PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator
arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi
lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan
hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda
daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala
tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui
budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan
dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan
fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Pembangunan diwilayah saat ini memerlukan pengelolaan perencanaan spasial yang lebih
efektif dan efesien yang memberikan manfaat secara optimal, serasi dan lingkungan yang
berkelanjutan melalui suatu perencanaan. Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan
proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun
kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persayaratan yang
diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan
tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa
berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Analisis dan evaluasi
kemampuan lahan mendukung proses dalam penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu
wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan
menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomis. Data tentang
lahan dapat diperoleh dari kegiatan survai sumberdaya alam, termasuk survai tanah. Kebutuhan
untuk pengevaluasian lahan dirasa penting setelah disadari bahwa pemetaan sumberdaya alam itu
sendiri tidak akan memberikan petunjuk yang cukup tentang bagaimana lahan dapat digunakan
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Agroteknologi Universita Halu Oleo mengadakan
praktikum lapangan Perencanaan dan Evaluasi Lahan di hutan Kampus Universitas Halu Oleo,
Kendari.
1. Untuk mengetahui faktor pembatas pada tanaman kakao, tanamanan cengkeh dan tanaman kelapa
3. Untuk mengetahui teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan ketiga tanaman tersebut.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang ingin
mengetahui cara evaluasi perencanaan penggunaan lahan serta sebagai bahan bacaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Sutanto, 2005).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi (natural body) yang berasal dari
bebatuan (natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-
gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolit (lapisan berpartikel halus)
(Hanafiah, 2010).
Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi terbentu dari mineral-
lapangan.selanjutnya disebutkan bahwa devenisi tanah. Ini berarti tanah yang yang
solum tanahnnya saja,tetapi juga bagian tanah dibawah solum asalkan gejala-gejala
hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya
secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO 1976 dalam
Niin 2010).
Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang
meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan
hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat
fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. (FAO
tepat secara umum maupun khusus. Suatu tanah memiliki kegunaan jika tepat
pemetaannya, tepat mencari lokasi yang di survey dan didukung oleh peta dasar yang
baik, tepat dalam mendeskripsikan profil dalam menetapkan sifat morfologinya, teliti
(Abdullah, 2003).
(Performance) lahan jika dipergunakan untuk Evaluasi lahan merupakan suatu upaya
rasional dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan yang didasari atas analisis
hubungan antara lahan dan penggunaan lahan, selanjutnya dikemukakan bahwa
evaluasi lahan dimaksudkan untuk menyajikan suatu dasar atau kerangka rasional
sendiri dan membersikan perkiraan masukan yang diperlukan dan proyeksi luaran
yang selanjutnya akan tergantung dari kenyataan yang ada apakah sejumlah
karakteristik/kualitas lahan optimal, marginal atau sesuai (Lopulisa dan Husni, 2011).
dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi
sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat
atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan
retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya
Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti
lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau
lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda-beda tergantung
tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan adalah penilaian kecocokan tipe lahan terhadap
penggunaan lahan spesifik, seperti penggunaan lahan untuk tanaman jagung, padi,
dan disajikan untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna lahan. Pada hakekatnya
evaluasi kesesuaian lahan merupakan evauai kecocokan potensi tipe lahan terhadap
menyeluruh (holistik), sesuai dengan prinsip dan tujuan evaluasi lahan (Mahi, 2005)
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan
yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik
tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang
berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang
produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat
(Sinukaban, 2005).
kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah
hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan
sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan
yang sesuai, perlu dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual.
Dalam penyusunan kesesuaian lahan terpilih ini, untuk kelompok tanaman pangan
dan sayuran, hanya lahan-lahan yang termasuk kelas Sesuai (kelas S1 dan S2) saja
buahan, selain lahan yang termasuk kelas Sesuai (S1 dan S2), juga ditambah dengan
lahan yang termasuk kelas Sesuai Marginal (kelas S3) (Ritung, 2007).
Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei atau pemetaan
sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup
keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut dapat digunakan untuk
keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Karakteristik lahan
yang digunakan adalah temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering,
gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H2O,
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk
wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm,
dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,
Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk
wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm,
dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,
suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari
peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat
atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil,
sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi
lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000) (Pusat
karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dengan persyaratan
dari suatu tipe pengguna lahan (TPL) dan kualitas lahan (SPL) akan menghasilkan
kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya. Diantara berbagai TPL tersebut
dapat diketahui mana yang lebih sesuai (mana yang paling memberikan keuntungan
yang lebih besar) untuk setiap SPL di daerah yang disurvei (Sinukaban, 2005).
BAB. III. METODE PRAKTIKUM
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk tanaman kakao (Theobroma cacao L.), cengkeh (Eugenia
aromatica L.) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.)
1985). Kesesuaian lahan lebih memfokuskan perhatiannya pada jenis tanaman tertentu saja yang
pada intinya analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memadukan kebutuhan tanaman atau
persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Kelas kesesuaian lahan juga
menggunakan pembatas seperti dalam kemampuan lahan namun tidak dituliskan dalam klasifikasi.
Kelas kesesuaian lahan yang diklasifikasi merupakan kelas terjelek dari kondisi lahan sehingga
yang ditampakkan adalah kondisi yang paling buruk bagi suatu tanaman. Semakin rumit
pengelolaan lahan yang diperlukan maka tingkat kesesuaian lahannya semakin rendah, hal ini juga
berkaitan dengan konservasi yang hendak diterapkan.Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi
empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N).
Pengelolaan lahan dilakukan pada suatu satuan lahan untuk mementukan keputusan yang tentu
berbeda antara satuan lahan yang satu dengan lahan yang lain. (Rossiter, 1994 dalam Nasution,
2005).
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat hasil kesesuaian lahan untuk tanaman kakao,
cengkeh dan kelapa sawit dari hasil analisis tanah yang dilakukan di lahan kampus universitas
Halu oleo. Tanaman kakao memiliki tiga faktor pembatas paling tinggi yaitu S3 (bulan kering,
curah hujan dan pH H2O) memiliki bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah yaitu
1456 sehingga kebutuhan air tanaman kurang dan pH nya rendah yaitu 4,7. Untuk tanamana
cengkeh memiliki dua faktor pembatas S3 yaitu (bulan kering dan curah hujan), sedangkan
tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas S3 yaitu bulan kering berturut-turut selama 4
bulan.
Kelas dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3) artinya lahan ini mempunyai
pembatas-pembatas yang sangat berat utuk pengembangan dari ketiga tanaman ini. Pembatas
tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukkan yang
diperlukan.
Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu denganteknologi irigasi tetes.
irigasi tetes yang digunakan adalah denganmenggunakan pipa - pipa berukuran sedang. pipa
tersebut dipasang disekitar tanamaan dan dibuatkan wadah kecil dekat perakaran, lalu dialiriair
melalui wadah tersebut setetes demi setetes. Berdarkan peneletianyang telah dilakukuan
sebelumnya, bahwa dengan pengairanini sangatefektif dan efisien dalam pengairan sehingga
kekurangan air dapatdiantisipasi selama bulan kering. Kemudian untuk menaikan pH yang
rendahpada lahan Kakao dapat diterapkan dengan memberikan kapur pada lahansetelah dilakukan
pengolahan lahan.
I. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanaman kakao memiliki tiga faktor pembatas yaitu (bulan kering, curah hujan dan pH H2O),
tanamana cengkeh memiliki dua faktor pembatas yaitu (bulan kering dan curah hujan), sedangkan
tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas yaitu bulan kering berturut-turut selama 4 bulan.
2. Kelas dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3)
3. Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu dengan teknologi irigasi tetes dan
pengapuran.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum ini yaitu agar praktikum kedepannya dapat
DAFTAR PUSTAKA
FAO, 1977. Guldelines for soil profile description (2ndedition). Soil Resources Development and
Conservation Service. Rome Land and Water Devlopment Division. Fao of the United Nations .
66 p.
FAO, 1985. Guldelines: Land evaluation for irrigated agriculture. FAO Soils Bulletin 55. Rome. FAO of the
united Nations. 231 p.
Nasution, Zulkifli ,2003. Land and Forest Management in the Lake Toba Catchment Area. Universiti Sains
Malaysia.
Rahman, 2013. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. http://konsep-dasar-perencanaan-
pembelajaran.html. Di akses pada tanggal 9 November 2013.
Sitorus, Santan R.P, 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. PT. Tarsito, Bandung.
Suratman Worosuprojo, Suharyadi, Suharyanto, 1993. Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Perencanaan
Penggunaan Lahan dengan Metode GIS Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, UGM.