Anda di halaman 1dari 18

TAHAP TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI

MENURUT WALT WHITMEN ROSTOW

DI SUSUN OLEH:
Aditia: 161110013443120
Ahmad nur: 161110013443098
Desy setyorini: 161110013443021
Nadira widya pratiwi: 161110013443120
Silva humaira: 161110013443023

MANAJEMEN MALAM
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
Mata kuliah: Ekonomi pembangunan
Dosen: Beatrix Tandirung, S.E., M.Si

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tahap tahap
pertumbuhan ekonomi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang tahap tahap pertumbuhan ekonomi ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Samarinda, 18 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................
A. Teori Tahap-tahap Perumbuhan Ekonomi Menurut W.W Rostow .......................... 5-11
B. Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ..................................................................... 11-13
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi .................................. 13-14
BAB III Penutup ........................................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15-17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dilihat dengan ukuran agregat yang biasanya
diukur dengan pertumbuhan ekonomi. Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk
menilai pertumbuhan ekonomi output suatu bangsa namun sering digunakan sebagai tolak ukur
majunya suatu bangsa. Pendapatan nasional bukan hanya berguna untuk menilai perkembangan
ekonomi suatu negara dari waktu ke waktu, tetapi juga membandingkan dengan negara lain. Selain
itu dari pendapatan nasional selanjutnya dapat pula diperoleh turunannya seperti pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita.
Pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya mengalami peningkatan, salah satunya dibuktikan
dengan ketergantungan penerimaan devisa pada minyak bumi semakin berkurang dan semakin
berperannya sektor swasta. Beberapa faktor yang memungkinkan perekonomian Indonesia tumbuh
pesat sepanjang kurun pembangunan jangka panjang pertama yang lalu, antara lain adalah
keberhasilan merehabilitasi sarana dan prasarana pada masa pemulihan 1966-1968, termasuk
reformasi dalam bidang perbankan dan penanaman modal. Meskipun sempat terganjal oleh
dampak resesi dunia pada awal 1980-an, namun berkat kesigapan pemerintah meluncurkan
berbagai kebijakan deregulatif berhasil memulihkan situasi yang didukung oleh kemantapan
situasi pangan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi


a) Tahap pertumbuhan ekonomi menurut Walt Whitmen Rostow (1916 - 1979)
1. Tahap Masyarakat tradisional (The Traditional Society)
Tahap tradisional adalah suatu masyarakat yang strukturnya berkembang didalam fungsi
produksi yang terbatas, dalam artian masyarakat masih menggunakan cara-cara produksi yang
relatif masih primitif dan cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dicetuskan oleh pemikir yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang dilakukan scara terus
menerus.

Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), dengan karakteristiknya:

 Pertanian padat tenaga kerja;


 Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
 Ekonomi mata pencaharian;
 Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
 Adanya sistem barter.

Menurut rostow dalam masyarakat tradisional ini produksi perkapita masih sangat terbatas dan
sumber daya produksi utama adalah sektor pertanian, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk
mengadakan mobilitas vertikal dikarenakan kedudukan masayarakat tidak akan jauh berbeda
dengan kedudukan ayahnya dan sistem mobilitasnya umumnya berdasarkan sistem warisan
(pemeberian).
Dalam segi politik masayarakat tradisional umunya tuan tanahlah yang memiliki otoritas
tertinggi hal itu tidak lain karena pemilik tanah merupakan stratifikasi tertinggi dalam masayarakat
tradisonal. Kalau dilihat sistem ilmu pengetahuan dalam masyarakat ini cenderung menyelsaikan
persoalan dengan cara-cara yang kurang rasional dan masih menggunakan cara berpikir budayawi
dari tradisi turun temurun.

5
2. Tahap prasayarat Lepas Landas (The Procondition for Take Off)
Tahap prasyarat lepas landas ini adalah masa transisi dimana ketika suatu masyarakat telah
mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar untuk mencpai pertumbuhan yang mempunyai
kekuatan untu terus berkembang. Tahap prasyarat lepas landas ini dibagi menjadi dua tipe oleh
Rostow:
Yang pertama adalah tahap yang dilakukan dengan mengubah masyarakat tradisional yang
telah ada, sedangkan yang kedua adalah brown free yaitu Amerika, Kanada, Australia, Selandia
baru,
Yang ke dua mereka tidak perlu merubah sistem tradisional dikarenakan masyarakat itu
terdiri dari imigran-imigran yang diperlukan sebagai tahap masa prasyarat lepas landas.
Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
1.) Berkurangnya Sikap Mental Tradisional
Pada tahap ini sikap mental tradisional secara perlahan-lahan mulai
berkurang. Proses ini biasanya diawlai dengan munculnya kelompok elit baru yang
mempunyai gagasan bahwa modernisasi ekonomi adalah sesuatu yang mungkin
dan bahkan sangat didambakan. Kemajuan ekonomi merupakan syarat penting
untuk mencapai tujuan lain yang dianggap terbaik, misalnya kebanggaan nasional,
keuntungan pribadi, kesejahteraan umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak
cucu. Kelompok elit baru ini mau bekerja keras, meningkatkan tabungan dan
mengambil resiko dalam mengejar keuntungan modernisasi.
Sebagian anggota masyarakat sudah mulai berpikir rasional menyusul
semakin meluasnya pendidikan, sekurang-kurangnya bagi beberapa orang tertentu.
Perkembangan sektor pendidikan ini adalah untuk memenuhi berbagai kebutuhan
dalam kehidupan modern.
2.) Peningkatan Saving dan Investasi
Pada periode ini bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan bermunculan
seiring dengan meningkatnya saving dan investasi secara teratur dan mendasar
hingga melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan sektor perbankan/ lembaga keuangan, saving, investasi dan
pendapatan masyarakat saling menunjang. Perkembangan sektor perbankan/

6
lembaga keuangan, memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menabung
dan memperoleh dana yang diperlukan untuk invetasi sehingga memacu
peningkatan saving, investasi dan pendapatan masyarakat..
Rostow menyarankan supaya investasi pemerintah diarahkan kepada
perluasan Social overhead capital (prasarana produksi) terutama untuk
membangun jaringan transportasi. Pengembangan jaringan transportasi ini sangat
besar peranannya dalam memperluas pasar, menggarap sumber daya alam secara
lebih produktif, dan untuk memungkinkan negara memerintah secara lebih efektif.
Kebijaksanaan ini juga membantu terwujudnya stabilitas politik dan integrasi
nasional, yang merupakan prasyarat pula bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
3) Pengenalan Teknologi Maju
Berkurangnya sikap mental tradisional, kemudian dalam bidang pendidikan
serta peningkatan saving dan investasi merangsang berkembangnya usaha-usaha
untuk memperbaiki serta memperkembangkan lebih lanjut alat-alat dan metode
produksi. Penyebaran teknologi maju ini diiringi oleh berbagai rupa kegiatan
pelatihan atau training untuk menggunakannya. Akibatnya, bermunculanlah
berbagai rupa lembaga-lembaga pendidikan nonformal/ kursus-kursus
keterampilan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Adapun
tujuannya adalah untuk mengenalkan teknologi baru kepada para pekerja melalui
paket kegiatan pelatihan dan penataran. Dengan demikian lembaga-lembaga
pendidikan nonformal ini merupakan pelopor penyebaran teknologi maju ke dalam
masyarakat.
4.) Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan yang biasanya muncul sebagai reaksi terhadap
intervensi dan dominasi asing, berfungsi sebagai kekuatan potensial dalam
melahirkan masa transisi tersebut.
Di Indonesia yang sejak awal abad 17 mulai dijajah oleh Belanda, pada abad
ke 19 mulai muncul berbagai gerakan kebangsaan untuk menentang kekuasaan
Belanda. Pada awal abad 20 gerakan kemerdekaan tersebut semakin terorganisir
dan terarah dan semakin intensif masa penjajahan Jepang (1942-1945) berakhir.
Cita-cita perjuangan kemerdekaan itu kemudian dirumuskan sedemikian rupa

7
dengan tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan
makmur.

3. Tahap Lepas Landas (To Take Off)


Tahap ini merupakan tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional
dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini beberapa
penghalang petumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan
kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan serta mendominasi masyarakat
sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan
masyarakat
Menurut Rostow waktu yang diperlukan dalam periode ini berkisar antara
20 sampai dengan 30 tahun. Untuk take off suatu negara harus memenuhi tiga
syarat (karakteristik) berikut.
(a) Investasi netto meningkat sekitar dua kali lipa hingga menjadi di atas 10
persen dari pendapatan nasional
Untuk take off suatu perekonomian memerlukan tingkat investasi yang
relatif tinggi yaitu minimal 10,5 persen dari pendapatan bersih nasional (Net
National Income = NNI). Laju pertumbuhan investasi yang tinggi ini
memungkinkan laju pertumbuhan pendapatan nasional melampaui laju
pertumbuhan penduduk sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan
meningkat.

(b) Berkembangnya satu atau beberapa sektor (industri) manufaktur


penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi
Pertama, sektor pertumbuhan utama (leading growth sector) yaitu kegiatan
perekonomian yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan dapat berekspansi
ke berbagai sektor lain dalam perekonomian itu. Pertumbuhan yang pesat ini
dimungkinkan oleh adanya inovasi.Leading growth sector ini di berbagai negara
berbeda-beda. Di Inggris, misalnya tekstil, katun, sementara di Amerika Serikat,
Perancis, Rusia, Jerman dan Kanada adalah jaringan jalan kereta api. Di Swedia
industri perkayuan dan di Jepang industri sutra. Di Indonesia minyak dan gas bumi.

8
Kedua, sektor pertumbuhan suplementer (supplementary growth sector),
yaitu sektor yang berkembang pesat sebagai akibat langsung dari pertumbuhan
sektor primer. Misalnya pembangunan sistem perkereta-apian (sektor primer)
merangsang perluasan industri di bidang besi, batu bara dan baja. Dalam kasus ini
industri besi, batu bara dan baja adalah sektor suplementer.
Ketiga, sektor pertumbuhan turunan atau terkait (derivativegrowth sector),
yaitu sektor yang berkembang seirama dengan kenaikan pendapatan, penduduk dan
produksi sektor industri atau beberapa variabel lain yang secara keseluruhan
meningkat agak cepat. Misalnya industri makanan dan perumahan yang erat
kaitannya dengan penduduk.

(c) Hadirnya secara cepat suatu kerangka politik, sosial dan organisasi yang
menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan menumbuhkan daya
dorong kepada pertumbuhan
Persyaratan take off yang terakhir adalah hadir atau munculnya kerangka
budaya yang mendorong perluasan sektor modern. Syarat penting untuk itu adalah
kemampuan perekonomian untuk meningkatkan tabungan dari pendapatan yang
semakin meningkat.Hal ini diperlukan untuk meningkatkan permintaan efektif
terhadap barang-barang manufaktur, dan kemampuan untuk menciptakan manfaat
eksternal melalui ekspansi leading growth sector Menurut Rostow untuktake
off suatu masyarakat memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran, sampai ke
jantung ekonomi, politik dan tatanan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.
Dalam tahap ini, orang-orang yang ingin mempermodernkan perekonomian
(kelompok elit) biasanya meraih kemajuan yang pesat dan nyata dalam bidang
sosial, ekonomi dan budaya dibandingkan dengan kelompok tradisional.Secara
keseluruhan, kelompok elit ini mendorong masyarakat untuk menyebarluaskan
rahasia teknologi modern ke luar sektor yang telah dipermodernkan selama
masa take-off tersebut.
4. Gerakan Kearah Kedewasaan (The Drive To Maturity)

9
Pada masa ini masyarakat masyarakat sudah secara efektif menggunakan
teknologi modern pada sebagian faktor produksi dan kekayaan alamnya.Periode ini
memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik periode ini adalah
sebagai berikut:
 Kematangan Teknologi
Penggunaaan ataupun pemaikan teknologi sudah menyebar di berbagai penjuru,
dan terknologi sangat berpengaruh dalam berbagai kegiatan.
 Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti terhadap struktur
ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat, sementara
peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi terdidik.
Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah nyata
pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan jaminan
sosial dan ekonomi lebih besar.
 Manajemen Usaha
Kepemimpinan dalam dunia usaha (perusahaan) mengalami perubahan, dimana
peranan manajer semakin penting dan terpisah-pisah dari pemilik (the
owner).Perubahan ini mendorong lahirnya para manajer profesional yang
mempunyai kedudukan yang semakin penting.Watak para pengusaha (manajer)
berubah dari pekerja keras dan kasar menjadi manajer yang halus dan sopan.
 Kejenuhan Masyarakat
Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan yang diciptakan oleh
industrialisasi, dan mulai ada kritik-kritik terhadap industrialisasi tersebut. Ada
kecenderungan bahwa masyarakat selalu menginginkan sesuatu yang lebih baru,
mendorong terjadinya perubahan lebih lanjut.
5. Tahap Konsumsi Tinggi ( The Age Of High Massconsumption)
Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-
masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi
kepada masalah produksi. Karakteristiknya sebagai berikut :

 Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;

10
 Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
 Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran

Dalam tahap ini terdapat tiga tujuan utama masyarakat yang diperebutkan dalam
memperoleh sumberdaya yang tersedia dan dukungan politik, yaitu:
 Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara keluar negari dan kecenderungan ini
berwujud penakhlukan negara lain.
 Menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata bagi penduduk
dengan cara melakukan pemerataan pendapatan.
 Mempertinggi tingkat konsumsi masayarakat diatas konsumsi keperluan utama
yang sederhana seperti, makanan, pakaian, perumahan menjadi barang tahan lama
dan mewah.

B. Perekonomian di Indonesia
Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi sejak
kemerdekaan sampai sekarang, peralihan dari masa orde lama ke orde baru ini memberikan
iklim politik yang dinamis, apalagi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan, berikut merupakan penjelasannya

1. Masa Orde Lama (1945 – 1966)


Pada masa ini perekonomian berkembang kurang menggembirakan, sebagai
dampak ketidakstabilan kehidupan politik dan seringnya pergantian kabinet. Pertumbuhan
ekonomi mengalami penurunan yang sangat drastis sebesar 5%, dari 6,9% hingga 1,9%,
sementara itu defisit anggaran belanja pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun
dalam membiayai pencetakan uang baru, sehingga tingkat harga terus membumbung dan
mencapai puncaknya pada tahun 1966.
Perilaku kenaikan harga secara agresif sudah terlihat dari tahun 1955, ketika itu laju
inflasi naik 33% dan terus meningkat bahkan pada akhir kekuasaan orde lama laju inflasi
mencapai 650%.

11
2. Masa Orde Baru (1966 - 1997)
Pada masa peralihan orde lama ke orde baru, ditandai dengan kondisi
perekonomian yang tidak menentu, antara lain:
 Ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban utang luar negeri
kurang lebih sebesar US $ 2 miliar
 Penerimaan devisa ekspor hanya setengah dari pegeluaran untuk impor barang dan
jasa
 Ketidakmampuan pemerintah mengendalikan anggaran belanja dan memungut
pajak
 Percepatan laju inflasi mencapai 30 – 40 % perbulan
 Buruknya kondisi prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produksi
sektor industri dan ekspor

Menghadapi keadaan perekonomian yang demikian pemerintah menetapkan beberapa


langkah prioritas kebijakan ekonomi yaitu dengan (1) memerangi inflasi, (2) mencukupkan
stok cadangan bahan pangan, (3) merehabilitasi prasarana perekonomian, (4)
meningkatkan ekspor, (5) menciptakan dan menyediakan lapangan kerja, (6) mengundang
kembali investor asing. Selain itu pemerintah juga membuat program-program untuk
memperbaiki keadaan perekonomian baik program yang bersifat jangka pendek maupun
yang bersifat jangka panjang.
Pelaksanaan pembangunan senantiasa diarahkan pada pencapaian tiga sasaran
pembangunan yang dikenal dengan sebutan “Trilogi Pembangunan” yang meliputi
stabilitas perekonomian, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Awalnya tindakan ini berhasil, hal ini ditandai dengan pencanangan era pembangunan
ekonomi tinggal landas dimana sektor pertanian yang semula memberikan sumbangan
terbesar terhadap PDB digantikan oleh sektor idustri pengolahan. Sayangnya industri ini
malah lebih banyak bergerak pada substitusi impor sehingga bahan baku penolong dipasok
ke negara lain dan pengolahan industri ini dianggap menjadi penghambur devisa padahal
semula diandalkan sebagai penghasil devisa.
Hal ini mengakibatkan kemerosotan ekonomi dimana adanya ketergantungan yang
sangat tinggi terhadap input import sehingga terjadilah defisit transaksi terhadap neraca

12
berjalan. Selain itu industri substitusi impor ini telah membawa perekonomian Indonesia
menjadi rentan terhadap perubahan kurs mata uang dan tingkat suku bunga uang luar
negeri. Apa yang terjadi pada tahap ini adalah sama dengan tahap ktiga dari Rostow yaitu
tahap lepas landas namun kita terpeleset dan perekonomian kita terpuruk karena ternyata
dasar fundamental ekonomi makro kita tidak kuat.

3. Masa Reformasi (1998 - Sekarang)


Pada masa reformasi ini perekonomian Indonesia ditandai denga krisis moneter
yang berlanjut menadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belim menunjukan tanda-tanda
ke arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi, namun laju inflasi masih cukup
tinggi, sehingga dikatakan negatif karena sama sekali tidak mengalami pertumbuhan malah
semakin menurun.
Tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia diperkirakan telah menjadi
positif hal ini ditunjukan berdasarkan perhitungan PDB dan juga perkapita income dan
dollar. Jadi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus ada koordinasi dan
pendekatan konsentrasi antar institusi pemerintah.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas
dari permasalahn kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilil
modal besar selalu mendapatkan kesemptan yang lebih luas dibandingkan dengan para
pengusaha kecil dan menengah yang serba kekurangan modal. Disamping itu akses untuk
mendapatkan bantuan modal ke perbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha
besar dibandingkan dengan pengusaha ekonomi lemah.
Disamping itu pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional juga
memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. ketidakpastian
perekonomian dan perdagangan dunia yang semakn meningkat meyebabkan
kemungkinan-kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang kurang menggembirakan bagi
bangsa Indonesia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia secara umum adalah:

13
 Faktor produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan
penggunaan bahan baku industri dalam negeri semakin mahal
 Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan
berpihak pada dasar
 Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, harus surplus sehinga
mampu meningkatkan cadangan devisa dan menstabilakan nilai rupiah
 Faktor kebijakan moneter dan inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah
dan tingkat suku bunga ini juga harus antisipatif dan dapat diterima pasar
 Faktor keuangan negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang konstruktif dan
mampu membiayai pengeluaran pemerintah (tidak defisit)

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu masyarakat
tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional. Pembangunan
ekonomi bukan berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu Negara tetapi juga ditunjukan oleh
peranan sector pertanian dan peranan sektor industri.

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap yaitu
mesyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions
for take-off), tinggal landas (the take-off), menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa
konsumsi tinggi (the age of higt mass-consumtion).

Adapun kelebihan dan kelemahan teori Rostow adalah sebagai berikut:


 Kelebihan:
1. Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi :
1) Tahap masyarakat tradisional,
2) Tahap prasyarat lepas landas,
3) Tahap lepas landas,
4) Gerakan kearah kedewasaan, dan
5) Tahap konsumsi tinggi.
Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada pengambil
kebijakan di sebuah Negara tentang tahapan dan prasyarat dari pencapaian tahapan
yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju. Kejelasan
teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak negara
berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.
2. Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam
memperoleh sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif
yang tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a) Dana investasi dari pajak yang tinggi
b) Dana investasi dari pasar uang atau pasar modal
c) Melalui perdagangan internasional
d) Investasi langsung modal asing

15
 Kelemahan:
1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan
oleh teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi
oleh pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat
lanjutannya adalah sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui
tahap tinggal landas.
2. Dengan dasar teori ini, seringkali negara harus melakukan mobilisasi seluruh
kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat
investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu
adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan
mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan
berkelanjutan di masa yang akan datang. Kerusakan alam justru berakibat pada
penurunan ekonomi masyarakat tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya
penyakit, kerawanan sosial, dsb.
3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal
dari investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan
prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini
biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari
lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi
Natioanl Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara
berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat
terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang tersebut
berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah
kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak,
pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari
Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda
politik maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara
berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan
persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang
diharapkan.

16
4. Tahap lepas landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang
disampaikan oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana
mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak
memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek
negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya
efek kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali
justru berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi
di Indonesia..

17
DAFTAR PUSTAKA
 http://aksaput.blogspot.com/2016/04/tahap-tahap-pertumbuhan-ekonomi.html
 http://beilmin.blogspot.com/2017/10/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html
 https://miswarymyusuf.blogspot.com/2015/10/makalah-tahap-tahap-pertumbuhan-
ekonomi.html
 http://titosuasono.blogspot.com/2015/01/tahap-tahap-pertumbuhan-ekonomi.html
 https://dininst.blogspot.com/2014/12/kelemahan-teori-lima-tahap-pembangunan.html

18

Anda mungkin juga menyukai