Disusun Oleh :
NIM : 165040201111208
Kelompok : L2
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Menurut Sutopo (2010) uji mutu fisik benih adalah pengujian pada benih
yang menujukkan penampilan benih secara prima, antara lain dari ukuran dan
homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain, baiji gulma dan dari berbagai
kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik. Mutu benih dibedakan menjadi
tiga yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis
benih-benih tanaman umumnya lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan
mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih menggambarkan kemampuan benih
untuk disimpan dan tumbuh sebagai kecambah normal (Balai Teknologi
Perbenihan Bogor, 2002).
2.2 Pengertian Uji Kemampuan Benih dan Tujuannya
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan
memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih
yang selanjutnya dihitung presetase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan
pengujian kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi benih murni,
benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih (Heddy,2000)
2.2.1 Komponen-Komponen dalam Pengujian Kemurnian Benih
Menurut Nasrudin (2009), untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji
dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
1. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/spesies
yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
a. Benih masak utuh.
b. Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak.
c. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji.
d. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut
termasuk kedalam spesies yang dimaksud.
e. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.
2. Benih tanaman lain, adalah jenis/spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh
dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
3. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam
contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
a. Benih dan bagian benih.
b. Benih tanpa kulit benih.
c. Benih yang terlihat bukan benih sejati.
d. Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal.
e. Cangkang benih.
f. Kulit benih.
g. Bahan lain (Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll).
2.2.2 Cara Pengujian Kemurnian Benih (Simplo dan Duplo)
FK =
a. % Benih murni =
c. % Kotoran benih =
Dimana:
CK : Contoh kerja
BM : Benih murni
BTL : Benih tanaman lain
KB : Kotoran benih
Faktor kehilangan yang diperbolehkan ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat
> 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan
contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut
diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis.
Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
a) Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah
presentase berat dari semua komponen harus 100%.
b) Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi
keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya
ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat
kolom yang kosong.
c) Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada
komponen yang nialinya terbesar.
d) Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih
harus dicantumkan.
Pada prinsipnya analisis kemurnian di laboratorium ialah memisahkan
contoh benih dalam tiga bagian yaitu komponen benih murni, benih tanaman lain
dan kotoran benih. Analisis kemurnian ini dilakukan dengan cara manual
menggunakan pinset. Benih yang akan diuji dihamparkan di atas meja analisis
kemudian benih dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu benih murni, kotoran benih
dan campuran varietas lain
2.3 Pengertian Bobot 1000 Butir
Bobot 1000 butir merupakan suatu faktor penting dalam pelaksanaan uji
benih. Jika diketahui bobot 1000 biji maka ukuran satu biji tanaman dapat
diketahui. Selain itu, berdasarkan bobot 1000 biji maka kebutuhan benih perhektar
dapat diketahui. Prinsip pelaksanaan penentuan berat 1000 butir benih hasil uji
kemurnian benih ditimbang dengan tingkatkepekaan penimbangan pada uji
kemurnian benih (Tim Pengampu, 2013)
2.3.1 Metode Penetapan Bobot 1000 Butir
Penetapan bobot 1000 butir merupakan salah satu pengujian khusus yang
mempengaruhi mutu fisik benih. Benih yang diuji berasal dari benih murni. Cara
pengukuran didasarkan pada :
Metoda A: menghitung berdasarkan seluruh contoh kerja
Metoda B: menghitung dalam ulangan
Metode A :Dilakukan dengan menghitung semua contoh kerja, kemudian
dilakukan penimbangan. Berat per satuan benih dihitung dari
hasil timbangan per jumlah benih. Berat 1000 butir benih dihitung
dengan mengalikannya dengan bilangan 1000.
Metode B1 : Dilakukan dengan mengambil secara acak 100 butir benih
dengan 8 ulangan , dan setiap ulangan ditimbang bobotnya.
Selanjutnya dihitung ragam, standar deviasi, dan koefisien
variasinya. CV tidak boleh lebih besar dari 6% untuk benih –
benih bersekam /berbulu dan tidak boleh lebih dari 4% untuk
benih tidak bersekam.
Metode B2 : Sebanyak 100 butir benih secara acak dengan 4 ulangan. Setiap
ulangan ditimbang bobotnya dengan 2 desimal . Keempat ulangan
dijumlahkan bobot benihnya. Bobot 1000 butir = jumlah keempat
ulangan x 2,5.
Metode B3 : Sebanyak 100 butir diambil secara acak dengan 10 ulangan.
Setiap ulangan ditimbang bobotnya (2 desimal) dan jumlah rata-
rata kesepuluh ulangan dihitung. Bobot 1000 butir = X x10
Metode B4 : Sebanyak 100 butir benih diambil secara acak
dengan 8 ulangan. Setiap ulangan ditmbang bobotnya (2 desimal).
Perbedaan antar ulangan tidak boleh lebih dari 6% selanjutnya
kedelapan ulangan dirata-ratakan. Bobot 1000 butir = X x 10.
( Tim Asisten, 2018 )
III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan