Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena tanpa
Rahmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada selaku dosen pembimbing mata kuliah
KMB yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu membantu dalam hal mengumpulkan
data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang
PIELONEFRITIS

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Palembang, Maret 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. PENGERTIAN 5
B. ETIOLOGI 5
C. KLASIFIKASI PIELONEFRITIS 6
D. PATOFISIOLOGI 6
E. TANDA DAN GEJALA 8
F. KOMPLIKASI 9
G. PENATALAKSANAAN 9
H. EVALUASI DIAGNOSTIK 10
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG 11
J. PENGOBATAN 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 14
BAB IV PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA 19

BAB I
PENDAHULUAN
2
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa
memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta
kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara
mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan
mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara
yang benar). Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria
asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur
traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah
(uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi
vesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi
yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal
ginjal progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari
salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang
mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup
uretevesikal yang tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam
ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi),
tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius
merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis?
2. Apa saja etiologi dari pielonefritis?
3. Apa saja klasifikasi dari pielonefritis?
4. Bagaimana patofisiologi dari pielonefritis?
5. Apa saja tanda dan gejala dari pielonefritis?
6. Apa komplikasi dari pielonefritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari pieolenfritis?
3
8. Bagaimana evaluasi diagnostik dari pielonefritis?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pielonefritis?
10. Bagaimana pengobatan pielonefritis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari pieolenfritis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari pielonefritis
2. Untuk mengetahui etiologi dari pielonefritis
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari pielonefritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari pielonefritis
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari pielonefritis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari pielonefritis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pieolenfritis
8. Untuk mengetahui evaluasi diagnostik dari pielonefritis
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pielonefritis
10. Untuk mengetahui pengobatan pielonefritis
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari pieolenfritis

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

4
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial
dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik
ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai
ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup
uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir baik(refluks) ke dalam
ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi),
tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius
merupakan penyebab yang lain.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal.
Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tambayong. 200). Menurut para ahli:
1) Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002)
2) Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen
atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002).

B. ETIOLOGI
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke
kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal
dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan
resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
1) kehamilan
2) kencing manis
3) keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.

C. KLASIFIKASI PIELONEFRITIS
1) Pyelonefritis Akut
Pyelonefritis akut Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran
5
kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi
saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal
biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai
pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.KronisPielonefritis kronis juga berasal dari adanya
bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.
2) Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi
yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi
yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
karena uterus yang membesar.

D. PATOFISIOLOGI
Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana Pielonefritis akut
disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi karena bakteri menjalar ke saluran
kemih dari aliran darah. Walaupun pielonefritis akut secara temporer dapat mempengaruhi
fungsi renal, jarang sekali menjadi suatu kegagalan ginjal. Pielonefritis kronis juga berasal
dari infeksi bakteri, namun juga faktorfaktor lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran
kemih turut berperan. Pielonefritis kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya
(irreversible) akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya jaringan parut. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung
beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Diduga bahwa pielonefritis menjadi
diagnose yang sungguh-sungguh dari satu pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal
kronis. Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke
kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung

6
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi
juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

E. TANDA DAN GEJALA


1) Pyelonefritis akut
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang
ginjal.
b. Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri
pada pinggang , sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
c. Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.
d. Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
e. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang
tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
2)Pyelonefritis kronik

7
Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan mejadi rusak. Tanda dan Gejalanya:
a. Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai
gejala yang sfesifik.
b. Adanya keletihan.
c. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan menurun.
d. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria,
pyuria, dan kepekatan urin menurun.
e. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
f.Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
g. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
h. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hypertensi.

F. KOMPLIKASI
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum &
Sistematik J. C. E. Underwood, 2002):
1) Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
2) Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami
supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
3) Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

G. PENATALAKSANAAN
1) Pielonefritis Akut
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan terapi
antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien
afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang
sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya
lebih lama daripada sistitis. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah
infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa
gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah
penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor

8
penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada
terapi jangka panjang.
2) Pielonefritis kronik
Agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen melalui kultur urin,
nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk
menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik.

H. EVALUASI DIAGNOSTIK
Evaluasi Diagnostik. Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk
mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi adalah penting
untuk menyelamatkan ginjal dari kehancuran. Kultus urine dan tes sensitivitas dilakukan
untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat
diresepkana.
1) Diagnosa pyelonefritis kronik
Dulu hampir selalu dipakai bila ditemukan kelainan tubulointerstisial ini,
pengertian tentang derajat VUR yang berat dapat menyebabkan pembentukan jaringan
parut pada ginjal, atrofi, dan dilatasi kaliks (nefropati refluks0, yang lazim didiagnosis
sebagai pyelonefritis kronik, sekarang ini sudah diterima dengan baik. Mekanisme
penyebab jaringan parut diyakini merupakan gabungan dari efek :
a. VUR,
b. refluks intrarenal,
c. infeksi (kunin, 1997; tolkoff-Rubin, 2000; Rose, Rennke, 1994).
Keparahan VUR merupakan satu-satunya faktor penentu terpenting dari
kerusakan ginjal. Banyak bukti yang menyongkong pendapat bahwa keterlibatan
ginjal pada nefropati refluks terjadi pada awal masa kanak-kanak sebelum usia 5
sampai 6 tahun, karena pembentukan jaringan parut yang baru jarang terjadi setelah
usia ini. Penjelasan dari pengamatan ini adalah bahwa refluks intrarenal terhenti
sewaktu anak menjadi lebih besar (kemungkinan besar karena perkembangan ginjal),
walaupun demikian VUR dapat terus berlanjut.
Pada orang dewasa. VUR dan nefropati refluks dapat berkaitan dengan
gangguan obstruktif dan neoruligik yang menyebabkan sumbatan pada drainase urine
(seperti batu ginjal atau vesika urinaria neurologik akibat diabetes atau cidera batang
otak). Namun, sebagian besar orang dewasa yang memiliki jaringan parut pada ginjal
akibat pyelonefritis kronik mendapat lesi-lesi ini pada awal masa kana-kanaknya.
Bkti-bukti yang menyokong mekanisme refluks infeksi ini berasal dari percobaan pada
hewan dan pengamatan pada manusia dengan hasil sebagai berikut : 85% sampai

9
100% anak-anak dan 50% orang dewasa dengan jaringan parut ginjal menderita
VUR (Tolkoff-Rubin,2000) .
Mekanisme penyataannya nefropati refluks yang mulai terjadi pada awal masa
kanak-kanak dapat njelskan bagmenjelaskan pembentukan jaringan parut dan
kerusakan ginjal pada banyak pasien, masih sulit untuk menjelaskan bagaimana
perjalanan kerusakan ginjal progresif karena pada sejumlah orang orang dewasa
dengan pyelonifritis tahap akhir tidak dapat refluks maupun UTI. Beberapa pasien
bahkan tidak dapat mengingat sama sekali pernah mengalami UTI berulang. Teori
paling populer untuk menjelaskan gagal ginjal progisif yang terjadi pada pasien
dengan refluks yang sudah dikoreksi dengan urine steril adalah teori hemodinamik
intrarenal atau hipotesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). Menurut teori ini, infeksi
awal penyebab kerusakan nefron mengakibatkan kompensasi peningkatan tekanan
kapiler glomelurus (Pgc) dan hiperperfusi pada sisa nefron yang masih relatif normal.
Tampaknya hipertensi intraglomerulus ini menimbulkan cidera pada glomerulus dan
akhirnya menyebabkan sklerosis. Konsep cedera glomerulus yang diperantaikeadaan
hemodinamik ini didukung oleh semakin banyaknya bukti dari percobaan menunjukan
bahwa pengendalian hipertensi sistemik terutama dengan pemberian obat-obat
penghambat enzim konversi angiotensi (ACE) seperti koptopril atau enalapril maleat
memperlambat penurunan GFR pada banyak pasien gagal ginjal. Obat-obatan ini
menurunkan Pgc dengan melawan kerja angiotensin II dan dilatasi arteriol eferen.
Penurunan Pgc juga terjadi jika makanan berprotein dibatasi hanya 20 sampai 30g/hari,
dilengkapi dengan asam amino dan analog ketonya.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
a. Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme
koliform / mL urin plus piuria
b. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

10
4) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5) Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat).
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat
urin normal menjadi nitrit.
d. Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
6) Tes- tes tambahan
a. Urogram intravena (IVU)
b. Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk
d. Mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

J. PENGOBATAN
1) Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
2) Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalh-masalah tersebut.
3) Di anjurkan untuk dering munum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat Gejala :
pekerjaan mononton, pekerjaan di masa terpajan pada lingkungan, Keterbatsan
aktivitas/imobilitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak
sembuh-sembuh medulla spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal ). Kulit hangat dan
kemerahan : pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis, obstruksi kalkulus ), penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, perubahan pola berkemiH.
4. Makanan / Cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan
cukup.
Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Nyeri dangkal konstan menunjukkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai
akut hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi, perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol, dernam, menggigil
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis,
riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya hiperparatiroidisnie.
Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kaslium atau vitamin.

12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal
2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
4. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

C. INTERVENSI
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C.
Rasional: Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.
b. Catat karakteristik urine.
Rasional: Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c. Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional: Untuk mencegah stasis urine.
d. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon
terapi. Rasional: Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
e. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali
kemih. Rasional: Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
f. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional: Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat
infeksi uretra.
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
Intervensi :
a. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui
input/out put.
b. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam.
13
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
c. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam.
Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
d. Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
e. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman.
Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
Intervensi:
a. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
c. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih.
d. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan
dan pengobatan
c. Beri support pada klien.
d. Beri penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
5. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi. Intervensi: a.
Pantau suhu.
Intervensi:
a. Pantau suhu
Rasional: Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.
b. Pantau suhu lingkungan
14
Rasional: Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
c. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik.
Rasional: Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

15
BAB IV
PRNUTUP

16
DAFTAR PUSTAKA

Sely.2010.Askep pielonefritis infeksi ginjal.http://sely-biru.blogspot.co.id/2010/02/askep-


pielonefritis-infeksi-ginjal.html. diakses tanggal 14 maret 2018.
Kamsa.2010.Asuhan Keperawatan Pylonephritis.
https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-pylonephritis/.
diakses tanggal 14 maret 2018.
Hasanah, Nur.2015.Askep Pylonephritis.
https://perawatsejatiblog.files.wordpress.com/2015/09/lp-pyelonefritis.pdf. diakses
tanggal 14 maret 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai