Bersyukur kepada Tuhan untuk kesempatan bisa mengikuti workshop sekolah minggu,
sekalipun harus mengalami ban bocor saat penambal-penambal ban sedang Sholat Ied. Sebelum
saya tuliskan pengalaman dari workshop, aku ingin membagikan satu isu yang saat ini sedang
banyak didiskusikan dan diamati berbagai kalangan, baik akademisi maupun rohaniawan.
Saat ini mungkin Anda merasa ada perubahan besar dalam perilaku anak dari balita hingga anak
SD, yaitu kecanduan bermain gawai (gadget) dan kurang fokus ketika diajar. Sebenarnya tidak
hanya dua perbedaan perilaku tersebut yang dialami oleh anak-anak saat ini. Menurut
Penelitian PELP (2016) dan McCrindle (2017), karakter anak saat ini berbeda dari karakter saya,
Anda atau guru kita.
Sesungguhnya, siapakah anak saat ini, saya dan Anda yang berbeda karakter itu?
PELP mencoba membedakan generasi yang hidup saat ini ke dalam 6 kelompok generasi (age
cohort), antara lain:
Generasi Builders atau Veteran generasi yang lahir antara tahun 1925-1944
Generasi Baby Boomers, generasi yang lahir tahun 1945-1964
Generasi X, generasi yang lahir tahun 1965-1980
Generasi Y, generasi yang lahir tahun 1981-1995
Generasi Z, generasi yang lahir tahun 1996-2010
Generasi Z dan Alfalah yang saat ini memenuhi ruang kelas SM. Dimana mereka lahir dan hidup
dalam situasi ekonomi keluarga yang lebih sejahtera dengan keberadaan teknologi yang sangat
muda dijangkau. Kondisi inilah yang memunculkan istilah digital native bagi anak dan remaja
jaman sekarang. Digital native merupakan generasi penduduk yang lahir setelah tahun 1980
ketika akses terhadap teknologi cukup mudah dan jejaring sosial digital telah ada Palfrey & Urs
(2008:346). Kelompok umur digital native secara intuitif mampu mengoperasikan teknologi
informasi dan komunikasi serta internet tanpa instruksi manual.
Beberapa ciri-ciri karakter Generasi Z menurut Dawn Wotapka (2017):
Sekolah Alkitab Batu | 1
Lebih suka menggunakan aplikasi dalam gawai untuk mencari informasi sehingga ada
istilah they reach for a smart device every 7 minutes.
Mereka mampu belajar dalam 4 – 5 layar informasi pada gawai.
Lebih senang dengan materi belajar digital yang bisa dibuka dengan jari dan dibawa
kemana saja
Tidak menyukai proses belajar dengan penjelasan yang panjang. Mereka lebih suka
dengan penjelasan yang ringkas, mudah dicerna dan straight to the point solutions.
Menyukai gaya berkomunikasi dengan gambar, misal meme atau emoji, baik ketika
mengirim maupun menerima pesan.
Lebih suka dengan video yang cuman beberapa menit saja. Sesuatu yang membuat
mereka hanya belajar menggunakan otaknya secara singkat.
Gambar 2 Perbedaan karakter Generasi Baby Boomers dengan Generasi Z (McCrindle, 2017)
Sumber tulisan:
Wokas, A., Margaretha, K., & Djonosiswojo, R. 2017. Workshop Guru-Guru Sekolah Minggu. Batu:
Sekolah Alkitab Batu.
Sekolah Alkitab Batu | 3
McCrindle, M. 2017. How to teach Gen Z to be collaborative, innovative and responsive.
https://www.blog.google/topics/education/how-teach-gen-z-be-collaborative-innovative-and-
responsive/ (diakses pada Agustus 2017)
Watopka, D. 2017. How to Teach Gen Z Students: Prepare for the next generation arriving on campus.
https://www.aicpa.org/interestareas/accountingeducation/newsandpublications/pages-/how-to-teach-
generation-z-students.aspx
President’s Emerging Leaders Program. 2016. Teaching Generation Z at the University of Hawai‘i.