Anda di halaman 1dari 10

I.

DASAR HUKUM
A. Pasal 22 UU Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang
perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan
B. PMK-34/PMK.010/2017 (berlaku pada tanggal 1 Maret 2017) tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas
Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di
Bidang Lain
C. PER-31/PJ/2015 (berlaku sejak 8 Agustus 2015) tentang perubahan ketiga atas
PER-57/PJ/2010 (berlaku sejak 10 Desember 2010) tentang tata cara dan
prosedur pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain (PER ini mengubah ketentuan Pasal 1, Pasal 3B, Pasal 4, Pasal 5, dan
menambah Pasal yaitu Pasal 1A)
1. PER-06/PJ/2013 (berlaku sejak 24 Februari 2013) tentang perubahan
kedua atas PER-57/PJ/2010
 PER ini mengubah ketentuan Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 3B,
Pasal 4, Pasal 5
 PER ini menghapus ketentuan Pasal 6
 PER ini menambah Pasal yaitu Pasal 6A
2. PER-15/PJ/2011 (berlaku sejak 6 Juni 2011) tentang perubahan kedua
atas PER-57/PJ/2010
 PER ini menambah Pasal yaitu Pasal 3A, 3B, 3C, 3D, 3E, 3F,
3G

II. SURAT EDARAN TERKAIT


o SE-70/PJ/2015 (ditetapkan tanggal 24 November 2015) tentang penegasan
pelaksanaan pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di
Bidang Lain

III. PEMUNGUT (Pasal 1 ayat (1) huruf a PMK-34/PMK.010/2017)


o Bank Devisa dan DJBC adalah Pemungut PPh Pasal 22 atas :
1. impor barang; dan
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya;
 Penunjukan pemungut PPh Pasal 22 ini dilakukan tanpa
penerbitan surat keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
(Pasal 3 PER-06/PJ/2013)

IV. MAP DAN KJS


1. Atas SPT Masa PPh Pasal 22 impor : (Lampiran PER-38/PJ/2010)
 MAP: 411123
 KJS: 100
2. Atas PPh Pasal 22 atas Ekspor : (Lampiran PER-30/PJ/2015)
 MAP: 411122
 KJS: 404

V. TARIF
A. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut : (Pasal 2 ayat (1)
huruf a PMK-34/PMK.010/2017)
1. Atas Impor :
a. barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PMK-
34/PMK.010/2017 dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu
yang dikenai bea masuk dengan tarif pembebanan tunggal sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan di bidang kepabeanan,
sebesar 10% dari nilai impor dengan atau tanpa menggunakan
Angka Pengenal Impor (API);
b. barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
PMK-34/PMK.010/2017, sebesar 7,5% dari nilai impor dengan atau
tanpa menggunakan Angka Pengenal Impor (API);
c. barang berupa kedelai, gandum, dan tepung terigu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III PMK-34/PMK.010/2017, sebesar 0,5% dari nilai impor
dengan mengunakan Angka Pengenal Impor (API);
d. barang selain barang sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf
b), dan huruf c) yang menggunakan Angka Pengenal Impor
(API), sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari nilai impor;
e. barang sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan huruf d) yang tidak
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5% (tujuh koma lima
persen) dari nilai impor;dan/atau
f. barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
 Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi
dasar penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and
Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
(Pasal 2 ayat (2) PMK-34/PMK.010/2017)
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, sesuai
uraian barang dan pos tarif Harmonized System (HS) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV PMK-34/PMK.010/2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini, oleh eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya,
sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam
Pemberitahuan Pabean Ekspor. (Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2 PMK-
34/PMK.010/2017)
Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan
Ekspor Barang adalah nilai Free on Board (FOB) yang
tercantum pada Pemberitahuan Pabean Ekspor, termasuk
Pemberitahuan Pabean Ekspor yang nilai ekspomya telah
dibetulkan. (Pasal 2 ayat (3) PMK-34/PMK.010/2017)
B. Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan
sebagai pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut.
(Pasal 9 ayat (1) PMK-34/PMK.010/2017)
C. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap WP yang tidak
memiliki NPWP lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWP. (Pasal 22 ayat (3)
UU Nomor 36 TAHUN 2008) dan (Pasal 2 ayat (4) PMK-34/PMK.010/2017)
 Ketentuan pengenaan tarif yang lebih tinggi 100% ini berlaku untuk pemungutan PPh
Pasal 22 yang bersifat tidak final. (Pasal 2 ayat (6) PMK-34/PMK.010/2017)

VI. IMPOR YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPH PASAL 22


o Impor yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah : (Pasal 3 PMK-
34/PMK.010/2017)
A. Impor barang atau penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan tidak terutang PPh. (Pasal 3 ayat (1) huruf a PMK-34/PMK.010/2017)
 Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 ini dinyatakan dengan
Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pajak (Pasal 3 ayat (3) PMK-34/PMK.010/2017)
 Ketentuan sejak 1 Februari 2011 (Menggunakan ketentuan Tentang SKB
PPh Potput (Klik disini))
 Ketentuan Untuk 1 Mei 2002 sampai 31 Januari 2011 (masih menggunakan
KEP-192/PJ/2002)
 Untuk memperoleh SKB, WP dapat menyampaikan surat
permohonan (format surat permohonan SKB bisa dilihat di
LAMPIRAN KEP-192/PJ./2002) dengan melampirkan :
1. Perhitungan PPh terutang berdasarkan perkiraan
penghasilan yang akan diterima;
2. Rencana impor dan fotokopi masterlist yang masih
berlaku untuk pembebasan PPh Pasal 22 impor barang
modal, realisasi impor untuk perpanjangan SKB PPh
Pasal 22 Impor;
3. Daftar pemberi penghasilan dan fotokopi SPT Tahunan
PPh Badan tahun sebelumnya.
 Jangka waktu penyelesaian permohonan SKB : 1 bulan setelah
permohonan diterima
B. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan bea masuk dan atau PPN. (Pasal 3 ayat (1)
huruf b PMK-34/PMK.010/2017)
 barang tersebut yaitu : (Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK-34/PMK.010/2017)
1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui
dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata
cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk
keperluan badan internasional beserta para pejabatanya yang bertugas di
Indonesia;
3. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana ;
4. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang,
konservasi alam, dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum.
5. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
6. Barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan
penyandang cacat lainnya.
7. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu
jenazah.
8. Barang pindahan.
9. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkutan,
pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah
tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
kepabeanan.
10. Barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah yang ditunjukan untuk kepentingan
umum.
11. Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer, termasuk
suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara.
12. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan
keamanan negara.
13. Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan
Imunisasi Nasional (PIN).
14. buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab
suci, buku pelajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan lainnya;
15. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau
dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal
tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku
cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran dan alat
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayanan Niaga Nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional, Perusahaan Penyelenggara
Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya;
16. Pesawat udara dan suku cadangnya serta alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia,
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional dan suku cadangnya, serta peralatan
untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang
diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pcmberian jasa perawatan atau reparasi pesawat
udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga
nasional;
17. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana
perkeretaapian yang dimpor dan digunakan oleh badan
usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum
dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana
perkeretaapian umum, dan komponen atau bahan yang
diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha
penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau
badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian
umum yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku
cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemelibaraan,
serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum
dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana
perkeretaapian umum;
18. peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh
Kementerian Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data
batas dan foto udara wilayah Negara Republik Indonesia
yang dilakukan untuk rnendukung pertahanan Nasional,
yang diimpor oleh Kernenterian Pertahanan, TNl atau
pihak yang ditunjuk oleh Kernenterian Pertahanan atau
TNI;
19. barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang
importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (termasuk barang yang dikecualikan dari
pemungutan PPh Pasal 22 sejak berlakunya PMK-
154/PMK.03/2010 yaitu 31 Agustus 2010); dan/atau
20. barang untuk kegiatan usaha panas bumi.
 Pengecualian dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
barang impor ini tetap berlaku dalam hal barang impor tersebut:
(Pasal 3B ayat (2) PER-31/PJ/2015)
0. dikenakan tarif bea masuk sebesar 0% (nol persen); atau
1. tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
 Ketentuan ini dilaksanakan oleh DJBC yang tata caranya diatur oleh DJBC
dan/atau DJP (Pasal 3 ayat (5) PMK-34/PMK.010/2017)
 Pengecualian
sejak PER-15/PJ/2011 berlaku (sejak 6 Juni 2011),
pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor barang yang dibebaskan
dari bea masuk dan atau PPN ini dilakukan tanpa Surat
Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22 (Pasal 3B
ayat (2) PER-15/PJ/2011),
 Berdasarkan SE-32/BC/2010 yang dikeluarkan oleh
DJBC, Pengecualian dari Pemungutan PPh Pasal 22 atas
Impor barang ini dilakukan tanpa melalui mekanisme
SKB yang dari Direktorat Jenderal Pajak.
 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
diberikan secara langsung pada saat
Pemberitahuan Impor Barang diajukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Utama atau Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai
C. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali (Pasal 3 ayat (1) huruf c PMK-34/PMK.010/2017)
 Ketentuan ini dilaksanakan oleh DJBC yang tata caranya diatur oleh DJBC
dan/atau DJP (Pasal 3 ayat (5) PMK-34/PMK.010/2017)
 Pengecualian
sejak PER-15/PJ/2011 berlaku (sejak 6 Juni 2011),
pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor barang yang dibebaskan
dari bea masuk dan atau PPN ini dilakukan tanpa Surat
Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22 (Pasal 3B
ayat (2) PER-15/PJ/2011)
 Berdasarkan SE-32/BC/2010 yang dikeluarkan oleh
DJBC, Pengecualian dari Pemungutan PPh Pasal 22 atas
Impor barang ini dilakukan tanpa melalui mekanisme
SKB yang dari Direktorat Jenderal Pajak.
 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
diberikan secara langsung pada saat
Pemberitahuan Impor Barang diajukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Utama atau Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai
 KLIK UNTUK PERLAKUAN PPN IMPOR
SEMENTARA
D. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan
DJBC (Pasal 3 ayat (1) huruf d PMK-34/PMK.010/2017)
 Pengecualianpemungutan PPh Pasal 22 ini dilakukan tanpa SKB
(Pasal 3 ayat (4) PMK-PMK-34/PMK.010/2017)
E. impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor (Pasal 3 ayat (1) huruf f PMK-
34/PMK.010/2017) dan (Pasal 3A ayat (1) PER-15/PJ/2011)
1. Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 ini dinyatakan dengan
Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pajak (Pasal 3 ayat (3) PMK-34/PMK.010/2017)
2. Ketentuan terkait pengajuan permohonan SKB yaitu :
. WP yang dapat mengajukan permohonan untuk
diterbitkan Surat Keterangan Bebas adalah WP yang
bergerak dalam bidang industri perhiasan emas untuk
tujuan ekspor. (Pasal 3C PER-15/PJ/2011)
a. Cara pengajuan permohonan SKB nya adalah : (Pasal
3D PER-15/PJ/2011)
i. Permohonan untuk diterbitkan Surat Keterangan
Bebas diajukan secara tertulis kepada Kepala
KPP Pajak tempat WP terdaftar dengan
menggunakan formulir Lampiran II PER-
15/PJ/2011
ii. Permohonan ini dilampiri dengan :
 Laporan Realisasi Ekspor dan/atau Impor
serta Pernyataan Rincian Berat Emas,
yang menjelaskan jumlah ekspor
perhiasan emas dan impor emas batangan
yang dilakukan pada tahun sebelumnya
dengan menggunakan formulir Lampiran
III PER-15/PJ/2011;
 Laporan Realisasi Ekspor dan/atau Impor
serta pernyataan rincian Berat Emas, yang
menjelaskan jumlah ekspor perhiasan
emas dan impor emas batangan yang
dilakukan dalam tahun berjalan dengan
menggunakan formulir Lampiran
IV PER-15/PJ/2011;
 Pemberitahuan Rencana Ekspor
perhiasan emas dan pemberitahuan
Rencana Impor emas batangan dengan
menggunakan formulir Lampiran
V PER-15/PJ/2011.
b. Kepala KPP hanya dapat menerbitkan SKB sepanjang
WP telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
0. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun
Pajak terakhir sebelum tahun diajukan
permohonan SKB;
1. tidak mempunyai tunggakan pajak
3. Ketentuan terkait penerbitan SKB oleh Kepala KPP : (Pasal
3E PER-15/PJ/2011)
. Kepala KPP harus memberikan keputusan paling lama 1
(satu) bulan sejak permohonan diterima lengkap.
a. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima lengkap Kepala KPP belum
memberikan keputusan, permohonan WP dianggap
diterima.
b. Dalam hal permohonan WP dianggap diterima, Kepala
KPP wajib menerbitkan Surat Keterangan Bebas dalam
jangka waktu 2 (dua) hari kerja setelah jangka waktu 1
(satu) bulan sejak permohonan diterima lengkap tersebut
terlewati.
c. Dalam hal permohonan WP untuk diterbitkan SKB
ditolak, Kepala KPP harus menyampaikan
pemberitahuan kepada WP dengan menggunakan
formulir Lampiran VI PER-15/PJ/2011
4. Kewajiban WP yang telah memperoleh SKB : (Pasal 3F PER-
15/PJ/2011)
. WP yang telah memperoleh SKB harus menyampaikan
Laporan Realisasi Ekspor dan/atau Laporan Realisasi
Impor serta Pernyataan Rincian Berat Emas yang
dilampiri dengan fotokopi Pemberitahuan Ekspor Barang
dan/atau Pemberitahuan Impor Barang/Customs
Declaration atas ekspor perhiasan emas dan impor emas
batangan yang telah dilakukan dalam tahun berjalan.
a. Bentuk formulir Laporan Realisasi Ekspor dan/atau
Laporan Realisasi Impor serta Pernyataan Rincian Berat
Emas adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran
VII PER-15/PJ/2011
b. Ketentuan ini berlaku juga bagi WP yang telah
memperoleh SKB tetapi belum melaksanakan ekspor
perhiasan emas.
c. Laporan disampaikan paling lambat :
. tanggal 15 Juli, untuk ekspor/impor yang
dilakukan selama Masa Pajak Januari sampai
dengan Juni;
i. tanggal 15 Januari, untuk ekspor/impor yang
dilakukan selama Masa Pajak Juli sampai dengan
Desember.
d. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian laporan
tersebut bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu
atau hari libur nasional, laporan dapat disampaikan pada
hari kerja berikutnya.
e. Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo pelaporan
WP tidak menyampaikan laporan tersebut, Kepala KPP
memberikan himbauan tertulis kepada WP dengan
menggunakan formulir Lampiran VIII PER-15/PJ/2011
f. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah
diterbitkan himbauan tertulis Wajib Pajak tidak
menyampaikan laporan tersebut, Wajib Pajak yang
bersangkutan tidak dapat diberikan SKB untuk Tahun
Pajak berikutnya.
5. Surat Keterangan Bebas berlaku sejak tanggal diterbitkan
sampai dengan berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
(Pasal 3G PER-15/PJ/2011)
F. Atas impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang
diperlukan oleh pengusaha di bidang pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 impor. (Pasal 4
ayat (1) PMK-21/PMK.011/2010)
 Pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 impor ini dilakukan
secara otomatis tanpa menggunakan Surat Keterangan Bebas
(SKB). (Pasal 4 ayat (2) PMK-21/PMK.011/2010)

VII. CARA PEMUNGUTAN


A. Atas Impor :
 Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh: (Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1) PMK-34/PMK.010/2017)
1. importir yang bersangkutan, atau
2. DJBC

ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Setoran
Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka impor (SSPCP)
dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang berlaku sebagai bukti pemungutan
pajak.

 Untuk Referensi :
o Di dalam Peraturan DJBC Pasal 3 P-39/BC/2008 yang diubah
dengan P-05/BC/2009 disebutkan bahwa :
1. Pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor
dilakukan Wajib Bayar di Bank Devisa Persepsi atau Pos
Persepsi.
2. Selain tempat pembayaran ini, pembayaran penerimaan
negara dalam rangka impor dapat dilakukan di Kantor Bea
dan Cukai dalam hal:
a. pembayaran penerimaan negara atas impor barang
yang dilakukan oleh penumpang, awak sarana
pengangkut, atau pelintas batas; dan
b. pembayaran PNBP atas:
i. jasa pelayanan impor untuk barang impor
yang tidak dikenakan pungutan impor;
ii. jasa pelayanan impor Tempat Penimbunan
Berikat; dan
iii. jasa pelayanan manifes kedatangan sarana
pengangkut (inward manifest).
3. Pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor untuk
barang-barang kiriman pos dilakukan di Kantor Pos.

B. Atas Ekspor :
o Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas ekspor komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh eksportir yang bersangkutan ke kas negara melalui Kantor Pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan
Pajak dalam rangka impor (SSPCP) dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang
berlaku sebagai bukti pemungutan pajak. (Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (1) PMK-
34/PMK.010/2017)
o Penjelasan SE-70/PJ/2015 :
1. Atas ekspor komoditas tertentu dipungut PPh Pasal 22 berdasarkan nilai
ekspor dan disetorkan sendiri oleh eksportir.
2. Dalam hal terjadi kekurangan penyetoran PPh Pasal 22 yang disebabkan
oleh selisih antara estimasi dengan realisasi curah komoditas yang dimuat
ke dalam alat pengangkut untuk diekspor maka kekurangan penyetoran
PPh Pasal 22 dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya.
3. Dalam hal penyetoran PPh Pasal 22 dilakukan melalui mekanisme e-
billing, maka print out Bukti Penerimaan Negara (BPN) dari pembayaran
melalui mekanisme e-billing tersebut agar dituliskan dengan cara diketik
atau ditulis tangan informasi tentang nomor pengajuan pemberitahuan
ekspor barang. BPN yang telah dilengkapi nomor pengajuan
pemberitahuan ekspor barang tersebut dipersamakan dengan Surat
Setoran Pajak lembar ke-5 (kelima) yang telah tertera Nomor Transaksi
Penerimaan Negara sebagai dokumen pelengkap pemberitahuan pabean
ekspor.

VIII. SAAT PENYETORAN DAN PELAPORAN


A. Atas Impor :
1. PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan
saat pembayaran Bea Masuk. (Pasal 4 ayat (1) PMK-34/PMK.010/2017)
2. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan dan tidak
termasuk dalam pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK-
34/PMK.010/2017, PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor. (Pasal 4 ayat (2)
PMK-34/PMK.010/2017)
3. Apabila PPh Pasal 22 Atas impor dipungut oleh DJBC, DJBC harus
menyetorkan hasil pemungutannya dalam jangka waktu 1 hari kerja
setelah dilakukan pemungutan pajak. DJBC harus melaporkan hasil
pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir
minggu berikutnya. (PMK-80/PMK.03/2010 )
B. Atas Ekspor :
 Pajak Penghasilan Pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, terutang dan disetorkan
bersamaan dengan saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean
atas ekspor (Pasal 4 ayat (3) PMK-34/PMK.010/2017)
 Penyetoran PPh Pasal 22 oleh eksportir yang bersangkutan dilakukan
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak dengan ketentuan
sebagai berikut: (Pasal 4 ayat (5) PER-31/PJ/2015)
1. diisi dengan identitas eksportir yang bersangkutan;
2. dalam kolom Uraian Pembayaran diisi dengan Nomor Pengajuan
Pemberitahuan Ekspor Barang.
 Terhadap bukti penyetoran pajak ini, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
melakukan pemeriksaan formil bukti penyetoran pajak tersebut sebagai
dokumen pelengkap pemberitahuan pabean ekspor dan dijadikan dasar
pelayanan ekspor. (Pasal 4 ayat (4) PER-31/PJ/2015)
 Bukti penyetoran pajak yang digunakan sebagai dokumen pelengkap
pemberitahuan pabean ekspor adalah Surat Setoran Pajak yang telah
tertera Nomor Transaksi Penerimaan Negara. (Pasal 4 ayat (6) PER-31/PJ/2015)
 Eksportir yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat ( la)
wajib mengisi Lembar Lanjutan Pemberitahuan Ekspor Barang sesuai
ketentuan kepabeanan yang berlaku, dengan ketentuan sebagai berikut:
(Pasal 4 ayat (7) PER-31/PJ/2015)
1. dalam kolom Jenis Dokumen diisi dengan Surat Setoran Pajak
atau SSP;
2. dalam kolom Nomor Dokumen diisi dengan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara yang tertera dalam Surat Setoran Pajak; dan
3. dalam kolom Tanggal Dokumen diisi dengan tanggal Nomor
Transaksi Penerimaan Negara.
 Eksportir komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam wajib menyerahkan asli lembar ke-5 Surat Setoran Pajak
yang telah tertera Nomor Transaksi Penerimaan Negara sebagai
dokumen pelengkap pemberitahuan pabean ekspor. (Pasal 5 ayat (3) PER-
31/PJ/2015)

Anda mungkin juga menyukai