Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh karena
seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta anak
mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau
perawatan di rumah sakit, support sistem serta keseriusan penyakit dan ancaman
perawatan.

Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat di rawat. Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan terutama mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat
tindakan invasif yang harus dilakukannya adalah bermain.

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari
dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.

Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan


konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
memperhitungkan hasil akhirnya.
Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young
Children,1997), bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga pemerintah
Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain”. Bermain yang sesuai dengan tujuan di atas adalah bermain yang memiliki ciri-
ciri seperti : menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan
aturan ditentukan oleh anak sendiri. Permasalahannya hingga saat ini, di rumah sakit
tenaga kesehatan masih belum berfokus memperhatikan aktivitas bermain anak dan
hanya berfokus untuk memberikan perawatan dan pengobatan pada anak saja, sehingga

1
kegiatan bermain ini masih dianggap kurang penting, sehingga belum ada program yang
terencana dan terstruktur dari beberapa rumah sakit untuk memberikan kesempatan pada
anak untuk memperoleh kesempatan bermain yang pada dasarnya secara psikologis mampu
meningkatkan status kesehatan anak, mengurangi tingkat kejenuhan pada anak, dan
mengurangi kecemasan pada anak. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas kelompok
tertarik untuk mengadakan terapi bermain di ruang rawat inap anak (Tulip 2A) RSUD Ulin
Banjarmasin.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti program bermain diharapkan anak dapat mengembangkan
kreatifitas dan menjadi lebih aktif melalui pengalaman bermain, dan anak dapat
berdaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman sebayanya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan program bermain selama 30 menit, anak diharapkan:
a. Megembangkan kreatifitas
b. Megembangkan sosialisasi atau bergaul
c. Megembangkan daya imajinasi
d. Menumbuhkan sportivitas
e. Megembangkan Kepercayaan diri.

C. Sasaran
Anak usia ≥ 3 tahun yang dirawat inap di ruang Tulip 2A (Anak) RSUD Ulin
Banjarmasin.

2
BAB II
DESKRIPSI KASUS

Judul : Terapi Bermain “Menebak Gambar”


Tanggal Pelaksanaan : …… Juli 2018
Waktu : 09.00 Wita s/d selesai
Tempat : Ruang rawat inap anak, Tulip 2A RSUD Ulin Banjarmasin

A. Karakteristik Sasaran
1. Anak usia ≥ 3 tahun
2. Anak yang dirawat di Ruang Tulip 2A
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghambat
proses bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain (menebak gambar)

B. Prinsip Bermain Menurut Teori


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi
stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi
yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah
anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain
aktif maupun bermain pasif. Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain
umumnya menurun karena energi yang ada digunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup
untuk mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga
alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak.
3
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman,
bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain
bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat
untuk menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik
karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat
permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat
permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung
menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau
orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat
menemukan kebutuhannya sendiri.Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya
akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang
tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan
untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami
perbedaan.
Menurut Supartini (2014), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit
tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan
pada anak di rumah sakit. Pertama, permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus
dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak
bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
Kedua, permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan.
Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak
kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti
boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di
malam hari.

4
Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua
mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang
pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain
anak. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi
oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari
awal permainan sampai menevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan
orang tua anak lainnya.

C. Karakteristik Permainan Menurut Usia


Alat mainan dapat diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun dalam keadaan
kondisi sakit ringan, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan
pengobatan yang minimal. Pengamatan dekat dan tanda vital serta status dalam keadaan
normal dan kondisi sakit sedang, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan
perawatan dan pengobatan yang sedang, pengamatan dekat dan status psikologis dalam
keadaan normal. Sedangkan anak dalam keadaan sakit berat tidak diberikan aktivitas
bermain karena anak berada dalam status psikologis dan tanda vital yang belum normal,
anak gelisah, mengamuk serta membutuhkan perawatan yang ketat.
Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang sesuai seperti
balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir atau sendok, kotak musik,
giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi. Sedangkan saat anak sakit sedang,
mainan yang dapat diberikan berupa kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka
yang berbunyi (Wong, et al, 2008). Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balok-
balok, mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku gambar, kertas,
crayon, dan manik-manik besar dapat diberikan pada anak usia toodler saat mengalami
sakit yang ringan. Sedangkan pada saat anak sakit dalam tingkat yang sedang, mainan
yang diberikan dapat berupa mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan,
buku bergambar, dan manik-manik besar (Wong, et al, 2008).
Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat
diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki, menyusun
potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan bermusik dan majalah
anak-anak.
Anak pra sekolah mengalami sakit sedang, mainan yang diberikan dapat berupa
boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al,
2008). Pada usia sekolah, anak sudah mulai melakukan imaginasi. Maka alat mainan

5
yang dapat diberikan berupa permainan teka-teki, buku bacaan, alat untuk menggambar,
alat musik seperti harmonika. Sedangkan pada saat remaja, anak mulai mencurahkan
kreativitas yang dimilikinya, maka alat mainan yang diberikan dapat berupa permainan
catur, alat untuk mengggambar seperti cat air, kanvas, kertas, majalah anak-anak atau
remaja, dan buku cerita (Hardjadinata, 2009).

6
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Bermain
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Selama proses bermain anak diarahkan untuk aktif dalam menggambar dan
mendengarkan arahan yang diberikan pada anak dan anak dibebaskan untuk
berkreatifitas sesuai kemampuan anak, dan memberikan pujian pada hasil gambar anak.

B. Tujuan Permainan
Setelah dilakukan program bermain selama 30 menit, anak diharapkan mampu:
a. Mengembangkan kreatifitas
b. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul
c. Mengembangkan daya imajinasi
d. Menumbuhkan sportivitas
e. Mengembangkan kepercayaan diri.

C. Keterampilan yang diperlukan


1. Mampu mengajak anak berperan aktif dalam menebak / menyebut gambar yang
mereka dapatkan
2. Mampu membimbing anak dan mengembangkan pemikiran mereka tentang manfaat
dari gambar yang mereka dapatkan

D. Jenis Permainan
Menebak gambar

E. Alat Bermaian
1. Macam – macam gambar
7
F. Media
1. Kertas dengan macam – macam gambar

G. Setting Tempat

Keterangan :
1. Leader :
2. Co. Leader :
3. Fasilitator :
4. Observer :
5. Dokumentasi :
6. Peserta :

H. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari 4. Memperhatikan
terapi bermain
4. Kontrak waktu anak dan
orangtua
2 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara 1. Memperhatikan
pelaksanaan terapi bermain 2. Bertanya
menebak gambar kepada 3. Antusias saat
anak melihat cara anak
2. Memberikan kesempatan aktif menyebutkan

8
kepada anak untuk bertanya gambar
jika belum jelas 4. Menjawab
3. Membagikan gambar pertanyaan
kepada anak 5. Mendengarkan
4. Fasilitator mendampingi 6. Memperhatikan
anak dan memberikan
pengajaran manfaat gambar
yang mereka dapat kepada
anak
5. Menanyakan kepada anak,
apakah merasa senang dan
bisa mengikuti kegiatan
menebak gambar?
6. Memberitahukan pada anak
bahwa waktu terapi bermain
telah selesai
7. Memberikan pujian
terhadap semua anak yang
mampu mengikuti kegiatan
hingga selesai.
3 5 menit Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk 1. Menceritakan
mengungkapkan apa yang 2. Gembira
dirasakannya setelah terapi
2. Membagikan reward
kepada seluruh peserta.

4 2 menit Terminasi :
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
pujian kepada seluruh anak 2. Mendengarkan
yang telah mengikuti 3. Menjawab salam
program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih

9
kepada anak dan orangtua
3. Mengucapkan salam
penutup

I. Hal – hal yang perlu di waspadai


1. Anak malu untuk mau mengikuti gerakan tarian dan menyanyi
2. Anak rewel
Anak juga cenderung lebih manja, minta perhatian lebih dari orangtua serta
bersikap cuek pada perawat yang akan merawatnya karena anak belum dapat
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Stress umumnya terjadi berhubungan
dengan hospitalisasi adalah takut akan unfamiliarity, lingkungan rumah sakit
yang menakutkan, rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan, dan takut
kematian.
J. Antisipasi meminimalkan hambatan
Dilakukannya pengawasan selama proses bermain pada anak dan membina keakraban
dan saling percaya serta memotivasi anak untuk percaya diri.
K. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Safariah Anggraini, S.Kep., Ns.,M.Kep.
2. Pembimbing Klinik : Hj. Erni, S.Kep.,Ns.,S.Pd.,MM.
3. Leader : Nani Puspawati
4. Co Leader : Irwansyah
5. Observer : Yulia
6. Fasilitator : Velly Cahayani, Deryanto.

L. Sistem Evaluasi
Kriteria evaluasi
1. Evaluasi stuktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 5 orang
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang anak Tulip 2A RSUD
Ulin Banjarmasin
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Anak antusias dalam kegiatan terapi bermain
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
10
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mengikuti alur kegiatan
yang dilakukan.

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi bermain sangat berdampak positif bagi anak terutama pada anak yang sudah lama
rawat inap di rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan dan mengurangi kejenuhan,
rasa cemas, dan kekhawatiran dengan suasana, proses penyakit dan kebosanan pada anak
selama di rumah sakit.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya terapi bermain mampu meningkatkan semangat pada anak
yang sakit dan memberikan keceriaan dan dapat mengurangi kejenuhan pada anak
selama di rumah sakit dan bagi perawat untuk lebih membina hubungan saling percaya
dengan anak dan memiliki jadwal tersendiri dalam pelaksanaan terapi bermain secara
rutin di ruang rawat inap.

12
LAMPIRAN

“ CONTOH GAMBAR YANG AKAN GUNAKAN DALAM TERAPI BERMAIN “

13
LAPORAN HASIL KEGIATAN TERAPI BERMAIN “MENEBAK GAMBAR”
DI RUANG ANAK TULIP 2A LANTAI II RSUD ULIN BANJARMASIN
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan preplanning, persiapan
penyajian/penanggung jawab menyediakan tempat dan alat – alat lainnya disiapkan oleh
anggota kelompok sesuai dengan tugas masing – masing. Pemberitahuan pelaksanaan
terapi bermain dilakukan pada hari Kamis, 12 Juni 2018 di Ruang Anak Tulip Lantai II
RSUD Ulin Banjarmasin.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Kegiatan :
Hari/Tanggal : Jumat, 13 juni 2018
Waktu : Pkl. 10.30 wita – Pkl. 12.30 wita
Tempat :Ruang anak Tulip lantai II RSUD Ulin Banjarmasin
Partisipan penyuluhan : 5 anak pasien didampingi orangtuanya
2. Struktur kepanitiaan :
a) Leader :
- Bertugas untuk membuka dan menutup acara
- Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
- Menetapkan dan menyampaikan tata tertib dalam kegiatan penyuluhan
- Menjaga kelancaran kegiatan penyuluhan
- Memimpin diskusi dalam jalannya penyuluhan
b) Co – Leader :
- Menyajikan materi serta memberikan instruksi dalam stimulasi materi
mobilisasi ibu post partum kepada pasien.
c) Fasilitator :
- Bertugas untuk mendampingi pasien dan membantu memfasilitasi pasien
pada saat kegiataan penyuluhan
d) Observer :
- Bertugas untuk mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
3. Rangkaian kegiatan :
a) Pembukaan
Acara dimulai pukul 10.30 wita di ruang anak Tulip lantai II RSUD Ulin
Banjarmasin

14
b) Acara inti
Kegiatan terapi bermain dimulai dengan menyapa pasien satu persatu dan
mengenali diri kepada pasien lalu bernyanyi. Kemudian leader menyampaikan
materi terapi bermain dan menyebutkan beberapa gambar serta menjelaskannya
kepada anak - anak. Anak – anak antusias saat di evaluas, semua dapat menebak
dan menjelaskan gambar yang dimaksud. Setelah itu, dilanjutkan dengan terapi
bermain yang lain dari institusi lain karena pada pelaksanaan terapi bermain
kami disatukan dengan terapi bermain dari instirusi lain. Setelah terapi bermain
selesai, anak diberikan bingkisan hadiah sebagai ungkapan terima kasih kepada
pasien yang telah bekerja sama dalam menebak gambar.
c) Penutup
Menutup terapi bermain menebak gambar dengan mengajak berfoto bersama
dan sambil memegang gambar yang dipegang oleh pasien diakhiri dengan
ucapan terima kasih dan salam kepada pasien maupun keluarga pasien.
C. Evaluasi
1. Struktur
Keluarga pasien yang hadir sebanyak 5 orang. Perlengkapan yang digunakan yaitu
gambar yang telah dicetak. Peran mahasiswa sudah cukup mengerti tentang peran
penugasan masing – masing seperti leader, co leader, fasilitator dan observer.
Penggunaan bahasa sudah komunikatif yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan
dan budaya peserta penyuluhan.
2. Proses
Pelaksanaan kegiatan dimulai pukul 10.30 wita, waktu yang diharapkan lebih dari
rencana dalam mengajak terapi bermain menebak gambar.
3. Hasil
a) 5 orang anak dapat mengembangkan menebak dan menjekaskan gambar walau
dibantu orang tua
b) 5 orang anak dapat mengembangkan sosialisasi atau bergaul pada saat suasana
menebak gambar
c) 5 orang anak dapat mengembangkan daya imajinasi pada saat menebak gambar
d) 5 orang anak dapat menumbuhkan sportifitas pada saat menebak gambar
e) 5 orang anak dapat mengembangkan kepercayaan diri

15
D. Faktor Pendukung
Adanya keantusiasan keluarga pasien untuk mengikuti anaknya dalam terapi bermain
“MENEBAK GAMBAR” yang dilaksanakan pada hari jumat,08 Juni 2018 di ruang anak
Tulip lantai II RSUD Ulin Banjarmasin. Hal ini ditunjukkan dengan adanya aktifnya
anak – anak dalam menebak gambar yang telah disediakan dan hasilnya memuaskan
serta tampak wajah pada anak berseri – seri.
E. Hambatan
Tidak ada hambatan yang ditemuakn selama terapi hanya saja terapi dilakukan diruang
inap tidak dilakukan di ruangan khusus terapi bermain.
F. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil pelaksanaan terapi bermain menebak gambar dapat disimpulkan
bahwa perencanaan yang ada dalam preplanning dapat dilakukan dengan baik dan
hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan

DOKUEMNATASI KEGIATAN TERAPI BERMAIN

16
17

Anda mungkin juga menyukai