Anda di halaman 1dari 2

Antipenyuapan dan Antikorupsi

Area Latihan Antipenyuapan dan Antikorupsi —


Korea Selatan

Hukum dan peraturan Korea Selatan yang mengatur penyuapan dan korupsi diatur dalam:

• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

• UU Kejahatan Khusus (SCA)

• UU Kejahatan Ekonomi Khusus (SECA)

• UU Antikorupsi (ACA)

• Pedoman Perilaku untuk Pemeliharaan Integritas Pejabat Publik (Pedoman Perilaku)

• UU Pencegahan Permintaan Tidak Pantas dan Penyediaan/Penerimaan Uang dan Barang Berharga
(Hukum Antipenyuapan, efektif September 2016)

• UU Pencegahan Penyuapan Asing dalam Transaksi Bisnis Internasional (FBPA)

Kantor Kejaksaan Distrik (DPO) dan kepolisian memiliki kekuasaan untuk menegakkan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, UU Kejahatan Khusus, UU Kejahatan Ekonomi Khusus, UU Antikorupsi, UU Antipenyuapan, dan Pedoman
Perilaku. Warga Negara Korea Selatan dapat dituntut, meskipun pelanggaran terjadi di luar wilayah Korea Selatan.
Selanjutnya, warga negara asing juga bisa dituntut karena menyuap pejabat publik Korea Selatan walaupun pelanggaran
tersebut terjadi di luar Korea Selatan.

Pejabat Publik Asing


Menurut FBPA, penyuapan pejabat asing adalah janji, pemberian, atau tawaran suap yang disengaja kepada pejabat
publik asing terkait dengan pelaksanaan tugas resminya, guna mendapatkan keuntungan yang tidak patut dalam
transaksi bisnis internasional. FBPA berlaku bagi warga negara Korea Selatan di mana saja di dunia dan setiap warga
negara asing yang bekerja di Korea Selatan.

Pejabat Publik Dalam Negeri


Pasal 129 dan 133 Kitab UU Hukum Pidana melarang penawaran maupun penerimaan suap oleh pejabat publik dalam
negeri terkait dengan tugasnya. Hanya individu manusia yang dapat digugat secara pidana atas penyuapan di bawah
Kitab UU Hukum Pidana.

Pejabat publik juga terikat oleh Pedoman Perilaku, yang mendelegasikan kepada setiap instansi pemerintah wewenang
untuk menetapkan standar tertentu. Banyak pedoman perilaku individu menetapkan ambang batas untuk nilai
keramahtamahan atau hadiah yang boleh diterima pejabat publik. Hanya pejabat publik yang dapat diberi sanksi sesuai
dengan Pedoman Perilaku.

© 2016 Thomson Reuters. Hak cipta dilindungi undang-undang. Halaman 1 dari 2


Antipenyuapan dan Antikorupsi

Penyuapan Komersial Swasta


Pasal 357 Kitab UU Hukum Pidana melarang pemberian manfaat ekonomi kepada orang yang dipercaya melakukan
bisnis orang lain, jika manfaat tersebut terkait dengan permintaan tidak patut dalam hubungannya dengan tugas orang
tersebut. Penerima manfaat ekonomi tersebut juga dapat dikenai hukuman pidana berdasarkan Kitab UU Hukum
Pidana.

Dalam kasus hadiah kecil yang diberikan sebagai kelaziman sosial, pengadilan Korea Selatan meninjau totalitas keadaan
di sekeliling pemberian hadiah itu.

Hukum Antipenyuapan
Hukum Antipenyuapan (efektif September 2016) memperkenalkan dua larangan utama atas 1) 'manfaat yang tidak
patut', dan 2) 'permintaan yang tidak patut'. Hukum ini mengkriminalisasi pemberian atau penerimaan manfaat tunggal
yang nilainya lebih dari KRW1 juta atau serangkaian manfaat dengan total nilai lebih dari KRW3 juta dalam satu tahun.
Berbeda dengan larangan Kitab UU Hukum Pidana atas penyuapan resmi, sekadar menerima manfaat tersebut saja
sudah cukup untuk memicu pertanggungjawaban, dan jaksa tidak perlu menyusun motif atau menjelaskan bahwa
manfaat ekonomi diberikan sehubungan dengan tugas penerima. Hukum ini tidak mendefinisikan 'permintaan yang
tidak patut', tetapi Pasal 5 mencantumkan daftar 15 jenis interaksi yang dilarang hukum antara pelaku swasta
dan publik.

Uang Pelancar
Kitab UU Hukum Pidana dan UU Kejahatan Khusus (SCA) melarang uang pelancar.

Agen dan Kontraktor


Tuduhan membantu dan bersekongkol atau berkonspirasi dapat dikenakan pada orang atau agen terkait.
UU Antipenyuapan juga mencantumkan suami/istri pejabat publik dalam daftar penerima yang dilarang atas manfaat
ekonomi. Pasal 4 FBPA juga memperluas tanggung jawab kepada perusahaan yang diwakili atau menjadi tempat
bekerja orang yang menawarkan suap.

Penalti
Penyuapan pejabat publik asing dihukum dengan hukuman penjara paling lama tiga tahun dan denda hingga KRW20
juta. Apabila keuntungan yang diperoleh lebih dari KRW10 juta, denda dapat ditingkatkan sampai dua kali jumlah
keuntungan.

Perusahaan pelaku dapat dikenai denda hingga KRW1 miliar. Apabila keuntungan yang diperoleh lebih dari KRW500
juta, denda dapat ditingkatkan sampai dua kali jumlah keuntungan.

Penyuapan pejabat publik dalam negeri dihukum dengan hukuman penjara paling lama tiga tahun dan/atau denda
hingga KRW20 juta. SCA mengenakan sanksi tambahan untuk pejabat publik, termasuk penjara seumur hidup untuk
penyuapan yang nilainya lebih dari KRW100 juta.

Menawarkan atau memberikan suap kepada karyawan swasta dapat dihukum paling lama dua tahun penjara dan denda
hingga KRW5 juta. Penerima dapat dihukum penjara paling lama lima tahun dan denda hingga KRW10 juta.

© 2016 Thomson Reuters. Hak cipta dilindungi undang-undang. Halaman 2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai