STROKE HEMORAGIK
Disusun oleh:
Dessy
406152083
Pembimbing:
dr. Antonius Adinatha, SpS, FINS
Stroke menempati peringkat pertama dan sangat penting dari semua kasus penyakit neurologi
pada orang dewasa. Stroke terdiri dari dua kategori, yaitu iskemik dan hemoragik. Pada
kondisi stroke iskemik, terjadi oklusi dari pembuluh darah serebral dan menyebabkan infark
pada serebri. Sedangkan stroke hemoragik dibagi menjadi dua yaitu karena intraserebral
hemoragik atau subarakhnoid hemoragik.1
Pada stroke hemoragik, perdarahan dapat terjadi langsung pada parenkim otak.
Mekanisme terjadinya perdarahan bersumber dari kebocoran arteri intracerebral kecil yang
rusak akibat hipertensi kronik. Stroke hemoragik lebih jarang terjadi dibandingkan stroke
iskemik (stroke karena trombosis atau emboli) ; suatu penelitian epidemiologi menyebutkan
hanya sekitar 8-18 % stroke merupakan hemoragik. Meskipun demikian, stroke hemoragik
berhubungan dengan tingginya angka mortalitas dibandingkan stroke iskemik.2,3,4
Kecenderungan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan wawancara menunjukkan
kenaikan dari 8,3 per mil tahun 2007 menjadi 12,1 per mil. Terlihat kecenderungan menurun
yang cukup berarti di dua provinsi yaitu Kepulauan Riau dan Aceh, provinsi lainnya
cenderung meningkat.5
Gambar 1. Kecenderungan prevalensi stroke permil pada usia ≥ 15 tahun menurut provinsi
pada tahun 2007 dan 2013.
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization, persentase stroke pada populasi Kaukasian
yaitu 80% untuk stroke iskemik, 10%-15% stroke hemoragik tipe perdarahan intraserebral
(ICH), dan 5% stroke hemoragik tipe perdarahan subarakhnoid (SAH). Studi dari negara-
negara Asia menyatakan bahwa proporsi perdarahan intraserebral (ICH) lebih tinggi
dibandingkan Kaukasian yaitu berkisar 20%-30%.6 Kecenderungan prevalensi stroke di
Indonesia berdasarkan wawancara menunjukkan kenaikan dari 8,3 per mil tahun 2007
menjadi 12,1 per mil. Terlihat kecenderungan menurun yang cukup berarti di dua provinsi
yaitu Kepulauan Riau dan Aceh, provinsi lainnya cenderung meningkat.5
Pemeriksaan tambahan yang disesuaikan dengan indikasi (sebagian dapat dapat dilakukan
diruang rawat) meliputi:
Ekokardiografi (transthoracic clan/ atau transoesophageat)
Foto rontgen dada
Saturasi oksigen dan analisis gas darah
Pungsi lumbal jika dicurigai adanya perdarahan subaraknoid dan CT scan tidak
ditemukan adanya perdarahan
EEG jika dicurigai adanya kejang
Skrining toksikologi (alkohol, kecanduan obat)
Versi orisinal:
Versi disederhanakan:
Kesadaran:
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
Pembacaan:
1. Tatalaksana pasien SAH derajat I atau II berdasarkan Hunt & Hess (H&H) adalah sebagai
berikut :
a. Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedini mungkin
b. Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan 300dan nyaman, bila perlu berikan
O2 2-3 L/menit
c. Hati-hati dalam pemakaian sedatif (kesulitan dalam penilaian tingkat kesadaran).
d. Pasang infus diruang gawat darurat, usahakan euvolemia dan monitor ketat sistem
kardiopulmoner dan kelainan neurologi yang timbul
2. Pasien SAH derajat III, IV atau V berdasarkan H&H,perawatan harus lebih intensif
a. Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protokol pasien diruang gawat darurat
b. Perawatan sebaiknya dilakukan diruang intensif atau semiintensif
c. Untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalan napas yang adekuat perlu
dipertimbangkan intubasi endotrakheal dengan hati-hati terutama apabila didapatkan
tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial
d. Hindari pemakaian obat-obatan sedatif yang berlebihan karena akan menyulitkan
penialaian status neurologi
Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah perdarahan subaraknoid
1. Kontrol dan monitor tekanan darah. Tekanan darah sistolik yang dianjurkan dalam
pencegahan perdarahan berulang adalah 140-160 mmHg
2. Istirahat total di tempat tidur
3. Terapi antifibrinolitik (epsilon-aminocaproic acid: loading 1 g IV kemudian dilanjutkan 1
g setiap 6 jam sampai aneurisma tertutup atau biasanya disarankan 72 jam).
Kontraindikasi pada pasien dengan koagulopati, riwayat infark miokard akut, stroke
iskemik, emboli paru, atau trombosis vena dalam. Lebih dianjurkan pada pasien dengan
risiko rendah terhadapa terjadinya vasospasme atau pada pasien dengan penundaan
operasi.
1. Pencegahan nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke 3 atau secara
oral 60 mg setiap 6 jam setiap 21 hari. 2 Pemakaian nimodipin oral terbukti meperbaiki
defisit neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme.
2. Pengobatan vasospasme serebral dimulai dengan penanganan aneurisma yang ruptur,
dengan mempertahankan volume darah sirkulasi yang normal (euvolemia) dan
menghindari terjadinya hipovolemia.
3. Terutama pada pasien SAH dengan tanda-tanda vasospasme, terapi hiperdinamik yang
dikenal dengan triple H (Hypervolemic-Hypertensive-Hemodilution) perlu
dipertimbangkan dengan tujuan mepertahankan tekanan perfusi serebral. Hati-hati
terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan ulang pada pasien yang tidak dilakukan
embolisasi atau Clipping.
4. Cara lain untuk penatalaksanaan vasospasme adalah sebagai berikut;
- Pencegahan vasospasme
I. Nimodipin 60 mg peroral 4 kali sehari
II. NaCl 3% intravena 50 ml 3 kali sehari (hati-hati terhadap timbulnya komplikasi
berupa Central Pontine Myelinolisis (CPM)
III. Jaga keseimbangan elektrolit
- Delayed vasospasm
I. Stop dimodipin, antihipertensi dan diuretika
II. Berikan 5% albumin 250 ml intravena
III. Bila memungkinkan lakukan pemasangan Swangans dan usahakan wedge
preasure 12-14 mmHg
IV. Jaga cardiac index sekitar 4 L/min/sg.meter
V. Berikan dobutamin 2-15 ug/kg/min
Tekanan Darah
1. Tekanan darah harus dipantau dan dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi
serebral untuk mencegah resiko terjadinya stroke iskemik sesudah SAH serta perdarahan
1. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 10th
edition. Mc Graw Hill Education ; 2014.
2. Liebeskind DS, Schraga ED, O’Connor RE, Huff JS, Kirshner HS, Krause RS, et al.
Hemorrhagic Stroke. Accessed; July 25th 2017. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview#a3.
3. Feigin VL, Lawes CM, Bennett DA, Anderson CS. Stroke epidemiology: a review of
population-based studies of incidence, prevalence, and case-fatality in the late 20th
century. Lancet Neurol. 2003 Jan. 2(1):43-53.
4. Broderick J, Connolly S, Feldmann E, Hanley D, Kase C, Krieger D, et al. Guidelines for
the management of spontaneous intracerebral hemorrhage in adults: 2007 update: a
guideline from the American Heart Association/American Stroke Association Stroke
Council, High Blood Pressure Research Council, and the Quality of Care and Outcomes
in Research Interdisciplinary Working Group. Circulation. 2007 Oct 16. 116(16):e391-
413.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Available from:
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
6. Truelsen T, Begg S, Mathers C. The global burden of cerebrovascular disease. 2000.
7. Drislane FW, Benatar M, Chang BS, Acosta J, Tarulli A, Caplan LR. Blueprints
Neurology. 3rd edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins ; 2009.
8. Lemonick DM. Subarachnoid hemorrhage: state of the artery. American Journal of
Clinical Medicine. 2010, vol 7 No 2.
9. Caceres JA, Goldstein JN. Intracranial Hemorrhage. Emerg Med Clin North Am. 2012
August ; 30(3): 771–794. doi:10.1016/j.emc.2012.06.003
10. Magistris F, Bazak S, Martin J. Intracerebral Hemorrhage: Pathophysiology, Diagnosis
and Management. McMaster University Medical Journal Vol 10 No 1. Available from:
https://pdfs.semanticscholar.org/dd6e/3f675e5f91884-115c3df2c48d53de4e284af.pdf
11. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview. Access on : July 26, 2017.
12. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Accessed; July 25 2017. Available from :
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html
13. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Guideline Stroke
2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2011.
14. Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan perdarahan
intraserebral supratentorial dari infark. Accessed; July 24 2017. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1670347/
15. Balami JS, Buchan AM. Complication of intracerebral hemorrhage. Lancet Neurol. 2012
Jan;11(1):101-18. doi: 10.1016/S1474-4422(11)70264-2.
16. Al-shahi R, White PM, Davenport RJ, Lindsay KW. Clinical Review: Subarachnoid
Hemorrhage. British Med J. Vol 333. 2006