Anda di halaman 1dari 7

Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila

kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama, akan terjadi kematian
jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Pemberian terapi oksigen dalam
asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer hingga sampai ke tingkat sel
melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan tersebut maka perawat
harus memahami indikasi pemberian oksigen, dan metode pemberian oksigen
(Hidayat, 2005).

1. Pengkajian

A. Identitas Klien
Klien bernama An. N, umur 4 tahun 10 bulan berjenis kelamin laki- laki,
agama Islam, alamat Gelangrejo Sukoharjo. Pasien dirawat di bangsal Flamboyan
RSUD Sukoharjo sudah tiga hari sejak dokter mendiagnosa dengan Asma
Bronkial. Penanggung jawab kepada klien adalah Tn. T, umur 40 tahun, pekerjaan
swasta, pendidikan terakhir SMA, alamat Gelangrejo Sukoharjo, dan Ny. S, umur
30 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, alamat
Gelangrejo Sukoharjo.

B. Pengkaji

1. Riwayat Kesehatan Klien


Dari pengkajian yang penulis lakukan didapatkan riwayat kesehatan
klien, Ny. S mengatakan sebelum di bawa ke Rumah Sakit An.N batuk, sesak
nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga hari yang
lalu. Panas turun jika di beri obat penurun panas. Pada hari senin batuk
disertai sesak nafas serta nyeri dada setelah batuk dan beraktifitas, terdapat
retraksi dinding dada. Keluarga membawanya ke Poli Anak RSUD
Sukoharjo, oleh dokter disarankan untuk rawat inap di bangsal Flamboyan
pada tanggal 24 April 2013 dengan diagnosa Asma Bronkial dengan riwayat
mondok 3 kali dengan penyakit yang sama.
Keluhan utama yang klien rasakan, ibu An.N mengatakan An.N sesak
nafas, batuk dan dahak susah keluar.
Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan riwayat masa lalu
kehamilan, Ny. S mengatakan melahirkan satu anak dan tidak pernah aborsi
(G0P1A0). An. N merupakan anak pertama, lahir pada tanggal 9 Juni 2008,
lama persalinan kurang lebih 8 jam kemudian jenis persalinan spontan di
Bidan terdekat dari rumah tempat tinggalnya. Berat badan lahir adalah 3200
gram, panjang badan 50 cm, kemudian tidak ada kelainan congenital pada
saat lahir.
Riwayat alergi, ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak
mempunyai alergi terhadap, obat- obatan, tetapi alergi terhadap cuaca dan
makanan yang mengandung zat pengawet. Pada saat dilakukan pengkajian
perkembangan pada An. N, ibu klien mengatakan pertumbuhan gigi An. N
sudah lengkap, tidak terdapat karies gigi, sudah bisa mengambil makanan
sendiri, bisa menggosok gigi secara mandiri (perkembangan normal sesuai
usia secara DDST). Riwayat imunisasi, Ny. S mengatakan An. N sudah
8
8
mendapatkan imunisasi secara lengkap yaitu BCG, hepatitis B, polio, DPT,
dan Campak, tetapi keluarga lupa tanggal imunisasinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien
composmentis. Pada pemeriksaan sistem pernapasan diperoleh data An. N
batuk, sesak napas, terdapat suara wheeizing (mengi), suhu 37 derajat celcius,
pernapasan 38 kali per menit (rentang normal 20- 30 kali per menit). Pada
pemeriksaan paru- paru: inspeksi simetris antara kanan dan kiri, palpasi vocal
fremitus kanan dan kiri tidak sama, perkusi: sonor, auskultasi terdengar
wheezing. Abdomen: inspeksi perut datar, umbilikus bersih, auskultasi bising
usus 24 x / menit, palpasi tidak terdapat nyeri tekan, perkusi timpani. Pada
pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah tidak terdapat luka maupun edema.
Bentuk kepala mesoceppal, tidak ada cidera, rambut hitam dan tipis.
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat serumen, pendengaran
baik. Bentuk mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor. Lubang hidung simetris, dan tidak terdapat polip. Bentuk
mulut simetris, warna bibir merah, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis,
dan tidak ada tonsilitis. Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran tyroid.
Pada pengkajian sistem pencernaan, bagian nutrisi diperoleh data
WAZ: -1,6 tergolong normal. Ny. S mengatakan An. N belum pernah
melakukan diet, biasa makan nasi, sayur, lauk, pauk serta minum air putih
serta teh.
9
9
Pada An. N tidak terdapat masalah BAB dan BAK (normal), saat
dikaji BAB sebelum sakit 1x sehari dengan konsisten lunak, berwarna
kuning, dan berbau khas, saat sakit Ny.S mengatakan anaknya belum BAB.
BAK sebelum sakit kurang lebih 5 kali per hari dengan warna urin kuning
jernih, berbau khas dan saat sakit BAK kurang lebih 4 kali per hari. An. N
tidak terpasang kateter maupun pampers dan toileting dilakukan dikamar
mandi.
3. Terapi
Pada tanggal 25 April 2013 terapi yang diberikan RL 16 tetes per
menit makro, Cefotaxim 350 mg/ 8 jam, Dexamethason 2,5 mg/ 8 jam, Puyer
batuk 3x1 bungkus, paracetamol 1½ sendok takar/5 jam 1 sendok takar: 5 ml,
5ml:120 mg dan Nebulezer/ 12 jam, isinya Ventolin 2,5 mg, Pulmicort 2 mg,
dan Nacl 2, 5 cc. Terapi pada tanggal 26 – 27 April 2013, terapi yang
diberikan RL 16 tetes per menit makro, Cefotaxim 350 mg/ 8 jam,
Dexamethason 2,5 mg/ 8 jam, Puyer batuk 3x1 bungkus, Nebulezer/ 12 jam,
isinya Ventolin 2,5 mg, Pulmicort 2 mg, dan Nacl 2, 5 cc.
4. Data Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 25 April 2012
didapatkan hasil yaitu WBC (white blood cell) 5,4 10³ / !L (normal 4,5 -11),
RBC (Read blood cell ) 4,46 106 /!L(normal 4,5 - 5,5), HGB (Hemoglobin)
11,9 g/ dl (normal 12 – 16), HCT (Hematokrit)34,4 % (normal 38 – 47),
10
10
MCV (Mean corpuscular volume) 77,0 pg (normal 85 -100), MCHC (Mean
corpuscular hemoglobin concentration) 34 g/ dl (normal 30 - 33).

2. Pengertian
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan
(Musliha, 2010).

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien asma bronkhial (Hadibroto,
2006), yaitu :
1) Pemeriksaan darah
Terkadang pada pemeriksaan darah terdapat peningkatan SGOT
dan LDH, leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan adanya suatu infeksi.
2) Pemeriksaan sputum
3) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada pasien asma.
12
4) Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
5) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan

Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Jalan Nafas
Umumnya terjadi penyumbatan pada jalan nafas akibat adanya
bronkospasme ataupun sekresi yang tertahan,wheezing, adanya
retraksi dinding dada.
b) Pernafasan
Kaji keefektifan pola nafas, respiratory rate, saturasi oksigen,
adanya nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas,
abnormalitas pernafasan.
c) Sirkulasi
Kaji heart rate, perkusi, tekanan darah, perdarahan, perabaan
akral, tanda-tanda syok, capillary refille, suhu tubuh,
kelembaban kulit.
d) Tingkat Kesadaran
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum
(GCS, AVPU), ukuran dan reaksi pupil.
e) Kontrol Lingkungan
Pengkajian adanya cedera atau kelainan lain dan kondisi
lingkungan yang ada di sekitar pasien.
14
2) Pengkajian sekunder
a) Alergi
Kaji adanya alergi terhadap makanan, obat-obatan,
lingkungan, dan lain-lain
b) Obat-obatan
Kaji penggunaan obat-obatan yang sedang atau pernah
dikonsumsi
c) Riwayat penyakit sebelumnya
Kaji riwayat penyakit sebelumnya yang dialami pasien yang
berhubungan dengan asma bronkhial
d) Makanan terakhir yang dikonsumsi
Hasil pengkajian makanan atau minuman terakhir yang
dikonsumsi pasien sebelum datang ke rumah sakit (kapan
terakhir makan, jenis makanan apa, jam berapa makan
terakhir, dan lain-lain)
e) Kronologi terjadinya penyakit
Kaji kronologi terjadinya penyakit asma bronkhial

3. Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai


oleh periode episodik spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara
bronkhial atau spasme bronkus. Spasme bronkus ini menyempitkan jalan
nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan mengi
(Asih dan Effendy, 2003). Gejala-gajala seseorang terserang asma sangat khas
yang terdiri atas trias asma yaitu wheezing, hipersekresi, dan bronkospasme.

A. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa 3 April 2012 pukul 11.00 di
ruang Anggrek I kamar 1 i. Pasien bernama Ny. N berumur 49 tahun, berjenis
kelamin perempuan, beragama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA), Ny. N seorang ibu rumah tangga yang
beralamat di Tawangsari 03/34 Mojosongo, Jebres, Surakarta. Ny. N datang
ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada hari Selasa 27 Maret 2012 dengan
diagnosa medis asma dengan nomor rekam medis 01051827.
Identitas penanggung jawab, bernama Ny. A berumur 25 tahun, jenis
kelamin perempuan, bekerja sebagai wiraswasta yang beralamat di
Tawangsari 03/34 Mojosongo, Jebres, Surakarta. Hubungan dalam keluarga
Ny. A sebagai anak kandung dari Ny. N.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Klien
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 3 April 2012 keluhan
utama Ny. N mengeluh sesak nafas. Riwayat kesehatan sekarang, Ny. N
mengeluh sesak nafas, batuk disertai sputum, terdengar suara nafas
wheezing, ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, ada nafas cuping hidung,
dan pasien tampak lemah. Keadaan umum pasien baik, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 26 kali
per menit, suhu 36,8 derajat celcius.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan mengeluh sesak nafas
sejak 2 tahun yang lalu, yang menyebabkan sesak pasien bukan karena
alergi, tetapi aktifitas membawa beban berat pada waktu dulu saat masih
bekerja, pasien juga mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat kesehatan
keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi, serta tidak
memiliki penyakit menular seperti tuberculosis (TBC).
2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
Menurut pengkajian pola Gordon, hasil pengkajian pola istirahat
tidur pasien didapatkan sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7 sampai 8
jam sehari. Kira-kira pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB dan jumlah tidur
siang kurang lebih 1 jam. Selama sakit pasien mengatakan kadang
terbangun karena sesak nafasnya. Tidur kira-kira 5 sampai 6 jam sehari.
Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan sebagai
ibu rumah tangga beraktivitas mengerjakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik. Makan, berpakaian, ambulasi, mobilisasi
dibantu oleh anaknya, toileting di tempat tidur dengan menggunakan
pispot.
Pola mekanisme koping, sebelum sakit pasien mengatakan selalu
bercerita tentang masalah kepada suami dan anaknya. Selama sakit pasien
bercerita tentang masalahnya kepada suami atau anaknya, dan pasien
mengatakan khawatir dengan penyakitnya.
3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penilaian
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan hasil, keadaan umum
pasien baik, dengan kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien adalah tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit,
suhu 36,8 derajat celcius, frekuensi pernapasan 26 kali per menit.
Pemeriksaan mata, bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva anemis,
sklera tidak icterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Pemeriksaan hidung, lubang hidung simetris, bersih, tidak ada
pembesaran polip, tidak ada sekret, tidak ada lesi, ada nafas cuping hidung
dan terpasang kanul oksigen dengan terapi 2 liter per menit. Pemeriksaan
mulut dan bibir, mulut pasien bersih, membran mukosa tidak sianosis,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries, dan lidah bersih.
Pemeriksaan dada, pada paru dilakukan inspeksi dada terlihat
simetris antara kanan dan kiri, pengembangan dada kanan dan kiri sama.
Palpasi vocal premitus kanan kiri depan belakang sama. Perkusi bunyi
paru sonor dan auskultasi terdengar suara wheezing. Pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kulit, dengan hasil yang
didapatkan yaitu turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, capillary
refill kembali dalam tiga detik.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012
didapat hasil : hemoglobin 8,5 g/dl, eritrosit 3,17 jt/ul, leukosit 15,6 rb/ul,
hematokrit 27 %, trombosit 228 rb/ul, eusinofil 2,60 %, basofil 0,80 %,
neutrofil 70,80 %, limfosit 20,10 %, monosit 5,70 %, LUC 3,10 %, protein
total 5,1 g/dl, albumin 1,0 g/dl, globulin 4,1 g/dl, besi 10 g/dl. Hasil
pemeriksaan radiologi foto thorak menunjukkan cardiomegali dengan
odema pulmonum grade I-II
A. Identitas Klien
Klien bernama An. N, umur 4 tahun 10 bulan berjenis kelamin laki- laki,
agama Islam, alamat Gelangrejo Sukoharjo. Pasien dirawat di bangsal Flamboyan
RSUD Sukoharjo sudah tiga hari sejak dokter mendiagnosa dengan Asma
Bronkial. Penanggung jawab kepada klien adalah Tn. T, umur 40 tahun, pekerjaan
swasta, pendidikan terakhir SMA, alamat Gelangrejo Sukoharjo, dan Ny. S, umur
30 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, alamat
Gelangrejo Sukoharjo.
B. Pengkaji

Anda mungkin juga menyukai