Larutan dicampur dan dipanaskan pada pengangas air yang
diatur secara termostatik pada suhu 800C selama 60 menit untuk eritromisin dan azitromisin, dan selama 30 dan 45 menit untuk roksitromisin dan klaritromisin. Larutan selanjutnya didinginkan, diencerkan sampai batas volume labu takar dengan akuades, dan diukur dengan spektrofluometri pada panjang gelombang eksitasi 255 dan panjang gelombang emisi 348 nm.
3. Flow injection analysis (FIA)
FIA telah digunakan untuk analisis eritromisin dalam sediaan tablet dan kapsul. Reagen kemiluminisensi terdiri atas larutan Ru(bpy)33+, yang dibuat dalam buffer asetat 10 mM pH 5,8 dengan menggunakan 3 elektroda. Oksidasi dibiarkan terjadi selama 30 menit untuk tiap 100 mL reagen sebelum digunakan dan potensial dibuat konstan selama durasi percobaan. Pengaliran larutan Ru(bpy)33+ diatur pada 0,7 mL/menit. Fase gerak pembawa adalah asetonitril-buffer natrium asetat yang mengandung heptana 10 mM (27:73 v/v) dan pH diatur 6,0 dengan asam sulfat.
Kondisi KLT untuk analisis antibiotik makrolida
Senyawa Matriks Sampel Fase diam Sistem eluen EA,EB,psAHK,AE Larutan Silika gel Metilen-klorida- metanol-benzen- formamid EA, EB, EC, AE, Larutan Kieselgel G Metilen-klorida-n- ESM Keiselguhr heksan-etanol Eritromisin Larutan Silika gel H Metanol Eritromisin Kapsul Silika gel G Metanol-natrium asetat dalam air
ket: EA(eritromisin A) ; EB (eritromisin B); EC(eritromisin C);
psEAHK(pseudoeritromisin hemiketal); AE(anhidroeritromisin) dan ESM(eritrolosamin). 4. Kromatografi Lapis Tipis Usaha pertama untuk menganalisis eritromisin melibatkan penggunaan KLT untuk memisahkan eritromisin A dan eritromisin B. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan lempeng silika gel dengan berbagai macam pelarut organik atau campuran pelarut organik sebagai eluen, yang visualisasinya dilakukan dengan asam sulfat 50%. Visualisasi yang terdiri atas serium sulfat 1 %, dan asam molibdat 2,5% dalam asam sulfat 10% juga digunakan. Beberapa sistem KLT yang digunakan untuk analisis antibiotik makrolida dapat dilihat pada tabel 6.1. KLT dikembangkan untuk analisis eritromisin dan tretinoin dalam sediaan lotion dengan adanya beberapa bahan tambahan. KLT dilakukan dengan silika gel 60F(dengan gypsum) 254. Sebanyak 10µL larutan induk eritormisin 0,1% ditotolkan pada lempeng dan dikeringkan dibawah aliran nitrogen. Larutan induk 0,1% eritromisin dilarutkan dalam etanol. Fase gerak yang digunakan adalah diklorometana-metanol-amonia 25%(60:6:1 v/v/v). Derivatisasi dilakukan dengan menggunakan reagen pencelup yang terdiri atas anisaldehid-asam sulfat-asam asetat, masing-masing 1,2, dan 10 % (v/v/v). Kondisi berikut juga digunakan untuk analisis erirtromisin dalam sedian farmasetik Fase diam : Silika gel 60F-254 Fase gerak : etil-asetat-etanol : sodium asetat 10% (9:7:8 v/v) Scanning : Densitometri dilakukan dengan mode absorbansi pada panjang gelombang 425 nm, sebelumnya lempeng HPTLC disemprot dengan campuran anisaldehid-asam- sulfat-etanol(1:1:9) dan dipanaskan pada suhu 1000C dalam oven selama 2 menit. Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol. 5. Metode Kromatografi cair kinerja tinggi Telah dilakukan uji banding antar laboratorium untuk melakukan analisis eritromisin dan senyawa terkait. Protokol analisis dengan KCKT melibatkan penggunaan metode gradien pada kecepatan alir 1,0 mL/menit. Kolom Xterra RP C18 (250 mm x 4,6 mm i,d; ukuran partikel 3,5µm) digunakan da kolom dijaga pada suhu 650C dalam oven udara panas. Volume yang diinjeksi adalah 100 µL dan deteksi dilakukan dengan UV pada panjang gelombang 210 nm, Autosampler dijaga pada suhu 40C dengan tujuan untuk memaksimalkan stabilitas larutan. Dua fase gerak yang terdiri atas asetonitril-KH2PO4 0,2 M pH 7,0-air disiapkan. Fase gerak A menggunakan perbandingan 35: 5 :60 v/v/v) sementara fase gerak B menggunakan perbandingan (50: 5: 45v/v/v). Program gradien yang digunakan adalah 0 0-x menit :100 % A; x sampai (x+2): 100 -0% A ; (x+2) sampai (x+9) sampai (x+10): 0 -100% A; (x+10) sampai (x+20): 100% A, yang mana x adalah waktu retensi eritromisin B(dalam menit). Semua sampel dilarutkan dalam campuran metanol-kalium hidrogen fosfat pH 8,0 (2:3 v/v). Kromatogram yang diperoleh untuk pemisahan eritromisin dan senyawa-senyawa terkait sebagaimana dalam gambar 6.2
KCKT baik dengan detektor UV ataupun dengan detektor elektrokimia telah
digunakan untuk analisis eritromisin estolat dalam sediaan farmasetik. Perhatian khusus diberikan terkait dengan stabilitas sifat estolat selama perlakuan sampel dan selama penyimpanan. Detektor UV lebih sesuai untuk analisis dalam sediaan farmasi yang mengandung eritromisin estolat karena memberikan keuntungan dibandingkan detektor elektrokimia, dalam hal stabilitas serta sensitifitasnya untuk mendeteksi sekelumit produk hasil degradasi. Kondisi kromatografi KCKT : buffer fosfat 0,05 M disiapkan dengan menambahkan 3,2 mL asam fosfat ke 1 liter air dan mengatur pH nya sampai 6,3 dengan natrium hidroksida. fase gerak disiapkan dengan mencampur 650 mL asetonitril dengan 350 mL buffer fosfat dan campuran dilakukan degassing dan disaring melalui penyaringan 0,45 mikron. Fase gerak dihantarkan dengan kecepatan 1 mL/menit. Kolom Techsil C18(250 mm x 3,9 mm; 10µm) digunakan untuk pemisahan dan dijaga pada suhu 350C. Detektor UV diatur pada panjang gelombang 200 nm dan diletakan secara in line dengan detektor elektrokimia elektroda ganda yang dioperasikan dalam mode oksidasi dengan elektroda atas diatur +0,70 V. elektroda bawah +0,90V dan sel pengamatan pada +1,00V. Standar internal oleandomisin fosfat (2,0 mg/mL) dilarutkan dalam campuran asetonitril-air(1:1 v/v). Analisis kapsul : sejumlah serbuk kapsul yang setara dengan 5,0 mg ditimbang seksama dan dipindahkan ke labu takar 10 mL yang telah mengandung 1 mL standar internal. Setelah dilakukan pencampuran dengan vorteks selama 1 menit, sampel dibuat sampel volume dengan asetonitril, disonikasi selama 5 menit dan dibiarkan untuk mencapai setimbang pada suhu kamar. Sampel disentrifuge dan diinjeksi ke sistem KCKT. Gel yang mengandung eritromisin dan benzoil peroksida sering digunakan untuk pengobatan acne vulgaris. Metode ini dikembangkan untuk determinasi keduanya dalam gel. Eritromisin diekstrasi dari gel dalam suatu kondisi yang mana daya oksidasi benzoil peroksida dinetralkan dengan penambahan asam askorbat. Kolom yang digunakan untuk pemisahan adalah Xterra RP18 (250 mm x 4,6 0 mm i.d; 5µm). Kolom dijaga pada suhu 65 C dalam penangas air. Pemisahan dilakukan secara isokratik dengan fase gerak yang mengandung astonitril-buffer fosfat 0,2 pH 7,0-air (35:5:60 v/v/v) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Buffer fosfat pH 7,0 disiapkan dengan mencampur dikalium hidrogen fosfat 0,2 M dengan asam fosfat 0,2 M. Detektor dilakukan dengam UV pada panjang gelombang 215 nm. Untuk penyiapan campuran disolusi, sebanyak 5 g asam askorbat ditambahkan ke 500 mL buffer kalium fosfat 0,2 M pH pH 0,7 yang digunakan dalam fase gerak. Campuran ini dibuat pH nya sampai pH 7,0 dengan larutan KOH 45 % (b/v). Gel (sebanyak 1,00 g) diencerkan dengan campuran disolusi-asetonitril(75:25 v/v), dan dibuat sampai 100,0 mL dan diaduk selama 30 menit. Larutan ini disaring melalui penyaring membran 0,2 mikron, dan sebanyak 100 µL filtrat diinjeksi ke sistem KCKT. Eritromisin etilsuksinat dalam sediaan suspensi oral dianalisis dengan KCKT. Pemisahan dilakukan dengan kolom X-TerraTM C18. Campuiran asetonitril-buffer ammonium dihidrogen fosfat 0,025 M pH 7,0 (60:40 v/v) digunakan sebagai fase gerak dan dihantarkan secara isokratik dengan detektor UV pada panjang gelombang 205 nm. Metode yang dikembangkan mampu menunjukan spesifitas yang baik, yang mana eritromisin tidak terganggu oleh puncak-puncak hasil degradasi eritromisin. Kondisi-kondisi KCKT yang lain untuk analisis eritromisin adalah sebagai berikut : Matriks : Basis krim Kolom : poly(styrene-divinylbenzene) PLRP-s`1000A (250 mm x 4,6 i.d) dari polimer Labs Suhu kolom : 700C dalam penangas air Fase gerak : 2-metil-2-propanol-asetonitril-buffer fosfat (0,2 M; pH 11,0)-air (165:30:50:755 v/v/v/v) Kecepatan alir : 2,0 mL/menit Volume injeksi : 100µL Detektor : UV 215 Matriks : Campuran eritromisin dengan trimetoprim dalam tablet. Kolom : Symmetry Waters C18 (150 mm x 4,6 mm i.d µm) Fase gerak : Buffer kalium dihidrogen fosfat pH 9-asetonitril-air (25:100:50 v/v/v) Kecepatan alir : 1,6 mL/menit Volume injeksi 20 µL Detektor : UV 210 Matriks : Eritromisin A dan eritromisin D serta senyawa-senyawa terkait Kolom :Hypersil BDS C18 (250 mm x 4,6 mm i.d: 5 µm) Fase gerak : 2- metil-2-propanol-2-propanol-buffer fosfat 0,2 M (pH 7,5)- air(8,5:8,5:78 v/v/v/v) atau 2-metil-propanol-asetonitril-buffer fosfat 0,2 M pH 7,5-air (22:5:5:68 v/v/v/v). Fase organik dicampur dulu dilanjutkan dengan fase air. Kecepatan alir : 1,0 mL/menit Volume : 20 µL Detektor : UV 215
6. Kromatografi cair-Spektrometri Massa
Kromatrografi cari yang dihubungkan dengan spektrometri massa (LC-MS) dikembangkan untuk analisis (identifikasi dan kuantitatif) eritromisin etilsuksinat dan eritromisin dalam plasma manusia, yang selanjutnya digunakan untuk studi klinik. Metode berdasrkan pada ekstrasi cair-cair, diikuti dengan prosedur kromatografi dengan kolom ODS, serta campuran asetonitril dan asam asetat 1,67 M digunakan sebagai fase gerak. Deteksi dilakukan dengan spektrometer massa menggunakan quadrupole tunggal dalam bentuk pemantauan ion positif tertentu. Proses kromatografi dengan kolom ODS (250 mm x 2,0 mm i.d; µm). Fase gerak dihantarkan dengan kecepatan 0,2 mL/menit yang berupa asetonitril-air yang mengandung asam asetat 1,167mM (70:30 v/v). Suhu oven kolom dijaga 400C. Pemisahan sampel : sebanyak 0,2 mL plasma dan larutan standar internal diazepam (konsentrasi akhir 1 µg/mL) dipipet ke dalam tabung