Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.

H P1 A0
UMUR 26 TAHUN DENGAN BENDUNGAN ASI
DI RUMAH SAKIT ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir


Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
ATIK IZAH
NIM B 12 006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. H P1 A0


UMUR 26 TAHUN DENGAN BENDUNGAN ASI
DI RUMAH SAKIT ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

DiajukanOleh :
ATIK IZAH
NIM B 12 006

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal …....................................

Pembimbing,

Megayana Yessy Marreta, S.ST


NIK. 201491135

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. H P1 A0 Umur 26 Tahun
Dengan Bendungan Asi Di Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen“. Karya
Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat kelulusan dari Program Studi Diploma III Kebidanan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari,SST, selaku Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Megayana Yessy M.,SST, Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis.
4. Dr. Wiwiek Irawati, M.Kes yang bersedia memberikan ijin pada penulis dalam
pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi Diploma III Kebidanan STIKES Kusuma
Husada Surakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karta TulisIlmiah.
7. Ny.H yang bersedia menjadi pasien dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat menyempurnakan Karya Tulis
Ilmiah ini. Semoga KaryaTulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

iv
Program Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2015
Atik Izah
B12. 006

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. H P1 A0


UMUR 26 TAHUN DENGAN BENDUNGAN ASI
DI RS ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

xi + 70 halaman + 3 gambar + 15 lampiran

INTISARI

Latar belakang : Infeksi merupakan salah satu penyebab AKI pada waktu nifas
yang dapat diawali oleh bendungan ASI. Sebesar 16% dari seluruh ibu pekerja di
Indonesia mengalami bendungan ASI. Data di RS Assalam Gemolong Sragen
pada bulan September 2013 - September 2014 menunjukan terdapat 12 ibu nifas
dengan bendungan ASI dari 133 ibu nifas.
Tujuan : Dapat melakukan Asuhan Kebidanan ibu nifas pada Ny.H P1 A0 umur
26 tahun dengan bendungan ASI di RS Assalam Gemolong Sragen menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah varney.
Metode : Laporan studi kasus ini menggunakan metode deskriptif Lokasi studi
kasus di RS. Assalam Gemolong Sragen. Subjek studi kasus adalah Ny. H P1 A0
umur 26 tahun dengan bendungan ASI. Studi kasus dilakukan bul an Oktober
2014 - Agustus 2015. Teknik pengumpulan data primer meliputi pemeriksaan
fisik, wawancara, dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi
dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil : Setelah 3 hari diberikan terapi antalgin 500 mg per oral 3x1, parasetamol
500 mg per oral 3x1, KIE tetang cara perawatan payudara, dan KIE tentang cara
menyusui bayi dengan baik dan benar didapatkan hasil ibu sudah tidak cemas dan
bendungan ASI sudah teratasi.
Kesimpulan : Dari hasil asuhan kebidanan pada Ny. H P1 A0 umur 26 tahun
dengan bendungan ASI penulis menemukan kesenjangan yaitu pemberian terapi
obat pada teori diberikan parasetamol 500 mg per oral sedangkan pada kasus
diberikan parasetamol 500 mg per oral (3x1) dan antalgin 500 mg per oral (3x1).

Kata Kunci : Nifas, bendungan ASI.


Kepustakaan : 19 referensi (2006 - 2015)

v
MOTTO

1. Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi


jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi
kesalahan lagi.
2. Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak
percaya menjadi percaya, dan memberikan keberanian dalam ketakutan.
3. Bersyukur adalah hal paling mudah untuk bahagia.

PERSEMBAHAN

Karya Tulis lmiah ini penulis persembahkan


kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga terwujud karya
kecil ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas doa
restu dan cinta kasihmu selama ini.
3. Adik dan Kakak yang mendukung dan
memberikan canda tawanya.
4. Ibu Megayana Yessy M., S.ST terima kasih
atas bimbingannya selama ini.
5. Sahabat – sahabatku tercinta yang selalu ada
dalam suka citaku selama ini
6. Teman-teman seangkatan di STIKes Kusuma
Husada semoga perjalanan dan kebersamaan
yang telah kita tempuh selama ini mampu
menjadikan kita lebih bijak dan dewasa.
7. Almamater tercinta.

vi
CURI CULUM VITAE

BIODATA
Nama : Atik Izah
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 23 September 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pinggir RT 09/04, Tanggan, Gesi, Sragen

RIWAYAT PENDIDIKAN
MI Tanggan Lulus tahun 2006
MTs Al-Hikmah Tanon Lulus tahun 2009
MA Al- Hikmah Tanon Lulus tahun 2012
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012/2013

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
INTISARI....................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
CURICULUM VITAE ………………………………………………….. ... vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. .... viii
LAMPIRAN……………………………………………………………… ... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Studi Kasus................................................................. 2
D. Manfaat Studi Kasus............................................................... 4
E. Keaslian Studi Kasus .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................ 6
1. Nifas ............................................................................... 6
a. Pengertian Nifas ...................................................... 6
b. Tahapan Masa Nifas ................................................ 6
c. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas ..................... 7
2. Bendungan ASI ............................................................... 9
a. Pengertian ................................................................ 9
b. Etiologi Bendungan ASI ......................................... 9
c. Tanda dan Gejala ..................................................... 10
d. Penatalaksanaan ...................................................... 10
e. Pencegahan .............................................................. 12

viii
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan ................................... 12
1. Pengertian ....................................................................... 13
2. Proses Manajemen Kebidanan ....................................... 13
C. Landasan Hukum ................................................................... 30
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi............................................................................... 31
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................. 31
C. Subyek Studi Kasus ................................................................ 32
D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 32
E. Instrument Studi Kasus........................................................... 32
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 32
G. Alat Yang Dibutuhkan ........................................................... 35
H. Jadwal Penelitian ................................................................... 36
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus ...................................................................... 37
B. Pembahasan ........................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 69
B. Saran ...................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Surat Persetujuan Responden

Lampiran 8 Format Askeb

Lampiran 9 Lembar Observasi

Lampiran 10 Satuan Acara Penyuluhan Cara Perawatan Payudara

Lampiran 11 Leaflet Cara Perawatan Payudara

Lampiran 12 Satuan Acara Penyuluhan Cara Merawat Payudara

Lampiran 13 Leaflet Cara Menyusui Yang Benar

Lampiran 14 Dokumentasi Studi Kasus

Lempiran 15 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa infeksi yang terjadi setelah melahirkan disebabkan oleh

mastitis dan abses payudara yang diawali dengan adanya bendungan saluran

ASI. Infeksi masa nifas yang diawali oleh adanya bendungan ASI timbul

karena produksi ASI yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari

pertama lahir masih sedikit (Prawirohardjo, 2010). Pada permulaan masa

nifas apabila bayi belum mampu menyusu dengan baik, atau apabila kelenjar-

kelenjar

tidak dikosongkan dengan sempurna, akan terjadi bendungan ASI

(Rukiyah & Yulianti, 2014).

Menurut Rukiyah & Yuliyanti (2014) pada masa nifas, bendungan ASI

paling banyak dialami oleh ibu-ibu pekerja yaitu sebesar 16% dari seluruh ibu

yang menyusui di Indonesia. Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan

menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan

payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan

angka kejadian bendungan ASI.

Bendungan ASI dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika

payudara telah memproduksi ASI. Bendungan ASI yang tidak ditangani

dengan baik dapat menyebabkan terjadinya infeksi lain seperti mastitis dan

1
2

infeksi yang dapat mengakibatkan kematian jika terjadi abses payudara

(Suherni & Widyasih, 2008).

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen

pada bulan September 2013 sampai September 2014 menunjukkan terdapat

sebanyak 133 orang ibu nifas. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 ibu nifas

mengalami Bendungan ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengambil Judul Studi Kasus “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. H P1

A0 Umur 26 Tahun Dengan Bendungan ASI Di Rumah Sakit Assalam

Gemolong Sragen” dengan menggunakan Manajemen Kebidanan 7 Langkah

Varney.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. H P1 A0

Umur 26 Tahun Dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Assalam Gemolong

Sragen” menggunakan Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. H P1 A0 Umur

26 Tahun Dengan Bendungan ASI di RS Assalam Gemolong Sragen

secara baik dengan menerapkan Manajemen Kebidanan 7 langkah

Varney.
3

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian data dasar terhadap Ibu Nifas

Pada Ny. H P1 A0 Umur 26 Tahun Dengan Bendungan ASI di RS

Assalam Gemolong Sragen.

b. Mampu menetapkan interpretasi data untuk mengidentifikasi

diagnosa, masalah, dan kebutuhan terhadap Ibu Nifas Pada Ny. H

P1 A0 Umur 26 Tahun Dengan Bendungan ASI di RS Assalam

Gemolong Sragen.

c. Mampu menetapkan diagnosa potensial terhadap Ibu Nifas Pada Ny.

H P1 A0 Umur 26 Tahun Dengan Bendungan ASI di RS Assalam

Gemolong Sragen.

d. Mampu menetapkan tindakan segera pada asuhan kebidanan

terhadap Ibu Nifas Pada Ny. H P1 A0 Umur 26 Tahun Dengan

Bendungan ASI di RS Assalam Gemolong Sragen.

e. Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan

kebidanan terhadap Ibu Nifas Pada Ny. H P1 A0 Umur 26 Tahun

Dengan Bendungan ASI di RS Assalam Gemolong Sragen.

f. Mampu melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan aman pada

asuhan kebidanan terhadap Ibu Nifas Pada Ny. H P1 A0 Umur 26

Tahun Dengan Bendungan ASI di RS Assalam Gemolong Sragen.

g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan

pada asuhan kebidanan terhadap Ibu Nifas Pada Ny. H P1 A0 Umur


4

26 Tahun Dengan Bendungan ASI di RS Assalam Gemolong

Sragen.

h. Mampu menentukan kesenjangan antara teori dan praktik di lahan

pada Ny. H P1 A0 Umur 26 Tahun Dengan Bendungan ASI di RS

Assalam Gemolong Sragen.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI.

2. Bagi profesi

Dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan lainnya dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI

secara komprehensif.

3. Bagi instansi dan institusi

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai tambahan Informasi dalam mengembangkan asuhan

kebidanan pada Ibu nifas dengan Bendungan ASI sehingga mutu

pelayanan yang di berikan semakin meningkat.

b. Bagi institusi pendidikan.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan pada Ibu nifas dengan


5

Bendungan ASI dan sebagai tambahan referensi terbaru di

perpustakaan.

E. Keaslian Studi Kasus

1. Aulia Utami, Stikes Kusuma Husada Surakarta (2012) dengan judul

“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Bendungan Saluran ASI Di RB

Marga Waluya Surakarta”. Jenis penelitian studi kasus deskriptif. Hasil

penelitian setelah 3 hari diberikan terapi antalgin 500 mg per oral 3 x 1,

perawatan payudara, dan menyusui bayi dengan baik dan benar

didapatkan hasil masalah dapat teratasi, kecemasan ibu tidak ada, panas

ibu turun, rasa nyeri dan bengkak hilang, laktasi menjadi lancar, ibu

dapat menyusui bayinya dengan lancar dan bendungan saluran ASI sudah

teratasi.

2. Dewi Purwanti, Universitas Muhammadiyah Surabaya (2012), dengan

judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Dengan Bendungan

ASI Di BPS Mu’Arofah Surabaya”. Jenis penelitian studi kasus dengan

metode deskriptif. Dari hasil penelitian setelah 3 hari diberikan terapi

antalgin 500mg per oral 3 x 1, perawatan payudara, cara menyusui bayi

dengan baik dan benar didapatkan hasil masalah dapat teratasi,

kecemasan ibu tidak ada, panas ibu turun, rasa nyeri dan bengkak hilang,

laktasi menjadi lancar, ibu dapat menyusui bayinya dengan lancar dan

bendungan saluran ASI sudah teratasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS

1. Nifas

a. Pengertian Nifas

Nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil akan berlangsung kira-kira 6

minggu. Masa nifas merupakan masa selama perslinan dan segera

setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada

waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang

normal (Manuaba, 2007).

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut Handayani (2011), nifas dibagi dalam 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibutelah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genital yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu

6
7

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

bisa bermingu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

c. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

Menurut Saleha (2009), perubahan-perubahan pada masa nifas

antara lain “

1) Involusio

Perubahan keseluruhan alat genitalia kembali seperti keadaan

sebelum hamil.

2) Bagianbekas implantasi plasenta

Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 5 cm

pada minggu ke- 2 sebesar 6-8 cm, pada akhir nifas sebesar 2

cm.

3) Luka-luka

Seperti bekas episiotomy yang telah dijahit, luka pada vagina

dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer. Infeksi dapat

timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat

menimbulkan sepsis (Jannah, 2011).

4) Lochea

Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2014),

macam-macam lochea antara lain :


8

a) Lochea Rubra (Cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketubah, sel-sel

desidua basalis, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum.

Terjadi selama 1-2 hari pasca persalinan.

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna kuning berisi darah dan lendir,

disekresi pada hari ke 3-7 post partum.

c) Lochea serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Terjadi pada

hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochea alba

Cairan berwarna putih terjadi setelah 2 minggu pasca

persalinan.

e) Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f) Locheastasis

Lochea yang tidak lancar keluarnya.

5) Serviks

Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium, eksterna dapat dimasuki oleh dua

hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu pos natal, serviks

menutup.
9

6) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium

merupakan suatu saluran yangluas berdinding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali kembali

seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada

minggu ke-3. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang

kecil.

7) Ligamen-ligamen

Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus setelah jalan lahir berangsur-

angsur mengecil kembali seperti sedia kala.

2. Bendungan ASI

a. Pengertian

1. Bendungan ASI dikarenakan penyempitan duktus laktiferus atau

oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna

atau karena kelainan pada puting susu (Wulandari, 2009).

2. Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada

payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi

(Purwoastuti, 2014).

b. Etiologi Bendungan ASI

Menurut Rukiyah (2014), faktor penyebab bendungan ASI antara lain :


10

1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi

terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya

berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu

payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat ASI dalam

payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat

menimbulkan bendungan ASI).

2. Hisapan bayi yang tidak aktif

3. Posisi menyusui bayi yang tidak benar

4. Puting susu terbenam

5. Puting susu terlalu panjang

c. Tanda dan Gejala

Menurut Rukiyah (2011), tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI

antara lain :

1. Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri ketika di tekan.

2. Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu

3. Pengeluaran susu kadang terhalang duktuli laktiferi menyempit

4. Payudara bengkak, keras, panas,

5. Suhu tubuh sampai 380C

d. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah (2011), penanganan bendungan ASI yaitu :

a. Bagi ibu menyusui bayinya :


11

1) Susukan sesering mungkin

2) Kedua payudara disusukan

3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan

4) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih

lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya dalam mulut

bayi

5) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan

atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atai sendok

6) Tetap mengeluarkan ASI sering yang diperlukan sampai

bendungan teratasi

7) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan kompres hangat

dan dingin

8) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan

pengurang sakit

9) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak,

bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI

10) Pada saat menyusu. Sebaiknya ibu tetap rileks

11) Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dan perbanyak minum


12

12) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4

jam

13) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

b. Bagi ibu tidak menyusui

1) Sangga payudara

2) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi

pembengkakan dan rasa sakit

3) Bila diperlukan beri paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

4) Jangan dipijat atau memakai kompres panas pada payudara

e. Pencegahan

Menurut Purwoastuti (2014), pencegahan yang dapat dilakukan antara

lain :

1. Menyusui bayi setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar

2. Menyusui bayi tanpa jadwal (on demand)

3. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi

4. Jangan memberikan minuman lain kepada bayi

5. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (massase)


13

B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan

yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(Ambarwati dkk, 2009).

2. Proses Manajemen kebidanan

Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan

manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan menurut 7 langkah Varney

karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga

memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.

Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :

Langkah I: Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati, 2009).
14

a. Biodata

Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap

sehingga sesuai dengan sasaran (Nursalam, 2009). Adapun data

subjektif menurut Retna (2008), meliputi:

1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui

adanya resiko seperti kurang dari 20

tahun, alat-alat reproduksi belum matang,

mental dan psikisnya belum siap.

3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien

tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

4) Suku bangsa : Berpengaruh pada adat-istiadat atau

kebiasaan sehari-hari.

5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan

dan untuk mengetahui sejauh mana

tingkat intelektualnya, sehingga konseling

bidan sesuai dengan pendidikannya.

6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya.
15

b. Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi atau kejadian. Data tersebut

tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui

suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).

1) Alasan utama pada waktu masuk

Alasan utama pada waktu masuk yaitu untuk mengetahui alasan

yang membuat pasien datang dan ingin berobat.Pada kasus

Bendungan ASI ibu ingin memeriksakan payudaranya

(Retna, 2008).

2) Keluhan

Keluhan digunakan untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien

tersebut. Pada kasus Bendungan ASI keluhan yang biasa muncul

yaitu ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat, dan badan

terasa panas, dingin (Retna, 2008).

3) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan masa nifas dan bayinya (Retna, 2008).

b) Riwayat penyakit sistemik


16

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, ginjal,

asma/ TBC, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsi yang

dapat mempengaruhi masa nifas (Retna, 2008).

c) Riwayat penyakit keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasien dan bayinya, misalnya riwayat penyakit menurun

seperti asma, jantung, DM, hipertensi serta riwayat penyakit

menular seperti TBC dan hepatitis (Retna, 2008)

d) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam

keluarga (Sujiyatini, 2009).

e) Riwayat operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani

pasien (Sujiyatini, 2009).

4) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, uraian haid

terakhirdanpengalamanhaidsebelumnya(Wiknjosastro, 2005).

5) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama


17

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah nifas ini dan

beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2009).

6) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah

sah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas

akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan

mempengaruhi proses nifas (Ambarwati, 2009).

7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,

cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan

nifas yang lalu (Ambarwati, 2009).

b) Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,

keadaan bayi, meliputi berat badan, panjang badan,

penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui

apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak

yang bisa berpengaruh pada nifas saat ini

(Ambarwati, 2009).

8) Pola Kebiasaan Sehari – hari

a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makan, makanan pantangan


18

(Ambarwati, 2009).

b) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah (Ambarwati, 2009)

c) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam,

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, misalnya

mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang

(Ambarwati, 2009).

d) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena

pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati,

2009).

e) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari – hari. Pada

pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatan pasien.

Mobilisasi dini mungkin dapat mempercepat pengembalian

alat – alat reproduksi. Hal yang dikaji yaitu seberapa sering

melakukan ambulasi, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(Ambarwati, 2009).
19

f) Keadaan Psikologis

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/

psikologi selama masa nifas untuk menyesuaikan diri

menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2010).

c. Data Objektif

Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, Bidan harus

mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam

keadaan stabil (Ambarwati, 2009). Yang termasuk dalam komponen

data objektif adalah :

1) Vital sign

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialaminya.

a) Tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan posisi pasien

berbaring terlentang. menentukan tekanan sistolik dan

diastolik. (Wulandari, 2010).

b) Nadi

Nadi normal berkisar antara 60 – 80 x/menit. Denyut nadi

diatas 100 x/menit pada masa nifas mengindikasikan adanya

suatu infeksi yang bisa disebabkan karena Bendungan ASI

yang tidak ditangani dengan baik (Ambarwati, 2010).


20

c) Pernafasan

Pernafasan harus berada dalan rentang yang normal, yaitu

sekitar 20 – 30 x/ menit(Ambarwati, 2010).

d) Temperature / suhu

Peningkatan suhu badan pada 24 jam pertama masa nifas

pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, karena

keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Tetapi pada

umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali

normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 0C mengarah

ke tanda – tanda infeksi (Ambarwati, 2010).Pada kasus ibu

nifas denganbendungan ASI, biasanya ditemukan suhu

badan lebih tinggi dari normal yaitu > 380 C (Ambarwati,

2010).

2) Pemeriksaan fisik

Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik meliputi:

a) Kepala

1. Rambut

Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit

kepala, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya.

2. Muka

Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada

oedema/tidak dan ada chloasma gravidarum atau tidak.

(a) Mata
21

Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau

tidak, mata cekung atau tidak.

(b) Hidung

Kebersihan hidung, ada benjolan atau tidak.

(3) Telinga

Bagaimana kebersihan telinga, ada serumen atau tidak.

(4) Mulut, gigi, gusi

Bersih/kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries gigi atau

tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi berdarah atau

tidak .

(5) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar

thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran

kelenjar limfe atau tidak.

(6) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau

tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan

kolostrum atau ASI sudah keluar atau belum. Menurut

Rukiyah dan Yulianti (2014), pada kasus ibu nifas

dengan Bendungan ASI saat pemeriksaan akan di

temukan tanda berupa :

(a) Mammae panas, teraba bengkak, keras, serta

terasa nyeri ketika diraba, terlihat kemerahan.


22

(b) Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit

menyusu.

(c) Pengeluaran ASI kadang terhalang duktuli

laktiferi yang menyempit.

(7) Ekstremitas

Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak, terdapat

varices atau tidak.

3) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis)

a) Abdomen

(1) Inspeksi

Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka

bekas operasi atau tidak, strie gravidarum, linea

nigra, atau alba, ada strie atau tidak ( Manuaba,2007).

(2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera

peraba tangan dan jari ( Nursalam, 2010). Pada ibu

nifas palpasi yang diperiksa meliputi kontraksi, TFU

dan kandung kencing.

b) Anogenital

(1) Vulva vagina

Ada varices atau tidak, oedema atau tidak, ada

kemerahan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak,apa

warna lochea, berbau atau tidak.


23

(2) Perineum

Ada bekas luka di perineum atau tidak, ada bengkak

dan kemerahan atau tidak, ada jahitan atau tidak,

dijahit jelujur atau simpul.

(3) Anus

Terjadi haemorhoid atau tidak, terdapat kelainan pada

anus atu tidak.

(4) Inspekulo

Ada benjolan atau tidak, kemerahan serta infeksi atau

tidak.

c) Pemeriksaan penunjang

Pada kasus bendungan ASI tidak dilakukan

pemeriksaan penunjang.

Langkah II: Interpretasi Data

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan

berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah

dikumpulkan. Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan

(Ambarwati, 2009).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa Kebidanan dapat ditegakkan berdasarkan data yang

berkaitan dengan paritas, abortus, anak hidup, umur ibu, dan

keadaan nifas.
24

Diagnosa Kebidanan pada ibu dengan bendungan ASI adalah

sebagai berikut :

Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007).

Diagnosa : Ny. H P1A0 umur 26 tahun, Nifas hari ke 3, dengan

bendungan ASI Data dasar meliputi :

1) Data Subjektif

Ibu mengatakan nifas hari 3, payudara ibu terasa nyeri dan

berat, badan terasa panas-dingin, dan rasa sakit umum

(Bahiyatun, 2008).

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan vital sign

(1) Tekanan darah : Normal (Saifuddin, 2006).

(2) Nadi : Teraba 90-110 x/menit (Varney,

2007).

(3) Suhu : Kenaikan suhu yang mencapai >

380C mengarah ke tanda – tanda

infeksi ( Ambarwati, 2010).

(4) Respirasi : Respirasi bisa naik lebih dari

30x/menit (Saifuddin, 2006).


25

b) Pemeriksaan payudara:

(1) Inspeksi : Payudara tampak membesar, memerah dan

gambaran di permukaan kulit bertambah serta ada luka

atau lecet pada puting susu ( Ambarwati, 2010).

(2) Palpasi: Pada kasus ibu nifas dengan Bendungan ASI

pada payudara teraba bengkakdan berbenjol – benjol

serta teraba nyeri ketika diraba (Nursalam, 2010).

b. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang

diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian. Pada kasus ibu

nifas dengan Bendungan ASI, masalah yang biasanya muncul yaitu

Ibu merasa cemas, sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung

dan mempunyai pikiran negatif terhadap bayinya (Manuaba, 2007)

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan

dengan melakukan analisa data. Pada ibu nifas dengan bendungan

ASI kebutuhan yang perlu diberikan adalah memberikan dukungan,

informasi, dan support mental (Varney, 2007).


26

Langkah III : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi(Varney, 2007).

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi

dan yang paling penting adalah melakukan asuhan yang aman. Diagnosa

potensial yang sering terjadi pada ibu nifas dengan bendungan ASI

adalah terjadi mastitis yang bisa berlanjut menjadi abses payudara

(Varney, 2007).

Langkah IV: Tindakan Segera

Tindakan segera adalah mengidentifikasi tindakan yang harus

dilakukan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien (Sofyan, M, 2006). Menurut Rukiyah dan Yulianti (2014),

tidak ada tindakan segera pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI.

Langkah V: Perencanaan

Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan


27

menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang

apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2007).

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan

ASI menurut Varney (2007), Rukiyah dan Yulianti (2014)meliputi :

1. Berikan support mental pada ibu.

2. Berikan KIE tentang cara menyusui yang benar.

3. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin tanpa terjadwal.

4. Berikan KIE tentang cara perawatan payudara.

5. Ajarkan cara mengurangi nyeri sebelum menyusui kepada ibu.

6. Ajarkan cara mengurangi rasa nyeri setelah menyusui kepada ibu.

7. Berikan terapi parasetamol 500 mg per oral.

Langkah VI: Pelaksanaan (Implementasi)

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan

keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien

dan aman (Wulandari, 2011).

Menurut Rukiyah dan Yilianti (2014). Pelaksanaan asuhan pada

kasus bendungan ASI, meliputi :

1. Memberika support mental pada ibu.

2. Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar yaitu

mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih

lembek.

3. Menganjurkan ibu menyusui sesering mungkin tanpa terjadwal.


28

4. Memberikan KIE tentang cara perawatan payudara.

a. Kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian

kiri dan kanan.

b. Memakai BH yang menyongkong payudara dari bawah.

suspension bukan menekan dari depan.

5. Mengajari cara mengurangi nyeri sebelum menyusui kepada ibu

dengan cara :

a. Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau

mandi air hangat.

b. Pijat punggung dan leher.

c. Memeras sususecara manual sebelum meneteki.

d. Basahi puting susu agar bayi mudah menetek.

6. Mengajari cara mengurangi nyeri setelah menyusui kepada ibu

dengan cara :

a. Gunakan BH yang menyokong.

b. Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak.

7. Memberikan terapi Parasetamol 500 mg per oral.

LangkahVII: Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang

diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap

setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau

merencanakan kembali yang belum terlaksana (Wulandari, 2011).


29

Evaluasi pada ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu keadaan umum

baik, tanda – tanda vital baik normal, ASI sudah keluar, tidak terjadi

mastitis, payudara tidak bengkak, tidak kemerahan, tidak nyeri, dan ibu

sudah nyaman dan tidak cemas (Nursalam, 2010).

Data Perkembangan

MenurutVarney (2007), Sistem pendokumentasian asuhan

kebidanan dengan menggunakan SOAP sebagai catatan

perkembangannya:

S (Subyektif) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.

O (Obyektif) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.

A (Assesment) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan intepretasi

data subyektif dan obyektif sebagai suatu identifikasi:

Diagnosa atau masalah, antisipasi diagnosa atau masalah, perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan

atau rujukan sebagai langkah II, III, IV, V Varney.


30

P (Planning) :

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,

perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI, VII Varney.

D. Landasan Hukum

Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat

(1) bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa

pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007

mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan

menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistic

terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis emosional,

sosial budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki

otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan

lainnya (Menkes RI, 2007).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS STUDI

Jenis studi yang digunakan penulis adalah metode observasional

deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional adalah suatu

prosedur berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf

aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode

deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi kasus

adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit

selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam (2013

), studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian

satu unit penelitian secara intensif.

Studi kasus ini mengenai Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan

Bendungan ASI di Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi dimana pengambilan

kasus tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, studi

kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen.

31
32

C. Subyek Studi Kasus

Dalam penulisan laporan kasus ini subyek merupakan hal atau orang

yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012).

Subyek studi kasus ini adalah pada ibu nifas yaitu Ny. H P1 A0 umur 26 tahun

dengan bendungan ASI Di Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan kapan pelakasanaan pengambilan studi

kasus akan dilaksanakan (Notoatmodjo,2005). Studi kasus ini telah dilakukan

pada bulan Oktober 2014 – Agustus 2015.

E. Instrument Sudi Kasus

Instrument studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan

untuk mendapatkan data-data kasus (Notoatmodjo, 2012). Instrument yang

digunakan untuk mendapatkan data pada studi kasus ini adalah format asuhan

kebidanan 7 langkah Varney pada ibu nifas dan data perkembangan dengan

SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil

data primer dan data sekunder.


33

1. Data Primer

Adalah data yang diambil secara langsung dari obyek-obyek penelitian

oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2007).

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

Pada studi kasus ini pemeriksaan fisik dilakukan pada Ny.H P1 A0

dengan bendungan ASI. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

1) Inspeksi

Merupakan proses yang dilaksanakan secara sistematik.

Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2007). Inspeksi ini

dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki

(Notoatmodjo, 2010).

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera

peraba. Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitif

(Nursalam, 2007). Dalam hal ini palpasi digunakan untuk

memeriksa keadaan payudara dan keadaan uterus ( Notoadmojo,

2012 ).

3) Perkusi

Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, perkusi


34

bertujuan untuk mengetahui keadaan organ-organ dalam tubuh

tergantung dari isi jaringan yang ada dibawahnya (Nursalam,

2007). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui reflek

patella pada Ny. H p1 A0.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh

tubuh (Nursalam, 2007). Pemeriksaan ini dilakukan untuk

memeriksa tekanan darah, nadi ibu normal atau tidak.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (respon) atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(face to face) (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus ini wawancara atau

tanya jawab dilakukan pada Ny. H p1 A0 dengan bendungan ASI.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien (

Nursalam, 2007 ). Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan

mengkaji KU, TTV, lochea, kontraksi, TFU, payudara bengkak,

areola hiperpigmentasi puting susu datar, warna payudara sedikit


35

kemerahan , dan keadaan bayi tidak mau menyusu pada Ny. H P1 A0

dengan bendungan ASI.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan

fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya.

Mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan

studi (Notoatmodjo, 2012).

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat

penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan

dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber

terbaru yang berhubungan dengan bendungan ASI terbaru yaitu

tahun 2005 – 2014.

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam kasus

ini studi dokumentasi diperoleh dari buku catatan rekam medik di

RS Assalam Gemolong Sragen.

G. Alat-alat Yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain:

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data


36

a. Format pengkajian pada ibu nifas

b. Buku tulis

c. Ballpoint

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

a. Timbangan berat badan

b. Alat pengukur tinggi badan

c. Tensimeter

d. Stetoskop

e. Sarung tangan

f. Termometer

g. Jam tangan

h. Handuk

i. 2 buah waslap

j. Air hangat dan air dingin

k. Kapas

3. Alat dan bahan dalam melakukan dokumentasi

Buku kesehatan ibu dan anak untuk mengetahui riwayat kehamilan, alat

tulis dan lembar observasi.


37

H. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian adalah jadwal yang akan digunakan untuk

melaksanakan penelitian studi kasus yang akan dilengkapi dalam bentuk tabel

yang masuk ke dalam lampiran.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Ruang : RS. Assalam Gemolong

Tanggal masuk : 18 Juni 2015

No. Register : 062651

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny. H Nama : Tn. H

2. Umur : 26 Tahun Umur : 30 Tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Gubug, Rt 13, Jabung, Plupuh

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal :18 Juni 2015 Pukul : 16.00 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan ingin

memeriksakan keadaanya, ibu

merasa cemas.

2. Keluhan : Ibu mengatakan payudaranya

bengkak, nyeri, terasa panas,

sejak tadi pagi.

38
39

3. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan saat ini tidak

sedang sakit.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah

kirinya tidak berdebar-debar

dan tidak keluar keringat dingin

pada telapak tangannya.

2) Ginjal : Ibu mengatakan pinggang

kanan dan kirinya tidak pernah

sakit dan tidak terasa nyeri pada

saat BAK.

3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami sesak nafas.

4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami batuk yang

berkepanjangan > 2 minggu

atau lebih.

5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada kuku,

mata, dan kulitnya tidak

berwarna kuning.

6) DM : Ibu mengatakan tidak mudah

haus, lapar, dan tidak sering


40

BAK pada malam hari > 6

kali.

7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami kejang sampai

mengeluarkan busa dari

mulutnya.

c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan bahwa dalam

keluarga baik dari pihak ayah

maupun ibu tidak memiliki

riwayat penyakit menurun

seperti : jantung, DM,

hipertensi atau pun penyakit

menular seperti : TBC,

hepatitis, HIV/ AIDS.

d. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan bahwa baik

dari pihak ayah maupun ibu

tidak ada yang mempunyai

riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi : Ibu mengatakan tidak pernah

menjalani operasi apapun.

4. Riwayat menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur 12 tahun.

b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari.


41

c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 6-7 hari.

d. Banyaknya : Ibu mengatakan 2-3 kali/hari ganti pembalut.

e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulan.

f. Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya merah, encer.

g. Disminorhoe : Ibu mengatakan saat haid tidak sakit perut

bagian bawah sampai mengganggu aktifitas.

5. Riwayat keluarga berencana : Ibu mengatakan belum pernah

menggunakan alat kontrasepsi

apapun.

6. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan : sah, kawin 1 kali.

b. Kawin : umur 25 tahun dengan suami 27 tahun,

lamanya 1 tahun belum memiliki anak

dan belum pernah mengalami

keguguran.

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:

Tabel 4.1 Riwayat persalinan

Th Tmpt U Jenis BB PB
No Pnlng JK Laktasi Keadaan anak
Partus Partus K Partus (gr) (cm)

1 2015 RS 9 bln Normal Bidan LK 3000 48 Tdk lancar Baik,sehat,hidup

2
3
Sumber : Data primer, 2015
42

8. Riwayat hamil ini

a. HPHT : Ibu mengatakan hari pertama mestruasi

terakhir tanggal 14 September 2014.

b. HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal

21 Juni 2015.

c. Keluhan–Keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan sering mual dan kadang

muntah.

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Trimester III : Ibu mengatakan sering pegal di pinggang.

d. ANC : Teratur di bidan.

Trimester I : Ibu mengatakan 3x periksa yaitu pada umur

kehamilan 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan.

Trimester II : Ibu mengatakan 3x periksa pada umur

kehamilan 4 bulan, 5 bulan, dan 6 bulan.

Trimester III : Ibu mengatakan 5x periksa yaitu pada umur

kehamilan 7 bulan (2x), 8 bulan (2x), dan 9

bulan.

e. Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengtatakan pernah

mendapat penyuluhan

tentang tablet fe dari bidan


43

saat usia kehamilan yang ke

4 bulan.

f. Imunisasi TT 2

TT I : Pada saat akan menikah.

TT 2 : Pada saat umur kehamilan 4 bulan.

Pergerakan janin : Ibu mengatakan mulai merasakan

gerakan janin sejak umur

kehamilan 4 bulan.

9. Riwayat Persalinan Ini

a. Tempat Persalinan : RS. Assalam Gemolong Sragen.

b. Penolong : Bidan.

c. Tanggal / Jam Persalinan : 15 Juni 2015 / 16.00 WIB.

d. Jenis Persalinan : Normal.

e. Penolong : Bidan.

f. Tindakan Lain : Tidak ada tindakan lain.

g. Komplikasi / Kelainan Dalam Persalinan : Tidak ada komplikasi.

h. Perineum

1) Ruptur / tidak : Ruptur derajat 2.

2) Dijahit / tidak : Dijahit jelujur.

10. Pola Kebiasaan Saat Nifas :

a. Nutrisi
44

1) Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari

porsi sedang dengan menu nasi,

sayur hijau, tempe/tahu. Tidak

memiliki pantangan makanan, ibu

minum dengan air putih 7-8 gelas

sehari.

2) Selama nifas : Ibu mengatakan 3x sehari porsi

sedang dengan menu nasi, sayur

hijau, tempe/tahu. Tidak memiliki

pantangan makanan, ibu minum 7-

8 gelas air putih sehari.

b. Eliminasi

1) Selama hamil

BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali

sehari, warna kecoklatan,

konsistensi lunak.

BAK : Ibu mengatakan BAK 4-5 kali

sehari, warna kekuningan

,konsistensi cair.

2) Selama nifas

BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali

sehari, warna kecoklatan,

konsistensi lunak.
45

BAK : Ibu mengatakan BAK 5-6 kali

sehari, warna kekuningan

,konsistensi cair.

c. Istirahat/tidur

1) Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil

tidur siang± 1 jam, tidur malam ±

7 jam.

2) Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang ± 1

jam,tidur malam ± 5 jam.

d. Personal hygiene

1) Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali

sehari, gosok gigi tiap kali mandi,

keramas 3 kali seminggu, dan

ganti pakaian 2 kali sehari.

2) Selama nifas : Ibu mengatakan mandi 2 kali

sehari, gosok gigi tiap kali mandi,

keramas 3 kali seminggu, dang

anti pakaian longgar 2 kali sehari.

e. Keadaan psikologis : Ibu mengatakan cemas

dengan keadaannya.
46

f. Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan merasa

sangat senang dengan

kehamilannya.

g. Kehamilan ini di rencanakan / tidak : Ibu mengatakan

kehamilan ini

direncanakan.

h. Jenis kelamin yang di inginkan : Ibu mengatakan laki-

laki ataupun perempuan

sama saja.

i. Riwayat sosial budaya

1. Dukungan keluarga : Ibu mengatakan seluruh

keluarga mendukung

dan senang atas kelahiran

bayinya.

2. Keluarga lain yang tinggal serumah: Ibu mengatakan hanya

tinggal dengan suami

saja.

3. Pantangan makanan : Ibu mengtakan tidak

ada pantangan makanan

selama hamil dan nifas.

4. Kebiasaan adat – istiadat : Ibu mengatakan ada

acara selamatan atas

kelahiran anaknya.
47

j. Penggunaan obat – obatan / rokok : Ibu mengatakan tidak

mengkonsumsi obat-

obatan selain yang

diberikan bidan, dan

tidak merokok dan suami.

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

1. Status generalis

a. keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 22 x/menit

N : 80 x/menit S : 37,50 C

d. TB : 155 cm

e. BB sebelum hamil : 52 kg

f. BB sekarang : 60 kg

g. LILA : 24,5 cm

2. Pemeriksaan sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak rontok,

tidak berketombe

2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada

cloasma gravidarum

3) Mata
48

a) Simetris : Simetris kanan dan kiri

b) Conjungtiva : Merah muda

4) Sklera : Putih

5) Hidung : Bersih, tidak ada pembengkakan

6) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada secret

7) Mulut/gigi/gusi : Bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak

berlubang, dan gusi tidak berdarah

b. Leher

1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok

2) Tumor : Tidak ada

3) Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a) Pembesaran : Ada, di sebelah kiri payudara

b) Tumor : Tidak ada tumor

c) Kemerahan : Sedikit kemerahan

d) Simetris : Simetris, kanan dan kiri

e) Areola : Hiperpigmentasi

f) Puting susu : Mendatar

g) Kolostrum : Keluar sedikit

2) Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Ada sedikit nyeri saat ditekan


49

d. Ekstermitas

1) Atas : Jari-jari lengkap

2) Bawah

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak ada oedema

c) Betis merah / Lembek / Keras : Tidak merah / tidak

lembek / tidak keras.

d) Homan Sign : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut : Tidak ada pembesaran

perut

b) Linea alba / nigra : Linea alba

c) Striae albican/ livide : Striae albican

d) Kelainan : Tidak ada kelainan operasi

2) Palpasi

a) Kontraksi : Tidak ada

b) TFU : Dua jari di bawah pusat

c) Kandung Kemih : Kosong

b. Anogenital

1) Vulva vagina

a) Varices : Tidak ada varices


50

b) Kemerahan : Tidak ada kemerahan

c) Nyeri : Tidak nyeri

d) Lochea : Rubra

2) Perineum

a) Keadaan Luka : Baik

b) Bengkak/kemerahan : Tidak bengkak/ tidak merah

3) Anus

a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid

b) Lain-lain : Tidak ada

4) Inspeculo

a) Vagina : Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Portio : Tidak dilakukan pemeriksaan

5) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : Hb : 12 % gr /dl

Golongan darah: O

b. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal: 18 Juni 2015 Pukul: 16.15 WIB

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

Ny .H P1 A0 Umur Ibu 26 Tahun Post partum hari ke tiga dengan

bendungan ASI.
51

Data Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan bernama Ny. H dan berumur 26 tahun.

2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan belum pernah

keguguran.

3. Ibu mengatakan habis melahirkan tanggal 15 Juni 2015 jam

16.00 WIB.

4. Ibu mengatakan payudaranya bengkak, nyeri dan badan

terasa panas sejak tadi pagi.

5. Ibu mengatakan bayinya susah menyusu sejak 2 hari yg lalu.

DO :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 22 x/mnt

N : 80 x/mnt S : 37,50C

4. Mammae : Ada pembengkakan di sebelah kiri payudara,

areola hiperpigmentasi, puting susu mendatar,

kolostrum keluar sedikit, payudara nyeri

saat ditekan, dan payudara tampak

kemerahan
52

B. MASALAH

Ibu merasa cemas.

Data Dasar : Ibu mengatakan cemas dan takut sehubungan

dengan keadaannya.

C. KEBUTUHAN

1. Memberi support mental pada ibu.

2. Menberikan konseling tentang perawatan payudara.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Mastitis

IV. TINDAKAN SEGERA

Pemberian terapi :

1. Parasetamol 500 mg per oral 3x1 (10 tablet)

2. Antalgin 500 mg per oral 3x1 (10 tablet )

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal 18 Juni 2015 Pukul 17.17 WIB

1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu

2. Beri dukungan moril pada ibu

3. Beri konseling tentang perawatan payudara

4. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin

5. Anjurkan ibu mengompres hangat payudara sebelum disusukan

6. Anjurkan ibu memakai BH yang menopang payudara dan tidak

terlalu ketat
53

7. Berikan terapi

a. Parasetamol 500 mg per oral 3x1 (10 tablet)

b. Antalgin 500 mg per oral 3x1 (10 tablet)

VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN

Tanggal 18 Juni 2015 Pukul 17.35 WIB

1. Pukul 17.35 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa

ibu mengalami penyumbatan saluran ASI.

2. Pukul 17.37 WIB Memberi dukungan moril pada ibu.

3. Pukul 17.39 WIB Memberikan konseling tentang perawatan

payudara dengan cara :

a) Mencuci tangan

b) Melepas pakaian dan BH ibu

c) Memasang handuk besar untuk menutupi

tubuh ibu

d) Kompres puting susu dan sekitarnya dengan

menempelkan kapas/handuk yang dibasahi

baby oil sekitar 2 menit.

e) Membasahi kedua tangan dengan baby oil

f) Pengurutan pertama di lakukan dengan

menggunakan telapak tangan diposisiskan

di tengah kedua payudara kemudian di

lakukan pengurutan dari arah tengah ke

atas kemudian ke samping dan ke bawah


54

kemudian sanggah payudara dimana tangan

kanan menyanggah payudara kanan dan

tangan kiri menyanggah payuadara kiri

kemudian di lepaskan. Gerakan ini

dilakukan dengan teratur minimal 20-30

kali

g) Pengurutan kedua dengan menggunakan

sisi kelingking. Gerakan di mulai dari arah

atas kemudian ke samping dan ke bawah

secara melingkar. Gerakan ini dilakukan

minimal 20-30 kali

h) Pengurutan ketiga dengan menggunakan

buku jari tangan. Gerakan dimulai dari

bagian atas kemudian ke samping dan ke

bawah secara melingkar. Secara teratur 20-

30 kali

i) Melakukan penyiraman kedua payudara,

pertama di siram dengan air hangat

kemudian dilanjutkan dengan air dingin

sebanyak 10 kali secara bergantian,

Kemudian keringkan payudara dengan

menggunakan handuk besar.


55

j) Merapikan ibu dengan memakaikan pakaian

dan BH

4. Pukul 17.42 WIB Menganjurkan ibu menyusui sesering

mungkin pada kedua payudara

5. Pukul 17.47 WIB Menganjurkan ibu mengompres hangat

payudara sebelum disusukan selama 20

menit

6. Pukul 17.59 WIB Menganjurkan ibu memakai BH yang

menopang payudara dan tidak terlalu

ketat.

7. Pukul 18. 05 WIB Memberikan terapi

a) Parasetamol 500 mg per oral 3x1 ( 10 tablet )

b) Antalgin 500 mg per oral 3x1 ( 10 tablet )

VII. EVALUASI

Tanggal 18 Juni 2015 Pukul 17.50 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaanya bahwa ibu menggalami

penyumbatan saluran ASI.

2. Kecemasan ibu berkurang dan ibu sudah merasa tenang.

3. Ibu sudah mengetahui tentang perawatan payudara dan bersedia

melakukannya di rumah.

4. Ibu mengatakan bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin

secara bergantian.
56

5. Ibu mengatakan bersedia mengompres hangat payudara sebelum

disusukan selama 20 menit.

6. Ibu mengatakan bersedia memakai BH yang menopang payudara dan

tidak terlalu ketat.

7. Ibu sudah diberi terapi parasetamol 500 mg per oral 3x1 dan antalgin

500 mg per oral 3x1 dan ibu bersedia untuk meminum obat yang

diberikan secara teratur.


57

DATA PERKEMBANGAN 1

Tanggal 19 Juni 2015 Pukul : 16.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan masih nyeri dan bengkak pada sekitar payudara dan

panas badan sudah berkurang.

2. Ibu mengatakan lupa cara menyusui bayinya dengan benar.

3. Ibu mengatakan sudah minum obat.

4. Ibu mengatakan bayinya masih tidak mau menyusu.

5. Ibu mengatakan sudah tidak panas lagi.

0 : 0byektif

1 KU : Baik

2 Kesadaran : Composmentis

3 TTV : TD : 120/80 mmHg N: 82 x/mn

S : 37oC R : 20 x/mnt

4 Mammae : Payudara bengkak sebelah kiri, payudara sedikit

kemerahan, puting susu mendatar, dan ASI sedikit

keluar.

5 Pengeluaran pervaginam : Lokhea sanguinolenta berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir.

6 Perineum

Bengkak / kemerahan : Tidak bengkak / tidak kemerahan.

A : Assesment
58

Ny. H P1 A0 umur 26 tahun nifas hari ke empat dengan bendungan ASI.

P : Planning

Tanggal 19 Juni 2015

1. Pukul 16.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa

ibu masih mengalami penyumbatan saluran ASI.

2. Pukul 16.25 WIB Memberikan bimbingan cara menyusui yang benar

yaitu.

a) Posisinya ibu harus duduk bersandar kaki menapak pada lantai atau

diganjal dengan kursi kecil

b) Menganjurkan pada ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting

susu sebelum dan sesudah menyusui

c) Mengajari ibu untuk meletakkan pada satu lengan, kepala bayi

berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan

bawah ibu

d) Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan

meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di

depan, kepala bayi menghadap payudara

e) Posisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

f) Pegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari yang lain di bawah

g) Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi dengan

menyentuh pipi dengan puting susu

h) Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk segera

memasukkan puting susu ke mulut bayi


59

i) Setelah bayi menghisap, anjurkan ibu untuk tidak memegang

payudara lagi

j) Perhatikan bayi selama menyusui

k) Mengajari ibu cara melepas isapan bayi yaitu jari kelingking

dimasukkan ke mulut bayi

l) Setelah selesai menyusui, anjurkan ibu untuk mengoleskan sedikit

ASI pada puting dan areola

m) Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi dengan menepuk-nepuk

punggung bayi

n) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

3. Pukul 16.40 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan

perawatan payudara.

4. Pukul 17.30 WIB Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan

yang bergizi seperti sayuran hijau, bayam, tempe,

tahu dan banyak minum air putih.

5. Pukul 17.40 WIB Meganjurkan ibu untuk tetap minum obat secara

teratur sesuai dengan aturan minum.

Parasetamol 500 mg per oral 3x1

Antalgin 500 mg per oral 3x1

Evaluasi

Tanggal 19 Juni 2015 Pukul : 17.45 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar.


60

3. Ibu bersedia untuk tetap melakukan perawatan payudara.

4. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti

sayuran hijau, bayam, tempe, tahu dan banyak minum air putih.

5. Ibu bersedia untuk tetap minum obat secara teratur sesuai dengan aturan

minum.
61

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 20 Juni 2015 Pukul: 14.45 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan rasa nyeri dan bengkak pada payudara sudah mulai

berkurang.

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar tetapi belum lancar.

3. Ibu mengatakan sudah tahu cara menyusui yang benar.

4. Ibu mengatakan sudah melakukan perawatan payudara sendiri.

0 : 0byektif

1. KU : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 82 x/mnt

S : 36oC R : 20 x/mnt

4. Mammae : Payudara masih sedikit bengkak, puting susu sedikit

menonjol, ASI keluar cukup banyak.

5. Pengeluaran pervaginam : Lokhea sanguinolenta berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir.

6. Perineum

Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak/ tidak kemerahan.


62

A : Assesment

Ny.H P1 A0 umur 26 tahun nifas hari ke lima dengan bendungan ASI.

P : Planning

Tanggal 20 Juni 2015

1. Pukul 14.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan

perawatan payudara secara rutin.

2. Pukul 14.55 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui dengan

benar.

3. Pukul 14.58 WIB Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

sampai payudara benar-benar kosong.

4. Pukul 15.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui

bayinya sesering mungkin.

Evaluasi

Tanggal 20 Juni 2015 Pukul : 15.05 WIB

1. Ibu bersedia untuk tetap melakukan perawatan payudara tiap pagi dan

sore.

2. Ibu bersedia melakukan teknik menyusui yang benar.

3. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sampai payudara benar-benar

kosong.

4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin.


63

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 21 Juni 2015 Pukul: 14.45 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan rasa nyeri dan bengkak di payudaranya sudah

tidak ada lagi.

2. Ibu mengatakan puting susunya sudah menonjol dan ASI sudah keluar

lancar.

3. Ibu mengatakan sampai saat ini bayinya tetap disusui dengan ASI saja.

0 : 0byektif

1. KU : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 82 x/mnt

S : 36oC R : 20 x/mnt

4. Mammae : Payudara sudah tidak bengkak, puting susu menonjol,

dan ASI sudah lancar.

5. Pengeluaran pervaginam : Lokhea sanguinolenta berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir.

6. Perineum

Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak/ tidak kemerahan.

A : Assessment

Ny.H P1 A0 umur 26 tahun, nifas hari ke enam dengan riwayat bendungan

ASI.
64

P : Planning

Tanggal : 21 Juni 2015 Pukul : 15.10 WIB

1. Pukul 15.10 WIB Memberitahu keadaan ibu baik dan keadaan

payudaranya sudah sembuh.

2. Pukul 15.12 WIB Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan.

3. Pukul 15.15 WIB Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tidur

siang ± 1- 2 jam, dan tidur malam ± 8 jam.

4. Pukul 15.18 WIB Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan

kembali satu minggu lagi.

Evaluasi

Tanggal 21 Juni 2015 Pukul : 15.40 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan ibu baik, bendungan

ASI sudah teratasi,payudara sudah tidak bengkak, nyeri, dan kemerahan,

suhu ibu normal (360C) dan ASI sudah keluar.

2. Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan.

3. Ibu bersedia untuk beristirahat yang cukup, tidur siang ± 1-2 jam tidur

malam ± 8 jam.

4. Ibu bersedia melakukan kunjungan kembali satu minggu lagi.


65

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang

terjadi antara praktek yang dilakukan di RS Assalam Gemolong Sragen

dengan teori yang ada. Disini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut

menurut langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menurut

(Varney,2007). Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu

kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang

terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan

asuhan kebidanan yang meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati, 2009). Pada kasus bendungan ASI keluhan yang biasa

muncul yaitu ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat, dan badan

terasa panas, dingin (Retna, 2008). Data obyektif bendungan ASI adalah

suhu naik, saat pemeriksaan ditemukan tanda berupa mammae panas,

teraba bengkak, keras, serta terasa nyeri ketika diraba, terlihat

kemerahan, puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu,

pengeluaran ASI kadang terhalang duktuli laktiferi yang menyempit (

Ambarwati, 2010 ; Rukiyah dan Yulianti, 2014).


66

Pada kasus ini pengkajian yang diperoleh berupa data subjektif ibu nifas

Ny. H : ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya, ibu merasa

cemas, ibu mengatakan payudaranya bengkak, nyeri, terasa panas.

Sedangkan pada data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik,

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD :120/80 mmHg, N :

80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 37,50C, BB naik dari 52 kg menjadi 60 kg,

ada pembesaran pada sebelah kiri payudara, payudara sedikit kemerahan,

puting susu mendatar, axilla nyeri saat ditekan, pemeriksaan penunjang

Hb 12 % gr/dl dan golongan darah O. Pada langkah ini penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Interpretasi Data

Kebutuhan langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan

menjadi diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan (Ambarwati,

2009). Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan (Varney,2007). Pada kasus ibu nifas dengan

bendungan ASI diagnosa yang dapat ditetapkan yaitu Ny. X P X AX

umur X tahun nifas hari X dengan bendungan ASI. Masalah yang

biasanya muncul yaitu ibu merasa cemas, sulit tidur, merasa bersalah,

mudah tersinggung dan mempunyai pikiran negatif terhadap bayinya

(Manuaba, 2007). Kebutuhan yang perlu diberikan adalah memberikan

dukungan, informasi, dan support mental (Varney, 2007).

Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. H P1

A0 post partum hari ketiga dengan bendungan ASI. Masalah ibu merasa
67

cemas. Kebutuhan memberi support mental pada ibu dan memberikan

konseling tentang perawatan payudara. Pada langkah ini penulis tidak

menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.

3. Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang sering terjadi pada ibu nifas dengan

bendungan ASI adalah terjadi mastitis yang bisa berlanjut menjadi abses

payudara (Varney, 2007).

Pada kasus Ny H P1 A0 post partum hari ketiga dengan bendungan ASI,

diagnosa yang muncul yaitu mastitis sehingga pada langkah ini penulis

tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di

lahan praktek.

4. Antisipasi / Tindakan segera

Tindakan segera adalah mengidentifikasi tindakan yang harus

dilakukan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien (Sofyan, M, 2006). Menurut Rukiyah dan Yulianti (2014),

tidak ada tindakan segera pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI.

Pada kasus Ny. H P1 A0 dengan bendungan ASI, langkah antisipasi /

tindakan segera yang dilakukan yaitu pemberian terapi, berupa

parasetamol 500 mg per oral 3x1, antalgin 500 mg per oral 3x1. Pada

langkah ini ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada teori tidak

dilakukan tindakan segera sedangkan di lahan dilakukan pemberian


68

terapi obat berupa parasetamol 500 mg per oral 3x1, antalgin 500 mg per

oral 3x1.

5. Perencanaan

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI

menurut Varney (2007), Rukiyah dan Yulianti (2014) meliputi : berikan

suppor mental pada ibu, berikan KIE tentang cara menyusui yang benar,

anjurkan ibu menyusui sesering mungkin tanpa terjadwal, berikan KIE

tentang cara perawatan payudara, ajarkan cara mengurangi nyeri sebelum

menyusui, ajarkan cara mengurangi rasa nyeri setelah menyusui, berikan

terapi parasetamol 500 mg per oral.

Rencana yang diberikan pada kasus Ny. H P1 A0 dengan bendungan

ASI yaitu beritahu hasil pemeriksaan pada ibu, beri dukungan moril pada

ibu, beri konseling tentang perawatan payudara, anjurkan ibu menyusui

sesering mungkin, anjurkan ibu mengompres hangat payudara sebelum

disusukan, anjurkan ibu memakai BH yang menopang payudara dan

tidak terlalu ketat, berikan terapi berupa parasetamol 500 mg per oral 3x1

( 10 tablet ) dan antalgin 500 mg per oral ( 10 tablet ). Pada langkah ini

penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di

lahan praktek yaitu pemberian terapi obat pada teori diberikan

parasetamol 500 mg per oral sedangkan pada kasus diberikan

parasetamol 500 mg per oral (3x1) dan antalgin 500 mg per oral (3x1).
69

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau

melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Wulandari,

2011). Pada kasus ini, pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus yang ada di lahan yaitu pemberian terapi obat pada teori diberikan

parasetamol 500 mg per oral sedangkan pada kasus diberikan

parasetamol 500 mg per oral (3x1) dan antalgin 500 mg per oral (3x1).

7. Evaluasi

Evaluasi pada ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu keadaan umum

baik, tanda – tanda vital baik normal, ASI sudah keluar, tidak terjadi

mastitis payudara tidak bengkak, tidak kemerahan, tidak nyeri, dan ibu

sudah nyaman dan tidak cemas (Nursalam , 2010).

Evaluasi dari studi kasus diperoleh hasil pasien sembuh dalam tiga hari,

keadaan umum ibu baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,

respirasi 20 x/menit, suhu badan normal 36°C, kecemasan ibu berkurang,

tidak ada rasa nyeri dan bengkak serta tidak ada kemerahan pada

payudara, ASI keluar lancar, ibu dapat menyusui bayinya dengan lancar,

ibu bisa melakukan perawatan payudara sendiri dan bendungan saluran

ASI sudah teratasi. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang

berjudul Asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny. H P1 A0 umur 26 tahun

dengan bendungan ASI di RS Assalam Gemolong Sragen, yaitu :

1. Pengkajian data terhadap ibu nifas Ny. H PI A0 dengan bendungan ASI

diperoleh data subjektif ibu nifas Ny. H P1 A0 keluhan ibu mengatakan

payudara bengkak, nyeri dan badan terasa panas (suhu 37,5°C),

payudara bengkak, nyeri, terasa panas sejak tadi pagi, sedangkan pada

data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22

x/menit, S : 37,50 C, mammae : ada pembengkakan di sebelah kiri

payudara, areola hiperpigmentasi, puting susu mendatar, kolostrum

keluar sedikit, payudara nyeri saat ditekan, dan payudara tampak

kemerahan, pemeriksaan penunjang Hb 12 % gr/dl dan golongan

darah O.

2. Interpretasi data dari hasil pengkajian diperoleh Ny. H P I A0 nifas hari

ke-3 dengan bendungan ASI, masalah yang terjadi adalah ibu merasa

cemas, dan kebutuhan yang dilakukan adalah memberi support mental

dan memberi konseling tentang perawatan payudara pada ibu.

70
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. H PI A0 adalah mastitis.

4. Tindakan segera pada Ny. H PI A0 adalah pemberian terapi berupa

Antal gin 500 mg 3xI per oral dan Parasetamol 500 mg 3x1 per oral.

5. Rencana tindakan yang diberikan pada Ny. H PI A0 dengan bendungan

ASI yaitu beritahu hasil pemeriksaan pada ibu, beri dukungan moril

pada ibu, beri konseling tentang perawatan payudara, anjurkan ibu

menyusui sesering mungkin, anjurkan ibu mengompres hangat payudara

sebelum disusukan, anjurkan ibu memakai BH yang menopang

payudara dan tidak terlalu ketat, berikan terapi Parasetamol 500 mg per

oral 3x1 (10 tablet) dan Antalgin 500 mg per oral 3x1 (10 tablet).

6. Pelaksanaan tindakan yang diberikan pada Ny. H Pl A0 dengan

bendungan ASI yaitu memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa

ibu mengalami penyumbatan saluran ASI, memberi dukungan moril

pada ibu, memberikan konseling tentang perawatan payudara,

menganjurkan ibu menyusui sesering mungkin pada kedua payudara,

menganjurkan ibu mengompres hangat payudara sebelum disusukan

selama 20 menit, menganjurkan ibu memakai BH yang menopang

payudara dan tidak terlalu ketat, memberikan terapi Parasetamol 500

mg per oral 3x1 (10 tablet) dan Antalgin 500 mg per oral 3x1

( 10 tablet )

7. Evaluasi yang didapat setelah diberikan asuhan kebidanan selama 3 hari

pada Ny. H PI A0 adalah ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, bendungan ASI sudah


teratasi, payudara sudah tidak bengkak, nyeri, dan kemerahan, suhu ibu

normal (360C) dan ASI sudah keluar, ibu bersedia memberikan ASI

esklusif pada bayinya selama 6 bulan.Ibu bersedia untuk beristirahat

yang cukup, tidur siang ± 1-2 jam tidur malam ± 8 jam, dan ibu bersedia

melakukan kunjungan kembali satu minggu lagi, dan diagnosa potensial

yang ditetapkan tidak muncul karena dapat ditangani secara cepat dan

tepat sesuai dengan prosedur.

8. Pada kasus Ny. H P1 A0 umur 26 tahun dengan bendungan ASI penulis

menemukan adanya kesenjangan yaitu pemberian terapi obat pada teori

diberikan parasetamol 500 mg per oral sedangkan pada kasus diberikan

parasetamol 500 mg per oral (3x1) dan antalgin 500 mg per oral (3x1).

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran bagi :

1. Bagi Pasien

Diharapkan pasien tetap berusaha menyusui bayinya sesuai keinginan

bayi meskipun produksi ASI masih sedikit.

2. Bagi Profesi

Diharapkan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang perawatan

payudara pada setiap ibu hamil sehingga bila terjadi kasus pada ibu nifas

dengan bendungan ASI ibu segera ke petugas kesehatan untuk

mendapatkan penanganan.
3. Bagi institusi pendidik dan RS

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan sehingga dapat memberikan penanganan pada kasus ibu

nifas dengan bendungan ASI sesuai dengan pengetahuan yang terkini.

Anda mungkin juga menyukai