Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi

Pengertian Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri,

bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas

otot polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95% berasal dari korpus uteri

dan 5% dari serviks. Hanya kadang-kadang saja berasal dari tuba fallopi atau

ligamentum rotundum. Mioma uteri adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi

pada kira-kira 25% wanita kulit putih dan 50% kulit hitam pada umur 50 tahun (

Benson & Pernoll, 2008 : 548).

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari selsel jaringan otot

polos jaringan fibroid dan kolagen (Nurarif & Hardi, 2013 : 445)

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan

tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun. Angka kejadiannya

diperkirakan 3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun menderita mioma uteri ( Endjun,

2008 : 271).

Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos

rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi

oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274)

B. Etiologi

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori

onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu insiator dan

promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum

diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phospatase


dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniselular.

Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi

somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks

dan growth factor local

C. Patofisiologi

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding

miometrium normal. Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan

dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal

dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun

seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada

nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri

sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma

uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramuskular

dan subserosum.

D. Klasifikasi

Mioma uteri menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu

1. Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri

2. Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut miometrium

3. Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif & Hardi, 2013 :445 ).

Menurut (Anwar, 2011) Mioma diklasifikasikan berdasarkan lokasinya

1. Mioma submukosa : menempati lapisan dibawah endometrium dan menonjol

ke dalam kavum uteri.


2. Mioma intramural : mioma yang berkembang diantara miometrium.

3. Mioma subrerosa : mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosaa uterus dan

dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai.

E. Tanda Dan Gejalah

Menurut (Benson & Pernoll, 2008) tanda gejala mioma uteri yaitu :

1. Perdarahan uterus abnormal Perdarahan uterus abnormal dijumpai pada kira-

kira 30% pasien dengan mioma uteri.Menoragi merupakan pola perdarahan

uterus abnormal yang paling umum dan meskipun pola apa saja mungkin

terjadi, paling sering berupa perdarahan bercak pre menstruasi dan sedikit

perdarahan terus menerus setelah menstruasi.

2. Efek penekanan.

3. Nyeri dan infertilitas.

Menurut (Anwar, 2011) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :

1. Perdarahan abnormal uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi

pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia

defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar

maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi

2. Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian

terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi

akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi

uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subrerosa dari kavum uteri.
3. Efek tekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah

mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Bila

ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih

dan rektum (prawiroharjo 2011).

F. Komplikasi

Menurut (Marmi, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Pertumbuhan leimiosarkoma

2. Torsi (putaran tangkai)

3. Nekrosis dan infeksi

G. Terapi

1. Operasi

2. Radiasi

3. Kemotherapi

4. Radiologi

H. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri

meliputi :

1. Tes laboratorium Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat

disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi.

Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan adanya

kehilangan darah yang kronik.


2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin Sering membantu dalam

evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai kehamilan atau

terdpat bersamasama dengan kehamilan.

3. Ultrasonografi Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat

membantu.

4. Pielogram intravena

Dapat membantu dalm evaluasi diagnostik.

a. Pap smear serviks Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia

serviks sebelum histerektomi.

b. Histerosal pingogram Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi

dikemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan

kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).

I. Asuhan Keperawatan Teori

1. Identitas

a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. TTL :
e. Pekerjaan :
f. Agama :
g. Alamat :
h. Tanggal MRS :
2. Anamnesis
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit dahulu :
c. KU: tampak sakit, Kes: CM
d. TTV
TD :
Nadi :
Respirarasi :
Suhu :
a. Aktifitas istirahat

Gejala : Gangguan tidur/istirahat, lemah.

Tanda : Takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas.

b. Sirkulasi

Tanda : Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna).

c. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih, nyeri tekan abdomen, konstipasi.

Tanda : Abdomen keras (distensi abdomen).

d. Integritas ego

Gejala : Stress, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas.

e. Makanan dan cairan

Gejala : Penurunan berat badan.

Tanda : Mulut kering, turgor jelek.


f. Neorosensori

Gejala : Sakit kepala

Tanda : Menurunnya kekuatan otot.

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat).

Tanda : Wajah meringis.

h. Pernafasan

Gejala : Sesak pada dada, nafas pendek yang progresif.

Tanda : Takipneu.

i. Seksualitas

Gejala : Keinginan untuk kembali seperti fungsi normal.

Tanda : Menstruasi tidak teratur.

j. Keamanan

Gejala : Adanya perasaan cemas.

k. Interaksi social

Gejala : Mempertanyakan kemampuan untuk mandiri, tidak mampu

membuat rencana.

Tanda : Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdeka

J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi urin
3. Ansietas
4. Kurang pengetahuan
5. Resiko kekurangan volume cairan
Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi

Domain. Nyeri akut NOC : NIC :


12
berhubungan dengan:  Pain Level, Pain Management
Class 1.  Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Agen injuri (biologi,
No.  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
00132 kimia, fisik, Setelah dilakukan tindakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
selama …. jam pasien tidak mengalami nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
psikologis),
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan

 Mampu mengontrol nyeri dengan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

indicator 5 mengetahui pengalaman nyeri pasien

 Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

dengan menggunakan manajemen nyeri. 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

dengan indicator 4 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

 Mampu mengenali nyeri (skala, tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). lampau

dengan indicator 5 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan


menemukan dukungan
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
berkurang. dengan indicator 4 nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 Tanda vital dalam rentang normal. kebisingan
dengan indicator 5 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Gangguan eliminasi NOC NIC
Urinary Retention Care
urin berhubungan Urinary elimination
1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
dengan Penyebab Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
berfokus pada inkontinensia (misalnya, output
multiple ….. pada klien, Gangguan eliminasi urin urin, pola berkemih kemih, fungsi kognitif, dan
masalah kencing praeksisten)
teratasi dengan kriteria hasil:
2. Memantau penggunaan obat dengan sifat
- Kandung kemih kosong secara penuh
antikolinergik atau properti alpha agonis
- Tidak ada residu urine > 100-200 cc
3. Memonitor efek dari obat-obatan yang
- Intake cairan dalam rentang normal
diresepkan, seperti calcium channel blockers dan
- Bebas dari ISK
antikolinergik
- Tidak ada spasme bladder
4. Menyediakan penghapusan privasi
- Balance cairan seimbang
5. Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan
air atau disiram toilet
6. Merangsang refleks kandung kemih dengan
menerapkan dingin untuk perut, membelai tinggi
batin, atau air
7. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
8. Gunakan spirit wintergreen di pispot atau urinal
9. Menyediakan manuver Crede, yang diperlukan
10. Gunakan double-void teknik
11. Masukkan kateter kemih, sesuai
12. Anjurkan pasien / keluarga untuk merekam
output urin, sesuai
13. Instruksikan cara-cara untuk menghindari
konstipasi atau impaksi tinja
14. Memantau asupan dan keluaran
15. Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi
16. Membantu dengan toilet secara berkala
17. Memasukkan pipa ke dalam lubang tubuh untuk
sisa
18. Menerapkan kateterisasi intermiten
19. Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
3 Ansietas NOC : NIC :
- Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
Domain berhubungan dengan
- Koping kecemasan)
9 class 2 ancaman kematian, Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
….. pada klien, kecemasan teratasi dengan
no krisis situasional,
kriteria hasil: 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
00146 Stress, perubahan
- Klien mampu mengidentifikasi dan pasien
status kesehatan mengungkapkan gejala cemas yang di
buktikan dengan indicator 5 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas yang di buktikan dengan indicator 5 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas normal yang di mengurangi takut
buktikan dengan indicator 4
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
dan tingkat aktivitas menunjukkan tindakan prognosis
berkurangnya kecemasan. Yang di buktikan
dengan indicator 5. 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
4 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan  Kowlwdge : disease process
Teaching : Disease Process
Faktor yang  Kowledge : health Behavior
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
berhubungan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
keterbatasan kognitif, ….. pada klien, kurang pengetahuan teratasi 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
interpretasi terhadap dengan kriteria hasil: bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
informasi yang salah, dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
kurangnya keinginan
1. Pasien dan keluarga menyatakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
untuk mencari pemahaman tentang penyakit, kondisi, pada penyakit, dengan cara yang tepat
informasi, tidak prognosis dan program pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
mengetahui sumber- 2. Pasien dan keluarga mampu tepat
sumber informasi. melaksanakan prosedur yang dijelaskan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
secara benar yang tepat
3. Pasien dan keluarga mampu 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan 7. Hindari jaminan yang kosong
lainnya. 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

5 Resiko kekurangan NOC: NIC


volume cairan b/d  Fluid balance FLUID MANAGEMENT
intake yang kurang  Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
dan diaphoresis.  Nutritional Status : Food and Fluid 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
Proses penyakit Intake akurat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
….. pada klienresiko kekurangan volume mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil: jika diperlukan
4. Monitor vital sign
1. Mempertahankan urine output sesuai 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
dengan usia dan BB, BJ urine normal, intake kalori harian
HT normal 6. Lakukan terapi IV
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 7. Monitor status nutrisi
batas normal 8. Berikan cairan
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 9. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Elastisitas turgor kulit baik, membran 10. Dorong masukan oral
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 11. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
yang berlebihan 12. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
13. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
14. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
15. Atur kemungkinan tranfusi
16. Persiapan untuk tranfusi
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan


Klasifikasi 2015-2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made
Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia,
Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier

Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC)


6th Edition. Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai