Anda di halaman 1dari 14

EKSPLORASI

Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan


data/informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu
tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan
tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya
tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali.
Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan
serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak
membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan,
kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.
Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar,
yaitu :
A. Metoda langsung, terdiri dari :
1. Metoda langsung di permukaan
2. Metoda langsung di bawah permukaan

B. Metoda tidak langsung, terdiri dari :


1. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai
bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
2. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu :
a. cara magnetik (sudah jarang digunakan),
b. gravitasi (sudah jarang digunakan),
c. cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi,
d. cara listrik (resistifity),
e. cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal
ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari
cara-cara sebelumnya.

1
A. Metoda Langsung
1. Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Penyelidikan singkapan (out crop)
Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya
diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan.
Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh
batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat
adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya. Singkapan-
singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian
permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang
tinggi, seperti :
 Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.
 Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah
penutup.
 Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
 Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan,
sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Gambar 1

Bentuk Singkapan Batubara

2
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu
singkapan antara lain :
 Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang
tersingkap.
 Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau
major) yang ada.
 Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis,
sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris,
fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.

b. Tracing Float (penjejakan)


Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-
potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya
gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang
lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat
pada aliran sungai-sungai
Tracing (penjejakan » perunutan) float ini pada dasarnya
merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-
potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada
sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang
mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di
bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka
diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung
mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk
menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan
karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat
menjadi faktor pendukung.

3
Gambar 2

Arah Penyebaran Float Yang Yang Mengandung Mineralisasi

Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan


pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang
menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan
menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran
halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan
ini mirip dengan tracing float.
Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :
 Peta jaringan sungai.
 Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
 Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.
 Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
 Lokasi dimana float mulai hilang.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan
bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian
selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai
hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat
dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan
(trenching) dan uji sumuran (test pitting).

4
c. Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada
ukuran butiran mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk
mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan memiliki masa jenis
yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan
lanjutan yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan
panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting.
1) Trenching (pembuatan parit)
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam
observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan)
bijih/endapan.
 Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan
dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus
bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi
yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan
lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau
sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
 Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat
berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus
zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat
diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona
alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan
kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan
mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

5
Gambar 3

Pembuatan Trenching

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi


umum sebagai berikut :
 Terbatas pada overburden yang tipis,
 Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga
manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),
 Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang
rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage
(pengeringan langsung).

2) Test Pitting (pembuatan sumur uji)


Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian
endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal.
Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang
lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat
searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan
yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
 Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk
mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi
litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi

6
endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi
sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai
menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya
batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
 Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik),
ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing
zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan
bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan
3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan
sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji
dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.

Gambar 4

Pembuatan Sumur Uji (Test Pitting)

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
 ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
 ketinggian muka airtanah,
 kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
 kekuatan dinding lubang, dan
 kekerasan batuan dasar.

7
2. Metoda Langsung Bawah Permukaan
Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada
singkapan di permukaan atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat
memberikan informasi yang baik, karena pada eksplorasi langsung
permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter.
Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila
keadaan permukaan memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah
permukaan, sebab apabila permukaan tidak memungkinkan, misalnya
permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak stabil,
maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi
permukaan.
Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus
diperhatikan misalnya, pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan
bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan pengamatan dan proses sampling
pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang memiliki
singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat
memudahkan kita untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah
pentingnya yang harus diperhatikan adalah masalah biaya, dimana dalam
pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar, hal ini bertujuan
untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya
eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel,
Shaft, Drift, Winse dan lain-lain.
Tunnel = suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang
menembus kedua kaki bukit.
Shaft = suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang
bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan
pengangkutan karyawan serta alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi dan
penirisan.

8
Drift = suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada
endapan bijih yang arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang
dari endapan bijihnya (dalam pengeboran).
Winze = lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level”
ke arah “level” yang dibawahnya.
Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti.
Pengeboran sumur minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada
tahun 1959 dengan menggunakan bor (RIG) permanen (tidak dapat
dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem perkusif
(tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai
adalah 60 ft (+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).
Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary
drilling) dengan menara bor yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan
dilakukan dengan beberapa cara pengeboran yaitu dengan cara perkusif,
rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di darat
maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada
pemboran decara vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring
(kemiringan dapat mencapai 90o), apabila saat pengeboran kita menemukan
batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka dengan
teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah
arahnya (dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk
mengambil contoh (sampling) untuk diamati, pengeboran juga bisa
bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air tanah, minyak bumi)
dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada
kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling
kita dapat membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita
dapat mengetahui susunan batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita
dapat memperkirakan besar cadangan secara keseluruhan.

9
B. Metoda Tidak Langsung
1. Metoda tidak langsung cara geofisika
Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan
lokasi akumulasi bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran
fisik batuan bawah permukaan bumi. Metoda yang dapat dilakukan
eksplorasi geofisika diantaranya :
a. Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di
alam. Bumi sebagai salah satu benda di alam juga menarik benda-benda
lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas,
maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami
gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil
dan di tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih
besar. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur bawah tanah
dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi dari
suatu daerah penyelidikan.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut
gravimeter, yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter
bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun bantuk atau pendulum, dan
dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai
lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi
oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan
kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada
suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan,
tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar,
meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena
adanya anomali gravitasi.
b. Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-
olah ada suatu barang magnet raksasa yang membujur sejajar dengan
poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa medan magnet tadi

10
disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang
magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik
permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang
penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.

Gambar 5

Aplikasi Metode Magnetik

Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah


lazim, sedang intensitas dinyatakan dalam apa yang disebut gamma.
Medan magnet bumi secara normal memiliki intensitas 35.000 sampai
70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada
peralatan, sehingga dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam
pencarian sasaran eksplorasi sebagai berikut :
1) Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
2) Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
3) Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit
sebagai mineral ikutan
4) Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung
magnetit dalam jumlah cukup
5) Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan
beku yang mengandung mineral magnetik.

11
c. Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan
bijih tetapi banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi.
Suatu gempa atau getaran buatan dibuat dengan cara meledakan dinamit
pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan kecepatan
merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan
rambatan getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar
titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang disebut geofon
(seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di sekitar
lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat
diketahui kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-
perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa
permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan
kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone
merupakan alat penerima gelombang yang dipantulkan kepermukaan,
hidrophone untuk gelombang di dasar laut.

Gambar 6

Aplikasi Metode Seismik

12
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1. Jenis batuan
2. Derajat pelapukan
3. Derajat pergerakan
4. Tekanan
5. Porositas (kadar air)
6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)
H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat
gelombang akan lebih besar (dibandingkan) :
1. Batuan beku basa : batuan beku asam
2. Batuan beku : batuan sedimen
3. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi
4. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi
5. Soil basah : soil kering
6. B. sedimen karbona : batupasir
7. Batuan utuh : batuan terkekarkan
8. Batuan segar : batuan lapuk
9. Batuan berat : batuan ringan
10. Batuan berumur tua : batuan berumur muda

d. Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity)
dari batuan. Yang dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan
yang diberikan oleh masa batuan sepanjang satu meter dengan luas
penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung ke ujung,
satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.

13
Gambar 7
Peralatan Geolistrik
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi
biasanya dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik
pada bumi. dua elektrode dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam
bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C, dan dua
elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena
arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential
electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat
elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara
Wenner dan cara Shlumberger.

2. Metoda tidak langsung cara geokimia


Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace
elements) pada batuan, tanah, stream, air atau gas.
Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-
unsur yang kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang
terkonsentrasi pada zona mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-
perbedaan yang mencolok antara satu titik atau batuan dengan titik lainnya.
Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan
perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau
sampel yang kita cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan
dengan beberapa reaksi kimia.

14

Anda mungkin juga menyukai