Kelompok 13
Kelompok 13
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyusun asuhan keperawatan dhf pada anak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah mempercayakan
tugas ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah penulis ini.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat di manfaatkan sebagaimana mestinya.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
pembahasan
2.1 Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam
waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953.
Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta.
Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2005).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010)
2.2 Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever
(DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4
serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus
(arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa
serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah
DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk
yang membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala
demam Dengue muncul. (Meilany, 2010)
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain:
a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap
di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng bekas
yang menampung air hujan.
c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.
2.3 Patofisiologi
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk
pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam
berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah
menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya.
Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
2.7 Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
2. Disorientasi dan penurunan kesadaran
3. Perdarahan luas.
4. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan
2.8 Pencegahan
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi:
1. Pencegahan dengan prinsip 3 M:
a. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
b. Menutup tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
c. Mengubur barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
d. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
e. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan
sekali.
f. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan
kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
g. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara:
1) Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.
2) Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan
tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian
sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
3) Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu
membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan
air selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama
takarannya benar tetap aman digunkaan.
2.9 Penatalaksanaan
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut:
1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen,
jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan. Sedangkan pada pasien tanda
renjatan dilakukan:
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam,
serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti
NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi.
Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan
dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht
mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata: Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung.
Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik.
Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama,
pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi nama dan usia.
2) Keluhan utama: Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit
seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai
perdarahan.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang: Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai
mual dan muntah.
b) Riwayat kesehatan masa lalu: Penyakit yang pernah dialami klien seperti
demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/
minuman dan obat-obatan.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien.
4) Riwayat imunisasi: Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti
BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam. 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat mengembalikan
suhu normal memperlancar sirkulasi.
4. Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)
4. Mengurangi panas secara konveksi
sedikit tapi sering (panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis tubuh karena penguapan).
menyerap keringat. 5. Pakaian yang tipis menyerap keringat
dan membantu mengurangi penguapan
tubuh akibat dari peningkatan suhu dan
6. Beri penjelasan pada keluarga dapat terjadi konduksi.
klien tentang penyebab meningkatnya
6. Penjelasan yang diberikan pada keluarga
suhu tubuh. klien bisa mengerti dan kooperatif dalam
memberikan tindakan keperawatan.
Kolaborasi pemberian obat anti piretik. 7. Dapat menurunkan demam
b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Kriteria evaluasi:
1) Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
2) Turgor kulit baik
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-
1. Mengetahui dengan cepat
tanda vital. penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Mengetahui balance cairan dan elektrolit
2. Kaji input dan output cairan. dalam tubuh/homeostatis.
3. Agar dapat segera dilakukan tindakan
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. jika terjadi syok.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
5. Pemberian cairan I.V sangat penting
pemberian cairan I.V. bagi klien yang mengalami deficit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
4. Evaluasi
a. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :
1) Suhu tubuh normal (36 - 37◦ C).
2) Pasien bebas dari demam
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga mengetahui
tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi
makan yang diberikan / dibutuhkan.
d. Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :
1) Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.
2) Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.
e. Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :
1) Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
2) Jumlah trombosit meningkat.
f. Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya dengan kriteria :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2001. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk Perawatan Dan