Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ruang Volume 2 Nomor 4 Tahun 2014

ISSN 1858-3881
______________________________________________________________________________________________________________
KONSEP DESA WISATA HUTAN MANGROVE DI DESA BEDONO,
KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

TOURISM VILLAGE CONCEPT FOR MANGROVE FOREST IN BEDONO VILLAGE,


SAYUNG, DEMAK

Eko Prasetyo1 dan Djoko Suwandono2


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: prasetyooekoo@gmail.com

Abstrak: Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Demak yang memiliki potensi
wisata mangrove dan religi. Sebagai salah satu desa yang memiliki potensi tersebut, Desa Bedono belum
dikembangkan secara optimal. Untuk megembangkan potensi tersebut diperlukan sebuah perencanaan yang
matang. Agar perencanaan tersebut tidak salah sasaran, perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk
mengidentifikasi kelayakan kawasan yang akan dijadikan sebagai obyek perencanaan. Pada penelitian ini
digunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan yaitu terkait dengan elemen pariwisata.
Hasil dari penelitian kemudian dijadikan sebagai masukan untuk merancang desain kawasan wisata di Desa
Bedono. Perancangan desain tersebut dilakukan dengan menganalisis kebutuhan ruang, elemen perancangan,
kriteria terukur dan tak terukur, kemudian dari hasil analisis perancangan dihasilkan sebuah siteplan desa
wisata Bedono.

Kata Kunci: Konsep, Pesisir, Desa Wisata

Abstract: Bedono Village is one village in coastal area of Demak with mangrove and religious tourism potential.
However, that potential is not developed optimally yet. To develop that potential, Bedono needs a good
planning. Therefore, this research is made to identify the eligibility of area as a planning object. This research
use qualitative descriptive method. The analysis is containing of tourism elements. The result of this research
will be an input for the design of Bedono tourism area. The design is made through analysis of area needs,
design elements, measurable and un-measurable criteria. Those analysis will be the basic of a siteplan for
Bedono tourism area.

Key words: Concepts, Coastal, Village Tourism

Ruang; Vol. 2; No. 4; Th. 2014; hal. 36 1-370 | 361


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

PENDAHULUAN permasalahan tersebut muncul pertanyaan,


Pesisir merupakan daerah pertemuan “bagaimana konsep perencanaan dan strategi
antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi pegembangan wisata di Desa Bedono”.
bagian daratan, baik kering maupun terendam Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan
air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut dilakukan sebuah penelitian untuk
seperti pasang surut, angin laut, dan mendukung perencanaan wisata di Desa
perembesan air asin sedangkan ke arah laut Bedono. Berikut alur pemeikirian Konsep Desa
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi Wisata Hutan Mangrove di Desa Bedono,
oleh proses-proses alami yang terjadi di darat Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak:
(Dahuri et al, 2001). Dalam perkembangannya,
kawasan pesisir seringkali dikembangkan
sebagai tempat wisata yang menarik karena
memiliki berbagai potensi alam yang beragam
seperti mangrove, pantai, perikanan, dan
berbagai habitat yang hidup di sekitarnya
salah satunya ialah burung kuntul. Namun,
dalam pengembangannya seringkali dalam
proses perencanaannya, baik perencanaan
desain maupun perencanaan pengelolaannya,
tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga
potensi tersebut tidak dapat memberi
manfaat pada masyarakat. Akan tetapi jika
potensi tersebut di kembangkan dengan
perencanaan dan pengelolaan yang tepat,
maka potensi kawasan pesisir tersebut dapat
dioptimalkan sebagai penunjang
pertumbuhan perekonomian dari sektor
pariwisata. Hal ini lah yang terjadi di berbagai
wilayah pesisir di Indonesia, termasuk yang
terjadi di Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Sumber: Analisis Penyusun, 2014
Desa Bedono merupakan salah satu GAMBAR 1
desa yang berada di wilayah pesisir KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Desa DAN PERENCANAAN
ini memiliki potensi alam yang potensial untuk
dikembangkan sebagai tempat wisata karena KAJIAN LITERATUR KONSEP DESA WISATA
sudah memiliki embrio wisata dan juga HUTAN MANGROVE
karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh Perencanaan
tempat lain, diantaranya seperti: hutan Mengutip pernyataan Conyers dkk
mangrove, wisata air, wisata religi berupa dalam Munir (2002:23) mendefinisikan
makam Syeikh Mudzakir, kuliner olahan perencanaan sebagai proses yang
mangrove berupa keripik mangrove, dan berkesinambungan yang mencakup
menjadi habitat hidup burung Kuntul Perak, keputusan-keputusan (kebijakan) atau pilihan-
namun selain memiliki banyak potensi, desa pilihan berbagai alternative penggunaan
ini juga memilki beberapa masalah terkait sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan
dengan pengembangn potensi antara lain tertentu pada masa yang akan datang.
permasalahan perencanaan wisata yang
belum ada, masalah lingkungan yaitu adanya Pariwisata
abrasi yang selama ini sudah Oka A Yoeti (1988) mengartikan wisata
menenggelamkan dua dukuh. Atas dasar adalah perjalanan sebagai padanan kata

362| Ruang; Vol. 2 No. 4; Th. 2014; hal. 361-370


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

‘travel’ sehingga wisatawan adalah ‘traveler’, Pesisir


orang yang melakukan perjalanan. Sedangkan Pesisir merupakan daerah pertemuan
dalam UU Nomor 10 tahun 2009 tentang antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi
kepariwisataan, wisata adalah kegiatan bagian daratan, baik kering maupun terendam
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
atau sekelompok orang dengan mengunjungi seperti pasang surut, angin laut, dan
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, perembesan air asin sedangkan ke arah laut
pengembangan pribadi, atau mempelajari meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat
dalam jangka waktu sementara seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan
Desa Wisata manusia di darat seperti penggundulan hutan
Menurut Chafid Fandeli (1995) secara dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et
lebih komprehensif menjabarkan desa wisata al, 2001).
sebagai suatu wilayah pedesaan yang
menawarkan keseluruhan suasana yang METODOLOGI
mencerminkan keaslian desa, baik dari segi Pendekatan yang digunakan dalam
kehidupan sosial budaya, adat istiadat, penelitian dan perencanaan ini adalah
aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan pendekatan kualitatif. Analisis yang dilakukan
struktur tata ruang desa, serta potensi yang adalah analisis deskriptif kualitatif. Dengan
mampu dikembangkan sebagai daya tarik metode pengumpulan data observasi dan
wisata, misalnya: atraksi, makanan dan wawancara mendalam. Wawancara
minuman, cinderamata, penginapan, dan mendalam dilakukan untuk menggali
kebutuhan wisata lainnya. Menurut Pariwisata informasi sedbanyak-banyaknya. Menurut
Inti Rakyat (PIR) yang dimaksud dengan desa Moloeng, (2014:222) dalam Nisa, sampel
wisata adalah suatu daerah wisata yang adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
menyajikan keseluruhan suasana yang yang dimiliki oleh populasi, sampel merupakan
mencerminkan keaslian perdesaan baik dari bagian dari populasi, sehingga diperoleh
sisi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, maksud dan tujuan dalam penelitian. Secara
keseharian, adat istiadat, memiliki arsitektur umum sampel yang baik adalah sampel yang
dan tata ruang yang khas dan unik, atau dapat mewakili karakteristik populasi. Tek ik
kegiatan perekonomian yang unik dan sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menarik serta memiliki potensi untuk menggunakan teknik purposive sampling.
dikembangkannya komponen kepariwisataan Teknik ini merupakan teknik untuk
(Soetarso Priasukmana, 2001: 37) menentukan menentukan informan yang akan
diwawancarai. Sampel yang diambil dalam
Pembangunan Berkelanjutan penelitian ini ialah; Dinas Pariwisata, Dinas
Menurut Chafid Fandeli (1995) secara Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan
lebih komprehensif menjabarkan desa wisata dan Pembangunan Daerah, Kantor Lingkungan
sebagai suatu wilayah pedesaan yang Hidup dan Kantor Desa Bedono.
menawarkan keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian desa, baik dari segi HASIL DAN PEMBAHASAN
kehidupan sosial budaya, adat istiadat, Hasil dari penelitian dan perencanaan
aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan ini ada dua hasil, yaitu hasil penelitan itu
struktur tata ruang desa, serta potensi yang sendiri dan hasil perencanaan. Hasil akhir
mampu dikembangkan sebagai daya tarik dalam penelitian ialah lokasi yang layak untuk
wisata, misalnya: atraksi, makanan dan dijadikan sebagai desa wisata, sedangkan hasil
minuman, cinderamata, penginapan, dan dari perencanaan ini ialah sebuah rancangan
kebutuhan wisata lainnya. desain wisata. Hasil penelitian didapatkan
lokasi terpilih untuk dijadikan lokasi desa

Ruang; Vol. 2; No. 4; Th. 2014; hal. 361-370 | 363


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

wisata yaitu Desa Bedono, kemudian dari kini bergeser menjadi wisata alam karena
lokasi terpilih ditentukan pula site sebagai Kabupaten Demak memiliki potensi itu yaitu
wilayah yang dijadikan sebagai site untuk potensi hutan mangrove. Untuk perencanaan
desain rancang desa wisata. Untuk mencapai pariwisata khususnya wilayah pesisir dalam
hal tersebut maka dilakukan beberapa Perda Kabupaten Demak, menyebutkan
analisis. bahwa Kecamatan Sayung merupakan
kecamatan yang akan dijadikan sebagai
Analisis Penelitian wisata, dimana Desa Bedono termasauk salah
Pada analisis penelitian yang berjudul satu desa yang berada di kecamatan tersebut.
Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove di Desa
Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Analisis Lokasi
Demak ini dilakukan sebuah analisis untuk Setelah dilakukan analisis penelitian,
mengetahui kelayakan tempat untuk dijadikan maka kemudian dilakukan analisis lokasi.
sebuah wisata. Analisis yang dilakukan pada Analisis lokasi merupakan analisis untuk
penelitian ini merupakan analisis data menentukan lokasi mana yang akan dipilih
kualitatif. Pengumpulan data kualitatif sebagai wilayah perencanaan. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan cara wawancara mendalam didasarkan kepada indikator-indikator yang
dan observasi langsung ke lapangan. Dalam ada.
kegiatan wawancara ini respondennya adalah
Kantor Desa Bedono, Dinas Pariwisata, Dinas TABEL 1
Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan INDIKATOR PENGEMBANGAN PARIWISATA
dan Pembangunan Daerah, serta Kantor Indikator pengembangan
Lingkungan Hidup (KLH). Berdasarkan hasil No pariwisata dalam konteks Bobot
Sustainable
wawancara yang telah dilakukan, didapat
empat aspek yang perlu dipertimbangkan Atraksi wisata dan
Lingkungan

25
aktivitasnya
Aspek

dalam perencanaan desa wisata yang 1


Infrastruktur 15
berkelanjutan antara lain; Pengembangan
Pariwisata, Potensi dan permasalahan, Sarana trasnportasi 10
Perencanaan Pariwisata, dan Lokasi Obyek
Sosial

Wisata. Dari hasil analisis empat aspek diatas, 2 Elemen kelembagaan 20


maka dapat diambil kesimpulan besar yaitu;
dari beberapa lokasi yang potensial untuk Akomodasi 15
Ekonomi

dikembangkan sebagai desa wisata di 3


Kabupaten Demak ialah Desa Bedono. Hal ini Perdagangan dan jasa 15
didasarkan ata elemen-elemen pariwisata Sumber: Analisis Penyusun, 2014
yaitu atraksi, fasilitas, infrastruktur,
trasnportasi dan elemen kelembagaan. Dari Kemudian dari indikator tesebut digunakan
kelima elemen tersebut Desa Bedonolah yang untuk menentukan wilayah studi yang akan
paling memenuhinya, hal ini juga didudkung menjadi wilayah perencanaan desa wisata,
oleh pemerintah Kabupaten Demak itu berikut tabel pemilihan wilayah perencanaan
sendiri. Selain itu, jika dilihat dari kesimpulan berdasarkan indikator pengembangan
masing-masing aspek disitu Desa Bedono pariwisata:
selalu disinggung dalam pernyataan.
Kemudian untuk pengembangan pariwisata
yang selama ini terfokus kepariwisata religi

364| Ruang; Vol. 2 No. 4; Th. 2014; hal. 361-370


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

TABEL 2
PEMILIHAN WILAYAH PERENCANAAN
Indikator pengembaangan pariwisata yang berkelanjutan
Aspek lingkungan Ekonomi Sosial
Atraksi
N Sarana Perdagangan Elemen
Desa wisata dan Infrastruktur Akomodasi Total
o Transportasi dan jasa kelembagaan
aktivitasnya (Bobot 15) (Bobot 20)
(Bobot 10) (Bobot 15) (Bobot 15)
(Bobot 25)
Skor SxB Skor SxB Skor S xB Skor SxB Skor SxB Skor SxB
1 Surodadi 2 50 2 30 1 10 1 20 2 30 2 30 170
2 Timbulsloko 1 25 2 30 1 10 1 20 1 15 2 30 130
3 Bedono 3 75 2 30 1 10 2 40 2 30 3 45 230
4 Sriwulan 1 25 1 15 1 10 1 20 1 15 2 30 115

Dari hasil skoring yang telah dilakukan, maka Wilayah perencanaan desain
didapat sebuah lokasi perencanaan yaitu Desa merupakan wilayah yang ada di Desa Bedono,
Bedono, selanjutnya untuk wilayah yang seluas 27 Ha dengan luas hutan mangrove
dijadikan sebagai desain siteplan ialah sebagai eksisting sebesar 4 Ha yang akan diperluas lagi
berikut: sebanyak 58% atau 16 Ha dari total luas
wilayah perancangan desain.
Analisis Swot
Dalam penelitian dan perencanaan yang
berjudul Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove
di Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak, analisis SWOT digunakan
untuk menyusun strategi dari masing-masing
aspek keberlanjutan, kemudian untuk
selanjutnya ditindak lanjuti sebagai analisis
masing-masing peneliti di bab selanjutnya.
Strategi yang disusun tersebut berdasarkan
pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan
Sumber: Citra Satelite Google Earth, 2013 ancaman yang ada di wilayah perencanaan.
GAMBAR 2 Berikut matriks swot:
DELINIASI WILAYAH PERANCANGAN DESAIN

TABEL 3
ANALISIS MATRIKS SWOT
Internal Strength (S) Weakness (W)
1. Adanya Hutan Mangrove 1. Kondisi infrastruktur jalan yang
2. Adanya habitat burung kuntul perak masih rusak
3. Topografi yang datar yaitu 0-2% 2. Belum adanya rencana desain
Eksternal detil wisata
Opportunity (O) Strategi SO Srategi WO
1. Dukungan dari 1. Penanaman kembali mangrove di wilayah 1. Perbaikan infrastruktur jalan dan
pemerintah daerah perencanaan kerena adanya sedimen pembangunan akses wisata
2. Tersedianya tracking yang ditangkap oleh APO dengan melalui sungai dengan dukungan
mangrove oleh dukungan dari pemerintah daerah (S 1 – pemerintah (W 1 – O 1, O3)
pemerintah O1, O 2) 2. Penambahan akses berupa
3. Akses obyek wisata tracking mangrove sepanjang
melalui sungai jalan wilayah perencanaan oleh
4. Adanya APO pemerintah (W 1 – O
sebagai sedimen 3. Merencanakan detil desain wisata
track dengan dukungan pemerintah
daerah (W 2 – O 1)

Ruang; Vol. 2; No. 4; Th. 2014; hal. 361-370 | 365


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

Internal Strength (S) Weakness (W)


1. Adanya Hutan Mangrove Kondisi infrastruktur jalan yang
1.
2. Adanya habitat burung kuntul perakmasih rusak
3. Topografi yang datar yaitu 0-2%2. Belum adanya rencana desain
Eksternal detil wisata
Threat (T) Strategi ST Strategi WT
1. Adanya abrasi dan 1. Penanaman kembali dan pelestarian 1. Perbaikan infrastruktur jalan
rob hutan mangrove untuk mengurangi abrasi dengan konstruksi panggung
2. Penurunan muka dan rob (S 1 – T 1) karena ada abrasi, rob dan
tanah 2. Membuat peraturan mengenai penurunan tanah (W 1 – T 1, T 2)
3. Adanya pemburu perlindungan terhadap mangrove dan
burung kuntul burung kuntul serta sanksi yang tegas
4. Pembalakan hutan terhadap pembalak liar dan pemburu
mangrove burung kuntul (S 1, S 2 – T 3, T4)
Sumber: Analisis Penyusun, 2014

Analisis Aktivitas Analisis Aktivitas Rencana


Pada wilayah perancangan desain Fungsi Utama
kawasan desa wisata, terbagi menjadi Fungsi utama pada wilayah
beberapa fungsi, yaitu fungsi utama, fungsi perencanaan rancang desain desa wisata yang
pendulung, dan fungsi pelayanan analisis awalnya hanya wisata religi kini dipadukan
aktivitas terbagi menjadi dua yaitu analisis antara religi dengan wisata mangrove hal ini
aktivitas eksisting dan rencana. terkait dengan konservasi yang juga memiliki
potensi yang tidak kalah menarik dari wisata
Analisis Aktivitas Eksisting religi. Wisata religi ini sudah ada sebelum
Fungsi Utama adanya hutan mangrove, kemudian dalam
Pada kondisi eksisting, wilayah perkembangannya dikembangkanlah hutan
perancangan desain desa wisata memiliki mangrove menjadi tempat wisata, sehingga
fungsi utama sebagi wisata religi yang dapat menambah atraksi yang ada di wilayah
didalamnya terdapat Makam Syeikh Abdullah perencanaan dan dapat menarik pengunjung
Mudzakir. Makam Syeikh ini ramai dikunjungi lebih banyak lagi.
oleh peziarah utamanya pada saat
memperingati hari kelahirannya. Fungsi Pendukung
Fungsi pendukung adalah fungsi yang
Fungsi Pendukung mendukung keberadaan fungsi utama, fungsi
Fungsi pendukung adalah fungsi yang pendukung yang terdapat di wilayah
mendukug keberadaan fungsi utama, fungsi perencanaan rancang desain desa wisata
pendukung yang terdapat di wilayah adalah adanya permukiman penduduk Dukuh
perancangan desain desa wisata adalah wisata Tambaksari, selain permukiman fungsi
hutan mangrove, permukiman penduduk, pendukung lainnya antara lain yaitu;
serta perdagangan dan jasa berupa warung perdagangan dan jasa yang berupa kios-kios
kecil yang menjual hasil olahan mangrove. kecil maupun kios besar yang menjual
berbagai hasil olahan mangrove maupun
Fungsi Pelayanan souvenir khas Desa Bedono, di wilayah
Fungsi pelayanan merupakan, fungsi perencanaan juga disediakan gardu pandang
yang melayani fungsi utama dan fungsi untuk menikmati keindahan hutan mangrove,
pendukung. Pada wilayah perancangan desain galeri mangrove sebagai sarana edukasi
desa wisata ini memiliki aktivitas pelayanan tentang pengetahuan mangrove, terdapat
berupa sarana peribadatan dan service area pula museum sebagai baseline yang
yaitu berupa toilet umum, persampahan dan menyimpan berbagai keunikan dan sejarah
area parkir. Desa Bedono yang unik, area pemancingan,

Ruang; Vol. 2; No. 4; Th. 2014; hal. 361-370 | 367


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

birdwatching untuk melihat pemandangan Koefisien Dasar Bangunan


burung, area olahraga air seperti becak air Koefisien Dasar Bangunan, atau KDB
sebagai wahana hiburan wisata. merupakan perbandingan antara luas
bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB
Fungsi Pelayanan disuatu kawasan ditentukan menentukan
Untuk melayani wisatawan yang berkunjung, berapa persen luas bangunan yang
fungsi pelayanan yang disediakan di wilayah diperbolehkan untuk dibangun. Penentuan
perencanaan rancang desain desa wisata KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan
antara lain sarana peribadatan dan service tujuan mengendalikan luas bangunan dosuatu
area berupa toilet umum, persampahan, area lahan pada batas-batas tertentu sehingga
tempat parkir, dan play ground, serta terdapat tidak mengganggu penyerapan air hujan ke
pula furniture street untuk para pengunjung tanah. Berikut perhitungan KDB di wilayah
beristirahat. perancangan:
 Koefisien Pengambilan Air Tanah
Analisis Kebutuhan Ruang IInf = S x A
Analisis kebutuhan ruang ini IInf = 0,001 x 270.000
menyesuaikan analisis aktivitas yaitu Fungsi IInf = 4,5 liter/detik
utama meliputi; wisata mangrove dan wisata Jadi, Koefisien pengambilan air
religi, kemudian aktivitas pendukung meliputi; tanahsebesar 4,5 liter/detik;
zone permukiaman, perdagangan dan jasa,  Debit Infiltrasi
zona hiburan, serta zona edukasi. Untuk fungsi QInf = C x I x A
pelayanan meliputi parkir, masjis, dan toilet. QInf = 1,8 x 7,678 x 10-8 x 270.000
QInf = 20 liter/detik;
Analisis Tapak Jadi, Debit infiltrasi sebesar 20liter/detik;
Analisis tapak meliputi: analisis tautan  Debit Infiltrasi 1 Ha
wilayah, analisis lingkungan, analisis topografi, Q1Ha = (1 Ha x QInf)/A
analisis aksesibilitas, analisis kebisingan, Q1Ha = (1 x 20)/27
analisis drainase, analisis vegetasi, analisis Q1Ha = 0,7/detik/Ha
view, analisis arah angin dan lintasan Jadi, Debit infiltrasi 1 Ha sebanyak 0,7
matahari, serta analisis zoning. liter/detik/Ha;
 Open Space
Analisis Citra Kota OS = IInf/Q1Ha
Analisis citra kota meliputi; analsis jalur, OS = 4,5/0,7
analiis batas, analisis kawasan, analisis simpul, OS = 6,43 Ha
dan analisis symbol. Jadi, Open Space sebesar 6,43 Ha;
Analisis Perancangan Kota  Koefisien Dasar Bangunan
Analisis kota meliputi: analisis KDB = ((A - OS) x 100%) / A
penggunaan lahan, Building form and KDB = ((27 - 6,43) x 100%) / 27
massing, ruang terbuka, pedestrian ways, KDB = 76%
analsis aktivitas pendukung, sirkulasi dan Jadi, KDB sebesar 76%, yang berarti luas
parkir. total maksimal lahan terbangun kawasan
perancangan di Dukuh Tambaksari adalah 76%
Analisis Kriteria terukur dan tak terukur dari luas lahan.
Analisis Kriteria Terukur
Analisis kriteria terukur merupakan Ketinggian Bangunan
dasar perancangan secara kuantitatif yang Tinggi bangunan adalah tinggi suatu
diperoleh dari pertimbangan faktor fisik, bangunan atau bagian bangunan, yang diukur
ekonomi, maupun sosial meliputi perhitungan dari rata-rata permukaan tanah sampai
Keofisisen Dasar Bangunan (KDB), dan setengah ketinggian atap miring atau sampai
Ketinggian Bangunan.

368| Ruang; Vol. 2 No. 4; Th. 2014; hal. 361-370


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

puncak dinding atau parapet, dipilih yang analisis elemen perancangan kota dari zoning
tertinggi. Berikut perhitungan tinggi kawasan perencanaan, maka didapat siteplan
bangunan: atau rencana tapak yang memberikan
gambaran dua dimensi dari rancangan yang
FAR (Floor Area ratio) akan diimplementasikan pada wilayah
FAR = Total Luas Lahan/ Luas Lahan Terbangun peencanaan. Berikut siteplan desa wisata di
FAR = 27 Ha / 20,6 Ha Bedono.
FAR = 1,3
Berdasarkan perhitungan FAR, diperoleh tinggi
bangunan maksimal adalah 6 lantai atau 30
meter.

Analisis Kriteria tak terukur


Kriteria tak terukur adalah kriteria yang
lebih menekankan pada aspek kualitatif
karena ia tidak dapat diikur/dihitung secara
kuantitatif dan menyangkut perasaan ataupun
persepsi manusia yang melihatnya. Kriteria tak GAMBAR 4
terukur terbagi menjadi 6 aspek yaitu SITEPLAN WILAYAH PERENCANAAN
pencapaian (access), kecocokan
(compatibility), pemandangan (view), identitas Konsep Perencanaan Desain Desa Wisata
(identity), rasa (sense), dan kenyamanan Justifikasi Konsep
(livability). Berikut ini akan dibahas mengenai Berdasarkan Peraturan Daerah
kriteria tak terukur yang terdapat di wilayah Kabupaten Demak No 6 tahun 2011 tentang
perancangan Dukuh Tambaksari. Rencana Tataruang Wilayah, Kecamatan
Sayung akaan dikembangkan sebagai tempat
Site eksisting dan Siteplan wisata diaman diKecamatan Sayung terdapat
Site eksisting Desa Bedono. Desa Bedono merupakan salah
Berikut merupakan gambar site satu desa yang terkena dampak abrasi yang
eksisting wilayah perencanaan. Site eksisting paling parah di Kabupaten Demak.
tersebut terdapat hutan mangrove seluas 4 Berdasarkan penuturan aparat Desa Bedono,
Ha. abarasi terjadi mulai pada tahun 1995 dahulu
daratan yang sekarang tergenang air masih
berupa tanah kurang lebih 1 Km kearah laut,
tapi sekarang sudah habis (W/01/Kantor
Desa/2). Dalam penelitian dan perencanaan
yang berjudul Konsep Desa Wisata Hutan
Mangrove di Desa Bedono, Kecamtan Sayung,
Kabupaten Demak ini terbagi menjadi tiga
fokus bahasan berdasarkan aspek sustainable
yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Justifiksi konsep dimaksud dalam penelitian ini
GAMBAR 3 ialah jastifikasi untuk aspek lingkungan.
SITE EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN Seperti yang telah diketahui bahwa penyebab
dari abrasi yang terjadi di Desa Bedono
Siteplan Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
Siteplan merupakan hasil dari analisis antara lain ialah adanya reklamasi Pantai
yang sudah dilakukan. Berdasarkan analisis Marina dan Perluasan Pelabuhan Tanjung Mas
yang telah dilakukan yaitu analisis kriteria (W/01/Kantor Desa/03), penebangan hutan
terukur, analisis kriteria tak terukur, dan mangrove untuk dijadikan tambak sehingga

Ruang; Vol. 2; No. 4; Th. 2014; hal. 361-370 | 369


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

tidak ada barrier lagi, terjadinya penurunan berReligi karena selain memiliki daya tarik
muka tanah (W/03/KLH/05). Dampak abrasi mangrove, di Desa Bedono juga ada daya tarik
yang terjadi di Desa Bedono yaitu; hilangnya tersendiri yang membedakan dengan wisata
mata pencaharian warga desa bedono yang mangrove lainnya yaitu adanya makam Syeikh
dulu bekerja sebagai petani tambak sekarang Mudzakir yang letaknya ditengah laut. Konsep
bekerja sebagai buruh di Semarang (W/Kantor ini mengadobsi dari konsep yang sudah ada
Desa/01), berkurangnya luasan hutan sebelumnya yang memiliki karakteristik yang
mangrove, infrastruktur jalan yang rusak salah mirip dengan wilayah perencanaan yaitu di
satunya terputusnya jembatan yang ada di Tahura Bali dan Wisata Mangrove yang ada di
Dukuh Sidogemah (W/04/Dinlutkan/12). Surabaya. Dengan melihat Best Practice
Berdasarkan permasalahan tersebut Mangrove Tahura Ngurah Rai di Denpasar Bali,
diatas, maka diperlukan sebuah konsep yang dimana Mangrove Taman Hutan Ngurah Rai
dapat menyelesaikan masalah tersebu, salah Bali dapat mengemas wisata alam yang
satunya dengan konsep pengembangan menarik dengan tetap menonjolkan
Wisata Mangrove ber Religi. Pemilihan konsep konservasi mangrove. Kemudian untuk wisata
Wisata Mangrove berReligi ini didasarkan mangrove yang ada di Surabaya obyek wisata
pada aspek sustainable. Konsep ini diadobsi tersebut menggunakan dua jalur sebagai
dari konsep yang sudah berjalan yaitu di aksesibilitas untuk berkeliling di area wisata
Taman Hutan Raya di Bali, dan Wisata yaitu jalur darat dengan menggunakan
Mangrove di Surabaya yang intinya ialah tracking kayu dan jalur laur air dengan
melestarikan alam di kawasan pesisir. menggunakan perahu. Seperti yang ada di
Diambilnya Taman Hutan Raya di Bali dan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, di Wisata
Wisata Mangrove di Bali didasarka atas Mangrove Bedono diletakkan pos-pos dalam
karakteristik yang mirip, selain mengadobsi tracking dan juga disediakan pula jalur darat
konsep tersebut, dilihat pula potensi yang ada dan jalur air.
di wilayah perencanaan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Best Practice Kesimpulan
Best practice yang digunakan untuk Berdasarkan hasil penelitian yang telah
mendukung konsep Wisata Mangrove dilakukan di dapat wilayah perencanaan untuk
berReligi ada dua tempat yaitu; Taman Hutan dijadikan sebagai desa wisata. Penentuan
Raya Ngurah Rai Bali dan Mangrove di wilayah dilakukan berdasarkan hasil
Surabaya. Untuk Mangrove dari Tahura Bali, wawancara, serta analisis skoring. Dari hasil
diambil menjadi Best Practice dalam analisis yang telah dilakukan maka di dapat
pengelolaan atraksi dimana Tahura memiliki lokasi perencanaan yaitu Desa Bedono. Desa
atraksi-atraksi yang menarik yang sangat Bedono merupakan salah satu desa yang
berhubungan erat dengan alam dan berada di wilayah pesisir Kabupaten Demak
konservasi, kemudian untuk mangrove yang memiliki potensi untuk dikembangkan
Surabaya digunakan sebagai best practice sebagai desa wisata. Berdasarkan hasil
dalam hal atraksi melalui jalur laut dengan penelitian, Desa Bedono memiliki potensi
adanya perahu-perahu sebagai media hutan mangrove, wisata religi berupa makam
akomodasi menjelajahi mangrove. syeikh mudzakir, serta habitat burung kuntul.
Selain memiliki potensi, Desa Bedono juga
Penerapan Konsep masih memiliki masalah-masalah sosial dan
Dalam penelitian dan perencanaan yang lingkungan, masalah utama yang ada di Desa
berjudul Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Bedono yaitu abrasi, abrasi ini setidaknya
di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, telah menenggelamkan dua dukuh yaitu
Kabupaten Demak ini akan diterapkan konsep Dukuh Tambaksari dan Dukuh Rejosari.
“Wisata Mangrove berReligi” sebagai konsep Berdasarkan potensi dan permasalahan
perencanaan, diambil nama Wisata Mangrove diatas, konsep yang cocok untuk

370| Ruang; Vol. 2 No. 4; Th. 2014; hal. 361-370


Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Eko Prasetyo dan Djoko Suwandono

dikembangkan di wilayah perencanaan  Masyarakat Desa Bedono harus


dengan mengoptimalkan potensi yang ada mendukung program-program
sekaligus mengatasi permasalahan yaitu pengembangan pariwisata yang tujuannya
konsep pengembangan Wisata Hutan untuk menyejahterakan masyarakat.
Mangrove ber Religi. Konsep ini akan
dituangkan pada site/tapak dengan luas lahan DAFTAR PUSTAKA
sebesar 27 Hektar. Pemilihan site/tapak Dahuri, R, J Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu.
didasai oleh elemen pariwisata yaitu ataraksi, 1996. Pegelolaan Sumberdaya Wilaya
infrastruktur, transportasi, akomodasi, Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
perdagangan dan jasa, serta elemen Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
kelembagaan. Konsep pengembangan Wisata Fandeli, C. (1995). Dasa-Dasar Manajemen
mangrove berReligi diambil dari best practice Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:
wisata mangrove yang ada di Bali dan wisata liberty Offset.
mangrove yang ada di Surabaya, namun ada Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Kamus
hal yang membedakan dari best practice yang Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
diambil yaitu ada sentuhan religi didalam Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process.
konsep pengembangan wisata di wilayah Newyork:Van Nostrand Reinhold
perencanaan hal ini karena di wilayah Company.
perencanaan terdapat sebuah makam yang Undang - Undang No 27 tahun 2007 tentang
terletak ditengah hutan mangrove. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil.
Rekomendasi Undang - Undang No 10 tahun 2009 tentang
Rekomendasi Bagi Pemerintah Kepariwisataan.
 Pemerintah daerah Kabupaten Demak Warpani, Suwardjoko P dan Indira P. Warpani.
sebaiknya bekerja sama dengan swasta 2006. Pariwisata dalam Tata Ruang
dalam pengembangan pariwisata. Wilayah. Bandung: Penerbit ITB
 Dalam pengembangan desa wisata hutan www.streetdirectory.com diakses pada 16
mangrove, koordinasi antar SKPD harus Agustus 2014.
intensif dilakukan, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih tupoksi.
 Dalam perencanaan pengembangan
pariwisata pemerintah daerah Kabupaten
Demak harus melibatkan masyarakat
dalam proses dan pelaksanaannya.
 Pemerintah daerah Kabupaten Demak
harus melakukan sosialisasi kepada
masyarakat Desa Bedono terkait dengan
program-program yang akan dilaksanakan
di desa tersebut.

Rekomendasi Bagi Masyarakat


 Masyarakat Desa Bedono ikut serta
berpartisipasi dalam menyukseskan konsep
desa wisata yang sudah direncanakan.
 Masyarakat ikut serta dalam melestarikan
mangrove salah satunya dengan
menghindari penebangan liar serta tidak
membuang sampah sembarangan.

Ruang; Vol. 2; No. 4; Th. 2014; hal. 361-370 | 371

Anda mungkin juga menyukai