Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan

lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan

berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator

arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling

penting. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi

lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan

hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda

daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala

tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain

termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,

tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui

budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan

dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan

fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

Pembangunan diwilayah saat ini memerlukan pengelolaan perencanaan spasial yang lebih

efektif dan efesien yang memberikan manfaat secara optimal, serasi dan lingkungan yang

berkelanjutan melalui suatu perencanaan. Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan

proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun

kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persayaratan yang

diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan
tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa

berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Analisis dan evaluasi

kemampuan lahan mendukung proses dalam penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu

wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan

pemanfaatan penggunaan lahan/sumberdaya alam ( Suratman dkk, 1993).

Pada dasarnya evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang

menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomis. Data tentang

lahan dapat diperoleh dari kegiatan survai sumberdaya alam, termasuk survai tanah. Kebutuhan

untuk pengevaluasian lahan dirasa penting setelah disadari bahwa pemetaan sumberdaya alam itu

sendiri tidak akan memberikan petunjuk yang cukup tentang bagaimana lahan dapat digunakan

dan apa konsekuensi-konsekuensinya (Sitorus, 2004).

Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Agroteknologi Universita Halu Oleo mengadakan

praktikum lapangan Perencanaan dan Evaluasi Lahan di hutan Kampus Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor pembatas pada tanaman kakao, tanamanan cengkeh dan tanaman kelapa

sawit pada lahan hutan kampus Universitas Halu Oleo.

2. Untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan dari ketiga tanaman tersebut.

3. Untuk mengetahui teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan ketiga tanaman tersebut.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang ingin

mengetahui cara evaluasi perencanaan penggunaan lahan serta sebagai bahan bacaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tanah dan Lahan

Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar

permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman karena memiliki sifat-sifat

sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk

dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Sutanto, 2005).

Tanah adalah lapisan permukaan bumi (natural body) yang berasal dari

bebatuan (natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-

gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolit (lapisan berpartikel halus)

(Hanafiah, 2010).

Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi terbentu dari mineral-

mineral dan bahan-bahan organik, mengandung benda-benda hidup dengan gejala-

gejala serta dapat mendukung kehidupan tumbuhan-tumbuhan di

lapangan.selanjutnya disebutkan bahwa devenisi tanah. Ini berarti tanah yang yang

diklasifikasikan bukanlah hanya bagian tanah yang memiliki horizon-horizon atau

solum tanahnnya saja,tetapi juga bagian tanah dibawah solum asalkan gejala-gejala

kehidupan masih ditemukan (Hanafiah, 2010).

Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang

mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah,

hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya
secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO 1976 dalam

Niin 2010).

Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang

meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan

hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat

tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap

fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. (FAO

dalam Sitorus, 2004).

B. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan

Survey merupakan pekerjaan pengumpulan data fisika, kimia di lapangan

maupun data analisis di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan

tepat secara umum maupun khusus. Suatu tanah memiliki kegunaan jika tepat

pemetaannya, tepat mencari lokasi yang di survey dan didukung oleh peta dasar yang

baik, tepat dalam mendeskripsikan profil dalam menetapkan sifat morfologinya, teliti

dalam pengambilan contoh tanah dan benar dalam menganalisa dilaboratorium

(Abdullah, 2003).

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman

(Performance) lahan jika dipergunakan untuk Evaluasi lahan merupakan suatu upaya

penafsiran penampilan lahan bila digunakan untuk suatu peruntukkan atau

penggunaan tertentu. Dengan demikian evluasi lahan dapat menyajikan dasar-dasar

rasional dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan yang didasari atas analisis
hubungan antara lahan dan penggunaan lahan, selanjutnya dikemukakan bahwa

evaluasi lahan dimaksudkan untuk menyajikan suatu dasar atau kerangka rasional

dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan dengan karakteristik lahan itu

sendiri dan membersikan perkiraan masukan yang diperlukan dan proyeksi luaran

yang diharapkan. Karakteristik dan kualitas lahan mempengaruhi kesesuaian lahan

yang selanjutnya akan tergantung dari kenyataan yang ada apakah sejumlah

karakteristik/kualitas lahan optimal, marginal atau sesuai (Lopulisa dan Husni, 2011).

Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang

hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunannya serta memberikan

kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang

dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi

sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan

tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan

lahan yang akan dilakukan (Madjid, 2009).

Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat

atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan

retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya

erosi, dan banjir/genangan (Sartohadi, 2012).

C. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti

evaluasi adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan


lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh

lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau

kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut

(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe

lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda-beda tergantung

pada kecocokan potensi lahan terhadap kebutuhan macam penggunaan lahan

tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan adalah penilaian kecocokan tipe lahan terhadap

penggunaan lahan spesifik, seperti penggunaan lahan untuk tanaman jagung, padi,

kopi, cengkeh, tempat rekreasi pantai alam/hutan/budaya pemukiman, peternakan

dan sebagainya. Kesesuaian setiap macam penggunaan lahan dinilai, diklasifikasikan,

dan disajikan untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna lahan. Pada hakekatnya

evaluasi kesesuaian lahan merupakan evauai kecocokan potensi tipe lahan terhadap

kebutuhan penggunaan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan harus dilaksanakan secara

menyeluruh (holistik), sesuai dengan prinsip dan tujuan evaluasi lahan (Mahi, 2005)

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat

biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan

yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik

tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang

dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan

dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat

berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang
produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat

ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai

(Sinukaban, 2005).

Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan

menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan

kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah

hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan

sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan

terhadap erosi dan bahaya banjir (Ritung, 2007).

Untuk menyusun arahan penggunaan lahan dari berbagai alternatif komoditas

yang sesuai, perlu dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual.

Dalam penyusunan kesesuaian lahan terpilih ini, untuk kelompok tanaman pangan

dan sayuran, hanya lahan-lahan yang termasuk kelas Sesuai (kelas S1 dan S2) saja

yang dipertimbangkan, sedangkan untuk tanaman perkebunan dan tanaman buah-

buahan, selain lahan yang termasuk kelas Sesuai (S1 dan S2), juga ditambah dengan

lahan yang termasuk kelas Sesuai Marginal (kelas S3) (Ritung, 2007).

D. Karakteristik dan Kualitas Lahan

Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.

Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei atau pemetaan

sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup

keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut dapat digunakan untuk
keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Karakteristik lahan

yang digunakan adalah temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering,

kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan

gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H2O,

C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi,

genangan, bahaya di permukaan, dan singkapan batuan (Djaenudin dkk., 2003).

Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan

lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan

uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan

pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk

wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm,

dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,

banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di permukaan tanah).

Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta

suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim (Lihawa, 2011).

Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan

lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan

uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan

pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk

wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm,

dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,

banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di permukaan tanah).


Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta

suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari

peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat

atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil,

sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi

lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000) (Pusat

Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2010).

Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah

evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara mencocokan ( matching ) antara

karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dengan persyaratan

tumbuh/penggunaan lahan. Istilah pembandingan (matching) digunakan untuk

menguraikan proses dimana persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan

lahan dibandingkan dengan kondisi lahan untuk menduga keragaan penggunaan

lahan. Pembandingan antara persyaratan pertumbuhan tanaman atau persyaratan

dari suatu tipe pengguna lahan (TPL) dan kualitas lahan (SPL) akan menghasilkan

kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya. Diantara berbagai TPL tersebut

dapat diketahui mana yang lebih sesuai (mana yang paling memberikan keuntungan

yang lebih besar) untuk setiap SPL di daerah yang disurvei (Sinukaban, 2005).
BAB. III. METODE PRAKTIKUM

1.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada titik ( spot ) di Desa Way Mahu Kecamatan
Nusaniwe – Kota Ambon pada tanggal 19 Januari 2018 dari Jam 10.00 Wit – selesai (selama
satu hari).
1.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Alat Penggali
a. Cangkul
b. Sekop
c. Bor Tanah
2. Driskipsi Tanah
a. Pisau tanah
b. Buku Munsell Colour Chart
c. Botol Air
d. Meteran
e. Kertas pH
f. ATK
g. Kamera
h. Botol masing-masing berisi larutan HCL dan H2O2
i. Ring Sample
j. Kertas Lebel
3. Diskripsi Lokasi
a. Kompas
b. GPS
c. Alimeter
d. Buku Catatan
4. Referensi Lapangan
 Panduan praktek lapangan
1.3. Prosedur Kerja
1. Menggali lubang membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah
duduk atau berdiri didalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
2. Beri batas tiap-tiap horizon dan ukur masing-masing horizon dengan menggunakan
meteran
3. Ambil sampel tanah pada tiap-tiap horizon dengan menggunakan pisau lapang, lalu
amati :
a. Warna Tanah
 Diambil sedikit tanah gumpal, lalu dilembabkan dengan air secukupnya (
permukaannya tidak mengkilap ).
 Diletakan dibawah lubang kecil pada buku Munsell Soil Color Chart.
 Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna
tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
b. Tektur Tanah
 Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, kemudian dibahasi dengan
air hingga tanah dapat ditekan.
 Contoh tanah dipijat dan diraba agar bisa merasakan besar halusnya tanah jika :
 Rasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik dan mudah
digulung kemungkinan besar teksturnya LIAT
 Rasa agak licin, agak lekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, kemungkinan tektur tanahnya
LEMPUNG BERLIAT.
 Rasa tidak kasar dan tidak licin, agar melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat,
kemungkinan tektur tanahnya LEMPUNG.
 Rasa kasar sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan, kemungkinan tektur tanahnya PASIR.
 Rasa kasar agak jelas, sedikit sekali melekat, dapat dibuat bolam dan mudah
hancur, kemungkinan tektur tanahnya LEMPUNG BERPASIR.
c. Struktur Tanah
 Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara
menekannya dengan jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu.
 Pecahan tanah yang terbentuk secara alamimenjadi agregat mikro yang
merupakan kelas struktur tanah.
d. Konsistensi
 Contoh tanah dalam berbagai kandungan air (Konsistensi basah, konsistensi
kering dan konsistensi lembab) diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan
telunjuk
e. Porositas
Pengamatan pori didasarkan : pori makro (>10 um) ; pori meso (0.2 – 20 um) ; pori
mikro (0.2 um).
f. pH Tanah
Kemasaman tanah dapat diukur dengan menggunakan kertas pH, pH testes dan pH
jinjing.
g. Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organic tanah diketahui ada dan tidaknya dengan menggunakan
cairan H2O2.
h. Kandungan kapur
Ada dan tidaknya kandungan kapur dapat dilihat dengan menggunakan HCL, yang
ditandai dengan gelembung pada tanah apabila diberikan larutan HCL.
i. Kedalaman efektif
Kedalaman efektif diukur sampai batas ditemukannya perakaran dalam penampang
tanah.

3.4 Tipe Pengamatan


Tipe pengamatan yang dipakai di lapangan adalah profil.
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil analisis tanah


Karakteristik Lahan Hasil Analisis

Temperatur rerata (oC) 31


Bulan kering (bln) 4
Curah hujan (mm) 1456
Drainase Baik
Tekstur Lempung liat berdebu
Kedalaman tanah (cm) 118
KTK tanah Rendah
pH H2O 4,7
N total Rendah
P2O5 tersedia Rendah
K2O tersedia Rendah
Lereng (%) 8
Batuan permukaan -
Singkapan batuan -

Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk tanaman kakao (Theobroma cacao L.), cengkeh (Eugenia
aromatica L.) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.)

Karakteristik Lahan Kakao Cengkeh Kelapa Sawit


Temperatur rerata (oC) S2 S2 S2
Bulan kering (bln) S3 S3 S3
Curah hujan (mm) S3 S3 S2
Drainase S1 S1 S1
Tekstur S1 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) S1 S1 S1
KTK tanah S2 S2 S2
pH H2O S3 S2 S2
N total - - -
P2O5 tersedia - - -
K2O tersedia - - -
Lereng (%) S2 S2 S2
Batuan permukaan S1 S1 S1
Singkapan batuan S1 S1 S1
B. Pembahasan

Kesesuaian lahan menggambarkan kecocokan lahan terhadap tanaman tertentu (Sitorus,

1985). Kesesuaian lahan lebih memfokuskan perhatiannya pada jenis tanaman tertentu saja yang

pada intinya analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memadukan kebutuhan tanaman atau

persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Kelas kesesuaian lahan juga

menggunakan pembatas seperti dalam kemampuan lahan namun tidak dituliskan dalam klasifikasi.

Kelas kesesuaian lahan yang diklasifikasi merupakan kelas terjelek dari kondisi lahan sehingga

yang ditampakkan adalah kondisi yang paling buruk bagi suatu tanaman. Semakin rumit

pengelolaan lahan yang diperlukan maka tingkat kesesuaian lahannya semakin rendah, hal ini juga

berkaitan dengan konservasi yang hendak diterapkan.Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi

empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N).

Pengelolaan lahan dilakukan pada suatu satuan lahan untuk mementukan keputusan yang tentu

berbeda antara satuan lahan yang satu dengan lahan yang lain. (Rossiter, 1994 dalam Nasution,

2005).

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat hasil kesesuaian lahan untuk tanaman kakao,

cengkeh dan kelapa sawit dari hasil analisis tanah yang dilakukan di lahan kampus universitas

Halu oleo. Tanaman kakao memiliki tiga faktor pembatas paling tinggi yaitu S3 (bulan kering,

curah hujan dan pH H2O) memiliki bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah yaitu

1456 sehingga kebutuhan air tanaman kurang dan pH nya rendah yaitu 4,7. Untuk tanamana

cengkeh memiliki dua faktor pembatas S3 yaitu (bulan kering dan curah hujan), sedangkan

tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas S3 yaitu bulan kering berturut-turut selama 4

bulan.
Kelas dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3) artinya lahan ini mempunyai

pembatas-pembatas yang sangat berat utuk pengembangan dari ketiga tanaman ini. Pembatas

tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukkan yang

diperlukan.

Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu denganteknologi irigasi tetes.

irigasi tetes yang digunakan adalah denganmenggunakan pipa - pipa berukuran sedang. pipa

tersebut dipasang disekitar tanamaan dan dibuatkan wadah kecil dekat perakaran, lalu dialiriair

melalui wadah tersebut setetes demi setetes. Berdarkan peneletianyang telah dilakukuan

sebelumnya, bahwa dengan pengairanini sangatefektif dan efisien dalam pengairan sehingga

kekurangan air dapatdiantisipasi selama bulan kering. Kemudian untuk menaikan pH yang

rendahpada lahan Kakao dapat diterapkan dengan memberikan kapur pada lahansetelah dilakukan

pengolahan lahan.

I. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tanaman kakao memiliki tiga faktor pembatas yaitu (bulan kering, curah hujan dan pH H2O),

tanamana cengkeh memiliki dua faktor pembatas yaitu (bulan kering dan curah hujan), sedangkan

tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas yaitu bulan kering berturut-turut selama 4 bulan.
2. Kelas dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3)

3. Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu dengan teknologi irigasi tetes dan

pengapuran.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum ini yaitu agar praktikum kedepannya dapat

ditingkatkan lagi dengan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

FAO, 1977. Guldelines for soil profile description (2ndedition). Soil Resources Development and
Conservation Service. Rome Land and Water Devlopment Division. Fao of the United Nations .
66 p.

FAO, 1985. Guldelines: Land evaluation for irrigated agriculture. FAO Soils Bulletin 55. Rome. FAO of the
united Nations. 231 p.
Nasution, Zulkifli ,2003. Land and Forest Management in the Lake Toba Catchment Area. Universiti Sains
Malaysia.
Rahman, 2013. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. http://konsep-dasar-perencanaan-
pembelajaran.html. Di akses pada tanggal 9 November 2013.

Sitorus, Santan R.P, 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. PT. Tarsito, Bandung.

Suratman Worosuprojo, Suharyadi, Suharyanto, 1993. Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Perencanaan
Penggunaan Lahan dengan Metode GIS Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, UGM.

Yogarananda, 2012 Konsep – Konsep Dasar Perencanaan.


http://yogarananda.wordpress.com/2012/11/23/konsep-dasar-perencanaan

Anda mungkin juga menyukai