Anda di halaman 1dari 4

Tugas Introduction to Cultural Studies

Modernisme & Post-Modernisme, dan Critical Theory & Frankfurt School

Disusun oleh:
Thoby Dwi Pramudito (B0316048)
Surya Nala Kartika (B0316042)
Latifa Sabrina (B0316022)

Sastra Inggris
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret Surakarta
A. Modernisme & Post-modernisme

Modernisme adalah pergerakan dan perubahan di bidang filsafat & budaya yang mengubah
masyarakat, terutama masyarakat Barat, di akhiran abad ke-19 hingga awalan abad ke-20.
Konsep modernisme ini meliputi banyak bidang ilmu (termasuk seni dan sastra) dan setiap
bidang ilmu tersebut memiliki perdebatan mengenai apa itu 'modernisme'. Walaupun
demikian, 'modernisme' pada umumnya dilihat sebagai reaksi individu dan kelompok
terhadap dunia 'modern', dan dunia modern ini dianggap sebagai dunia yang dipengaruhi oleh
praktik dan teori kapitalisme, industrialisme, dan negara-bangsa. Namun, tujuan umum dari
gerakan modernisme adalah untuk mengubah atau memodifikasi pemikiran tradisional /
pemikiran-pemikiran yang terdahulu (pemikiran tradisional / agamis, pemikiran era
Enlightement dan Romanticism) untuk memodernisasi pada abad ke-20. Faktor-faktor yang
membentuk aliran modernisme adalah The Age of Enlightenment (dimulai dari runtuhnya
Penjara Bastille dan Revolusi Prancis, dan mulainya kejatuhan system kerajaan), Revolusi
Industri, berkembangpesatnya kota-kota dan Perang Dunia 1.

Modernisme, secara umum, merupakan kegiatan dan hasil karya orang-orang yang merasakan
bentuk-bentuk seni tradisional, arsitektur, sastra, agama, filsafat, organisasi sosial, aktivitas
kehidupan sehari-hari, dan bahkan ilmu pengetahuan, menjadi tidak dapat mencapai tujuan
awal dari kegiatan tersebut, dan ketinggalan zaman dalam lingkungan ekonomi, sosial, dan
politik yang baru dari dunia yang terindustrialisasi.

Salah satu ciri-ciri khas dari modernisme adalah kesadaran diri dan penekanan mengenai,
proses dari terjadinya atau terciptanya suatu kegiatan atau karya (ditegaskan ada), dan
pemikiran modernisme menolak gerakan realisme (gerakan yang melihat dunia sebagai apa
adanya). Modernisme seringkali dideskripsikan sebagai cara / jalan pemikiran, memberikan
karakteristik baru secara filosofis, bahwa manusia dapat membuat teori-teori yang berlaku di
dunia secara universal, dari pengamatan dan akal – dan system ini tidak hanya bisa
diaplikasikan kepada benda-benda ataupun hal eksplisit yang sudah ada, namun juga dapat
diaplikasikan kedalam moral, diri sendiri, karya, budaya dan hubungan sebab-akibat. Sebagai
contoh, salah satu hasil pemikiran modernisme adalah Karl Marx yang mendeskripsikan
hubungan sebab-akibat dari kelas ‘buruh’ dan ‘borjuis’ – deskripsi mengenai kondisi manusia
dari system ekonomi, Freud dengan analisis psikis yang berpendapat bahwa manusia dapat
dijelaskan dari analisis psikis dan keinginannya (yang kemudian tumbuh menjadi psikologi),
dsb. Secara dasar, gerakan modernisme ingin menciptakan teori universal yang berlaku
sepanjang masa.

Post-modernisme adalah pergerakan dan perubahan di bidang filsafat dan budaya yang
bergerak sebagai kelanjutan dari modernisme. Muncul mulai dari pertengahan hingga akhir
abad ke-20, post-modernisme bisa disimpulkan sebagai ‘skeptisme / keraguan terhadap
modernisme’; postmodernisme adalah perspektif terhadap dunia yang dicirikhasi dengan
munculnya suatu keyakinan mengenai kebenaran yang diciptakan bukan kebenaran yang
berasal dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat.. Pergerakan ini mempunyai
karakteristik skeptisme terhadap teori universalisme yang diajukan oleh ideology
modernisme.

Asas Asas Pemikiran Postmodernisme adalah:

1. Penolakan atas keuniversalan suatu pemikiran (totalisme), sesuatu yang ideology


modernisme tawarkan
2. Penekanan akan terjadinya pergolakan pada identitas personal maupun sosial secara terus
menerus, sebagai ganti dari yang permanen yang amat mereka tentang.
3. Pengingkaran atas semua jenis idiologi. Konsep berfilsafat dalam era Postmodernisme
adalah hasil penggabungan dari berbagai jenis pondasi pemikiran. Mereka tidak mau
terkungkung dan terjebak pada satu bentuk pondasi pemikiran filsafat tertentu.
4. Postmodernisme tidak memiliki asas-asas yang jelas (universal dan permanen). Bagaimana
mungkin akal sehat manusia dapat menerima sesuatu yang tidak jelas asas dan landasanya?
Jika jawaban mereka positif, jelas sekali, hal itu bertentangan dengan pernyataan mereka
sendiri; sebagimana postmodernisme selalu menekankan untuk mengingkari bahkan
menentang hal-hal yang bersifat universal dan permanen.

Pemikiran post-modernisme pada awalnya muncul sebagai tanggapan terhadap Perang Dunia
II, karena pemikiran universalisme, dogmatisme dan radikalisme yang dihasilkan dari
mindset modernisme telah menciptakan ideology totaliter seperti Fasisme dan Komunisme.

Critical theory dan Frankfurt School merupakan dua produk paham post-modernisme.

Critical theory adalah produk sekelompok pemikir neo-Marxis Jerman yang tidak puas
terhadap teori Marxian dan terhadap system kapitalisme yang sudah ada.

Yang pertama kali mengembangkan terminologi ‘teori kritis’ adalah Frankfurt School, yang
dipelopori oleh para anggota dari Institute for Social Research dari University of Frankfurt.
Ajaran mereka dipicu oleh adanya kegagalan dari marxism dalam dua hal :
Kegagalan marxism dalam mengakseptualisasi individu dalam masyarakat, dan kegagalan
penerapan marxism, baik sebagai teori apalagi sebagai praktek di negara Rusia.

Pada prinsipnya, program teoretis dari mazhab frankfurt mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Kritik terhadap konsep “masyarakat massa” dan budaya manipulasi.


2. Kritik terhadap determinisme ekonomi.
3. Menggunakan teori Freud untuk mengembangkan pemahaman mengenai subjek
borjuis dalam masyarkat.
4. Analisis mengenai “akal instrumental” yang mirip dengan gagasan Max Weber
mengenai rasionalisasi.
5. Berkembangnya “teori kritik” dari masyarakat kapitalis berdasarkan gagasan yang
berbeda secara manusiawi .

Yang menjadi esensi dari teori kritis ini adalah sebagai berikut :

1. Masalah identitas, yaitu identitas pribadi dan identitas publik.


2. Masalah di sekitar institusi kultural.

Terdapat tiga sifat teori kritis, yaitu sebagai berikut :

1. Teori kritis berusaha melakukan perubahan yang fundamental terhadap masyarakat,


dengan menumbuhkan sikap kritis dan melakukan penafsiran kembali terhadap realita
yang telah terdistorsi itu.
2. Teori berusaha melakukan pendekatan historis, dimana secara historis manusia semakin
terpencil dari alam karena perkembangan alam pikir manusia yang terlalu
mengeksaktakan dan mengkonkretkan hal-hal yang abstrak di dunia ini.
3. Teori kritis mengembangkan teori yang komprehensif untuk memahami keadaan yang
terus berubah tersebut.
Selanjutnya ada tiga unsur yang merupakan tulang punggung teori ini, yaitu sebagai berikut:

1. Selalu bersikap kritis dan curiga terhadap realitas yang ada.


2. Berpikir dengan memperhatikan aspek historis dalam masyarakat.
3. Tidak memisahkan antara teori dengan praktek, dan antara takta dengan nilai

Anda mungkin juga menyukai