Anda di halaman 1dari 16

STOMA REKUREN PASCA LARINGEKTOMI TOTAL

PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA LARING


Wresty Arief

Abstrak
Stoma rekuren ialah infiltrat difus dari jaringan keganasan pada perbatasan antara
trakea dan kulit. Angka kejadian stoma rekuren setelah laringektomi total menurut
literatur bervariasi antara 2 - 15 %. Kebanyakan kasus terjadi dalam 1 tahun pertama
setelah laringektomi total. Stoma rekuren berhubungan dengan 90 % kematian,
dimana 80 % pasien meninggal dalam 24 bulan pertama. Berbagai macam faktor
predisposisi telah banyak dipelajari berhubungan dengan kejadian stoma rekuren,
salah satunya ialah perluasan tumor primer ke subglotis. Pada literatur lain juga
disebutkan bahwa kejadian stoma rekuren meningkat sejalan dengan keterlibatan dari
kelenjar getah bening (KGB) paralaring, paratrakea, dan pretrakea. Radiasi pre
operatif, trakeostomi sebelum operasi, dan ukuran tumor primer yang juga disebutkan
sebagai faktor risiko kejadian stoma rekuren. Teori patogenesis utama terjadinya
stoma rekuren ialah implantasi sel selama perioperatif sewaktu trakeostomi, atau
penyebaran langsung ke KGB oleh drainase subglotis. Terapi utama dari stoma
rekuren ialah reseksi ekstensif dari stoma trakea dan diseksi mediastinal. Komplikasi
pembedahan berhubungan kematian perioperatif, maka modalitas terapi lain seperti
radioterapi, kemoterapi dan kombinasi keduanya dapat sebagai terapi paliatif,dengan
hasil tidak dapat diprediksikan.

Kata Kunci: Stoma Rekuren, Laringektomi Total, Karsinoma sel skuamosa laring

Abstract
Stomal recurrence is defined as “a diffuse infiltrate of neoplastic tissue at the
junction of amputated trachea and skin”. The incidences of stomal reccurencce in
laryngectomized patients reported in literature ranges between 2 - 15%. Majority of
stomal reccurences usually present within one year post total laryngectomy. Stomal
reccurenes associated with approximately 90 % mortality, with more than 80 % of the
patients dying in the first 24 months. Many of predisposing factors have been widely
studied and related to stomal reccurence incidences, one of them is subglottic
extension of the primary tumor. Other literature associated the number of stomal
reccurence increased related to paralaryngeal, paratracheal and pre tracheal lymph
node involvement. Radiation pre operative, pre-operative trachostomies, size of
primary tumor had been studied as risk factor for stomal reccurences. The main
theory of phatogenesis of stomal reccurence occurs because cell implantation via
perioperative during tracheostomy, or due to lymphatic spread by subglotic lymphatic
drainage. Main treatment of stomal reccurences is extensive resection of tracheal
stoma and mediastinal dissection. Complication of this treatment related to
perioperative mortality, so other modalities therapy including radiotherapy,

Universitas Indonesia 1
chemotherapy, and combination of both, were offered as palliative measures but
without predictable results.

Keyword: Stomal Reccurent Total Laryngectomy Laryngeal ,Squamous cell


carcinoma

Pendahuluan Stoma rekuren sulit untuk diterapi, dan


memiliki angka prognostik yang
Rekurensi tumor setelah laringektomi
buruk.3,4. Angka ketahanan hidup
total pada area stoma merupakan salah
pasien dengan stoma rekuren sangat
satu perjalanan perluasan tumor yang
rendah, hal ini disebabkan karena
paling berbahaya.1,2 Keadaan ini
progresifitas penyakitnya ataupun
memiliki angka ketahanan hidup yang
akibat terapi yang diberikan, seperti
sangat rendah.3 Rekurensi pada area
terapi bedah yang agresif atau dosis
trakeostoma ini mulai dipelajari oleh
radiasi yang tinggi. Pencegahan pada
Keim pada tahun 1965. 3
pasien dengan resiko tinggi merupakan
Nilai rekurensi dari stadium lanjut hal yang utama dilakukan mengingat
KSS laring didapatkan sekitar 60 %, sulitnya terapi dan prognostik yang
walaupun sudah diterapi dengan buruk pada keadaan ini. Beberapa
pembedahan agresif, radioterapi, penilitian telah mengidentifikasi
ataupun keduanya.2 Oleh karena itu, berbagai faktor risiko yang
penatalaksanaan keganasan laring berhubungan dengan stoma rekuren
selalu dimodifikasi sejalannya waktu. walaupun masih didapatkan hasil yang
Saat ini modalitas terapi yang kontroversial.5
digunakan ialah radioterapi,
pembedahan, kemoterapi ataupun Kekerapan
kombinasi berbagai modalitas.1 Angka kejadian stoma rekuren
Rekurensi tumor pada area stoma ini dilaporkan sekitar 2 – 15 %.4 Hasanabi
disebut juga sebagai stoma rekuren. dkk. pada penelitiannya dengan
Studi mengenai rekurensi tumor pada metode kohort tahun 2002-2004,
area stoma ini memiliki beberapa didapatkan angka kejadian stoma
kesulitan, sebab banyak penelitian rekuren pasca laringektomi total
menggabungkan insidensinya menjadi sekitar 10.84 %. Hasil yang hampir
grup rekurensi lokal. Hal lain yang sama didapatkan pada penelitian
menyebabkan sulitnya menganalisis Sartini,dkk,1 di San Paolo tahun 2007
insidensi rekuren area stoma ini adalah dengan hasil 10.6 %.
penggunaan banyak sinonim, seperti
metastasis trakea, rekurensi peritrakea, Kebanyakan kasus relaps pada area
rekurensi trakea, tumor stoma terdiagnosis dalam tahun
paratrakeostoma, metastasis pertama setelah laringektomi total dan
paratrakeostoma, dan tumor primer patogenesisnya masih belum dapat
kedua pada trakea.3 dijelaskan.6 Angka ketahanan hidup
pada pasien stoma rekuren tetap

Universitas Indonesia 2
rendah walaupun dengan terapi plika ariepiglotika, dan aritenoid.
pembedahan ataupun radiasi dosis Glottis mencakup pita suara asli,
tinggi.6 komisura anterior dan posterior.
Subglotis mulai dari 10 mm dibawah
Anatomi batas bebas pita suara asli sampai batas
inferior dari kartilago krikoid.8
Fungsi laring bukan hanya untuk
produksi suara, namun juga untuk
proteksi saluran pernapasan. Selain itu
laring juga berfungsi untuk
memisahkannya dari saluran
pencernaan, dan sebagai sfingter
selama fungsi menelan. Laring
berfungsi sebagai proteksi jalan napas
terhadap makanan dengan menutup
trakea. Penutupan trakea ini terjadi
melalui mekanisme adduksi pita suara
dan gerakan epiglottis yang menutup
ke posterior. Secara anatomis, laring
terdiri dari kartilago yang dihubungkan Gambar 1. Struktur laring8
dengan ligament, membran, dan otot.
Laring terlindungi oleh mukosa Terdapat pembagian kompartemen
repirasi, yaitu epitel torak berlapis.7 atau ruang pada laring yang walaupun
tidak terpaku secara ketat pada
Pengetahuan tentang embriologi laring anatomi tetapi telah diaplikasikan
diperlukan dalam menjelaskan secara klinis untuk membantu
perbedaan gejala klinis berdasarkan mengetahui penyebaran keganasan
asal tumor. Supraglotis berasal dari laring. daerah supraglotik laring
pertengahan bukoparingeal primodium terbagi menjadi dua buah ruang lateral
dan arkus brankial ke 3 dan ke-4 dan yaitu ruang paraglotik yang dipisahkan
kaya akan limfatik bilateral. Glotis di tengah oleh ruang preepiglotik.
berasal dari gabungan pertengahan dari Ruang preepiglotik berbentuk segitiga,
struktur lateral dari primodium dengan puncak di inferior dan dibatasi
trakeobronkial dan arkus 4, 5, dan 6. oleh batas superior kartilago tiroid,
Glotis tidak banyak mengandung membrane tiroid dan membbran
limfatik dibandingkan dengan kuadrangular dan di superior dibatasi
neoplasma primer supraglotik, oleh ligamentum hioepiglotik. Ruang
Keganasan glotis lebih banyak terbatas preepiglotik dipisahkan dari ruang
pada glotis tanpa ditemukan metastasis paraglotik oleh lapisan kolagen dan
KGB dalam jangka waktu yang lama.8 jaringan elastik yang jelas. Ruang
preepiglotik mengandung lemak
Laring dapat dibagi menjadi 3 bagian,
adiposa, jaringan ikat, pembuluh
supraglotis, glottis dan subglotis
kapiler, kelenjar seromusin dan
(Gambar 1). Supraglotis termasuk
epiglotis, pita suara palsu, ventrikel, jaringan limfatik.Error! Bookmark not

Universitas Indonesia 3
defined.

Ruang paraglotik dibatasi di inferior


oleh otot krikoaritenoid dan otot
vokalis setinnggi pitasuara. Kartilago
tiroid membatasi bagian anterior
sedangkan sinus piriformis membatasi
daerah posterior, dan di bagian medial
dibatasi oleh membrane
kuadrangularis dan ventrikel. Sakul
merupakan bagian dari ruang
paraglotis yang mengandung jaringan
ikat longgar.Error! Bookmark not
defined.,Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Aliran limfatik laring8
Ruang-ruang ini dapat membantu
menahan pertumbuhan karsinoma
laring dengan membatasi
pertumbahannya hanya di dalam
ruangan tersebut. Penyebaran
karsinoma menyebrangi garis tengah Faktor Risiko dan Patogenesis
dari satu pita suara ke pita suara
lainnya dapat terhalang kecuali terjadi Saat ini telah diidentifikasi jenis
infiltrasi mukosa atauu submukosa. molekular dan penanda genetik dari
Karsinoma di raung paraglotis dapat lesi potensial yang dapat menyebabkan
menyebar ke glotis melalui permukaan keganasan, degenerasi, dan metastasis.
medial kartolago tiroid atau melalui Pembelajaran lebih mendalam
ligamentum Broyle. Penyebaran ke mengenai gen tersebut dipercaya dapat
superior dapat mencapai tulang menjadi faktor prediksi dalam menilai
hioid.7,8 klinis pasien dan respon terhadap
terapi tertentu. Jika jalur lesi
keganasan ini telah diketahui
sepenuhnya, hal ini memungkinkan
untuk dilakukannya terapi gen pada
pasien. Gen dan produk gen yang
ditelaah berkaitan dengan keganasan
laring, yaitu p53, BCL 2, dan berbagai
marker apoptosis lainya, proliferating
cell nuclear antigen (PCNA), cyclin
D1, ki67, dan berbagai gen supresi
tumor, dapat menyebabkan hilangnya
heterozygosity, serta perubahan dari
kandungan DNA tumor.1

Universitas Indonesia 4
Faktor risiko stoma rekuren antara lain terjadi karena melalui membrane
lokalisasi asal tumor, ukuran tumor krikotrakea. Jika tidak teridentifikasi
primer, perluasan tumor regional, dan mendapatkan terapi yang adekuat,
trakeostomi sebelumnya, karakteristik hal ini dapat berakibat rekurensi pada
histologi tumor, dan penyebaran tumor area trakeostoma. KGB ini sendiri
pada lapisan submukosa.1,3 Banyak jarang teraba dan tidak secara rutin
studi yang menelaah hubungan faktor diangkat pada diseksi leher.7
risiko tersebut dengan peningkatan
angka kejadian stoma rekuren. Dari Patogenesis stoma rekuren dapat
berbagai macam faktor risiko yang dijelaskan dengan 3 hipotesis: (1).
telah dipaparkan diatas, Leon dkk.9 penyebaran langsung secara
menyatakan bahwa stoma rekuren submukosa; (2).. implantasi sel tumor;
berkaitan erat dengan (1) lokasi tumor (3). dan infiltrasi KGB pretrakea dan
pada subglotis atau perluasan subglotis paratrakea.
dari tumor primer glottis maupun
transglotis, (2) riwayat trakeostomi Faktor risiko lain yang berkaitan
lebih awal ( > 48 jam) sebelum dengan stoma rekuren ialah tindakan
laringektomi total. intubasi endotrakeal karena dapat
menjadi media transport dan
implantasi sel tumor. Beberapa
Supraglotis 40% penelitian menyebutkan bahwa riwayat
laringektomi parsial berperan dalam
Glottis 59% pembentukan stoma rekuren.10
Implantasi sel tumor dapat terjadi pada
Subglotis 1% area trakeostoma sewaktu proses
pembedahan.3,10
Tabel 1. Insidensi Lokasi Tumor Laring 7
Klasifikasi
Keganasan subglotis jarang terjadi,
Stoma rekuren oleh Sisson4 dapat
data di Amerika Serikat menyatakan
hanya 1 % dari keseluruhan keganasan dibagi menjadi 4 tipe. Prognosis dari
laring. Keganasan supraglotis sering perjalanan penyakit dapat
didiagnosis dengan metastasis KGB diprediksikan menurut stadiumnya.
karena memiliki banyak aliran Lokasi stoma rekuren tipe I terbatas,
drainase KGB. Keganasan glotis, biasanya muncul sebagai nodul diskret
dimana jarang didapat data mengenai pada superior stoma, prognosis sangat
metastasis KGB. Sehingga diagnosis baik jika dikenali dan diterapi saat
dan tatalaksana keganasan laring awal. Tipe II tumor sudah mencakup
terpusat pada tumor supraglotis dan esophagus tetapi tanpa keterlibatan sisi
inferior laringostoma. Prognosis tipe II
glotis.7
bervariasi dari buruk ke baik,
tergantung dari berapa luas
Pada tumor laring, terutama pada regio
keterlibatan esophagus. Tipe III tumor
subglotis, sel tumor dapat menyebar ke
sudah mengenai inferior dari
KGB paratrakea dan pretrakea. Hal ini
laringostoma dan biasanya telah terjadi

Universitas Indonesia 5
perluasan langsung ke mediastinum penyebaran tumor subglotis, penentuan
atas. Tipe IV menunjukan bahwa waktu eksisi tumor, dan eksplorasi
tumor menyebar ke lateral dan sering KGB pretrakeal dan paratrakeal. Hal
melibatkan bagian bawah dari kepala lain yang dapat dilakukan adalah
klavikula.4 subtotal tiroidektomi pada kasus
dengan penyebaran tumor subglotis,
dan radioterapi pasca operasi pada
daerah stoma dan mediastinum
atas3,12,13

Leon dkk.9 menyatakan bahwa


pencegahan stoma rekuren terdiri atas
Gambar 3. Stoma rekuren type I14 (1) Radioterapi ekstensif pasca operasi
pada daerah peristoma dan
Klasifikasi Stoma rekuren berdasarkan mediastinum superior untuk kasus
protokol university of IOWA Head and risiko tinggi; (2) Modifikasi dari
Neck11 dibagi menjadi (1).Stadium I laringektomi total, perluasan reseksi
tumor berada di atas stoma pada kasus keterlibatan subglotis,
trakeostomi pada arah jam 9 sampai hemitiroidektomi, diseksi KGB
jam 3, bagian atas mediastinum tidak paratrakeal, dan reseksi trakea luas; (3)
terlibat; (2).Stadium II tumor berada Pencegahan trakeostomi (lebih dari 48
di atas stoma trakeostomi pada arah jam) sebelum laringektomi total. Dapat
jam 9 sampai jam 3, dengan dilakukan laringektomi total emergensi
keterlibatan esofagus; (3).Stadium III atau dengan reseksi endoskopik dari
:tumor berada di atas stoma massa tumor yang menyumbat jalan
trakeostomi pada arah jam 9 sampai napas; (4) Ketika tindakan trakeostomi
jam 3, esophagus terlibat, dan tumor emergency harus dilakukan karena
mungkin meluas ke bagian atas sumbatan jalan napas, maka prosedur
mediatinum; (4).Stadium IV: tumor laringektomi harus dilakukan reseksi
menginvasi mediastinum bagian atas komplit dari daerah trakeostoma
dengan perluasan ke lateral dibawah sebelumnya. Prosedur ini termasuk
klavikula. Tumor mengenai pembuluh pengangkatan dari kulit, jaringan ikat
darah besar atau menginvasi trakea sekitarnya, dan cincin trakea.
distal menuju carina (perluasan trakea
mungkin extra mukosa dan hanya Banyak literatur menyebutkan bahwa
terlihat pada eksplorasi pembedahan radioterapi profilaksis dapat menjadi
atau medaistinokopi). salah satu tindakan pencegahan pada
stoma rekuren. Radioterapi ini
Pencegahan dilakukan setalah prosedur
laringektomi, ditujukan ke lapangan
Stoma rekuren mempunyai prognostik stoma trakea dan superior dari
yang buruk, sehingga tatalaksana lebih mediastinum.3,4,10 Penelitian yang
difokuskan dalam pencegahan stoma dilakukan Petrovic dkk.10
rekuren. Salah satu cara pencegahan membuktikan bahwa radiasi pasca
antara lain diagnosis dini dari

Universitas Indonesia 6
operasi akan menurunkan insidensi memungkinkanya dilakukan reseksi,
stoma rekuren secara bermakna. atau kondisi pasien yang tidak
memungkinkan. Kemoterapi sendiri,
Tatalaksana atau pemberian bersamaan dengan
radioterapi juga tidak memberikan
Pembedahan radikal disebutkan respon yang bermakna pada keadaan
merupakan tatalaksana yang paling ini.
menjanjikan angka kesembuhan pada
stoma rekuren.4,13 Prosedur Pembedahan
pembedahan pada stoma rekuren harus
meliputi reseksi manubrium, Evaluasi sebelum tindakan
eksplorasi mediastinum, dan reseksi pembedahan menurut protocol IOWA11
trakea parastoma.14,15 Prosedur ini juga adalah (1). Pemeriksaan kepala dan
mencakup relokasi dari stoma ke leher termasuk trakeoskopi dan
bagian yang lebih rendah, reseksi dari esofagoskopi; (2). CT scan, mulai
hipofaring dan esofagus servikal pada dasar tengkorak sampai dada dengan
kasus yang sudah melibatkan saluran mencakup mediastinum; (3). Pada
pencernaan.4 Prosedur ini memiliki beberapa kasus, mediastinoskopi dapat
komplikasi yaitu, sulit menyatunya digunakan untuk evaluasi keterlibatan
jaringan luka, mediastinitis, sepsis, peritrakea; (4). Perencanaan bersama
erosi dari pembuluh darah besar, dan melibatkan tim bedah toraks; (5).
perdarahan hebat.4,15 Kombinasi prosedur endoskopi;
(6).Evaluasi untuk prosedur gastric
Sebelum pembedahan, perlu dinilai pull up. Hindari pada pasien dengan
keadaan umum pasien.4,3 Mortalitas pembedahan dan trauma abdomen
perioperatif pada tahun pertama tehnik sebelumnya, karena dapat mempersulit
operasi ini ditemukan mencapai 50%. gastric pull up.
Penggunaan dari flap lokal,
myocutaneus flap, seperti m. pektoralis Berdasarkan protokol IOWA,11
mayor dapat menurunkan angka Indikasi pembedahan pasien dengan
mortalitas.9,16 stoma rekuran ialah; (1).Stoma
Rekuren tipe I,II dan beberapa kasus
Modalitas lain yang dapat digunakan pada tipe III; (2). Pada keadaan yang
selain pembedahan ialah radioterapi, jarang, kasus stoma rekuren tipe IV,
kemoterapi, dan kombinasi keduanya. pembedahan diindikasikan untuk
Tatalaksana ini bersifat paliatif, dengan tujuan paliatif; (3). Pada tumor
hasil yang masih suit diprediksi.4 subglotis atau rekurensi dari kanker
Suatu penelitian yang dilakukan oleh laring yang telah diterapi sehingga
Sartini dkk.3 menyimpulkan bahwa dibutuhkan diseksi laringektomi
tatalaksana radioterapi sendiri tidak komplit dan diseksi mediastinal; (4).
memberikan hasil yang memuaskan, Diseksi mediastinal diindikasikan
walaupun begitu, tatalaksana ini dapat untuk kasus tertentu keganasan tiroid
dilakukan sebagai tindakan paliatif dengan keterlibatan KGB peritrakea
untuk kasus yang tidak dapat di dan KGB level VI (kompartemen
lakukannya pembedahan, seperti tidak anterior) sehingga reseksi selektif

Universitas Indonesia 7
trakea atau laringektomi subtotal ditinggalkan menempel pada esofagus
mungkin dibutuhkan. bawah; (9). Operasi dibagi menjadi
dua daerah, dimana bagian bawah
Kontraindikasi pembedahan, dilakukan oleh tim Bedah Toraks yang
berdasarkan protokol IOWA11 antara akan melakukan gastic pull up; (10)
lain (1).Stoma rekuren yang Dilakukan pemeriksaan potong beku
diklasifikasikan sebagai stadium IV; (VC) untuk mencari bagian bebas
(2). Pembedahan mediastinum tumor pada batas dari sambungan
sebelumnya, dengan rekurensi stoma trakea; (11) reposisi trakea, penutupan
kedua; (3).Pasien dengan keadaan area stoma dapat menggungakan flap
umum tidak memungkinkan
tatalaksana pembedahan. Laporan kasus pada salah satu jurnal
JPRAS (international Journal of
Berdasarkan Protokol IOWA, langkah Surgical Reconstruction) tahun 2012,16
diseksi stoma rekuren ialah sebagai menjalani pembedahan dengan reseksi
berikut:11 (1). Pembedahan dimulai leher 5 cm sekitar trakeostomi, reseksi
dari reseksi tumor. Reseksi dimulai 2 sirkular trakeo-faring, manubriektomi,
cm dari sekitar stoma dengan hemiclaviculektomi bilateral, reseksi
perluasan lateral dari servikal dan dari 2 iga pertama, dan diseksi dari
perluasan vertikal kebawah dari anterior mediastinum atas. Free flap
pertengahan sternum; (2). Jika terdapat diperlukan untuk rekonstruksi
invasi tumor sepanjang trakea atau hipofaring, defek kulit dari leher dan
dibawah klavikula, dimulai dari torak atas ditutup dengan pedicled flap
reseksi manubrium dan klavikula dari m,pektoralis mayor kanan.
untuk melihat daerah mediastinum
atas; (3). Reseksi en bloc dari semua Trakeostomi mediastinum ialah
jaringan yang terkena antara arteri prosedur standar rekonstruktif untuk
karotis anterior ke fasia prevetebral, pasien yang membutuhkan reseksi
dan diatas arteri inominata. Prosedur trakea, dimana direkomendasikan
ini diakhiri dengan mengangkat untuk stoma rekuren type I dan II
jaringan subkutis dan KGB diatas dengan penggunaan free tissue seperti
meediastinum; (4). Amputasi dari radial forearm dan anterolateral thigh.
bagian klavikula ipsilateral dan Sedangkan untuk type III dan IV
manubrium. Tindakan ini memperluas tatalaksana terutama dengan
17
lapang pandang ke trakea sehungga kemoterapi ataupun re-radiasi.
trauma pada pembuluh darah besar
dapat dihindari; (5). Jika terdapat Penggunaan Free tissue transfer juga
tumor pada trakea dan esophagus, disebutkan dalam satu laporan kasus
dilakukan reseksi dari superor ke oleh Rosenthal, dkk.14 bahwa radial
inferior. Esofagus dipisahkan dari forearm free flap (RFFF) diperlukan
thorax sejauh mungkin; (6).Duktus untuk menutup defek yang kompleks
torasikus sebaiknya diidentifikasi dan agar mendapat area vaskularisasi yang
di ligasi; (7). Kelenjar limfe dan lemak besar dan mudah dimanipulasi.
diatas mediastinum direseksi; (8). Prosedur ini dipergunakan untuk
Trakea di reseksi, dan sebagian memanjangkan trakea sehingga

Universitas Indonesia 8
ketegangan pada anastomosis trakea datang ke poli Laring Faring THT-KL
berkurang. Keuntungan dari pada tanggal 10 Mei 2013 dengan
penggunaan anterolateral thigh free keluhan benjolan di leher setelah
flap terutama pada trakea yang sudah prosedur laringektomi total dan
pendek dan berfungsi untuk menutup concurrent kemoterapi 11 bulan lalu.
defek luas servikal. Flap ini dibuat
tipis dan tidak mati rasa serta pedicle Pasien ada rasa mengganjal di
yang panjang dan luas.14 tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan massa di level coli anterior
Prognosis sebelah superior dari stoma, mobile,
ukuran 2x2x1cm. tak ada nyeri pada
Stoma rekuren mempunyai outcome perabaan. Dilakukan pemeriksaan CT
yang buruk, baik dengan tatalaksana scan laring (23 Mei 2013) dengan
pembedahan maupun terapi paliatif hasil tampak lesi menyangat pada
dengan kemoterapi atau radiasi. laring sisi kanan, level vertebra C6-C7
ukuran 1,5x1,5x1,5cm; kista retensi
Angka mortalitas pada stoma rekuren sinus masilaris bilateral dan sinusitis
adalah sekitar 90 % dengan 80 % etmoidalis.
pasien meninggal dalam 24 bulan
pertama. Kebanyakan pasien Pasien mulai berobat ke poli THT-KL
meninggal karena progresifitas sejak November 2011 dengan keluhan
penyakitnya.2,3,4 Angka ketahanan suara serak sejak 3 bulan lalu, dan
hidup pasien dengan stoma rekuren telah dilakukan operasi laringoskopi
juga berhubungan dengan terapi bedah biopsi pada tanggal 18 November
yang agresif atau dosis radiasi yang 2011, dengan hasil Patologi Anatomi
tinggi. (PA) hiperplasi sel. Pasien
ditatalaksana sebagai Laringitis
Kematian pasca pembedahan dapat dengan diagnosis banding Laringo
disebabkan oleh agresifitas penyakit Faringeal Reflux (LPR) .
yang tidak terkontrol, dan juga dapat
disebabkan oleh komplikasi Pasien datang kembali pada tanggal 30
pembedahan, diantaranya sepsis dan Mei 2012 dengan keluhan sesak yang
ruptur arteri besar.4 Pada penelitian semakin memberat. Pada pemeriksaan
didapatkan angka ketahanan hidup Rhino Faring Laringoskopi (RFL)
hanya sekitar 16%-32% dalam 2 tahun didapatkan massa di Plika vokalis
pertama. Leon dkk.9 melaporkan 6 terfiksir. Pasien dilakukan trakeostomi
pasien dengan stoma rekuren yang emergency dan laringoskopi biopsi
tidak dapat dilakukan tindakan bedah, pada 31 Mei 2012.
meninggal dalam 1 tahun pertama
Pemeriksaan PA massa glotis tanggal
follow up, akibat rekurensi lokal
05 Juni 2012 dengan hasil KSS laring
regional.
berkeratin, berdiferensiasi baik. CT
Laporan Kasus scan laring tanggal 11 Juni 2012
dengan hasil massa glotis dominan
Seorang laki-laki berusia 59 tahun kanan sugestif maligna yang

Universitas Indonesia 9
menyebabkan stenosis jalan napas dan konsistensi makanan gastric rice dan
destruksi kartilago tiroid kanan kiri. dibantu gerakan menelan berulang
Kelenjar limfe multiple colli kanan (>3x), konsul URM, dan evaluasi
dengan diameter terbesar sekitar 6 FEES 1 bulan lagi.
mm. Pasien menjalani rontgen thorax
dan CT whole abdomen, tak Pasien kontrol ulang tanggal 10 Juli
didapatkan metastasis. 2013 dengan membawa hasil PA (21
Juni 2013) berupa KSS pada benjolan
Operasi berlangsung tanggal 29 Juni leher depan dekat stoma. Pihak
2012, dilakukan laringektomi total, radioterapi setuju untuk adanya
diseksi leher fungsional sepanjang rekurensi KGB mengingat lokasi
vena jugularis interna (level II,III,IV), tersebut ialah daerah high dose region.
dan total tiroidektomi. Dilakukan VC Saran dari Radioterapi ialah
pada 7 lokasi specimen. Hasil VC mempertimbangan untuk dilakukan
semua sayatan bebas tumor. Specimen diseksi kelenjar sebagai terapi
tumor menunjukan gambaran KSS pertama, dengan anjuran untuk dibahas
berkeratin berdiferensisasi baik, sudah dalam tumor meeting.
menginfiltrasi serat lintang dan tiroid
(pT4a), Ditemukan 22 KGB leher, Tumor Meeeting berlangsung pada
hanya 1 kelenjar positif tumor. Pasien tanggal 12 Juli 2013 dengan diagnosis
menjalani kemoradiasi di unit rawat Stoma Rekuren dan rencana eksisi
jalan, mulai tanggal 27 Agustus 2012 sebagai tatalaksana berikutnya.
dengan cisplatin 30 mg/m2 dan
nitrosuxumab di Departemen Pasien dikonsulkan ke radioterapi dan
Radioterapi. Pasien medapat mendapat penyinaran sebanyak 25
kemoterapi 5 kali, prosedur selesai kali, dari mulai tanggal 27 Juli 2013
pada tanggal 18 September 2012, sampai 28 Agustus 2013.
pasien menjalani radiasi (total dosis
60 Gy) sebanyak 29 kali. Evaluasi CT Pasien datang kontrol pada tanggal 18
scan laring dilaksanakan pada tanggal September 2013, dengan keluhan nyeri
15 Januari 2013 dengan hasil tak saat menelan masih ada, direncanakan
tampak enhancement mass pada tindakan endoskopi dan CT scan ulang
daerah tumor bed. Bone scan pro evaluasi. Pemeriksaan CT scan
dilakukan pada 18 Februari 2013 laring axial dan coronal (4 Oktober
dengan hasil takk ada gambaran 2013) dengan hasil tak tampak lagi
metastasis.. legi yang menyangat pada laring sisi
kanan level vertebra C6-C7, kista
Pasien kontrol ke poli 3 bulan setelah retensi sinus maksila bilateral dan
kemoradiasi pada tanggal 10 sinusitis etmoidalis. Pasien konsul
Desember 2012, dengan keluhan sulit endoskopi pro tindakan FEES pada
menelan. Dilakukan pemeriksaan tanggal 18 Oktober 2013, dengan hasil
FEES di endoskopi dengan hasil disfagia mekanik fase faring, dan saran
disfagia tipe campuran mekanik dan untuk diet per oral konsistensi gastric
neurogenik fase faring. Saran dari rice dengan gerakan menelan berulang
divisi Endoskopi ialah diet per oral yang disarankan untuk ditambah yaitu

Universitas Indonesia 10
sebanyak 7x, konsul URM pro jaringan lunak non laring).
rehabilitasi medik, dan evaluasi FEES Berdasarkan keterlibatan kgb, didapat
1 bulan lagi. N1, karena hanya melibatkan KGB
ipsilateral (kanan) dengan ukutan 6
Diskusi mm. Pada pasien tidak terdapat
metastasis jauh, sehingga didapat M0.
Telah dilaporkan satu kasus stoma Dapat disimpulkan, diagnosis pasien
rekuren sebagai komplikasi dari dengan Karsinoma Sel Skuamosa
laringektomi total pada keganasan Laring T4N1Mo (stadium IVA).
laring pada seorang laki-laki 59 tahun.
Pasien merupakan pasien poli Laring Prosedur operasi yang dijalani pasien
Faring THT sejak November 2011. terdiri dari laringektomi total, diseksi
Pasien datang dengan suara serak. leher fungsional bilateral, dan
Hasil biopsi meninjukan hiperplasia tiroidektomi total. Pembedahan satu
sel, sehingga pasien didiagnosis bulan setelah trakeostomi emergency.
dengan LPR. Pasien datang kembali Selama prosedur operasi, dilakukan
setelah 6 bulan kemudian dengan bedah beku (VC) dari tujuh lokasi
sesak napas yang semakin memberat spesimen yaitu level II,III,IV KGB
sehingga dilakukan trakeostomi kanan, ismus tiroid, esofagus, stoma
emergency dan laringoskopi biopsi. bawah anterior dan stoma inferior
Pada laringoskopi terlihat gambaran kanan. Hasil VC didapatkan histologik
masa laring yang sudah memfiksir sesuai gambaran karsinoma sel
massa pita suara. Dilihat dari gejala skuamosa berkeratin berdiferensisasi
dan tanda pada pasien, hal ini sesuai baik, sudah menginfiltrasi serat lintang
dengan gejala keganasan laring, dan tiroid (pT4a), semua sayatan bebas
sebagai tatalaksana selanjutnya tumor, ditemukan 22 kelenjar getah
diperlukan tindakan biopsi dan CT bening, hanya 1 kelenjar positif tumor.
scan untuk menentukan stadium. Pada
pemeriksaan biopsi didapatkan Berdasarkan literatur, pasien dengan
histologi sesuai dengan karsinoma sel karsinoma sel skuamosa stadium
skuamosa berkeratin diferensiasi baik. lanjut, berhubungan dengan tingkat
rekurensi yang tinggi meskipun telah
Pemeriksaan CT scan diperlukan untuk dilakukan terapi dengan pembedahan
melihat perluasan tumor, dimana pada agresif, radioterapi atau keduanya.18
pasien terdapat dekstruksi kartilago Radiasi adjuvant sebaiknya dimulai
tiroid kanan dan kiri. Kelenjar limfe dalam 6 minggu setelah pembedahan,
multiple colli kanan dengan diameter 1 kali sehari, selama 6-7 minggu.
terbesar sekitar 6mm. Evaluasi Review artikel oleh Burry dkk.19 pada
metastatis dikonfirmasi dengan tahun 2009, bahwa keganasan pada
pemeriksaan rontgen paru, CT scan kepala leher, diterapi dengan reseksi
whole abdomen. Berdasarkan dan radioterapi, atau definitive
American Joint Committee on Cancer concurrent chemoradiotherapy. Artikel
2002,7 dapat ditegakkan diagnosis tersebut menyatakan bahwa hasil
tumor glottis T4 (tumor meninvasi penelitain Radiation Therapy
kartilago tiroid, dan atau menyebar ke Oncology Group (ROTG) pada 547

Universitas Indonesia 11
pasien dengan pasca laringketomi artikel tersebut dinyatakan disfagia
karsinoma sel skuamosa laring stadium yang terjadi dapat merupakan indikator
III-IV yang dibagi menjadi 3 grup, bahwa keganasan tersebut mengenai
dimana grup pertama mendapat radiasi faring, lidah, esophagus.
saja (total dosis 70 Gy), grup kedua
kemoterapi diikuti radiasi(cissplatin Kemoradiasi yang diberikan pada
100mg/m2 dan 5-flourouracil pasien dapat berdampak mukosistis,
1000mg/m2/hari), dan grup 3 dengan edema, nyeri, pengentalan air liur,
concurrent chemotheraphy, 2 years hiposalivasi, infeksi dan kurangnya
laryngectomy free survival lebih tinggi rasa pengecapan. Hal yang
pada grup concurrent mempengaruhi antara lain ialah total
chemoradiotherapy (66%), dosis, jumlah fraksi, concurrent terapi,
dibandingkan hanya radioterapi sendiri faktor genetic, dan lain-lain. Hal ini
(53 %). Dan 5 years locoregional akan berlangsung selama 3 bulan
control, bahwa grup dengan pasca terapi.19
kemoradiotherapy memberikan hasil
lebih baik (68,8 %) dibandingkan Pada pasien ini didapatkan keluhan
dengan kemoterapi diikuti radiasi muncul pada 6 bulan setelah
(54,9 %), dan lebih baik daripada kemoradiasi, sehingga disimpulkan
radioterapi sendiri (51 %). disfagia pada pasien bukan disebabkan
efek samping kemoradiasi. Keluhan
Pasien dialkukan concurrent disfagi yang menetap dan semakin
kemoradiasi setelah 2 bulan pasca memberat pada pasien dapat
laringektomi total, dengan cisplatin merupakan akibat dari rekurensi
30mg/m2 dan nitrosuxumab. Radiasi tumor.
sebanyak 29 kali dengan total dosis 60
Gy dilakukan selama 6-7 minggu. Pada pemeriksaan leher didapatkan
massa di level coli anterior superior
Pasien kontrol setelah ±6 bulan pasca dari stoma, mobile, ukuran 2x2 x1cm.
operasi dengan keluhan utama sulit tak ada nyeri pada perabaan, dengan
dan sakit saat menelan. Telah hasil CT scan tanggal 23 Mei 2013
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk ialah tampak lesi menyangat pada
fungsi menelan, dengan hasil disfagia laring sisi kanan, level vertebra C6-C7
mekanik dan neurogenik. Hal ini dapat ukuran 1,5x1,5x1,5cm. Massa yang
dipikirkan berbagai macam penyebab berada pada area peristoma dapat
dari keluhan ini. Dikutip dari review merupakan rekurensi tumor dengan
artikel tahun 2012 oleh Dysphagia diagnosis banding tumor primer regio
Section, Oral Care Study Group, leher, atau jaringan fibrosis.
Multinational Association of Pemeriksaan biopsi perlu dilakukan
Supportive Care in Cancer (MASCC)/ untuk menyingkirkan diagnosis
International Society of Oral Oncology banding tersebut.
(ISOO)20 bahwa disfagia dan odinofagi
merupakan keluhan utama pada pasien Pada pemeriksaan biopsi didapatkan
dengan keganasan terutama pada hasil KSS pada lesi tersebut sehingga
keganasan kepala leher. Berdasar dapat ditegakan stoma rekuren.

Universitas Indonesia 12
Prevalensi usia pasien dengan stoma Keterlibatan submukosa, KGB
rekuren bervariasi pada berbagai paratrakeal dan perluasan tumor ke
penelitiaan. Dan faktor gender, lebih subglotis tidak terdeteksi pada
banyak ditemukan pada gender laki- spesimen pasien pasca laringektomi
laki dibanding perempuan.6,5 Waktu total, walaupun tidak diteemukan
munculnya stoma rekuren setelah keterlibatan KGB paratrakea yang
prosedur laringektomi, dibuktikan oleh merupakan faktor risiko untuk
bermacam penelitian5,6,13 terjadi dalam terjadinya stoma rekuren.
satu tahun pertama. Stoma rekuren
pada pasien muncul dalam waktu 11 Stoma rekuren pada pasien ini sesuai
bulan setelah prosedur operasi. dengan kriteria Sisson mencurigakan
tipe II.4 Nodul yang ditemukan
Banyak faktor yang berperan dalam terbentuk pada area superior dari
pembentukan stoma rekuren.5,6,7,11 Jika stoma dengan kecurigaan keterlibatan
ditelaah secara retrospektif, faktor esofagus yang sesuai dengan keluhan
risiko terbentuknya stoma rekuren disfagia. Prosedur esofagoskopi tidak
pada pasien ini ialah adanya riwayat dikerjakan pada pasien ini.
trakeostomi sebelum laringektomi total
(±1 bulan), dan tumor stadium lanjut Tatalaksana pasien dengan stoma
(stadium IV). rekuren ini adalah reseksi yang
merupakan keputusan Tumor Meeting
Hasanabadi dkk.6 pada tahun 2007, pada bulan Juni 2013. Berdasarkan
didapatkan bahwa riwayat trakeostomi literatur, tatalaksana pada stoma
sebelum opeerasi definitif secara rekuren masih merupakan perdebatan..
bermakna berpengaruh peningkatan Tatalaksana bedah merupakan pilihan
kejadian stoma rekuren, yang utama pada stoma rekuren, terutama
didukung oleh penelitian Petrovic pada stadium I-II.4,8,12 Leon dkk.9
dkk.10 Pernyataan tersebut tidak menyatakan bahwa tatalaksana
didukung oleh penelitian Houyou dan pembedahan pada stoma rekuren
Pietzer yang memberikan hasil tidak memberikan hasil yang terbaik. Terapi
bermakna.12,21 ini terdiri dari reseksi luas dari stoma
trakea dan diseksi mediastinal, dengan
Stadium awal tumor juga mempunyai membuat stoma lebih rendah, dan
peranan dalam pembentukan stoma berhubungan dengan reseksi
rekuren Pada penelitian yang hipofaring dan esofagus servical jika
dilakukan Sartini dkk.1 dan Houyou terdapat infiltrasi ke traktus digestif.
dkk.12 menunjukkan hubungan yang Teknik pembedahan ini mempunyai
bermakna antara stadium awal tumor mortalitas yang tinggi karena pada saat
dan kejadian stoma rekuren. Hal ini dilakukan reseksi mediastinal, risiko
disanggah oleh penelitain Hasanadi cedera pembuluh darah daerah itu
dkk.6 yang menunjukan hubungan merupakan penyebab kematian saat
tidak bermakna pada penelitian operasi hingga mencapai 50 %. Saat
mereka. ini telah digunakan penggunaan flap
lokal dan flap dari pektoralis mayor

Universitas Indonesia 13
untuk menurunkan komplikasi radiasi tanpa kemoterapi, dengan
12,14
pembedahan. Morbiditas yang teknik intensity modulated
tinggi pada teknik pembedahan ini radiotherapy (IMRT). Pasien yang
mengakibatkan penatalaksaan pasien mendapat teknik IMRT tersebut
ini tidak sesuai dengan literatur. dinyatakan bebas dari stoma rekuren,
tetapi meninggaal karena terdapat
Federico, dkk,22 pada penelitiannya metastasis jauh.
selama 21 tahun di Lusiana State
University mengidentifikasi 11 pasien Evaluasi yang ketat perlu dilakukan
dengan stoma rekuren. Tatalaksana secara berkala mengingat berbagai
stoma rekuren tipe I dan II seringkali literatur menyebutkan prognosis dan
memberikan hasil yang baik, dan survival rate yang buruk. Disfagia
sebaliknya tipe III dan IV memberikan merupakan keluhan utama pasien
prognosis lebih buruk. Satu dari 11 setiap kali pasien datang berobat, oleh
pasien yang bebas dari stoma rekuren kareena itu, perlu dilihat apakah
dan tetap hidup dalam pengamatan 31 terdapat hubungan dengan
bulan, di tatalaksana dengan progresifitas penyakit. Pemeriksaan
kemoterapi Cetuximab (karena yang mungkin dilakukan adalah MRI
intoleransi dengan Cisplatin) dan sebagai modalitas untuk menilai
radioterapi dosis 66 Gy dan 56 Gy jaringan lunak. Tindakan yang lebih
pada leher atas dan bawah.22 Hasil infasif, seperti panendoskopi juga
yang sama didapatkan pada Balm,dkk dapat dipikirkan jika MRI tidak
pada penelitiannya tahun 1986, memberikan hasil yang kurang jelas.
delapan pasien mendapat kemoradiasi Bila kemungkinan progresifitas
(menggunakan Vincristine, Bleomycin, penyakit dapat disingkirkan, maka
dan Metrotreksat), tiga pasien gagal dapat dipikirkan suatu komplikasi
sebelum radiasi dimulai. Lima pasien yang menetap dari berbagai modalitas
lainnya didapatkan remisi komplit terapi yang didapat pasien, maka
selama pengamatan 8 bulan sampai 7 diperlukan pemantauan compliance
tahun, dengan mukositis sebagai efek pasien ke Rehabilitasi Medik dan
samping utama.22 Diputuskan pasien edukasi perubahan diet. Dipikirkan
untuk diberikan radioterapi sebanyak untuk pemasangan gastrostomi untuk
25 kali (Dosis) Radiasi diberikan dari asupan gizi yang lebih adekuat.
tanggal 27 Juli sampai 28 Agustus
2013.
Daftar Pustaka
Tiga bulan setelah pemeberian
radioterapi dilakukan evaluasi ulang 1. Stephen J.K, Symal M, Chen KM,
dengan CT scan untuk melihat respon Ghanem T, Shah V, Havard S,
terapi. Hasil CT scan tanggal 4 Worsham M. Molecular
Oktober 2013 didapatkan tak tampak
lagi menyangat pada laring sisi kanan characterization of late stomal
level vertebra C6-C7. Federico dkk.22 reccurence following total
menyatakan bahwa salah satu pasien laryngectomy. Oncol Rep,. 2011.
dalam pengamatannya mendapat 25(3): 669-676

Universitas Indonesia 14
2. Ahmed Z, Mutiullah S, Marfani 10. Petrovic, Z. and
M.S,. Frequency and assessment of V.Djordjevic,2004. Stomal
post operative complication reccurence after primary total
laryngectomy. Clin Otolaryngol.
following laryngeal cancer surgery.
Allied sci., 29:270-273
Pakistan Journal Surgery. 2009,. 11. Christiansen, Leighton L.Iowa
25:62-66. head and Neck Protocols., 2013.
3. Sartini A.L, Fava A.S, Faria P.H. http//ww.iowauniversity.co.id.
Surgical stoma reccurence after Diunduh tanggal 5 November 2013
total laryngectomy. 12. Houyou Z, Ren J, Zhou X, Huiping
Otorhinolaringo., 2007. 731(11): Y, Zou J, Liu S. Stomal reccurence
86-92 after total laryngectomy. Clin
4. Krespi Y.P, George A, Sisson. In: Oncology,. 2009. 32:154-
Stomal reccurence and mediastinal 13. Pietzer T.F, et all. Preoperative
resection. Complication Head and trakeostomy doent impact on
neck Surgery,. 1993. 29; 531-536. stomal reccurences. Arch
5. Silver C.E. In: Stomal reccurence. Otorhinolaryngol,.
Surgery for cancer of the larynx 14. Rosenthal E, et all. Anterolateral
and related structures. 1981. (74) thigh free flap for tracheal
251-273 reconstruction after parastomal
6. Hassanabi MS, Shadabi S, Sadr- reccurence,. 2008. Wiley
Hoasseini SM, Zarandi MM, InterScience.
Araghi PE. Assessment of DOI:10.1002/hed.20992
reccurence rate of laryngeal 15. Wahid F.I, Khan A., Khan I.F.
cancer in tracheostoma in patient Total Laryngectomy: An
undergoing laryngectomy. J Med Experience of 26 cases in a tertiary
sci., 2007. 7(4): 630-634 hospital. JLUMHS. 2013., 12(01):
7. Cummings C.W, Flint P.W, et all. 34-38
Malignant tumour of the larynx 16.British Association of plastic,
and hypopharynx. Otolaryngolocy reconstructive and anesthetic
Head and Neck Surgery. 99; 2222- surgeons, Combined use of free
2254 and reccurence after total
8. Evans P.H.R, Montgomery P.Q, laryngectomy. 2009,2012. 01.007
Gullane P.J. in: Tumours of the 17. Rashid N.H.A, Yunus M.R, Baki
larynx. Principles and practice of M.M, Ami M, Athar P.P. Stomal
Head and Neck Oncology. 2003. reccurence after total
15; 483-488
9. Leon X,Quer M, Burguis J,Abello
laryngectomy: a 10-year review in
P, Vega M, de Andres L. Universiti Kebangsaan Malaysia
Prevention of stomal ruccurence Medical Center. JPMA,. 2012.
after total laryngectomy. Head 62:466
Neck., 1981: 183-186

Universitas Indonesia 15
18. Dimery, I.W, Legha S.S, Hong
W.K, Chemotherapy of recurrent
Head and Neck Cancer.
Complication Head and neck
Surgery,. 1993. 16;205-217
19. Burri R.J, Lee N.Y. Concurrent
chemotherapy and radiotherapy
for head and neck cancer.
Otorhinolaryngol,. 2009
20. Judith E., et all. Swallowing in
cancer patient. Dysphagia section,
oral care study group,
multinational association of
Supportive care in cancer. 2012;
20:433-443
21. Pietzer T.F, et all. Preoperative
trakeostomy doent impact on
stomal reccurences. Arch
Otorhinolaryngol,. 2013; 270:
1729-1735
22. Federico A, Ghali, Gloria C,
Baluha R. Post-laryngectomy
stomal cancer reccurences,
retreatment decisions and
outcomes: Case series. JCMS,.
2008. 37:349-351

Universitas Indonesia 16

Anda mungkin juga menyukai