Anda di halaman 1dari 9

A.

Sejarah Lahirnya Sosiologi


Lahirnya sosiologi dilatar belakangi oleh dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Industri (Inggris) dan
Revolusi Sosial (Perancis), yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial masyarakat Eropa Barat,
sehingga terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa yang ada.
Istilah sosiologi sendiri digunakan pertama kali oleh Auguste Comte (1789-1857). Beberapa
sumbangannya antara lain:
a. Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen,
dan metode historis secara sistematis
b. Ia mengatakan, bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala sosial, manusia akan melewati tiga
jenjang. Yaitu jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjang positif, yakni objek yang dikaji harus
berupa fakta dan kajian harus bermanfaat serta mengarah pada kepastian dan kecermatan.
c. Ia mengatakan sosiologi merupakan ‘ratu’ ilmu sosial dan menempati peringkat teratas dalam hierarki
ilmu-ilmu.
d. Ia membagi sosiologi ke dalam dua bagian besar, yaitu statika sosial (social statics) serta dinamika
sosial (social dynamics).
Setelah itu istilah sosiologi dikembangkan oleh Karl Max (1818-1883) yang mengembangkan
konsep sejarah perjuangan kelas, yaitu lahirnya kelompok borjuis dan kelas proletar.
Kemudian muncul Herbert Spencer (1820-1903) ynag beranggapan bahwa objek sosiologi yang
pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan industry. Termasuk pula asosiasi
masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan, dan ilmu pengetahuan,
serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.
Selanjutnya ada Emile Durkheim (1858-1917) yang berpendapat bahwa sosiologi meneliti lembaga-
lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial. Durkheim dan rekan-rekannya mengklasifikasikan
sosiologi menjadi tujuh bagian berdasarkan pokok bahasannya, yaitu sosiologi umum, sosiologi agama,
sosiologi hokum dan moral, sosiologi tentang kejahatan, sosiologi ekonomi, sosiologi masyarakat,
sosiologi estetika.
Menurut Max Weber (1864-1920) sendiri, sosiologi sebagai ilmu berusaha memberikan pengertian
adalah tentang aksi-aksi sosial. Weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya
memahami ‘tindakan sosial’.
Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead yang
menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia, yang berlangsung melalui beberapa tahap, yaitu
tahap paly stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
Sampai sekarang, pemikiran-pemikiran para tokoh sosiologi tersebut masih digunakna dan
dikembangkan. Di Indonesia, sosiologi hadir pada tahun 1950-an. Tokoh-tokoh sosiologi di Indonesia
antara lain; Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi, dan Hasan Shadily.

Biografi August Comte | Bapak Sosiologi

August Comte | Bapak Sosiologi

August Comte atau juga Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier
Comte; lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5
September 1857 pada umur 59 tahun) adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai
"bapak sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu
sosial.

Kehidupan

Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah
bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di Politeknik École di Paris. Politeknik École saat itu
terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1818,
politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan
pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.

Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolikyang ia anut
dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian
pada bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekertaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de
Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824,
Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya: meneliti tentang filosofi positivisme.
Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour
réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat).
Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan
penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.

Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte dikenal arogan, kejam dan
mudah marah sehingga pada tahun 1826dia dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur sebelum
sembuh. Kemudian setelah kondisinya distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan kembali apa yang dulu
direncanakannya. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang
belum diketahui. Saat-saat diantara pengerjaan kembali rencananya sampai pada perceraiannya, ia
mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic.

Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam hubungan yang tetap platonis.
Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa
dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari "agama kemanusiaan" (religion of humanity),
menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique positive (1851 - 1854).

Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise.
Peninggalan

Comte melihat satu hukum universal dalam semua ilmu pengetahuan yang kemudian ia sebut sebagai
'hukum tiga fase'. Melalui hukumnya ia mulai dikenal di seluruh wilayah berbahasa Inggris (English-
speaking world); menurutnya, masyarakat berkembang melalui tiga fase: Teologi, Metafisika, dan tahap
positif (atau sering juga disebut "tahap ilmiah").

Fase Teologi dilihat dari prespektif abad ke-19 sebagai permulaan abad pencerahan, dimana kedudukan
seorang manusia dalam masyarakat dan pembatasan norma dan nilai manusia didapatkan didasari pada
perintah Tuhan. Meskipun memiliki sebutan yang sama, fase Metafisika Comte sangat berbeda dengan
teori Metafisika yang dikemukakan oleh Aristoteles atau ilmuwan Yunani kuno lainnya; pemikiran Comte
berakar pada permasalahan masyarakat Perancis pasca-revolusi PerancisRevolusi. Fase Metafisika ini
merupakan justifikasi dari "hak universal" sebagai hal yang pada [atas] suatu wahana [yang] lebih tinggi
dibanding otoritas tentang segala [penguasa/penggaris] manusia untuk membatalkan perintah lalu,
walaupun berkata [hak/ kebenaran] tidaklah disesuaikan kepada yang suci di luar semata-mata kiasan.
Apa yang ia mengumumkan dengan istilah nya Tahap yang ilmiah, Yang menjadi nyata setelah kegagalan
revolusi dan [tentang] Napoleon, orang-orang bisa temukan solusi ke permasalahan sosial dan membawa
[mereka/nya] ke dalam kekuatan di samping proklamasi hak azasi manusia atau nubuatan kehendak
Tuhan. Mengenai ini ia adalah serupa untuk Karl Marx Dan Jeremy Bentham. Karena waktu nya, ini
gagasan untuk suatu Tahap ilmiah telah dipertimbangkan terbaru, walaupun dari suatu sudut pandang
kemudiannya [itu] adalah [yang] terlalu derivative untuk ilmu fisika klasik dan sejarah akademis.

Hukum universal lain [yang] ia [memanggil/hubungi] ' hukum yang seperti ensiklopedi'. Dengan
kombinasi hukum ini, Comte mengembang;kan suatu penggolongan [yang] hirarkis dan sistematis dari
semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu fisika tidak tersusun teratur ( ilmu perbintangan, ilmu
pengetahuan bumi dan ilmu kimia) dan ilmu fisika organik ( biologi dan untuk pertama kali, bentuk
badan sociale, dinamai kembali kemudiannya sociologie).

Ini gagasan untuk suatu science—not khusus ras manusia, [yang] bukan metaphysics—for sosial adalah
terkemuka abad yang 19th dan tidak unik ke Comte. Ambitious—Many akan kata[kan grandiose—way
yang Comte membayangkan tentangnya, bagaimanapun, adalahunik.

Comte lihat ilmu pengetahuan baru ini, sosiologi, [seperti;sebagai;ketika] [yang] terbesar dan yang
ter]akhir dari semua ilmu pengetahuan, apa yang itu akan meliputi semua lain ilmu pengetahuan, dan
yang akan mengintegrasikan dan menghubungkan penemuan mereka ke dalam suatu [yang] utuh kompak.

Comte’S penjelasan Filosofi yang positif memperkenalkan hubungan yang penting antar[a] teori, praktek
dan pemahaman manusia dunia. Pada [atas] halaman 27 yang 1855 [yang] mencetak Harriet Martineau’S
terjemahan Filosofi Auguste [yang] Yang positif Comte, kita lihat pengamatan nya bahwa, “ Jika adalah
benar bahwa tiap-tiap teori harus didasarkan diamati fakta, [itu] dengan sama benar yang fakta tidak bisa
diamati tanpa bimbingan beberapa teori. Tanpa . seperti (itu) bimbingan, fakta [kita/kami] akan bersifat
tanpa buah dan tak teratur; kita tidak bisa mempertahankan [mereka/nya]: sebagian terbesar kita tidak bisa
genap merasa [mereka/nya]. ( Comte, A. ( 1974 cetak ulang).Filosofi yang positif Auguste Comte [yang]
dengan [cuma-cuma/bebas] yang diterjemahkan dan yang dipadatkan oleh Harriet Martineau. New York,
NY: ADALAH Tekanan. ( Pekerjaan asli menerbitkan 1855, New York, NY: Calvin Blanchard, p. 27.)

Ia coined kata[an] "altruism" untuk mengacu pada apa yang ia percaya untuk menjadi kewajiban moral
individu untuk melayani (orang) yang lain dan menempatkan minat mereka di atas diri sendiri. Ia
menentang;kan [itu] gagasan untuk [hak/ kebenaran] individu, pemeliharaan yang mereka tidaklah
konsisten dengan etis diharapkan ini ( Ini ( Catechisme Positiviste).

[Seperti] yang telah menyebutkan, Comte merumuskan hukum tiga langkah-langkah, salah satu [dari]
teori yang pertama evolutionism yang sosial: pengembangan manusia itu ( kemajuan sosial) maju
dari theological langkah, di mana alam[i] secara dongengan dipahami/dikandung dan orang [laki-laki]
mencari penjelasan [dari;ttg] gejala alami dari mahluk hal-hal yang gaib, melalui/sampai metaphysical
langkah di mana alam[i] telah membayangkan sebagai hasil mengaburkan kekuatan dan orang [laki-laki]
mencari penjelasan [dari;ttg] gejala alami dari [mereka/nya] sampai yang akhir [itu] Positive Langkah di
mana semua abstrak dan mengaburkan kekuatan dibuang, dan gejala alami diterangkan oleh hubungan
tetap mereka. Kemajuan ini dipaksa melalui/sampai pengembangan pikiran manusia, dan meningkat(kan)
aplikasi pikiran, pemikiran dan logika kepada pemahaman dunia.

Di (dalam) Seumur hidup Comte's, pekerjaan nya kadang-kadang dipandang secara skeptis sebab ia telah
mengangkat Paham positifismeuntuk a agama dan yang telah nama [sen]dirinya Sri Paus Paham
positifisme. Ia coined istilah " sosiologi" untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat yang baru]]. Ia
mempunyai lebih awal menggunakan ungkapan [itu], " ilmu fisika sosial," untuk mengacu pada ilmu
pengetahuan masyarakat yang positif; tetapi sebab (orang) yang lain, [yang] khususnya Orang statistik
Belgia Adolphe Quetelet, dimulai yang telah untuk menggunakan itu memasukkan [adalah] suatu
maksud/arti berbeda, Comte merasa[kan kebutuhan [itu] untuk menemukan [itu] pembentukan kata baru,
" sosiologi," a hybrid tentang Latin " socius" (" teman") dan Yunani"?????" ( Logo, " Kata[An]").

Comte biasanya dihormati [ketika;seperti] lebih dulu Sarjana sosiologi barat ( Ibn Khaldun setelah
didahului dia di (dalam) Timur dengan hampir empat berabad-abad). Penekanan Comte's pada [atas]
saling behubungan [dari;ttg] unsur-unsur sosial adalah suatu pertanda [dari;ttg] modern functionalism.
Meskipun demikian, [seperti/ketika] dengan (orang) yang lain banyak orang [dari;ttg] Waktu Comte's,
unsur-unsur [yang] tertentu [dari;ttg] pekerjaan nya kini dipandang sebagai tak ilmiah dan eksentrik, dan
visi agung sosiologi nya [sebagai/ketika] benda hiasan di tengah meja dari semua ilmu pengetahuan
belum mengakar.

Penekanan nya pada [atas] suatu kwantitatif, mathematical basis untuk pengambilan keputusan tinggal
dengan [kita/kami] hari ini. [Ini] merupakan suatu pondasi bagi dugaan Paham positifisme yang modern,
analisa statistik kwantitatif modern, dan pengambilan keputusan bisnis. Uraian nya hubungan siklis yang
berlanjut antar[a] teori dan praktek dilihat di sistem bisnis modern Total Manajemen Berkwalitas dan
Peningkatan Mutu Berlanjut [di mana/jika] advokat menguraikan suatu siklus teori [yang] berlanjut dan
praktek melalui/sampai four-part siklus rencana,, cek, dan bertindak. Di samping pembelaan analisis
kuantitatif nya, Comte lihat suatu batas dalam kemampuan nya untuk membantu menjelaskan gejala
sosial.

Sejarah Lahirnya (Perkembangan) Sosiologi di Eropa dan Indonesia.

A. Perkembangan Sosiologi Di Eropa

Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang
dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya
Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang
pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya
mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus
didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini
merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia
menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang
“evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.

Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun
1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan
oleh para sosiolog.

Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi.
Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi
yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun
1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya
dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan
dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.

Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American
Journal of Sociology memulai publikasinya pada tahun 1895 dan The American Sociological Society
(sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para
pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau
filsafat.

Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial.
Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai
pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal
of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang
peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di
tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau
eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.

Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan
deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan
pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para
sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari
kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology) yang sampai kini pikirannya
masih dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim.
Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait dgn
kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka juga digunakan dalam disiplin ilmu
social lain seperti ilmu politik, ekonomi, antropologi, dan sejarah.

B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia

Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah
mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia.
Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta,
mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan
yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar
golongan (intergroup relations).

Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan sumbangan di


bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang
dengan nyata di praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.

Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda yang
mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven,
Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas
secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-
ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan
cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya.

Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang Dunia ke dua diselenggarakan oleh
Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap
bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis,
berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz dan
sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut malah
ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa
pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak
diperlukan dalam pelajaran hukum.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia
yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu
Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika
kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua
semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi
juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar
negeri dan publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara para
mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang
Indonesia yang memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.

Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku tersebut berjudul
Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari
Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.

Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat Indonesia
yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-
bahan sosiologi yang modern.

Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku-bukunya
P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku
Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.

Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor Polak,
seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran
sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku
berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya
Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo Soemardjan
bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu
sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia
dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.

Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan politik
atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam
suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM,
UI dan UNPAD.

Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena
masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan
mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan.
Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.

Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. Tindakan sosial adalah
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain.

Mayor Polak
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan, yaitu hubungan
antara manusia satu dengan manusia lain, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik
kelompok formal maupun kelompok informal atau baik kelompok statis maupun kelompok dinamis.

Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum
dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

Roucek dan Warren


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok.

Anda mungkin juga menyukai