oleh
Raisya Nadirawati, S. Kep
NIM 162311101311
2. Etiologi
Ada 2 faktor utama penyebab penyakit jantung hipertensi yaitu :
a. Penebalan ateriol koroner yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolus resistance vessels) seluruh
badan kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan
perifer.
b. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler
per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik, peningkatan jarak
difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama
pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik (Arif Mansjoer, dkk,
2001: 441).
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO / ISH :
a. Normotensi
Jika tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg
b. Hipertensi ringan
Jika tekanan darah sistolik 140-180 mmHg dan diastolic 90-105 mmHg
c. Hipertensi perbatasan
Jika tekanan darah sistolik 140-160 mmHg dan diastolic 90-95 mmHg
d. Hipertensi sedang dan berat
Jika tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan diastolic > 105 mmHg
e. Hipertensi sistolik terisolasi
Jika tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg
f. Hipertensi sistolik perbatasan
Jika tekanan darah sistolik 140-160 mmHg dan diastolic < 90 mmHg
(Arif Mansjoer, dkk, 2001; 519)
4. Manifestasi Klinis
Pada stadium dini Hipertensi tampak tanda-tanda akibat rangsangan
simpatis yang kronik. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi
hipersirkulasi yang mungkin diakibatkan peningkatan aktivitas sistem
neurohumoral disertai hipervolemia. Pada stadium selanjutnya timbul
mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertrofi ventrikel kiri
yang difus dan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
Gambaran klinis seperti sesak nafas adalah salah satu gejala gangguan
fungsi diastolik dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel walaupun fungsi
sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi eksentrik dan
akhirnya menjadi dilatasi ventrikel kemudian timbul gejala payah jantung.
Stadium ini kadang kala disertai dengan gangguan sirkulasi pada cadangan
aliran darah koroner dan akan memperburuk kelainan fungsi mekanik atau
pompa jantung yang selektif. (Arif Mansjoer, dkk, 2001; 442)
5. Pemeriksaan penunjang
Pada foto thorak posisi posterioanterior pasien hiperthrophy konsentrik, besar
jantung dalam batas normal. Pembesaran jantung kiri terjadi bila sudah ada dilatasi
ventrikel kiri. Terdapat stenosis aorta pada hipertensi yang kronik dan tanda-tanda
bendungan pembuluh paru pada stadium payah jantung hipertensi.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah pemeriksaan
ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal, dan pemeriksaan elektrolit. Pada
pemeriksaan EKG akan ditemukan tanda-tanda hypertrophy ventrikel kiri.
Pemeriksaan Ekokardiografi dapat mendeteksi hypertrophy ventrikel kiri secara dini
yang mencakup kelainan anatomic dan fungsional jantung. Perubahan yang dapat
dilihat adalah:
6. Penatalaksanaan
a. Perubahan gaya hidup
Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan darah memiliki
pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan
bagi individu dengan prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi
obat pada individu hipertensif. Intervensi-intervensi ini harus diarahkan
untuk mengatasi risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan.
Walaupun efek dari intervensi gaya hidup pada tekanan darah adalah jauh
lebih nyata pada individu dengan hipertensi, pada uji jangka-pendek,
penurunan berat badan dan reduksi NaCl diet juga telah terbukti
mencegah perkembangan hipertensi.
Pada individu hipertensif, bahkan jika intervensi-intervensi ini tidak
menghasilkan reduksi tekanan darah yang cukup untuk menghindari
terapi obat, namun jumlah pengobatan atau dosis yang diperlukan untuk
kontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang secara efektif
mengurangi tekanan darah adalah penurunan berat badan, reduksi
masukan NaCl, peningkatan masukan kalium, pengurangan konsumsi
alkohol, dan pola diet sehat secara keseluruhan.
b. Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal
mengobati payah jantung karena hipertensi, mengurangi morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler dan menurunkan faktor
resiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin. Untuk
menurunkan tekanan darah dapat ditinjau 3 faktor fisiologis yaitu:
1) menurunkan isi cairan intra vaskuler dan Na darah dengan
diuretic,
2) menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respons
kardiovaskuler terhadap rangsangan adrenergik dengan obat dari
golongan anti simpatis
3) dan menurunkan tahananan perifer dengan obat vasodilator.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, dan
perubahan volume sekuncup
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolar.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi
glomerulus.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunanperfusi jaringan.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung (00029) Keefektifan pompa Perawatan Jantung:
berhubungan jantung 1. Instruksikan pasien
dengan perubahan Status Sirkulasi tentang pentingnya
kontraktilitas untuk segera
melaporkan bila
Setelah dilakukan
merasakan nyeri dada
tindakan keperawatan
2. Pastikan tingkat
selama 1x24 jam aktivitas pasien yang
diharapkan curah tidak membahayakan
jantung mengalami curah jantung atau
peningkatan memprovokasi
Dengan kriteria hasil: serangan jantung
1. Tekanan darah 3. Dokumentasikan
sistol dalam disritmia jantung
batas normal 4. Evaluasi perubahan
2. Tekanan diastol tekanan darah
5. Lakukan terapi
dalam batas
relaksasi
normal
6. Monitor tanda-tanda
3. Urin output vital secara rutin
dalam batas 7. Kolaborasi dalam
noma terapi Oksigen sesuai
4. Tidak ada indikasi
distensi vena
jugularis
5. Tidak ada
tambahan pada
suara jantung
6. Tidak terjadi
edema perifer
7. Tidak terjadi
kelelahan
8. Tidak terjadi
sianosis
2. Gangguan NOC: NIC
pertukaran gas Status Pernafasan: 1) Monitor respirasi dan
berhubungan Pertukaran Gas status oksigen, catat
dengan perubahan pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
membran kapiler Setelah dilakukan
penggunaan otot
alveolar tindakan keperawatan tambahan, retraksi
selama 1x24 jam otot supraclavicular
diharapkan masalah dan intercostalis
gangguan pertukaran 2) monitor pola nafas,
gas dapat teratasi auskultasi sura nafas
dengan kriteria hasil: 3) monitor TTV, AGD
dan elektrolit
4) observasi sianosis
1. Respiratory status : khususnya membran
gas exchange mukosa
Klien mampu 5) kolaborasi terapi
memelihara oksigen sesuai
kebersihan paru-paru, indikasi
dan bebas dari tanda-
tanda distress
pernafasan, AGD
dalam batas normal,
status neurologis
dalam batas normal.
2. Respiratory status :
ventilation
Klien mampu
mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigen yang
adekuat,
mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dispneu (mampu
mengeluarkan sputum
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
adapursed lips).
3. Intoleransi NOC NIC:
Terapi aktifitas
aktivitas Toleransi terhadap Perwatan Jantung
berhubungan aktivitas Rehabilitasi
dengan setelah dilakukan
1) Kajia adanya faktor
ketidakseimbangan tindakan keperawatan
yang menyebabkan
antara suplai dan selama 3 x 24 jam kelelahan
kebutuhan O2 pasien bertoleransi 2) bantu klien untuk
terhadap aktivitas mengidentifikasi
dengan kriteria hasil: aktivitas yang
1. berpartisipasi mampu dilakukan
dalam aktivitas 3) monitor toleransi
pasien terhadap
fisik tanpa disertai aktivitas
peningkatan TD, 4) bantu untuk memilih
nadi dan RR, aktivitas konsisten
2. mampu yang sesuai dengan
melakukan kemampuan fisik,
aktivitas sehari- psikologi dan social
5) instruksikan pasien
hari (ADLs)
dan keluarga untuk
secara mandiri, membatasi
keseimbangan mengangkat
aktivitas dan /mendorong barang
istirahat (benda berat) dengan
cara yang tepat.
6) koodinasikan rujukan
pasien (diit, dan
fisioterapi)
4. Kelebihan volume NOC NIC
cairan
Keseimbangan cairan Manajemen
berhubungan (0601) elektrolit/cairan (2080)
dengan
menurunnya laju Tanda-tanda vital 1. Jaga pencatatan
filtrasi (0802) intake/asupan dan output
yang akurat
glomerolus(GFR) Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 2. pantau adanya tanda
selama 3 jam kelebihan dan gejala retensi cairan
volume cairan normal,
dengan kriteria hasil: 3. batasi cairan yang
sesuai
1. Tekanan darah
normal (110-120/80- Monitor cairan ( 4130)
90)
4. tentukan jumlah dan
2. Kesimbangan intake jenis intake dan output
dan output dalam 24 serta kebiasaan eliminasi
jam
5. periksa turgor kulit
3. Turgor kulit baik
6. monitor berat badan
4. Tidak asites
7. monitor nilai kadar
5. Tidak edema perifer serum dan elektrolit urin
6. Suhu tubuh (N 36,5-
37,3C)
7. Irama Pernapasan
(16-20 x/menit)
8. Tekanan nadi (60-
100 x/menit)
Brown CT. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. In: Price SA, Wilson LM,
editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 1.
Edisi VI.Jakarta: EGC.
Chobanian AV. 2003. The Seventh Report of The Joint National Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA.
Katzung BG. 2008. Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi VI. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates
of America: Elsevier.