Anda di halaman 1dari 2

Tugas M3 KB3.

2
Teori Belajar Konstruktivistik
Nama : Dwi Angga Oktavianto
No.Peserta : 18150449510028

Strategi Pembelajaran Konstruktivisme


1. Langsung (Tatap Muka)
Secara umum tatap muka terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan : Memberikan “orientasi” dan “penggalian ide” untuk menegtahui
prakonsepsi pebelajar.
b. Inti : Merupakan bagian terbesar pembelajaran, digunakan untuk memfasilitasi
“restrukturisasi ide” mengarah ke perbaikan konsep, pembelajar menilai apakah ide-
ide itu sudah mendekati konsep ilmiah yang sesungguhnya. Selanjutnya memberi
kesempatan kepada pebelajar untuk “mengaplikasikan ide-ide” yang baru dipelajari
untuk memecahkan berbagai masalah. Pemantapan pebelajar atas ide-ide itu
sebenarnya baru, namun akan mantap setelah digunakan untuk memecahkan
masalah.
c. Penutup : Melakukan “review perubahan ide” untuk membandingkan ide yang telah
dipelajari dengan ide awalyang muncul saat penggalian ide.
2. Tidak Langsung (Non Tatap Muka)
Dalam pebelajaran non tatap muka “restrukturisasi ide” dan “aplikasi ide” dapat terus
difasilitasi; bedanya proses pembelajaran pebelajar, tanpa pengawasan pembelajar.
Tugasnya bisa bersifat terstruktur (sesuai dengan perencanaan pembelajar), dapat juga
mandiri (sesuai dengan minat masing-masing pebelajar).

Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme


Langkah-langkah dalam pengelolaan pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat dari
tiga sisi yakni; persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun penjelasannya yaitu sebagai
berikut:
1. Sebelum guru mengajar (Tahap persiapan)
a. Mempersiapkan bahan yang mau di ajarkan;
b. Mempersiapkan alat-alat peraga atau praktikum yang akan digunakan;
c. Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar;
d. Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa;
e. Mempelajari pengetahuan awal siswa;
2. Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan):
a. Mengajak siswa aktif belajar;
b. Siswa dibiarkan bertanya;
c. Menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan sehingga siswa merasa
menemukan sendiri pengetahuan mereka;
d. Mengikuti pikiran dan gagasan siswa;
e. Menggunakan variasi metode pembelajaran;
f. Kunjungan ke tempat pengembangan bidang studi di luar sekolah;
g. Mengadakan praktikum terpimpin maupun bebas;
h. Tidak mencerca siswa yang berpendapat salah atau lain;
i. Menerima jawaban alternative dari siswa;
j. Kesalahan konsep siswa di tunjukan dengan arif;
k. Menyediakan data anomaly untuk menantang siswa berpikir;
l. Siswa diberi waktu berpikir dan merumuskan gagasan mereka;
m. Siswa diberi kesempatan mengungkapkan pikirannya;
n. Siswa diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dengan caranya sendiri dalam
belajar dan menemukan sesuatu;
o. Evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya.
3. Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi)
a. Guru memberi pekerjaan rumah, mengumpulkannya, dan mengoreksinya.
b. Memberikan tugas lain untuk pendalaman;
c. Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan.

Dalam pengembangan pembelajaran seperti ini, maka sikap yang perlu dimiliki oleh guru,
yaitu:
a. Siswa tidak di anggap seperti tabula rasa, tetapi subyek yang sudah tahu sesuatu;
b. Model kelas: siswa aktif, guru menyertai;
c. Bila ditanya dan siswa tidak bisa menjawab, guru tidak perlu marah dan mencerca;
d. Menyediakan ruang Tanya jawab dan diskusi;
e. Guru dan siswa saling belajar;
f. Yang penting bukan bahan selesai, tetapi siswa belajar untuk belajar sendiri;
g. Memberikan ruang siswa untuk boleh salah;
h. Hubungan guru dan siswa yang dialogal;
i. Pengetahuan yang luas dan mendalam; serta
j. Mengerti konteks bahan yang mau di ajarkan.

Anda mungkin juga menyukai