Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Diagnostik

1. Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang.


2. Jumlah darah lengkap menunjukan penurunan Hb/Ht dan pengikatan jumlah sel darah putih
(perpindahan ke kiri dan peningkatan laju seimentasi menunjukan infeksi).
3. Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum.
4. Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih.
5. Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP),
penurunan kadar fibrinogen masa tromboplastin parsial diaktivitas: masa tromboplastin
partial (APTT/PTT) masa protombin memanjang pada KID.
6. Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

Diagnosis Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan dengan kehilangan vascular yang
berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
3. Resiko penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
4. Gangguan pola napas yang berhubungan dengan intak O2 yang rendah.
5. Nyeri yang berhubungan dengan epistomi dan laserasi.
6. Resiko terjadinya infeksi yang berhubungan dengan adanya trauma jalan lahir.
7. Gangguan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan pengeluaran renin.

Intervensi

1. Diagnosis 1: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan dengan kehilangan


vascular yang berlebihan ditandai dengan asidosis, sianosis, takipnea, dispnea, dan syok
hipovolemik.
Tujuan: volume cairan adekuat
Kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisisan kapiler cepat (kurang dari 3
detik), sensorium cepat, input dan output cairan seimbang, serta berat jenis urine dalam batas
normal.
Intervensi
a. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan. Timbang dan hitung pembalut. Simpan
bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
Rasional:
Perkirakan kehilngan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu
membuat diagnosis banding serta menentukan kebutuhan penggantian (satu gram
peningkatan berat pembatul sama dengan kurang lebih 1 ml kehilngan darah).
b. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan masase oenonjolan uterus
dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis.
Rasional:
Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosis banding. Peningkatan
kontraktilitas myometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan
di ata simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.
c. Perhatikan hipotensi dan takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar
buku, serta membrane mukosa dan bibir.
Rasional:
Tanda-tanda menunjukan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan tekanan darah
tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun hingga 30-50%. Sianosis
adalah tanda akhir dari hipoksia.
d. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urine.
Rasional:
Bermanfaat meperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi
adekuat ditunjukan dengan keluaran 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
e. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urine.
Rasional: Bermanfaat meperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume
perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan haluaran 3-50 ml/jam atau lebih besar.
f. Berikan lingkungan yang tenang dan dukung psikologis.
Rasional:
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas, dan kebutuhan metabolic.
2. Diagnosis 2: Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia, ditandai
dengan pengisian kapilari lambat, pucat, kulit dingin atau lembab, penurunan produksi ASI.
Tujuan: perfusi jaringan kembali normal.
Kriteria hasil:
TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal; pengisian kapiler cepat; fungsi hormonal
normal menunjukan dengan supai ASI adekuat untuk laktasi dan mengalami kembali
maenstruasi normal.
Intervensi
a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi, dan
berat bada.
Rasional:
Nilai banding membantu menentukan beratnya kehilangan darah. Status sebelumnya dari
kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya cedera karena kekurangan O2.
b. Pantau tanda-tanda vital, catat derajat,dan durasi episode hipovolemik.
Rasional:
Luasnya keterlibatan hipofisi dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi.
Peningkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis
metabolik.
c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.
Rasional:
Perubahan sensorium adalah indicator dini hipoksia, sianosis tanda lanjut, mungkin tidak
tampak sampai kadar PO2 turun di bawah 50 mmHg.
d. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah serta perhatikan suhu kulit.
Rasional:
Pada kompensasi vasokonstriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah
perifer diturunkan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
e. Kaji payudaya setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi dan perubahan ukuran
payudara.
Rasional:
Kerusakan hipofisis anterior menurunkan kadar prolactin, mengakibatkan tidak adanya
produksi ASI, dan akhirnya menurunkan jaringan kelenjar payudara.
Kolaborasi
a. Pantau kadar pH
Rasional:
Membantu dalam mendiagnosis derajat hipoksia jaringan atau asidosis yang diakibatkan
oleh terbentuknya asam laktat dari metabolisme anaerobik.
b. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional:
Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transport sirkulasi ke jaringan.
Web Of Causation

Trauma jalan lahir Kegagalan kompresi Gangguan koagulasi


Epistomi yang lebar pembulh darah
Laserasi perineum Mio metrium hipotonus
Vagina dan serviks Retensi sisa plasenta
Ruptur

Perdarahan

Kehilangan vascular yang


berlebihan

Gangguan sirkulasi

Perifer Kompensasi Ginjal Paru


jantung mengeluarkan
eritropoetin

Anda mungkin juga menyukai