DASAR HUKUM
A. Pasal 22 UU Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang
perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan
B. PMK-34/PMK.010/2017 (berlaku pada tanggal 1 Maret 2017) tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas
Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di
Bidang Lain
C. PER-31/PJ/2015 (berlaku sejak 8 Agustus 2015) tentang perubahan ketiga atas
PER-57/PJ/2010 (berlaku sejak 10 Desember 2010) tentang tata cara dan
prosedur pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain (PER ini mengubah ketentuan Pasal 1, Pasal 3B, Pasal 4, Pasal 5, dan
menambah Pasal yaitu Pasal 1A)
1. PER-06/PJ/2013 (berlaku sejak 24 Februari 2013) tentang perubahan
kedua atas PER-57/PJ/2010
PER ini mengubah ketentuan Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 3B,
Pasal 4, Pasal 5
PER ini menghapus ketentuan Pasal 6
PER ini menambah Pasal yaitu Pasal 6A
2. PER-15/PJ/2011 (berlaku sejak 6 Juni 2011) tentang perubahan kedua
atas PER-57/PJ/2010
PER ini menambah Pasal yaitu Pasal 3A, 3B, 3C, 3D, 3E, 3F,
3G
V. TARIF
A. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut : (Pasal 2 ayat (1)
huruf a PMK-34/PMK.010/2017)
1. Atas Impor :
a. barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PMK-
34/PMK.010/2017 dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu
yang dikenai bea masuk dengan tarif pembebanan tunggal sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan di bidang kepabeanan,
sebesar 10% dari nilai impor dengan atau tanpa menggunakan
Angka Pengenal Impor (API);
b. barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
PMK-34/PMK.010/2017, sebesar 7,5% dari nilai impor dengan atau
tanpa menggunakan Angka Pengenal Impor (API);
c. barang berupa kedelai, gandum, dan tepung terigu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III PMK-34/PMK.010/2017, sebesar 0,5% dari nilai impor
dengan mengunakan Angka Pengenal Impor (API);
d. barang selain barang sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf
b), dan huruf c) yang menggunakan Angka Pengenal Impor
(API), sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari nilai impor;
e. barang sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan huruf d) yang tidak
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5% (tujuh koma lima
persen) dari nilai impor;dan/atau
f. barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi
dasar penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and
Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
(Pasal 2 ayat (2) PMK-34/PMK.010/2017)
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, sesuai
uraian barang dan pos tarif Harmonized System (HS) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV PMK-34/PMK.010/2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini, oleh eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya,
sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam
Pemberitahuan Pabean Ekspor. (Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2 PMK-
34/PMK.010/2017)
Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan
Ekspor Barang adalah nilai Free on Board (FOB) yang
tercantum pada Pemberitahuan Pabean Ekspor, termasuk
Pemberitahuan Pabean Ekspor yang nilai ekspomya telah
dibetulkan. (Pasal 2 ayat (3) PMK-34/PMK.010/2017)
B. Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan
sebagai pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut.
(Pasal 9 ayat (1) PMK-34/PMK.010/2017)
C. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap WP yang tidak
memiliki NPWP lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWP. (Pasal 22 ayat (3)
UU Nomor 36 TAHUN 2008) dan (Pasal 2 ayat (4) PMK-34/PMK.010/2017)
Ketentuan pengenaan tarif yang lebih tinggi 100% ini berlaku untuk pemungutan PPh
Pasal 22 yang bersifat tidak final. (Pasal 2 ayat (6) PMK-34/PMK.010/2017)
ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Setoran
Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka impor (SSPCP)
dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang berlaku sebagai bukti pemungutan
pajak.
Untuk Referensi :
o Di dalam Peraturan DJBC Pasal 3 P-39/BC/2008 yang diubah
dengan P-05/BC/2009 disebutkan bahwa :
1. Pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor
dilakukan Wajib Bayar di Bank Devisa Persepsi atau Pos
Persepsi.
2. Selain tempat pembayaran ini, pembayaran penerimaan
negara dalam rangka impor dapat dilakukan di Kantor Bea
dan Cukai dalam hal:
a. pembayaran penerimaan negara atas impor barang
yang dilakukan oleh penumpang, awak sarana
pengangkut, atau pelintas batas; dan
b. pembayaran PNBP atas:
i. jasa pelayanan impor untuk barang impor
yang tidak dikenakan pungutan impor;
ii. jasa pelayanan impor Tempat Penimbunan
Berikat; dan
iii. jasa pelayanan manifes kedatangan sarana
pengangkut (inward manifest).
3. Pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor untuk
barang-barang kiriman pos dilakukan di Kantor Pos.
B. Atas Ekspor :
o Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas ekspor komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh eksportir yang bersangkutan ke kas negara melalui Kantor Pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan
Pajak dalam rangka impor (SSPCP) dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang
berlaku sebagai bukti pemungutan pajak. (Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (1) PMK-
34/PMK.010/2017)
o Penjelasan SE-70/PJ/2015 :
1. Atas ekspor komoditas tertentu dipungut PPh Pasal 22 berdasarkan nilai
ekspor dan disetorkan sendiri oleh eksportir.
2. Dalam hal terjadi kekurangan penyetoran PPh Pasal 22 yang disebabkan
oleh selisih antara estimasi dengan realisasi curah komoditas yang dimuat
ke dalam alat pengangkut untuk diekspor maka kekurangan penyetoran
PPh Pasal 22 dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya.
3. Dalam hal penyetoran PPh Pasal 22 dilakukan melalui mekanisme e-
billing, maka print out Bukti Penerimaan Negara (BPN) dari pembayaran
melalui mekanisme e-billing tersebut agar dituliskan dengan cara diketik
atau ditulis tangan informasi tentang nomor pengajuan pemberitahuan
ekspor barang. BPN yang telah dilengkapi nomor pengajuan
pemberitahuan ekspor barang tersebut dipersamakan dengan Surat
Setoran Pajak lembar ke-5 (kelima) yang telah tertera Nomor Transaksi
Penerimaan Negara sebagai dokumen pelengkap pemberitahuan pabean
ekspor.