Anda di halaman 1dari 20

Di Susun Oleh :

1. KHAERUL NASHI (011SYE16)


2. hardianto

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D III

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyusun asuhan keperawatan dhf pada anak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah mempercayakan
tugas ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah penulis ini.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat di manfaatkan sebagaimana mestinya.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Mataram, 22 November 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengue Hemoraghic Fever (DHF) atau dema berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama pada anak-anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau
wabah. Anak-anak dengan DHF umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang
disertai dengan kemerahan wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai
DF, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang dalam sirkulasi
akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding baru.
BAB II

pembahasan

2.1 Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam
waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953.
Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta.
Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2005).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010)

2.2 Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever
(DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4
serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus
(arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa
serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah
DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk
yang membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala
demam Dengue muncul. (Meilany, 2010)
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain:
a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap
di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng bekas
yang menampung air hujan.
c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

2.3 Patofisiologi
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk
pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam
berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah
menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya.
Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

2.4 Manifestasi Klinis


Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi
lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa,
penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang
demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,
walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud
memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan
peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk
lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi) dan hematemesis melena. Rumpel leed test dengan tekhnik:
a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan
sampai 5 menit.
e. Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
f.Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan
bawah. Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi
yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan
lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul
sianosis disekitar mulut.
2.5 Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu:
1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan
manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet
positif.
2. Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan
lain.
3. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-
tanda dini renjatan).
4. Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi yang tak
terukur.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel
leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk
melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD
terdapat Leukopenia padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi leukopenia dan
Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif
pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi :
Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau
pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG)
(Warsidi, E, 2009).

2.7 Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
2. Disorientasi dan penurunan kesadaran
3. Perdarahan luas.
4. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan

2.8 Pencegahan
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi:
1. Pencegahan dengan prinsip 3 M:
a. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
b. Menutup tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
c. Mengubur barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
d. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
e. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan
sekali.
f. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan
kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
g. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara:
1) Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.
2) Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan
tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian
sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
3) Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu
membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan
air selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama
takarannya benar tetap aman digunkaan.
2.9 Penatalaksanaan
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut:

1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen,
jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan. Sedangkan pada pasien tanda
renjatan dilakukan:
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam,
serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti
NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi.
Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan
dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht
mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata: Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung.
Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik.
Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama,
pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi nama dan usia.
2) Keluhan utama: Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit
seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai
perdarahan.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang: Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai
mual dan muntah.
b) Riwayat kesehatan masa lalu: Penyakit yang pernah dialami klien seperti
demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/
minuman dan obat-obatan.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien.
4) Riwayat imunisasi: Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti
BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.

5) Riwayat tumbuh kembang meliputi :


a) Pertumbuhan fisik terdiri dari:
Usia (BB) Usia (TB)
BBL (2500 – 4000 gr) TBL (50 cm)
3 -12 bln (umur(bulan) + 9) 1 tahun (75 cm)
1-6 tahun (umur (tahun) x 2+8) >1 tahun (2x TB lahir)
6 tahun (1,5 x TB setahun)
9 tahun (2,1 x TBL)
b) Perkembangan tiap tahap usia
 Berguling : 3-6 bulan
 Duduk : 6-9 bulan
 Merangkak : 9-10 bulan
 Berdiri : 9-12 bulan
 Jalan : 12-18 bulan
 Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
 Bicara : 2-3 tahun
 Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
6) Riwayat nutrisi meliputi :
a) Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara
pemberian.
b) Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.
c) Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan
cara pemberian.
d) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 – 6 bulan, 6 –
12 bulan dan saat ini.
7) Riwayat psikososial: Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah
keadaan tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.
8) Riwayat spiritual: Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti
kegiatan keagamaan.
9) Reaksi hospitalisasi
a) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
(1) Stress
(2) Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan
anak serta dampaknya terhadap masa depan anak.
(3) Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari prosedur medis.
b) Reaksi anak terhadap hospitalisasi
(1) Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.
(2) Kehilangan kontrol : Kelemahan fisik dan Takut mati
(3) Reaksi perlukaan dan rasa sakit

10) Aktivitas sehari-hari


a) Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi,
porsi makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat
dihabiskan dan cara makan klien sebelum sakit dan saat sakit.
b) Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah
terbangun, kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak
sebelum sakit dan saat sakit.
c) Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan
penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.
11) Pemeriksaan fisik Head To to
a) Keadaan umum : klien baik atau tidak.
b) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah menurun > 80 mmHg
2) Nadi cepat dan lemah > 100x/menit
3) Suhu meningkat sampai 38C
4) Pernafasan meningkat > 40x/menit
c) Antropometri :
1) LLA : 14cm
2) LK : 40 cm
3) LD : 54 cm
4) LP : 52 cm
d) Sistem pernafasan: Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung, batuk dada
normal (Normal Chest), tidak ada retraksi, dan tidak ada suara nafas tambahan.
e) Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan kering, arteri
karotis tidak teraba, vena jugularis tidak tampak, tidak ada pembesaran
jantung, suara jantung S1, S2 kesan murni.
f) Sistem pencernaan: Bibir kering sering merasa mual dan muntah terdapat nyeri
tekan pada daerah epigastrium
g) Sistem indera
1) Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.
2) Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat perdarahan
pada hidung.
3) Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.
h) Sistem neurosensorik: Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic Fever
(DHF) I,II: kesadaran kompos mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF)
III :kesedaran apatis, samnolen, Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV
:kesadaran koma.
i) Sistem moskuloskeletal: Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta tulang.
j) Sistem integumen
1) Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher: Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemia, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis),
pada grade II, III, IV mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan
mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan telinga.
k) Sistem endokrin: Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.
l) Sistem perkemihan: Odema palpebra tidak ada, distensi kandung kemih tidak
ada.
m) Sistem reproduksi: Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak ada bau
serta pertumbuhan dada belum ada dan perubahan suara.
n) Sistem immune: Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan zat kimia.
o) Pemeriksaan tingkat perkembangan: Dengan menggunakan DDST 0-6 tahun
meliputi :
1) Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh
2) Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memiliki koordinasi
yang cermat.
3) Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan
4) Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue
Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan
output cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
f. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan
kurang informasi.
3 Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Kriteria evaluasi :
1) Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
2) Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
3) Pasien bebas dari demam.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam. 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat mengembalikan
suhu normal memperlancar sirkulasi.
4. Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)
4. Mengurangi panas secara konveksi
sedikit tapi sering (panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis tubuh karena penguapan).
menyerap keringat. 5. Pakaian yang tipis menyerap keringat
dan membantu mengurangi penguapan
tubuh akibat dari peningkatan suhu dan
6. Beri penjelasan pada keluarga dapat terjadi konduksi.
klien tentang penyebab meningkatnya
6. Penjelasan yang diberikan pada keluarga
suhu tubuh. klien bisa mengerti dan kooperatif dalam
memberikan tindakan keperawatan.
Kolaborasi pemberian obat anti piretik. 7. Dapat menurunkan demam

b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Kriteria evaluasi:
1) Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
2) Turgor kulit baik
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-
1. Mengetahui dengan cepat
tanda vital. penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Mengetahui balance cairan dan elektrolit
2. Kaji input dan output cairan. dalam tubuh/homeostatis.
3. Agar dapat segera dilakukan tindakan
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. jika terjadi syok.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
5. Pemberian cairan I.V sangat penting
pemberian cairan I.V. bagi klien yang mengalami deficit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.


Kriteria Evaluasi:
1) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
2) Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya
2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh
2. Merangsang nafsu makan klien sehingga
klien. klien mau makan.
3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi
3. Makanan dalam porsi kecil tapi sering
makanan sedikit tapi sering. memudahkan organ pencernaan dalam
4. Anjurkan orang tua klien memberi metabolisme.
makanan TKTP dalam bentuk lunak 4. Makanan dengan komposisi TKTP
berfungsi membantu mempercepat proses
5. Timbang berat badan klien tiap hari. penyembuhan.

6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. 5. Berat badan merupakan salah satu


indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Kriteria Evaluasi:
1) Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
2) Klien mampu mandiri setelah bebas demam
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan1. Mengetahui tingkat ketergantungan klien
klien. dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Bantuan sangat diperlukan klien pada
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan saat kondisinya lemah dalam pemenuhan
aktivitasnya sesuai dengan tingkat kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami
keterbatasan klien. ketergantungan pada orang lain.
3. Dengan penjelasan, pasien termotivasi
3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang untuk kooperatif selama perawatan
dapat membantu dan meningkatkan terutama terhadap tindakan yang dapat
kekuatan fisik klien. meningkatkan kekuatan fisiknya.
4. Keluarga merupakan orang terdekat
dengan klien
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan5.
ADL klien Untuk mencegah terjadinya keadaan yang
5. Jelaskan pada keluarga dan klien tentang lebih parah
pentingnya bedrest ditempat tidur.

e. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.


Kriteria Evaluasi:
1) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
2) Jumlah trombosit meningkat
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tanda-tanda penurunan
1. Penurunan jumlah trombosit merupakan
trombosit yang disertai tanda-tanda tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh
klinis. darah yang dapat menimbulkan tanda
klinis berupa perdarahan nyata, seperti
epistaksis, petechiae.
2. Beri penjelasan tentang pengaruh
2. Agar pasien/ keluarga mengetahui hal-
trombositopenia (pada keluarga. hal yang mungkin terjadi pada pasien dan
dapat membantu mengantisipasi
terjadinya perdarahan karena
Monitor jumlah trombosit setiap hari. trombositopenia
3. Dengan jumlah trombosit yang dipantau
setiap hari dapat diketahui tingkat
4. Anjurkan klien untuk banyak istirahat. kebocoran pembuluh darah dan
kemungkinan perdarahan yang dialami
5. Beri penjelasan pada pasien/ keluarga oleh klien
untuk segera melapor jika ada tanda-
4. Aktivitas klien yang tidak terkontrol
tanda perdarahan lebih lanjut seperti: dapat menyebabkan terjadinya
hematemesis, melena, epistaksis. perdarahan.
5. Keterlibatan keluarga dengan segera
melaporkan terjadinya perdarahan (nyata)
akan membantu pasien mendapatkan
penanganan sedini mungkin.
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang
informasi.
Kriteria Evaluasi:
1) Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya
2) Ekspresi wajah ceria
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan orang tua 1. Mengetahui kecemasan orang tua klien
dan memudahkan menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Jelaskan prosedur pengobatan
2. Untuk memberi informasi yang dapat
perawatan anaknya. mengurangi kecemasan orang tua.
3. Beri kesempatan pada orang tua
3. Untuk memperoleh informasi yang
untuk bertanya tentang kondisi lebih banyak dan meningkatkan
anaknya. pengetahuan dan mengurangi stress.
4. Beri penjelasan tiap prosedur/
4. Memberikan penjelasan tentang proses
tindakan yang akan dilakukan penyakit, menjelaskan tentang
terhadap pasien dan manfaatnya kemungkinan pemberian perawatan
bagi pasien intensif jika memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan perawatan
yang lebih optimal
5.

4. Evaluasi
a. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :
1) Suhu tubuh normal (36 - 37◦ C).
2) Pasien bebas dari demam
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga mengetahui
tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi
makan yang diberikan / dibutuhkan.
d. Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :
1) Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.
2) Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.
e. Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :
1) Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
2) Jumlah trombosit meningkat.
f. Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya dengan kriteria :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2001. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk Perawatan Dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai