Anda di halaman 1dari 8

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi
bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A,
2009).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di
atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah
yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero
M, dkk, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.

B. Etiologi
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti disebut dengan
hipertensi primer atau esensial, sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi
renalis, dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal dan penyebab
lain (Muttaqin A, 2009).
Sebagai faktor predisposisi dari hipertensi esensial adalah penuaan, riwayat keluarga,
asupan lemak jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang menuntut sering
duduk dan tidak bergerak, stress, merokok (Kowalak JP, Welsh W, Mayer B, 2011).

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdormen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap vasokonstriksi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu
vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
yang menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua
faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah jantung. Curah
jantung meningkat karena keadaan yang meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup
atau keduanya. Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang meningkatkan
viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah, khususnya pembuluh
darah arteriol. Beberapa teori membantu menjelaskan terjadinya hipertensi. Teori-teori
tersebut meliputi :
1. Perubahan pada bantalan pembuluh darah arteriolar yang menyebabkan peningkatan
resistensi perifer.
2. Peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal dari dalam pusat
system vasomotor, peningkatan tonus ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer.
3. Penambahan volume darah yang terjadi karena disfungsi renal atau hormonal.
4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetic yang menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer.
5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotensin II yang menimbulkan
konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien yang menderita hipertensi yaitu umumnya tidak dirasakan
oleh seseorang, seringkali pasien menganggap bila tidak ada keluhan, berarti TD tidak tinggi.
Hal tersebut harus diwaspadai karena gejala hipertensi mulai dari tanpa keluhan/gejala sama
sekali baik yang dirasakan oleh pasien maupun yang tampak oleh orang lain (dokter) sampai
gejala yang demikian berat. Misalnya TD sangat tinggi (ekstrimnya, TD dapat mencapai
240/130mmHg tetapi tanpa keluhan). Sebaliknya ada individu yang TD sistoliknya baru
mencapai 140mmHg atau diastoliknya mencapai 90mmHg sudah merasakan keluhan
misalnya pusing/berputar/melayang dan sebagainya yang mengganggu aktivitas pasien
sehari-hari. Jadi perlu ditekankan pada pasien dan masyarakat bahwa hipertensijangan dilihat
dan dirasakan dari gejalanya, tetapi lakukan pemeriksaan TD secara berkala walaupun belum
pernah mengalami TD tinggi. Selain itu tanda dan gejala lain adalah sakit kepala, Epitaksis,
Rasa berat di tengkuk, Mata berkunang – kunang, Mual, muntah, Kelemahan / letih, Sesak
nafas, Kenaikan tekanan darah dari normal, Penurunan kekuatan genggaman tangan ,
Pandangan mata kabur/tidak jelas. ( Aziza, Lucky, 2007 ).
E. Klasifikasi
Kriteria klasifikasi hipertensi yang baru saat ini tidak lagi menggunakan istilah
hipertensi ringan, sedang, dan berat (WHO tahun 1991-1999), karena baik hipertensi ringan,
sedang, dan berat memiliki risiko yang sama besarnya untuk terjadi komplikasi. Sekali lagi
ditekankan pada pasien, keluarga pasien maupun dokternya untuk tidak menganggap ringan
tekanan darah yang tidak terlalu tinggi. Lebih awal Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 6 (JNC 6) membagi kriteria
hipertensi berdasarkan tiga derajat, tetapi dengan banyaknya komplikasi yang timbul, batasan
kriteria tersebut dipersempit (Aziza L, 2007).

F. Komplikasi
Komplikasi hipertensi diantaranya adalah hypertension heart disease (HHD), CVD,
gagal ginjal, CHF, retinopati hipertensi (gangguan pembuluh darah mata, dapat menyebabkan
kebutaan), kerusakan organ akan terjadi setelah 10-15 tahun.
1. Stroke
Peningkatan tekanan darah 20/10 mmHg meningkatkan risiko CVD sebanya dua kali.
CVD yang dimaksud adalah penyakit jantung iskemi dan stroke. Angka kematian akibat
stroke parallel dengan prevalensi hipertensi. Diantara individu usia pertengahan, nilai TD
diastolik 5 mmHg lebih rendah, menurunkan risiko stroke sebanyak 35-40%
2.Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung
Keterlibatan jantung pada hipertensi bermanifestasi sebagai LVH, aritmia, penyakit
jantung iskemi. Tahanan arteriolar koroner yang meningkat akibat hipertensi dapat
menurunkan aliran darah ke otot jantung yang hipertrofi, mengakibatkan terjadinya
angina. Hipertensi diikuti dengan penurunan suplai oksigen dan faktor risiko lain
mempercepat proses aterogenesis sehingga semakin mengurangi oksigen yang sampai ke
otot jantung. Pasien yang dengan riwayat hipertensi memiliki risiko 6 kali mengalami
gagal jantung dibandingkan tanpa riwayat hipertensi.
3. Penyakit Ginjal
Penurunan aliran darah ke ginjal karena hipertensi dapat menyebabkan hiperfiltrasi
yang nantinya akan berkembang menjadi glomerulosklerosis dan selanjutnya gangguan
fungsi ginjal. Setiap penurunan 5 mmHg TD diastolic menurunkan risiko penyakit ginjal
stadium akhir minimal 4 kali (Aziza L, 2007).

G. Penatalaksanan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan
jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit
kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular
semaksimal mungkin.Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis
yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan
aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan
prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai
permasalahan yang ada (Aziz Alimul. 2009 : h 85).
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan
diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel
kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan
fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun)
riwayat pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir
atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada
pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda
dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
C. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan


untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al
(2000) adalah :

Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,


vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda
dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.

Intervensi :

 Pantau TD
 Catat keberadaan
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

 Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang


keterlibatan/bidang masalah kaskuler
 Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
 Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
 Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan
dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung
 Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
 Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
 Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit
hipertensi
 Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak
menurunkan TD
 Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah
penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

 Kaji respon pasien terhadap aktivitas


 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
 Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

 Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.

Intervensi :

 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan
gula sesuai indikasi
 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :

 Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi


 Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya
 Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral
 Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
 Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis
 Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Anda mungkin juga menyukai