gak usah soalnya orang suka nggak tertib ganti perbannya.)
26. Bilang pada pasien bahwa prosedur sudah selesai.
27. Buka gloves dan buang semua alat yang digunakan. Surgical set dimasukkan ke dalam cairan
klorin.
28. Cuci tangan.
29. Evaluasi post-operasi (follow-up) 30 menit setelah operasi, dilihat ada pendarahan/tidak? Ada
anafilaksis?
30. Dokumentasi:
- Tanggal dan waktu.
- Tindakan yang dilakukan.
▪ Metode sirkumsisi
▪ Jenis dan jumlah jahitan
- Respon pasien (pendarahan, anafilaksis).
- Nama dan tanda tangan operator.
NOTE: Harus liat video skills di youtube yaa, biar kebayang gimana naruh klem, jahitnya, dll. Karna
nyariin gambarnya susah. Maafin ☹
Nanti di OSCE, bakal cuma dari anestesi atau langsung insisi

41

Anda mungkin juga menyukai